Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 20626 | 10 Aug 2025
Klinis : risiko penurunan curah jantung
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi risiko penurunan curah jantung.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi risiko penurunan curah jantung adalah "Risiko Penurunan Curah Jantung". Diagnosa ini menggambarkan adanya ancaman atau kemungkinan terjadinya penurunan kemampuan jantung untuk memompa darah yang cukup ke seluruh tubuh. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan fungsi jantung, perubahan fisiologis, atau kondisi medis lainnya.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran atau hasil yang diinginkan, yaitu:
1. Stabilitas Hemodinamik: Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, seperti tekanan darah, laju jantung, dan oksigenasi yang berada dalam batas normal.
2. Perfusi Jaringan yang Adekuat: Pasien menunjukkan tanda-tanda perfusi jaringan yang baik, seperti capillary refill yang normal, ekstremitas hangat, dan tidak ada tanda-tanda gangguan sirkulasi.
3. Tidak Terjadi Komplikasi: Pasien tidak mengalami komplikasi yang dapat memperberat kondisi, seperti edema paru, gagal jantung, atau syok.
4. Pengetahuan Pasien Meningkat: Pasien memahami kondisi kesehatannya, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi curah jantung, dan cara-cara untuk mencegah penurunan curah jantung.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pemantauan Hemodinamik: Melakukan pemantauan tanda-tanda vital secara berkala, seperti tekanan darah, laju jantung, dan saturasi oksigen, untuk mendeteksi adanya perubahan atau penurunan curah jantung.
2. Manajemen Cairan: Mengatur pemberian cairan intravena atau pembatasan cairan sesuai dengan kebutuhan pasien, untuk menjaga keseimbangan cairan dan mencegah overload atau kekurangan cairan.
3. Terapi Oksigen: Memberikan terapi oksigen sesuai dengan kebutuhan pasien, untuk memastikan oksigenasi jaringan yang adekuat.
4. Edukasi Pasien dan Keluarga: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai kondisi kesehatan, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi curah jantung, serta langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah penurunan curah jantung.
5. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain: Berkolaborasi dengan dokter, ahli gizi, dan tenaga kesehatan lainnya untuk mengoptimalkan penanganan pasien dan mencegah komplikasi.
Dengan memahami diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terarah untuk mengatasi risiko penurunan curah jantung pada pasien. -
Article No. 20627 | 10 Aug 2025
Klinis : sesak,kaki bengkak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan tone akademis dan persona pakar, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi sesak napas dan kaki bengkak:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00031)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
2. Edema (00028)
Definisi: Akumulasi cairan berlebihan dalam jaringan interstisial dan rongga tubuh.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00031)
- Kode: 00031
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
2. Edema (00028)
- Kode: 00028
- Definisi: Akumulasi cairan berlebihan dalam jaringan interstisial dan rongga tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Bersihan Jalan Napas
- Kode: 0301
- Definisi: Kemampuan mempertahankan jalan napas yang terbuka dan bebas dari sekret.
2. Status Cairan
- Kode: 0601
- Definisi: Keseimbangan antara masukan dan pengeluaran cairan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas
- Kode: 3220
- Definisi: Memfasilitasi pembebasan jalan napas dan pertukaran gas yang adekuat.
2. Manajemen Cairan
- Kode: 4120
- Definisi: Memantau dan mengatur masukan dan pengeluaran cairan untuk mempertahankan keseimbangan cairan.
Penjelasan singkat:
Sesak napas dan kaki bengkak dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti penyakit kardiovaskular, penyakit paru-paru, atau kondisi lainnya. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif dan Edema. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Jalan Napas dan Manajemen Cairan untuk membantu memperbaiki kondisi pasien. -
Article No. 20628 | 10 Aug 2025
Klinis : sesak,kaki bengkak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta kode dan definisi berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Berat Badan Tidak Seimbang: Kelebihan Volume Cairan (00025)
- SDKI: Ketidakseimbangan antara masukan dan pengeluaran cairan yang menyebabkan akumulasi cairan dalam tubuh.
- SLKI: Profil Pengelolaan Cairan Tidak Seimbang
- SIKI: Manajemen Cairan, Manajemen Edema
2. Intoleransi Aktivitas (00092)
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, yang disebabkan oleh keterbatasan kapasitas fisik.
- SLKI: Profil Toleransi Aktivitas
- SIKI: Peningkatan Toleransi Aktivitas, Manajemen Energi
Penjelasan Singkat:
1. Berat Badan Tidak Seimbang: Kelebihan Volume Cairan (00025)
- Kondisi ini ditandai dengan sesak napas dan pembengkakan pada kaki, yang merupakan gejala kelebihan volume cairan dalam tubuh.
- Penyebab dapat berupa gangguan jantung, ginjal, atau masalah lain yang menyebabkan retensi cairan.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen cairan, manajemen edema, dan pemantauan tanda-tanda vital.
2. Intoleransi Aktivitas (00092)
- Kondisi ini ditandai dengan keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari akibat sesak napas.
- Penyebab dapat berupa penurunan kapasitas fungsional, seperti penyakit jantung atau paru-paru.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah peningkatan toleransi aktivitas, manajemen energi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pengobatan yang sesuai.
Kode dan Definisi:
1. Berat Badan Tidak Seimbang: Kelebihan Volume Cairan (00025)
- SDKI: Ketidakseimbangan antara masukan dan pengeluaran cairan yang menyebabkan akumulasi cairan dalam tubuh.
- SLKI: Profil Pengelolaan Cairan Tidak Seimbang
- SIKI: Manajemen Cairan, Manajemen Edema
2. Intoleransi Aktivitas (00092)
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, yang disebabkan oleh keterbatasan kapasitas fisik.
- SLKI: Profil Toleransi Aktivitas
- SIKI: Peningkatan Toleransi Aktivitas, Manajemen Energi -
Article No. 20629 | 10 Aug 2025
Klinis : sesak,kaki bengkak
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi sesak dan kaki bengkak.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan gejala yang dijelaskan, yaitu sesak dan kaki bengkak, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Penurunan Curah Jantung
Diagnosis ini menggambarkan adanya gangguan pada kemampuan jantung untuk memompa darah secara efektif, sehingga mengakibatkan sesak napas dan pembengkakan pada ekstremitas.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang tepat, luaran/output yang diharapkan adalah:
1. Peningkatan Curah Jantung
Indikator yang dapat diukur meliputi:
- Tanda-tanda vital stabil (tekanan darah, nadi, dan laju napas dalam batas normal)
- Tidak ada tanda-tanda gangguan perfusi jaringan (tidak ada sesak napas, tidak ada edema)
- Hasil pemeriksaan penunjang (misalnya ekokardiografi) menunjukkan fungsi jantung yang membaik
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Manajemen Perfusi
a. Pantau tanda-tanda vital secara rutin (tekanan darah, nadi, laju napas, dan suhu tubuh)
b. Lakukan pengkajian tanda-tanda gangguan perfusi jaringan (sesak napas, edema, distensi vena leher)
c. Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya dokter) untuk pemberian obat-obatan yang dapat meningkatkan fungsi jantung (diuretik, vasodilator, atau inotropik)
e. Anjurkan pasien untuk beristirahat dan membatasi aktivitas fisik
f. Edukasi pasien dan keluarga terkait penyakit, gejala, dan penatalaksanaannya
Penjelasan Rinci:
1. Diagnosis Keperawatan Penurunan Curah Jantung
Penurunan curah jantung merupakan kondisi di mana jantung tidak mampu memompa darah secara efektif untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Hal ini dapat menyebabkan gejala seperti sesak napas dan pembengkakan pada ekstremitas (edema).
2. Luaran/Output yang Diharapkan
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan terjadi peningkatan curah jantung, yang ditandai dengan stabilnya tanda-tanda vital, tidak adanya tanda-tanda gangguan perfusi jaringan (sesak napas dan edema), serta hasil pemeriksaan penunjang (misalnya ekokardiografi) yang menunjukkan perbaikan fungsi jantung.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah manajemen perfusi, yang meliputi pemantauan tanda-tanda vital, pengkajian tanda-tanda gangguan perfusi, pemberian terapi oksigen, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian obat-obatan, pengaturan istirahat dan aktivitas, serta edukasi pasien dan keluarga. Tujuan dari intervensi ini adalah untuk membantu meningkatkan fungsi jantung dan memperbaiki perfusi jaringan.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi sesak dan kaki bengkak. Jangan ragu untuk bertanya jika masih ada hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut. -
Article No. 20630 | 10 Aug 2025
Klinis : sesak,kaki bengkak
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan gejala yang Anda sampaikan, yaitu sesak nafas dan pembengkakan pada kaki, diagnosa keperawatan yang sesuai menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Karakteristik Definisi: Napas pendek, bunyi napas tambahan, kesulitan bernapas, sianosis, produksi sekret berlebih.
2. Edema
Definisi: Akumulasi cairan yang berlebihan di dalam ruang interstisial.
Karakteristik Definisi: Pembengkakan, pitting edema, edema pada ekstremitas bawah.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output berikut:
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien menunjukkan pola napas yang normal
- Pasien dapat bernafas dengan mudah tanpa adanya sesak
- Tidak ada bunyi napas tambahan
2. Edema Terkontrol
- Pasien menunjukkan penurunan pembengkakan pada ekstremitas bawah
- Pasien tidak lagi mengalami pitting edema
- Pasien melaporkan berkurangnya rasa berat dan bengkak pada kaki
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Pemantauan pernapasan
- Manajemen jalan napas
- Pemberian oksigen
- Manajemen sekresi
- Terapi pernapasan
2. Edema:
- Pemantauan tanda-tanda vital
- Manajemen cairan
- Manajemen nutrisi
- Perawatan kaki
- Terapi kompresi
- Terapi elevasi ekstremitas
Penjelasan Rinci:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Pemantauan pernapasan: Mengamati frekuensi, irama, kedalaman, dan usaha bernapas pasien untuk mendeteksi adanya perubahan.
- Manajemen jalan napas: Memastikan jalan napas tetap terbuka dan bebas dari obstruksi.
- Pemberian oksigen: Memberikan oksigen sesuai kebutuhan pasien untuk meningkatkan saturasi oksigen.
- Manajemen sekresi: Membantu pasien dalam mengeluarkan sekret dari saluran napas, misalnya dengan postural drainage atau suction.
- Terapi pernapasan: Mengajarkan teknik-teknik pernapasan yang tepat, seperti pernapasan diafragma, untuk meningkatkan fungsi pernapasan.
2. Edema:
- Pemantauan tanda-tanda vital: Mengamati tekanan darah, nadi, suhu, dan saturasi oksigen untuk mendeteksi perubahan yang terkait dengan edema.
- Manajemen cairan: Mengatur asupan dan pengeluaran cairan pasien untuk mencegah kelebihan cairan.
- Manajemen nutrisi: Memastikan pasien mendapatkan nutrisi yang seimbang dan sesuai untuk mengatasi edema.
- Perawatan kaki: Menjaga kebersihan dan kulit kaki pasien serta memberikan massase ringan untuk meningkatkan sirkulasi.
- Terapi kompresi: Menggunakan alat kompresi, seperti stoking kompresi, untuk membantu mengurangi edema.
- Terapi elevasi ekstremitas: Menjaga ekstremitas bawah pada posisi elevasi untuk membantu drainase cairan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diinginkan dan mengatasi masalah kesehatan yang dialami. -
Article No. 20631 | 10 Aug 2025
Klinis : pasien mengatakan nyeri diabdomen diserta mual dan berkurangnya nafsu makan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berdasarkan gejala yang diderita pasien, yaitu nyeri di abdomen disertai mual dan berkurangnya nafsu makan, maka dapat diidentifikasi diagnosis dan kode ICD-10 serta kode ICD-9-CM procedure/tindakan medis sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R10.1
- Deskripsi: Nyeri perut bagian atas
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 45.23
- Deskripsi: Endoskopi saluran cerna bagian atas, tanpa biopsi
Penjelasan:
- Kode ICD-10 R10.1 (Nyeri perut bagian atas) sesuai dengan gejala utama yang dialami pasien, yaitu nyeri di abdomen. Nyeri perut bagian atas ini dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti gastritis, ulkus peptikum, pankreatitis, atau kondisi lainnya yang menyebabkan nyeri abdomen.
- Kode ICD-9-CM 45.23 (Endoskopi saluran cerna bagian atas, tanpa biopsi) dapat dipertimbangkan sebagai prosedur diagnostik untuk menyelidiki penyebab dari keluhan nyeri abdomen, mual, dan berkurangnya nafsu makan yang dialami pasien. Prosedur endoskopi dapat membantu dalam identifikasi kondisi yang mendasari, seperti inflamasi, ulkus, atau kelainan lainnya di saluran cerna bagian atas.
Catatan: Kode ICD-9-CM hanya akan digunakan jika pasien dirawat sebelum 1 Oktober 2015, setelah itu akan menggunakan kode ICD-10. -
Article No. 20632 | 10 Aug 2025
Klinis : pasien mengatakan nyeri diabdomen diserta mual dan berkurangnya nafsu makan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, yaitu pasien mengatakan nyeri di abdomen disertai mual dan berkurangnya nafsu makan, maka dapat ditegakkan beberapa diagnosa keperawatan, beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI, serta kodenya, sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Tingkat keparahan nyeri yang dapat dikendalikan, tingkat kenyamanan yang meningkat, dan perilaku untuk mengendalikan nyeri.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Kode D0086, Manajemen Nyeri.
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
2. Diagnosa Keperawatan: Mual
- SDKI: Sensasi tidak nyaman di perut yang dapat mengarah ke muntah.
- SLKI: Tingkat mual yang terkontrol, kemampuan menangani mual yang meningkat, dan tidak terjadi muntah.
- SIKI: Kode D0090, Manajemen Mual.
- Definisi: Sensasi tidak nyaman di perut yang dapat mengarah ke muntah.
3. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Pola Makan
- SDKI: Perubahan dalam jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi yang menyebabkan perubahan berat badan.
- SLKI: Berat badan yang stabil, asupan makanan yang adekuat, dan tidak ada perubahan berat badan yang tidak diinginkan.
- SIKI: Kode D0017, Manajemen Pola Makan.
- Definisi: Perubahan dalam jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi yang menyebabkan perubahan berat badan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat akan menggunakan diagnosa keperawatan, standar luaran keperawatan, dan standar intervensi keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan pasien secara komprehensif. -
Article No. 20633 | 10 Aug 2025
Klinis : pasien mengatakan nyeri diabdomen diserta mual dan berkurangnya nafsu makan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah respons akademis yang disusun sesuai dengan format yang diminta:
**Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI-SLKI-SIKI untuk Nyeri Abdomen dengan Mual dan Penurunan Nafsu Makan**
**1. Diagnosa Keperawatan (SDKI)**
**Kode: 00032**
**Nyeri Akut**
*Definisi:* Pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, dengan onset mendadak atau ringan hingga berat.
*Faktor Terkait:*
- Stimulasi reseptor nyeri akibat inflamasi/peradangan abdomen
- Distensi organ viseral (misalnya: gastritis, gastroenteritis)
**2. Luaran Keperawatan (SLKI)**
**Kode: 1401**
**Tingkat Nyeri Terkontrol**
*Indikator:*
- Skala nyeri menurun (dari skala 0-10)
- Pasien melaporkan penurunan frekuensi/episode nyeri
- Ekspresi wajah rileks
**Kode: 1409**
**Kenyamanan Fisik Meningkat**
*Indikator:*
- Nafsu makan membaik
- Frekuensi mual berkurang
**3. Intervensi Keperawatan (SIKI)**
**Kode: 2310**
**Manajemen Nyeri**
*Tindakan:*
- Ajarkan teknik relaksasi napas dalam
- Berikan kompres hangat (jika tidak kontraindikasi)
- Kolaborasi pemberian analgesik sesuai protokol
**Kode: 2260**
**Manajemen Mual**
*Tindakan:*
- Anjurkan posisi semi-Fowler untuk mengurangi distensi abdomen
- Berikan makanan kecil frekuensi sering (small frequent meals)
- Monitor tanda dehidrasi
**Kode: 1120**
**Edukasi Kesehatan**
*Tindakan:*
- Jelaskan penyebab nyeri dan hubungannya dengan gejala mual
- Anjurkan menghindari makanan pedas/berminyak sementara
**Catatan Akademis:**
- **SDKI** (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) digunakan untuk merumuskan masalah klinis.
- **SLKI** (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) mengukur capaian hasil intervensi.
- **SIKI** (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) merupakan tindakan berbasis evidence.
**Referensi:**
PPNI. (2017). *Standar Diagnosa, Luaran, dan Intervensi Keperawatan Indonesia (SDKI, SLKI, SIKI)*. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Format ini memenuhi kaidah akademis dengan menyertakan kode, definisi operasional, dan intervensi spesifik. Perlu dilakukan *reassessment* setiap 2-4 jam untuk mengevaluasi efektivitas intervensi. -
Article No. 20547 | 09 Aug 2025
Klinis : Pasien merupakan bayi 39 minggu BBL CB SMK Spontan. Lahir dengan APGAR 8 menangis kuat bayi sudah IMD 2 jam sudah disusukan tetapi tidak mau menyusu sampai 4 jam setelah lahir baru mau menyusu.GDS 122 dengan BB 3448 gram, LK 33cm, LD 34cm, LP 34cm, suhu tubuh 36.6 denyut jantung 174x/menit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah **Diagnosa Keperawatan** beserta penjelasan singkat **SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** sesuai dengan kondisi pasien yang Anda jelaskan, berdasarkan panduan **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)**.
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Kode: 00002**
**Gangguan Pemberian ASI** *(Ineffective Breastfeeding)*
**Definisi:** Ketidakmampuan bayi untuk menyusu secara efektif, yang dapat mengganggu pemenuhan nutrisi dan ikatan antara ibu dan bayi.
**Faktor yang Mendukung:**
- Bayi tidak mau menyusu dalam 4 jam pertama setelah lahir meskipun sudah dilakukan IMD (Inisiasi Menyusu Dini).
- GDS (Gula Darah Sewaktu) 122 mg/dL (normal untuk bayi baru lahir: 40–150 mg/dL), menunjukkan risiko hipoglikemia jika asupan tidak adekuat.
- Denyut jantung tinggi (174x/menit), mungkin tanda stres atau dehidrasi.
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**Kode: 1401**
**Kemampuan Menyusu pada Bayi Meningkat**
**Indikator:**
- Bayi mampu menempel dengan benar pada payudara ibu.
- Bayi menunjukkan refleks menghisap yang kuat.
- Frekuensi menyusu sesuai kebutuhan (minimal 8–12 kali dalam 24 jam).
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi atau hipoglikemia (misalnya, bayi aktif, tidak lemas, produksi urine cukup).
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**Kode: 3520**
**Dukungan Menyusui** *(Breastfeeding Support)*
**Tindakan:**
1. **Observasi** tanda-tanda kesulitan menyusu (posisi lidah, refleks menghisap, kestabilan kepala).
2. **Bantu ibu dalam teknik pelekatan** *(latch-on)* yang benar.
3. **Ajarkan ibu** cara memijat payudara untuk merangsang aliran ASI.
4. **Pantau tanda-tanda hipoglikemia** (gelisah, lemas, keringat dingin) dan dehidrasi (urin <6 popok/hari, fontanel cekung).
5. **Kolaborasi dengan dokter** jika diperlukan suplementasi ASI perah atau susu formula sementara.
---
### **Catatan Tambahan:**
- **Tone Akademis:** Diagnosis ini didasarkan pada kriteria klinis dan pedoman PPNI.
- **Peran Perawat:** Pemantauan ketat asupan nutrisi bayi dan edukasi kepada ibu tentang teknik menyusui yang benar sangat penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
Semoga informasi ini membantu. Jika ada kondisi tambahan yang perlu dipertimbangkan, silakan berikan detail lebih lanjut.
*(Sumber: Buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi Terkini – PPNI)* -
Article No. 20548 | 09 Aug 2025
Klinis : Pasien merupakan bayi 39 minggu BBL CB SMK Spontan. Lahir dengan APGAR 8 menangis kuat bayi sudah IMD 2 jam sudah disusukan tetapi tidak mau menyusu sampai 4 jam setelah lahir baru mau menyusu.GDS 122 dengan BB 3448 gram, LK 33cm, LD 34cm, LP 34cm, suhu tubuh 36.6 denyut jantung 174x/menit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda berikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Ketidakefektifan Menyusu (SDKI: 11027) - Definisi: Ketidakmampuan untuk mengisap, menghisap, atau menelan yang efektif.
2. Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode: 11027
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mengisap, menghisap, atau menelan yang efektif.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode: 11027.1 Menyusu Efektif
- Definisi: Bayi dapat mengisap, menghisap, dan menelan susu dengan baik.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode: 11027.1.1 Fasilitasi Menyusu
- Definisi: Membantu bayi untuk dapat menyusu dengan efektif.
Penjelasan singkat:
Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, yaitu bayi 39 minggu baru lahir yang tidak mau menyusu sampai 4 jam setelah lahir, maka Diagnosa Keperawatan yang sesuai adalah Ketidakefektifan Menyusu. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan bayi untuk mengisap, menghisap, atau menelan susu secara efektif.
Untuk mengatasi masalah ini, perawat dapat melakukan intervensi Fasilitasi Menyusu, yang bertujuan untuk membantu bayi agar dapat menyusu dengan efektif. Intervensi ini dapat mencakup tindakan-tindakan seperti memposisikan bayi dengan benar, membantu refleks rooting dan sucking, serta memberikan dukungan dan motivasi kepada ibu untuk tetap memberikan ASI.