Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18624 | 16 Jun 2025
Klinis : Laparascopy shunting
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi "Laparascopy shunting":
1. Kode ICD-10:
- Kode: K91.8
- Deskripsi: Komplikasi lain yang ditetapkan dari prosedur gastrointestinal, tidak diklasifikasikan di tempat lain.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 54.21
- Deskripsi: Laparoskopi, prosedur diagnostik.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 K91.8 digunakan untuk mengkodekan komplikasi lain yang ditetapkan dari prosedur gastrointestinal, yang tidak diklasifikasikan di tempat lain. Dalam kasus ini, "Laparascopy shunting" dapat menyebabkan komplikasi dari prosedur gastrointestinal, sehingga kode K91.8 sesuai untuk mengkodekan kondisi ini.
2. Kode ICD-9-CM 54.21 digunakan untuk mengkodekan prosedur laparoskopi diagnostik. Ini sesuai dengan deskripsi "Laparascopy shunting", yang menunjukkan bahwa prosedur laparoskopi dilakukan sebagai bagian dari tindakan medis.
Catatan: Dalam praktik klinis, penggunaan kode ICD yang tepat akan bergantung pada informasi medis yang lebih lengkap, termasuk diagnosis, prosedur, dan komplikasi yang terkait. Penentuan kode yang akurat harus dilakukan oleh profesional kesehatan yang kompeten, seperti dokter atau perekam medis. -
Article No. 18625 | 16 Jun 2025
Klinis : jejunostomy
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Terima kasih atas permintaan Anda. Berikut adalah informasi terkait kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi jejunostomy:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K64.8
- Deskripsi: Jejunostomy
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 46.32
- Deskripsi: Jejunostomy, pembentukan fistula jejunal pada kulit
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 K64.8 (Jejunostomy) digunakan untuk mengklasifikasikan kondisi pembentukan fistula jejunal pada kulit. Jejunostomy adalah prosedur pembedahan di mana sebuah lubang kecil dibuat pada bagian tengah usus halus (jejunum) dan kemudian dihubungkan dengan permukaan kulit, sehingga memungkinkan pemberian nutrisi atau obat-obatan secara langsung ke dalam usus.
2. Kode ICD-9-CM 46.32 (Jejunostomy, pembentukan fistula jejunal pada kulit) menjelaskan prosedur pembedahan untuk membuat lubang atau fistula antara jejunum dan kulit, yang memungkinkan pemberian nutrisi atau pengobatan secara langsung ke dalam usus halus.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya. -
Article No. 18626 | 16 Jun 2025
Klinis : duodenum jejunostomy
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang Anda minta dalam format yang Anda berikan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: K31.6
- Deskripsi: Fistula duodenum
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 46.39
- Deskripsi: Prosedur lain pada duodenum, termasuk jejunostomi duodenum.
Penjelasan:
Kondisi "duodenum jejunostomy" mengacu pada pembentukan sebuah stoma atau lubang yang menghubungkan duodenum (bagian pertama usus halus) dengan jejunum (bagian kedua usus halus). Hal ini dilakukan sebagai salah satu tindakan untuk mengatasi kondisi fistula duodenum, yaitu adanya aliran abnormal dari duodenum ke organ lain.
Kode ICD-10 K31.6 mewakili diagnosis "Fistula duodenum", yang mencakup kondisi di mana terdapat lubang atau saluran abnormal yang menghubungkan duodenum dengan organ atau struktur lain. Prosedur pembentukan jejunostomi duodenum (duodenum jejunostomy) dapat dilakukan untuk mengatasi kondisi ini.
Kode ICD-9-CM 46.39 mewakili "Prosedur lain pada duodenum, termasuk jejunostomi duodenum", yang mencakup tindakan pembentukan jejunostomi pada duodenum. Ini adalah salah satu prosedur yang dapat dilakukan untuk menangani kondisi fistula duodenum. -
Article No. 18627 | 16 Jun 2025
Klinis : ileu obstruktif atresia duodenum
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi ileu obstruktif atresia duodenum:
1. Kode ICD-10:
- Kode: Q41.0
- Deskripsi: Atresia duodenum
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 43.0
- Deskripsi: Duodenoduodenostomi atau duodenojejunostomi, dengan atau tanpa reseksi
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 Q41.0 (Atresia duodenum) merupakan kode untuk kondisi atresia (tidak adanya lubang/saluran) pada duodenum, yang dapat menyebabkan obstruksi usus (ileus obstruktif).
2. Kode ICD-9-CM 43.0 (Duodenoduodenostomi atau duodenojejunostomi, dengan atau tanpa reseksi) merupakan kode untuk prosedur bedah yang dilakukan untuk mengatasi obstruksi duodenum, yaitu dengan membuat anastomosis (penyambungan) antara dua bagian duodenum atau antara duodenum dan jejunum, dengan atau tanpa reseksi (pemotongan) bagian yang terkena atresia.
Prosedur ini dilakukan untuk memulihkan kontinuitas saluran pencernaan dan mengatasi obstruksi yang disebabkan oleh atresia duodenum. -
Article No. 18628 | 16 Jun 2025
Klinis : Stroke perdarahan, Penurunan kesadaran, terpasang ventilator
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI), serta Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) dalam kasus Stroke perdarahan dengan penurunan kesadaran dan terpasang ventilator.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Gangguan Perfusi Jaringan Serebral (00202): Penurunan aliran darah ke otak, yang dapat menyebabkan kerusakan sel saraf dan disfungsi serebral.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00031): Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret atau benda asing dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang adekuat.
3. Penurunan Cardiac Output (00029): Penurunan volume darah yang dipompa oleh jantung per unit waktu, yang dapat menyebabkan ketidakcukupan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perfusi Jaringan Serebral: Pasien menunjukkan perfusi jaringan serebral yang adekuat, ditandai dengan peningkatan kesadaran, tidak ada defisit neurologis baru, dan parameter vital yang stabil.
2. Bersihan Jalan Napas: Pasien menunjukkan bersihan jalan napas yang efektif, ditandai dengan jalan napas yang bebas dari sumbatan, suara napas yang bersih, dan tidak ada peningkatan usaha napas.
3. Cardiac Output: Pasien menunjukkan cardiac output yang adekuat, ditandai dengan tekanan darah, nadi, dan saturasi oksigen yang stabil.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Gangguan Perfusi Jaringan Serebral:
a. Monitor status neurologis secara berkala, termasuk tingkat kesadaran, tanda-tanda fokus neurologis, dan pupil.
b. Pertahankan posisi kepala dan leher dalam posisi netral untuk memfasilitasi aliran darah serebral.
c. Berikan oksigen supplemental sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat.
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat-obatan, seperti antikonvulsan, penurun tekanan intrakranial, atau trombolisis, jika indikasi.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
a. Lakukan suction trakea dan suction orofaringeal secara rutin untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
b. Berikan fisioterapi dada dan batuk efektif untuk membantu pengeluaran sekret.
c. Monitor parameter ventilator dan lakukan penyesuaian jika diperlukan untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat.
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk mempertimbangkan tindakan pembedahan, seperti trakeostomi, jika diperlukan.
3. Penurunan Cardiac Output:
a. Monitor tanda-tanda vital secara berkala, termasuk tekanan darah, nadi, dan saturasi oksigen.
b. Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan untuk mempertahankan volume darah yang adekuat.
c. Berikan obat-obatan inotropik atau vasoaktif sesuai indikasi untuk meningkatkan kontraktilitas jantung dan perfusi jaringan.
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk mempertimbangkan tindakan kardiovaskular, seperti penggunaan IABP atau ECMO, jika diperlukan.
Penjelasan di atas mencakup Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI), dan Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) dalam kasus Stroke perdarahan dengan penurunan kesadaran dan terpasang ventilator. Saya harap penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami dan mengelola kasus tersebut secara komprehensif. -
Article No. 18629 | 16 Jun 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit kepala berat sudah 1 minggu
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien yang datang dengan keluhan sakit kepala berat selama 1 minggu, maka diagnosa keperawatan yang sesuai berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah seperti kerusakan tersebut.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Nyeri Terkontrol
Definisi: Tingkat nyeri yang dapat ditoleransi oleh individu.
Kriteria hasil:
a. Pasien melaporkan nyeri berkurang.
b. Pasien dapat mengenali dan menggunakan teknik pengelolaan nyeri yang efektif.
c. Pasien dapat mendemonstrasikan perilaku untuk mengurangi nyeri.
d. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran "Nyeri Terkontrol", maka intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah:
1. Manajemen Nyeri
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengenali, mencegah, mengurangi, dan mengatasi nyeri.
Aktivitas:
a. Kaji lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan beratnya nyeri.
b. Identifikasi faktor-faktor yang memperberat dan memperingan nyeri.
c. Pilih dan kolaborasikan intervensi farmakologis dan nonfarmakologis yang sesuai.
d. Berikan obat-obatan analgesik sesuai instruksi medis.
e. Ajarkan teknik manajemen nyeri nonfarmakologis seperti relaksasi, distraksi, pemberian kompres hangat/dingin.
f. Evaluasi efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri.
g. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pengelolaan nyeri yang optimal.
Penjelasan rinci:
Pasien yang datang dengan keluhan sakit kepala berat selama 1 minggu memerlukan diagnosis keperawatan "Nyeri Akut" karena pasien mengalami pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan atau gangguan fungsi. Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah "Nyeri Terkontrol", di mana pasien dapat melaporkan penurunan nyeri, mampu menggunakan teknik pengelolaan nyeri yang efektif, dan menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal. Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran tersebut adalah Manajemen Nyeri, yang mencakup pengkajian nyeri, identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nyeri, pemberian intervensi farmakologis dan nonfarmakologis, serta evaluasi efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain juga diperlukan untuk pengelolaan nyeri yang optimal. -
Article No. 18630 | 16 Jun 2025
Klinis : Evaluasi efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi "Evaluasi efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri" adalah "Nyeri Akut". Nyeri akut merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah tersebut. Diagnosa ini mencakup evaluasi efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri yang dialami pasien.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output berikut:
1. Tingkat nyeri menurun
2. Pasien dapat menggunakan teknik manajemen nyeri yang efektif
3. Pasien dapat melaporkan rasa nyaman
4. Pasien dapat beristirahat dan tidur dengan adekuat
5. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan nyeri
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
Untuk mencapai tujuan luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Manajemen Nyeri
- Mengkaji karakteristik nyeri (lokasi, durasi, intensitas, dll)
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nyeri
- Membantu pasien menggunakan teknik nonfarmakologis (relaksasi, distraksi, dll)
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik
2. Manajemen Aktivitas
- Mengkaji kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
- Merencanakan aktivitas yang sesuai dengan toleransi pasien
- Membantu pasien dalam melakukan aktivitas dengan aman
3. Manajemen Tidur
- Mengkaji pola tidur pasien
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang mengganggu tidur
- Mengajarkan teknik relaksasi untuk memfasilitasi tidur
4. Edukasi Kesehatan
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang nyeri, teknik manajemen nyeri, dan manajemen aktivitas
- Memastikan pasien dan keluarga memahami informasi yang diberikan
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diinginkan, yaitu penurunan tingkat nyeri, peningkatan kemampuan manajemen nyeri, peningkatan rasa nyaman, serta peningkatan kemampuan beraktivitas dan istirahat/tidur. -
Article No. 18631 | 16 Jun 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan terasa ada benjolan di payudara sebelah kiri
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien dengan keluhan benjolan di payudara sebelah kiri, sesuai dengan pendekatan Asuhan Keperawatan berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang paling sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan benjolan di payudara sebelah kiri adalah "Risiko Kanker" (SDKI, 2017). Diagnosa ini mencakup adanya tanda-tanda dan gejala yang mengarah pada kemungkinan kanker, seperti perubahan pada payudara, termasuk benjolan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan yang komprehensif, luaran/output yang diharapkan adalah:
1. Pasien mampu mengidentifikasi tanda dan gejala kanker payudara (SLKI, 2019).
2. Pasien mampu melakukan pemeriksaan payudara sendiri (PKPS) secara rutin (SLKI, 2019).
3. Pasien menunjukkan peningkatan koping yang adaptif terhadap risiko kanker payudara (SLKI, 2019).
4. Pasien menunjukkan kepatuhan terhadap rencana tindak lanjut pemeriksaan diagnostik dan pengobatan (SLKI, 2019).
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang diperlukan:
1. Edukasi Kesehatan: Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien terkait kanker payudara, termasuk tanda-tanda, faktor risiko, dan pentingnya pemeriksaan dini (SIKI, 2018).
2. Manajemen Risiko: Membantu pasien mengidentifikasi faktor risiko kanker payudara yang dapat dimodifikasi dan menyusun rencana tindakan untuk mengurangi risiko (SIKI, 2018).
3. Dukungan Emosional: Memberikan dukungan emosional dan psikologis kepada pasien untuk meningkatkan koping yang adaptif terhadap risiko kanker payudara (SIKI, 2018).
4. Koordinasi Asuhan: Berkoordinasi dengan tim kesehatan lain (misalnya dokter, radiolog) untuk memastikan pasien menjalani pemeriksaan diagnostik dan pengobatan yang diperlukan (SIKI, 2018).
Penjelasan Rinci:
Diagnosa keperawatan "Risiko Kanker" dipilih karena adanya keluhan benjolan di payudara sebelah kiri yang merupakan salah satu tanda dan gejala kemungkinan adanya kanker payudara. Melalui Asuhan Keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran akan tanda-tanda kanker payudara, melakukan pemeriksaan payudara sendiri secara rutin, menunjukkan koping yang adaptif, serta mematuhi rencana tindak lanjut pemeriksaan dan pengobatan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup edukasi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan pasien, manajemen risiko untuk mengidentifikasi dan mengurangi faktor risiko, dukungan emosional untuk meningkatkan koping, serta koordinasi asuhan dengan tim kesehatan lain untuk memastikan pasien menjalani pemeriksaan dan pengobatan yang tepat. Melalui pendekatan ini, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan dan mengelola risiko kanker payudara secara efektif. -
Article No. 18632 | 16 Jun 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan terasa ada benjolan di payudara sebelah kiri dan terasa nyeri
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi pasien dengan keluhan benjolan di payudara sebelah kiri dan terasa nyeri.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Perubahan Integritas Kulit" (SDKI, 2017). Hal ini dikarenakan adanya benjolan di payudara yang dapat menyebabkan perubahan pada integritas kulit. Perubahan Integritas Kulit didefinisikan sebagai "Perubahan struktur dan fungsi kulit yang disebabkan oleh faktor internal dan eksternal" (SDKI, 2017).
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Luaran Utama: Pemulihan Integritas Kulit
b. Luaran Khusus:
- Luka/Rusaknya Kulit Terkendali
- Nyeri Terkendali
- Pengetahuan Pasien Tentang Perawatan Luka Meningkat
Penjelasan: Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai pemulihan integritas kulit, dengan luka/rusaknya kulit terkendali, nyeri terkendali, serta pengetahuan pasien tentang perawatan luka meningkat.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Manajemen Luka
- Identifikasi karakteristik luka/benjolan
- Bersihkan luka dengan cairan saline atau antiseptik
- Aplikasikan balutan luka yang sesuai
- Evaluasi perkembangan luka secara berkala
b. Manajemen Nyeri
- Kaji nyeri pasien (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, dan intensitas)
- Berikan analgesik sesuai resep dokter
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (kompres hangat, relaksasi, dsb.)
- Evaluasi efektivitas manajemen nyeri
c. Edukasi Kesehatan
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang perawatan luka di rumah
- Jelaskan pentingnya menjaga kebersihan luka dan tanda-tanda infeksi
- Diskusikan rencana tindak lanjut dan pemeriksaan lebih lanjut
Penjelasan: Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen luka, manajemen nyeri, dan edukasi kesehatan. Tujuannya adalah untuk memulihkan integritas kulit, mengendalikan nyeri, dan meningkatkan pengetahuan pasien tentang perawatan luka.
Sebagai seorang perawat, saya akan melaksanakan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk menangani kondisi pasien ini dengan menggunakan pendekatan yang berpusat pada pasien dan berbasis bukti terbaik. Dengan menerapkan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan dapat membantu pasien mencapai pemulihan yang optimal. -
Article No. 18633 | 16 Jun 2025
Klinis : CRT jari-jari 3 detik, CRT pada jari-jari tangan < 2 detik. Warna kulit menghitam, bersisik, kulit kaki kering, perabaan kaki dingin dan kulit kaki berkilap. Kuku jari kaki dalam darah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan gejala yang anda paparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, kode, dan definisi SDKI-SLKI-SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
Diagnosa Keperawatan: Gangguan Perfusi Jaringan Perifer
2. Penjelasan Singkat:
Gangguan Perfusi Jaringan Perifer adalah kondisi di mana aliran darah ke jaringan perifer terganggu, sehingga menyebabkan penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan.
3. Kode dan Definisi SDKI-SLKI-SIKI:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00206
Definisi: Gangguan aliran darah ke ekstremitas yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 00804
Definisi: Pemulihan perfusi jaringan perifer yang adekuat.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 00804
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan aliran darah ke ekstremitas dan mempertahankan integritas jaringan.
Berdasarkan kode dan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kondisi yang anda paparkan menunjukkan adanya gangguan perfusi jaringan perifer, yang memerlukan intervensi keperawatan untuk memulihkan perfusi jaringan yang adekuat.