Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 5494 | 13 Nov 2024
Klinis : An. H usia 1 tahun beragama Islam belum bersekolah. Ny. I merupakan penanggung jawabnya yang merupakan ibu dari An. H dengan Pendidikan SMP dan pekerjaan sebagai IRT. Ibu pasien mengeluh An.H mengalami diare. Pada saat malam hari An.H mulai muntah-muntah hingga akhirnya keluarga membawa An.H ke IGD Rumah Sakit. An.H muncul BAB cair sebanyak ±10x. Ibu pasien mengatakan tidak ada penyakit serius hanya batuk, pilek, dan demam seperti biasa. Ibu pasien mengatakan sebelumnya An.H tidak pernah dirawat. Ibu pasien mengatakan sebelum sakit tidak ada keluhan, tidak ada darah dalam BABnya, semenjak sakit ibu pasien mengatakan BABnya cair namun tidak tampak ada darah. BAK tidak ada keluhan. Ibu pasien mengatakan sebelum sakit, ibunya selalu menggantikan popok ±5 kali/hari, namun saat sakit mengganti popok menyesuaikan dengan BAB yang keluar dari An.H, Bau khas saat sebelum sakit dan sedikit bau campuran obat saat sakit, warna BAB saat sebelum sakit khas terkadang menyesuaikan dengan apa yang An.H makan, saat sakit warna BAB kuning-hijau. Pasien tampak lemas, pasien tampak minum dengan lahap/dehidrsai ringan-sedang. Hasil pemeriksaan TTV N : 143x/menit, RR : 25x/menit S : 36,0℃, BB sebelum sakit : 10,5kg BB saat sakit : 9,8kg. Perut tampak cembung, warna kulit abdomen sama dengan warna kulit sekitarnya, tidak terdapat nyeri tekan pada abdomen anak, bising usus hiperaktif 32x/menit, dan tidak kembung Terapi obat yang di dapatkan pasien Invomit 3x1 mg, Ranitidine 2x10 mg, sanmol syrup 3x1 sdt, orezinc 1x1 sdt, Lacto-B 2x1 sachet, Cefixim syrup 1x1⁄2 sdt, Thyamicin 4x1⁄2 sdt, Nystatin 4x1cc, Dehidralyte 200 ml
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, berikut diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi An. H:
Diagnosa Keperawatan:
1. Resiko Dehidrasi berhubungan dengan diare dan muntah
2. Risiko Malnutrisi berhubungan dengan Penurunan Berat Badan
3. Risiko Infeksi berhubungan dengan diare
Penjelasan Singkat:
1. Resiko Dehidrasi berhubungan dengan diare dan muntah
- SDKI: Risiko Dehidrasi
- SLKI: Hidrasi
- SIKI: Manajemen Cairan
Penjelasan: Pasien mengalami diare dan muntah yang dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan. Risiko dehidrasi harus segera diatasi untuk mencegah komplikasi yang lebih berat.
2. Risiko Malnutrisi berhubungan dengan Penurunan Berat Badan
- SDKI: Risiko Malnutrisi
- SLKI: Status Nutrisi
- SIKI: Manajemen Nutrisi
Penjelasan: Pasien mengalami penurunan berat badan yang signifikan, yang dapat berdampak pada status nutrisi dan pertumbuhan. Risiko malnutrisi perlu dikenali dan diatasi segera untuk menjaga status gizi pasien.
3. Risiko Infeksi berhubungan dengan diare
- SDKI: Risiko Infeksi
- SLKI: Kontrol Infeksi
- SIKI: Manajemen Infeksi
Penjelasan: Diare yang terjadi pada pasien dapat menjadi pintu masuk bagi infeksi, baik infeksi saluran cerna maupun infeksi lainnya. Risiko infeksi perlu dikenali dan diatasi dengan pemberian terapi antibiotik yang sesuai.
Secara umum, pendekatan keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI adalah:
- Manajemen cairan dan elektrolit untuk mencegah dehidrasi
- Manajemen nutrisi untuk mencegah malnutrisi
- Manajemen infeksi untuk mencegah komplikasi infeksi
- Edukasi dan dukungan pada keluarga untuk meningkatkan pemahaman dan partisipasi dalam perawatan. -
Article No. 5495 | 13 Nov 2024
Klinis : Pasien bernama Tn. A, usia 38 tahun 0 bulan 17 hari, jenis kelamin laki-laki, alamat Sriwulan RT 03, RW 01 Sayung Demak, agama islam, pendidikan terakhir SMA sederajat, suku bangsa Jawa Indonesia, pasien bekerja sebagai buruh swasta. Penanggung jawab merupakan isteri dari pasien bernama Ny. S. bekerja sebagai ibu rumah tangga, pendidikan terakhir isteri pasien SMA sederajat, agama islam, suku bangsa Jawa Indonesia, alamat Sriwulan RT 03, RW 01 Sayung Demak. Pasien mengatakan diare sejak 2 hari yang lalu. Tn. A mengatakan BAB lebih dari 10 kali dalam sehari disertai dengan muntah. Konsistensi feses cair, tidak ada lendir dan warna feses kuning. Pasien mengatakan badan terasa lemas, nafsu makan menurun. Tn. A mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang serius, hanya pernah demam, pusing, batuk, pilek dan sembuh dalam waktu kurang dari 3 hari setelah dibawa keklinik terdekat. Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah dirawat dirumah sakit. Pasien tidak terdapat riwayat alergi makanan dan obat-obatan. Tn. A mengatakan keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit yang serius. Sebelum sakit pasien mengatakan BAB 1x sehari dengan konsistensi padat, feses berwarna kuning. Setelah sakit pasien mengatakan BAB lebih dari 5x dalam sehari dengan konsistensi cair disertai muntah. Pasien mengatakan tidak ada kentut selama 1 minggu. Sebelum dan sesudah sakit pasien mengatakan tidak ada keluhan pada BAK. Persepsi nyeri pasien dengan menggunakan pendekatan P,Q,R,S,T P = Palatif (nyeri pada area seluruh perut) Q = Qualitas (nyeri terasa seperti diremas-remas) R = Regio (perut) S = Skala (4 dengan skala nyeri 1-10) T =Time (timbul nyeri:sering, tipe nyeri:hilang timbul) Pasien dalam keadaan sadar penuh, penampilan lemah dan lesu, GCS 15 (E:4, M:6, V:5). hasil pemeriksaan tanda vital: TD= 120/70 mmHg, N= 90x/menit, RR= 20x/menit, S= 36,3°C, Abdomen, inspeksi: dinding abdomen simetris, tidak ada luka, auskultasi: peristaltik usus terdengar 28x/menit, perkusi: terdengar bunyi timpani, palpasi: tidak ada edema, terdapat nyeri tekan. Hasil pemeriksaan labolatorium didapatkan hemoglobin hasil 15.7 dengan nilai rujukan 13.2-17.3 dengan satuan g/dL, hematokrit didapatkan hasil 48.5 dengan nilai rujukan 33.0-45.0 dengan satuan %, leukosit didapatkan hasil 13.19 dengan nilai rujukan 3.80-10.60 dengan satuan ribu/ μL, Pasien mendapatkan terapi infus RL 20 tpm, injeksi intravena yaitu ondansentron 3x1, omeprazole 1x1, ciprofloxasin 2x1, obat oral yaitu new diatabs 4x2, paracetamol 4x1, l.bio 1x1, zinc 2x1, ketoconazole 1x1, sucralfate syirup 3x10ml
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, serta rencana tindakan keperawatan untuk Tn. A:
Diagnosa Keperawatan:
1. Diare akut berhubungan dengan infeksi gastrointestinal, ditandai dengan BAB lebih dari 10 kali sehari, konsistensi feses cair, dan rasa nyeri pada perut.
2. Risiko dehidrasi berhubungan dengan diare akut, ditandai dengan gejala seperti mulut kering, turgor kulit menurun, dan peningkatan denyut nadi.
3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, ditandai dengan penurunan berat badan dan nafsu makan menurun.
4. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal, ditandai dengan nyeri pada perut yang dirasakan seperti diremas-remas.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Diare Akut
- SDKI: Definisi, Faktor yang Mempengaruhi, Gejala dan Tanda, Penyebab
- SLKI: Tujuan, Kriteria Hasil
- SIKI: Intervensi Keperawatan
2. Risiko Dehidrasi
- SDKI: Definisi, Faktor yang Mempengaruhi, Gejala dan Tanda, Penyebab
- SLKI: Tujuan, Kriteria Hasil
- SIKI: Intervensi Keperawatan
3. Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI: Definisi, Faktor yang Mempengaruhi, Gejala dan Tanda, Penyebab
- SLKI: Tujuan, Kriteria Hasil
- SIKI: Intervensi Keperawatan
4. Nyeri Akut
- SDKI: Definisi, Faktor yang Mempengaruhi, Gejala dan Tanda, Penyebab
- SLKI: Tujuan, Kriteria Hasil
- SIKI: Intervensi Keperawatan
Rencana Tindakan Keperawatan:
1. Lakukan pengkajian komprehensif terkait kondisi diare, dehidrasi, status nutrisi, dan nyeri.
2. Berikan terapi cairan dan elektrolit sesuai resep dokter untuk mencegah dehidrasi.
3. Pantau asupan dan output cairan pasien secara ketat.
4. Berikan nutrisi enteral yang sesuai untuk mengatasi masalah nutrisi.
5. Berikan terapi analgesik sesuai resep dokter untuk mengatasi nyeri.
6. Ajarkan pasien dan keluarga tentang manajemen diare, pencegahan dehidrasi, dan nutrisi yang tepat.
7. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk penanganan diare akut. -
Article No. 5496 | 13 Nov 2024
Klinis : Seorang pasien perempuan berusia 58 tahun melakukan pemeriksaan ke Poli Penyakit Dalam. Pasien dilakukan anamnesa awal oleh perawat Poli dan mengeluh sudah 2 minggu tidak dapat menahan buang air kecil (BAK) sehingga seringkali “mengompol”. Pasien mengatakan hal ini mengganggu aktifitas-nya yang sering kali masih mengikuti pengajian mingguan di masjid dekat rumahnya atau kegiatan sosial lainnya dalam lingkungan Rukun Tetangga (RT). Pasien mengatakan juga kesulitan apabila harus bepergian jauh karena sulit menahan terlalu lama BAK. Kondisi ini seringkali menimbulkan rasa malu dan stress bagi pasien. Pasien mengatakan tidak ada keluhan nyeri, panas atau perih saat BAK. Pasien memiliki 6 orang anak dan riwayat melahirkan per-vaginam. Perawat dan dokter menyampaikan bahwa pasien mengalami inkontinensia urin. Pasien memiliki berat badan berlebih dan sudah mengalami periode menopause.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Inkontinensia urin
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Inkontinensia urin adalah ketidakmampuan mengendalikan pengeluaran urin.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Inkontinensia
2. Kenyamanan
3. Integritas Kulit
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Inkontinensia Urin
2. Perawatan Inkontinensia
3. Peningkatan Kenyamanan
4. Pencegahan Luka Tekan
Penjelasan:
Pasien perempuan berusia 58 tahun mengalami inkontinensia urin, yaitu ketidakmampuan untuk menahan BAK sehingga sering "mengompol". Hal ini mengganggu aktivitas pasien, menimbulkan rasa malu dan stres. Faktor-faktor yang berkontribusi adalah riwayat persalinan pervaginam, berat badan berlebih, dan usia pasca menopause.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen inkontinensia urin (misalnya latihan otot dasar panggul), perawatan inkontinensia (misalnya penggunaan alat bantu), peningkatan kenyamanan (misalnya menjaga kebersihan dan kulit agar tidak iritasi), serta pencegahan luka tekan. -
Article No. 5497 | 13 Nov 2024
Klinis : Seorang pasien perempuan berusia 58 tahun melakukan pemeriksaan ke Poli Penyakit Dalam. Pasien dilakukan anamnesa awal oleh perawat Poli dan mengeluh sudah 2 minggu tidak dapat menahan buang air kecil (BAK) sehingga seringkali “mengompol”. Pasien mengatakan hal ini mengganggu aktifitas-nya yang sering kali masih mengikuti pengajian mingguan di masjid dekat rumahnya atau kegiatan sosial lainnya dalam lingkungan Rukun Tetangga (RT). Pasien mengatakan juga kesulitan apabila harus bepergian jauh karena sulit menahan terlalu lama BAK. Kondisi ini seringkali menimbulkan rasa malu dan stress bagi pasien. Pasien mengatakan tidak ada keluhan nyeri, panas atau perih saat BAK. Pasien memiliki 6 orang anak dan riwayat melahirkan per-vaginam. Perawat dan dokter menyampaikan bahwa pasien mengalami inkontinensia urin. Pasien memiliki berat badan berlebih dan sudah mengalami periode menopause.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kasus ini adalah:
1. Inkontinensia Urin
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Kehilangan kendali urin yang tidak disengaja yang mengganggu aktivitas normal dan interaksi sosial.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Kemampuan mengendalikan pengeluaran urin.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen Inkontinensia Urin.
Penjelasan singkat:
Inkontinensia urin adalah kondisi di mana pasien tidak dapat menahan buang air kecil (BAK) dengan baik, sehingga sering mengalami "mengompol". Hal ini dapat mengganggu aktivitas sosial dan menyebabkan rasa malu bagi pasien. Faktor-faktor yang berkontribusi dalam kasus ini adalah usia lanjut, riwayat kelahiran per-vaginam, dan kelebihan berat badan.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi edukasi kepada pasien dan keluarga, latihan kontrol BAK, pengaturan pola konsumsi cairan, serta penggunaan alat bantu seperti pembalut atau kateter jika perlu. Tujuannya adalah meningkatkan kemampuan pasien dalam mengendalikan pengeluaran urin dan mengurangi dampak negatif dari inkontinensia urin. -
Article No. 5498 | 13 Nov 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan pusing
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan keluhan pusing.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital adalah keadaan di mana perubahan yang tidak normal terjadi pada satu atau lebih tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernapasan, tekanan darah).
- Tanda dan gejala utama dapat termasuk, tetapi tidak terbatas pada, perubahan dalam frekuensi nadi, pernapasan, tekanan darah, atau suhu tubuh.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Stabilitas Tanda-Tanda Vital: Keadaan di mana tanda-tanda vital pasien (suhu, nadi, pernapasan, tekanan darah) berada dalam kisaran normal.
- Luaran yang diharapkan adalah pasien menunjukkan stabilitas tanda-tanda vital yang sesuai dengan nilai normal.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Tindakan pemantauan terhadap suhu, nadi, pernapasan, dan tekanan darah pasien secara teratur dan dokumentasi hasil pemantauan.
- Intervensi yang dapat dilakukan adalah memonitor tanda-tanda vital secara rutin, mengenali tanda-tanda perubahan tanda-tanda vital, dan melaporkan perubahan yang signifikan kepada tenaga kesehatan yang sesuai.
Dengan menggunakan kerangka SDKI - SLKI - SIKI, perawat dapat mengidentifikasi masalah keperawatan, merencanakan luaran yang diharapkan, dan menentukan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengatasi masalah pasien dengan keluhan pusing. -
Article No. 5499 | 13 Nov 2024
Klinis : Pasien tampak sakit ringan/ sedang / berat / tidak tampak sakit Alasan: Klien dalam keadaan sadar penuh Keluhan utama: Nyeri diseluruh perut dan tidak BAB • Riwayat Penyakit Sekarang : Klien datang ke Igd tanggal 7/11/2024 dengan membawa pengantar dari dokter praktek dengan keluhan sejak satu minggu yang lalu perut membesar, tidak BAB, badan lemas, mual dan muntah setiap habis makan dan minum. Terpasang NGT dekompresi, infus RL, D5, Panamin (2:1:1) 20 tetes permenit, cateter, warna cairan drainase kuning muda, urine berwarna kuning, BAB encer 1x jumlah sedikit,warna hijau tua, aktivitas miring kiri/ kanan mandiri, duduk, mandi , berpakaian dengan bantuan keluarga, nyeri pada perut hilang timbul dengan skala nyeri 4 (sedang). Klien mengatakan cemas dengan rencana tindakan operasi, sejak masuk rs pasien dipuasakan, wajah tampak pucat, tampak tegang, kulit tampak kurang bersih, mukosa mulut tampak kurang bersih TTV: TD: 120/70 mmHg, HR: 89 x/m, RR; 18 x/m, S: 36℃, SpO2: 98 %
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami kondisi sakit sedang dengan keluhan nyeri perut dan tidak bisa buang air besar. Berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi ini:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan proses patologis
Penjelasan SDKI:
- Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain)
- Penyebabnya dapat berupa penyakit, cedera, atau prosedur diagnostik/terapeutik
2. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi mekanis
Penjelasan SDKI:
- Penurunan frekuensi buang air besar, kesulitan mengeluarkan feses, atau pengeluaran feses yang tidak adekuat
- Penyebabnya dapat berupa obstruksi saluran cerna, aktivitas fisik menurun, asupan cairan tidak adekuat
3. Kecemasan berhubungan dengan ancaman status kesehatan
Penjelasan SDKI:
- Respon emosional terhadap bahaya yang dibayangkan atau nyata, yang ditandai dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya
- Penyebabnya dapat berupa perubahan status kesehatan, lingkungan yang tidak dikenal, prosedur diagnostik/terapeutik
Penjelasan SLKI:
- Intervensi untuk mengatasi nyeri akut, konstipasi, dan kecemasan antara lain: manajemen nyeri, manajemen konstipasi, dan manajemen kecemasan
Penjelasan SIKI:
- Aktivitas keperawatan untuk mengatasi masalah di atas antara lain: pemberian analgetik, pemberian laksatif, pemberian edukasi, dan pemberian terapi relaksasi. -
Article No. 5500 | 13 Nov 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan luka lecet di kaki kanan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Integritas Kulit Terganggu
Definisi: Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
Penjelasan:
Pasien datang dengan keluhan luka lecet di kaki kanan, menunjukkan adanya kerusakan pada lapisan kulit. Diagnosa ini sesuai dengan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) yang dikeluarkan oleh PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) yang terkait:
- Penyembuhan Luka: Proses pemulihan integritas kulit dan jaringan.
- Integritas Kulit: Kondisi utuh dan sehat dari epidermis, dermis, dan lapisan subkutan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang sesuai:
- Perawatan Luka: Tindakan untuk mempertahankan dan memperbaiki integritas kulit.
- Manajemen Lingkungan: Tindakan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pemulihan pasien.
Dengan tone akademis dan persona pakar, perawat dapat memberikan penjelasan lebih rinci tentang diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan standar PPNI. Selain itu, perawat dapat memberikan edukasi dan rekomendasi perawatan luka yang tepat untuk membantu pasien dalam proses penyembuhan. -
Article No. 5501 | 13 Nov 2024
Klinis : Pasien mengatakan pada tanggal 30 Oktober 2024 jam 08:00 pergi ke puskesmas laihuruk dengan keluhan sesak napas, batuk sejak 2 minggu yang lalu, saat di periksa oleh dokter pasien mengatakan sesak dan batuk sejak 2 minggu yang lalu, hasil pemeriksaan tekanan darah : 90/60 mmhg nadi : 80x/menit suhu: 36,6 RR : 28 dan dokter pun memutuskan untuk di rujuk ke RSK Karitas pasien tersebut di bawah di IGD jam 10:00 (instalasi gawat darurat) pasien di periksa oleh perawat IGD dengan hasil keadaan umum : pasien tampak lemah, Tekanan Darah :98/60 mmHg, Nadi : 70x/menit, RR: 28x/menit, SpO2 : 91%, Suhu : 36,5 c, kemudian pukul 11.10 pasien terpasang O2 3 liter permenit dan terpasang cairan infus RL 20 TPM ditangan bagian kiri pukul 11.40. Pada pukul 11.50 pasien dilakukan skin tes ceftriaxone serta perawatan infus, pukul 12.00 pasien dilayani injeksi Ceftriaxone 1 gram/IV dan Methylprednisolone 62,5 mg/ IV, Omeprazole 20 mg/IV. Pukul 12.30 pasien di Nebulizer Ventolin 1 ampul, dan pukul 13.00 pasien dilayani obat oral Ambroxol 1 tablet, sekaligus dilakukan juga perawatan infus. Pasien dipindahkan diruangan interna pukul 14.00 dan tindakan yang dilakukan ketika pasien di ruangan interna yaitu pemasangan O2 nasal kanul 4 liter per menit. Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 01 November 2024 pukul 10.00 di ruang Interna, pasien mengatakan sesak napas dan batuk, adanya bunyi napas ronkhi tampak lemah, tampak kesulitan bernapas, pola napas cepat/takipnea, kesadaran composmentis, terpasang infus RL dengan kecepatan 14 TPM ditangan bagian kiri, terpasang O2 nasal kanul dengan kecepatan 4 liter per menit. Hasil pemeriksaan TTV. TD : 123/62 mmHg, N : 107x/menit, SpO2: 98%, RR : 26x/menit, Suhu : 36,5 C.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diuraikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif (00032)
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pernapasan yang memberikan ventilasi adekuat.
- SLKI: Menunjukkan perubahan frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk memastikan pernapasan yang adekuat dan mencegah komplikasi pernapasan.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00031)
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau menghalangi jalan napas untuk mempertahankan fungsi paru-paru yang optimal.
- SLKI: Menunjukkan ketidakmampuan untuk membersihkan jalan napas secara efektif.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk memelihara dan memfasilitasi bersihan jalan napas yang efektif.
3. Intoleransi Aktivitas (00092)
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau dibutuhkan karena keterbatasan fisiologis atau psikologis.
- SLKI: Menunjukkan keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik dan kelelahan.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
Penjelasan Singkat:
1. Pola Napas Tidak Efektif:
- Pasien mengalami sesak napas dan batuk, yang menunjukkan ketidakmampuan mempertahankan pola napas yang adekuat.
- Intervensi keperawatan akan berfokus pada memantau dan mempertahankan fungsi pernapasan yang optimal.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Pasien mengalami batuk yang menunjukkan ketidakmampuan membersihkan jalan napas secara efektif.
- Intervensi keperawatan akan berfokus pada memfasilitasi bersihan jalan napas yang efektif.
3. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien tampak lemah, yang menunjukkan keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik.
- Intervensi keperawatan akan berfokus pada memfasilitasi peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat akan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai acuan dalam mengidentifikasi masalah, merencanakan, dan melaksanakan intervensi yang sesuai dengan kondisi pasien. -
Article No. 5502 | 13 Nov 2024
Klinis : Tn.Y, seorang pria berusia 49 tahun yang bekerja sebagai karyawan swasta, merupakan anak sulung dari tiga bersaudara. Ia memiliki satu adik laki-laki dan satu adik perempuan, yang keduanya sudah menikah dan berkeluarga. Sebaliknya, Tn.Y hingga saat ini belum berkeluarga. Seluruh keluarganya beragama Islam. Orang tua Tn.Y telah meninggal dunia, sehingga ia kehilangan kedua orang tua yang mungkin bisa menjadi tempat berbagi atau sumber dukungan emosional dalam kesehariannya. Saat ini, Tn. Y dirawat di Rumah Sakit Jiwa karena mengalami berbagai gejala gangguan mental yang cukup serius, seperti stres berat, perasaan gelisah yang terus-menerus, perilaku berbicara sendiri, dan kesulitan tidur yang mengganggu aktivitas hariannya. Berdasarkan riwayat medis, Tn. Y pernah didiagnosis dengan skizofrenia, yang merupakan gangguan mental kronis yang dapat menyebabkan perubahan dalam cara berpikir, berperilaku, dan merasakan kenyataan. Ini bukan pertama kalinya Tn. Y mengalami gejala skizofrenia dan menerima perawatan medis, karena sebelumnya ia juga pernah dirawat di dua fasilitas kesehatan mental, yaitu Rumah Sakit Tuntungan sebanyak satu kali dan Rumah Sakit Jiwa Bina Atma sebanyak satu kali. Pada pemeriksaan fisik terbaru, kondisi kesehatan fisik Tn.Y terbilang cukup stabil. Hasil pemeriksaan vital menunjukkan tekanan darah 120/80 mmHg, denyut nadi 75 kali per menit, suhu tubuh 37°C, dan frekuensi pernapasan 20 kali per menit. Dengan tinggi badan 165 cm dan berat badan 65 kg, indeks massa tubuh Tn.Y tergolong dalam kategori normal. Meskipun kondisi fisiknya stabil, gangguan skizofrenia yang dialami memerlukan perhatian dan penanganan intensif, mengingat gangguan ini dapat memengaruhi kualitas hidup serta interaksi sosialnya secara signifikan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi Tn. Y yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Proses Pikir Berhubungan dengan Skizofrenia
2. Insomnia Berhubungan dengan Stres Berat
3. Isolasi Sosial Berhubungan dengan Perubahan Perilaku akibat Skizofrenia
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan Proses Pikir Berhubungan dengan Skizofrenia
- SDKI: Gangguan Proses Pikir
- SLKI: Peningkatan Fungsi Kognitif
- SIKI: Terapi Modalitas
Skizofrenia dapat menyebabkan gangguan pada proses pikir, seperti waham, halusinasi, dan delusi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah terapi modalitas, seperti terapi aktivitas, terapi kognitif, dan terapi kelompok, untuk membantu Tn. Y dalam mengatasi gangguan proses pikirnya.
2. Insomnia Berhubungan dengan Stres Berat
- SDKI: Insomnia
- SLKI: Pola Tidur Efektif
- SIKI: Manajemen Insomnia
Stres berat yang dialami Tn. Y dapat menyebabkan gangguan tidur atau insomnia. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen insomnia, seperti edukasi mengenai pola tidur yang baik, relaksasi, dan pengaturan lingkungan tidur yang nyaman, untuk membantu Tn. Y memperoleh kualitas tidur yang lebih baik.
3. Isolasi Sosial Berhubungan dengan Perubahan Perilaku akibat Skizofrenia
- SDKI: Isolasi Sosial
- SLKI: Interaksi Sosial
- SIKI: Terapi Sosialisasi
Skizofrenia dapat menyebabkan perubahan perilaku pada Tn. Y, seperti berbicara sendiri, yang dapat mempengaruhi interaksi sosialnya. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah terapi sosialisasi, seperti dukungan kelompok, terapi aktivitas sosial, dan pengembangan keterampilan sosial, untuk membantu Tn. Y meningkatkan kemampuan berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.
Penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dalam praktik keperawatan dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk mengatasi masalah kesehatan Tn. Y. -
Article No. 5503 | 13 Nov 2024
Klinis : Pasien mengatakan pada Tanggal 04 Maret 2024 mengalami sesak napas dan keluarga membawa ke klinik dan mendapat rujukan ke RSUD Waikabubak untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Sampainya di RSUD Waikabubak pasien dibawah ke IGD (Instalasi Gawat Darurat) pada pukul 13.00 wita. Pasien di periksa perawat IGD dengan hasil keadaan umum: pasien tampak lemah, Tekanan Darah 110/78 MmHg, Nadi 80x/menit, RR: 28x/menit, Spo2: 94%, suhu 36,5◦C. pasien terpasang 02 masker 5 liter/menit dan terpasang cairan infus NACL 12 TPM ditangan bagian kiri pukul 13.50. Pada pukul 13.55 Wita pasien dilakukan skin tes ceftiaxone serta perawatan infus, pukul 14.15 pasien dilayani obat oral paracetamol 1 tablet, Omeprazole 1 tablet, dan obat injeksi ceftiaxone 1 gram/IV dexamethasone 5 mg/IV dan pasien di Nebulizer Ventolin 1 ampul. Pada pukul 14.45 wita pasien dipindahkan diruangan ISOLASI dan tindakan yang dilakukan yaitu pemasangan 02 masker 05 liter/menit. Pada tanggal 05 Maret 2024 pukul 17.00 wita saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan sesak napas dan batuk, pemeriksaan fisik terdapat bunyi napas ronkhi pada paru kiri, pasien tampak lemah, tampak kesulitan bernapas (dispnea), pola napas cepat, dan tampak sedikit cemas, kesadaran composmentis, terpasang 02 masker dengan kecepaan 5 liter/menit. Hasil pemeriksaan Tanda-tanda vital. TD: 123/63 MmHg, N: 67x/menit, Spo2:89%, RR: 28x/menit, Suhu:36C. Pasien mengatakan ada riwayat penyakit dahulu yaitu TB paru sejak tahun 2022 dan sudah menjalani pengobatan program dari puskesmas, namun setelah obatnya habis pasien mengatakan tidak lagi pergi ke puskesmas untuk melanjutkan pengobatan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membuang sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Penyebab: Penumpukan sekret, bronkospasme, kelemahan otot pernapasan.
Gejala: Dispnea, napas cepat, bunyi napas tambahan, kesulitan bernapas.
2. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
Penyebab: Gangguan fungsi paru, kelelahan otot pernapasan.
Gejala: Dispnea, napas cepat, penggunaan otot bantu pernapasan, napas dangkal.
3. Ansietas
Definisi: Respon emosional dan fisik terhadap ancaman yang dirasakan tidak jelas atau tidak diketahui.
Penyebab: Stres, penyakit kronis.
Gejala: Cemas, khawatir, tegang, mudah terganggu.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi dan menentukan masalah keperawatan pada pasien. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk menentukan hasil atau tujuan yang ingin dicapai dalam asuhan keperawatan. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang akan dilakukan untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Dalam kasus ini, perawat dapat menggunakan SDKI untuk menentukan diagnosa keperawatan, SLKI untuk menetapkan tujuan atau hasil yang diharapkan, dan SIKI untuk menentukan intervensi keperawatan yang tepat untuk mengatasi masalah pasien.