Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18613 | 16 Jun 2025
Klinis : amenorea
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya Petugas Keperawatan dengan persona sebagai pakar.
Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, yaitu amenorea, maka berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat, serta kode dan definisi sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan Pola Menstruasi (00010)
Definisi SDKI:
Perubahan pola menstruasi yang tidak sesuai dengan pola normal.
Luaran SLKI:
Pola Menstruasi Efektif (10020)
Definisi: Perubahan pola menstruasi yang sesuai dengan pola normal.
Intervensi SIKI:
Manajemen Amenorea (6660)
Definisi: Tindakan mandiri perawat untuk mengkaji, memonitor, dan memfasilitasi pemulihan pola menstruasi yang abnormal.
Kode intervensi: 6660
Semoga informasi ini dapat bermanfaat bagi Anda. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya.
Wassalamualaikum. -
Article No. 18615 | 16 Jun 2025
Klinis : ? ASSESSMENT KEPERAWATAN Nama Pasien: Ny. M Usia: 74 tahun Jenis Kelamin: Perempuan Tanggal Pengkajian: 16 Juni 2025 Perawat Penanggung Jawab: [Nama Anda] --- ???? 1. Identitas Umum Nama: Ny. M Usia: 74 tahun Jenis kelamin: Perempuan Alamat: [isi] Agama: Islam Status pernikahan: Janda Pendidikan terakhir: SD Pekerjaan: Ibu rumah tangga Penanggung jawab: Anak kandung --- ?? 2. Keluhan Utama (Anamnesis Subjektif) “Saya sesak dari kemarin sore, makin berat sejak semalam. Lebih enak kalau duduk.” Nafsu makan ?, kadang mual, tidak muntah Tidak demam, tapi merasa lemas dan sering ngantuk Mengeluh tidak kuat jalan dan takut jatuh lagi (ada riwayat jatuh minggu lalu ? fraktur jari kaki kanan) Batuk ringan, tidak berdahak, suara napas berbunyi “grok-grok” --- ? 3. Pemeriksaan Fisik (Objektif) Tanda vital: TD: 140/80 mmHg Nadi: 83x/menit RR: 24x/menit Suhu: Afebris (36,8°C) SpO?: 88% RA ? naik ke 94% dgn O? nasal 3 LPM Kepala & leher: Tidak ada sianosis bibir Leher tidak ada distensi vena jugularis Thoraks: Simetris, namun gerakan pernapasan dangkal Suara napas: ronkhi basah kasar bilateral, wheezing (+) Jantung: S1–S2 normal, murmur tidak terdengar Ekstremitas: Akral hangat CRT <2 detik Pitting edema +/+ (pergelangan kaki hingga pretibial) Abdomen: Bising usus normal, nyeri tekan (-), tidak ada pembesaran hepar Ekstremitas bawah kanan: Fraktur digit pedis dextra (kemerahan, bengkak ringan, nyeri tekan) --- ? 4. Pemeriksaan Penunjang (Data Klinis Terintegrasi) Rontgen Thoraks: Infiltrat bilateral, kardiomegali, efusi pleura ringan Laboratorium: Leukosit: 16.400 ? (NLR 3,65) Ureum: 54 ? Kreatinin: 0.8 (normal) eGFR: 73 SGOT/SGPT: Normal Elektrolit: dalam batas normal EKG: Sinus rhythm reguler, tidak ada iskemia/arritmia --- ?? 5. Kebutuhan Dasar (Model Virginia Henderson) Aspek Temuan Bernapas normal Terganggu ? sesak, hipoksia Makan & minum Nafsu makan menurun Eliminasi Urine output belum tercatat Mobilisasi Terbatas akibat sesak dan fraktur Istirahat tidur Tidur terganggu karena sesak Kebersihan diri Dibantu anak Keamanan Takut jatuh, lingkungan belum disesuaikan Komunikasi Baik, orientasi waktu & tempat baik Kepercayaan / nilai Ibu rajin shalat, mengeluh tidak bisa shalat berdiri --- ? 6. Riwayat Kesehatan Penyakit saat ini: CHF, HT, curiga pneumonia ringan Penyakit terdahulu: Hipertensi, belum ada riwayat stroke/DM Obat rutin: Amlodipin 10 mg/hari Riwayat jatuh: Minggu lalu, fraktur jari kaki --- ???? 7. Riwayat Psikososial Pasien tinggal bersama anak Tidak menunjukkan tanda depresi berat Merasa "takut jadi beban", khawatir kondisi tambah parah Dukungan keluarga baik, tapi belum ada caregiver khusus ---
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan asesmen keperawatan yang telah diberikan, berikut diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai, luaran yang diharapkan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak
3. Intoleransi Aktivitas
4. Risiko Jatuh
Luaran yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Bebas dari sumbatan jalan napas
- Frekuensi pernapasan dalam batas normal
- Saturasi oksigen dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda distres pernapasan
2. Perfusi Jaringan Kardiak Efektif
- Tekanan darah dalam batas normal
- Nadi perifer teraba baik
- Tidak ada tanda-tanda gagal jantung
- Tidak ada pembengkakan pada ekstremitas
3. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri
- Tidak ada keluhan sesak saat beraktivitas
- Tidak ada penurunan kemampuan fungsional
4. Risiko Jatuh Menurun
- Tidak ada riwayat jatuh baru
- Lingkungan pasien aman dan disesuaikan
- Pasien mampu melakukan aktivitas dengan aman
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Atur posisi semi-fowler untuk memfasilitasi pernapasan
- Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
- Lakukan fisioterapi dada dan batuk efektif
- Monitor tanda-tanda vital dan saturasi oksigen
- Kolaborasi pemberian terapi bronkodilatator dan diuretik
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak
- Monitor tanda-tanda vital, intake-output, dan tanda-tanda gagal jantung
- Kolaborasi pemberian terapi kardiovaskular (misalnya: diuretik, ACE inhibitor)
- Anjurkan aktivitas fisik sesuai toleransi
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen CHF
3. Intoleransi Aktivitas
- Evaluasi kemampuan fungsional pasien
- Berikan bantuan mobilisasi sesuai kebutuhan
- Ajarkan teknik bernapas dalam dan relaksasi
- Kolaborasi pemberian terapi oksigen dan rehabilitasi
4. Risiko Jatuh
- Identifikasi faktor risiko jatuh
- Modifikasi lingkungan untuk mencegah jatuh
- Berikan alat bantu jalan sesuai kebutuhan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan jatuh
- Kolaborasi pemberian terapi fisik untuk meningkatkan keseimbangan
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Pasien mengalami sesak napas, ronkhi basah kasar, dan wheezing yang mengindikasikan adanya gangguan pada bersihan jalan napas.
- Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif, ditandai dengan bebas dari sumbatan jalan napas, frekuensi pernapasan dalam batas normal, saturasi oksigen dalam batas normal, dan tidak ada tanda-tanda distres pernapasan.
- Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pengaturan posisi semi-fowler, pemberian oksigenasi, fisioterapi dada dan batuk efektif, pemantauan tanda-tanda vital dan saturasi oksigen, serta kolaborasi pemberian terapi bronkodilatator dan diuretik.
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak
- Pasien memiliki riwayat hipertensi dan gejala gagal jantung, seperti edema perifer, yang menunjukkan adanya gangguan pada perfusi jaringan kardiak.
- Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan perfusi jaringan kardiak yang efektif, ditandai dengan tekanan darah dalam batas normal, nadi perifer teraba baik, tidak ada tanda-tanda gagal jantung, dan tidak ada pembengkakan pada ekstremitas.
- Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, intake-output, dan tanda-tanda gagal jantung, kolaborasi pemberian terapi kardiovaskular (misalnya: diuretik, ACE inhibitor), anjuran aktivitas fisik sesuai toleransi, serta edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen CHF.
3. Intoleransi Aktivitas
- Pasien mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari akibat sesak napas dan riwayat jatuh, yang menunjukkan adanya intoleransi aktivitas.
- Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat meningkatkan toleransi aktivitas, ditandai dengan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri, tidak ada keluhan sesak saat beraktivitas, dan tidak ada penurunan kemampuan fungsional.
- Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi evaluasi kemampuan fungsional pasien, pemberian bantuan mobilisasi sesuai kebutuhan, pengajaran teknik bernapas dalam dan relaksasi, serta kolaborasi pemberian terapi oksigen dan rehabilitasi.
4. Risiko Jatuh
- Pasien memiliki riwayat jatuh minggu lalu yang mengakibatkan fraktur jari kaki, serta merasa takut jatuh lagi, sehingga teridentifikasi berisiko jatuh.
- Luaran yang diharapkan adalah risiko jatuh pada pasien menurun, ditandai dengan tidak ada riwayat jatuh baru, lingkungan pasien aman dan disesuaikan, serta pasien mampu melakukan aktivitas dengan aman.
- Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi identifikasi faktor risiko jatuh, modifikasi lingkungan untuk mencegah jatuh, pemberian alat bantu jalan sesuai kebutuhan, edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan jatuh, serta kolaborasi pemberian terapi fisik untuk meningkatkan keseimbangan. -
Article No. 18616 | 16 Jun 2025
Klinis : ? ASSESSMENT KEPERAWATAN Nama Pasien: Ny. M Usia: 74 tahun Jenis Kelamin: Perempuan Tanggal Pengkajian: 16 Juni 2025 Perawat Penanggung Jawab: [Nama Anda] --- ???? 1. Identitas Umum Nama: Ny. M Usia: 74 tahun Jenis kelamin: Perempuan Alamat: [isi] Agama: Islam Status pernikahan: Janda Pendidikan terakhir: SD Pekerjaan: Ibu rumah tangga Penanggung jawab: Anak kandung --- ?? 2. Keluhan Utama (Anamnesis Subjektif) “Saya sesak dari kemarin sore, makin berat sejak semalam. Lebih enak kalau duduk.” Nafsu makan ?, kadang mual, tidak muntah Tidak demam, tapi merasa lemas dan sering ngantuk Mengeluh tidak kuat jalan dan takut jatuh lagi (ada riwayat jatuh minggu lalu ? fraktur jari kaki kanan) Batuk ringan, tidak berdahak, suara napas berbunyi “grok-grok” --- ? 3. Pemeriksaan Fisik (Objektif) Tanda vital: TD: 140/80 mmHg Nadi: 83x/menit RR: 24x/menit Suhu: Afebris (36,8°C) SpO?: 88% RA ? naik ke 94% dgn O? nasal 3 LPM Kepala & leher: Tidak ada sianosis bibir Leher tidak ada distensi vena jugularis Thoraks: Simetris, namun gerakan pernapasan dangkal Suara napas: ronkhi basah kasar bilateral, wheezing (+) Jantung: S1–S2 normal, murmur tidak terdengar Ekstremitas: Akral hangat CRT <2 detik Pitting edema +/+ (pergelangan kaki hingga pretibial) Abdomen: Bising usus normal, nyeri tekan (-), tidak ada pembesaran hepar Ekstremitas bawah kanan: Fraktur digit pedis dextra (kemerahan, bengkak ringan, nyeri tekan) --- ? 4. Pemeriksaan Penunjang (Data Klinis Terintegrasi) Rontgen Thoraks: Infiltrat bilateral, kardiomegali, efusi pleura ringan Laboratorium: Leukosit: 16.400 ? (NLR 3,65) Ureum: 54 ? Kreatinin: 0.8 (normal) eGFR: 73 SGOT/SGPT: Normal Elektrolit: dalam batas normal EKG: Sinus rhythm reguler, tidak ada iskemia/arritmia --- ?? 5. Kebutuhan Dasar (Model Virginia Henderson) Aspek Temuan Bernapas normal Terganggu ? sesak, hipoksia Makan & minum Nafsu makan menurun Eliminasi Urine output belum tercatat Mobilisasi Terbatas akibat sesak dan fraktur Istirahat tidur Tidur terganggu karena sesak Kebersihan diri Dibantu anak Keamanan Takut jatuh, lingkungan belum disesuaikan Komunikasi Baik, orientasi waktu & tempat baik Kepercayaan / nilai Ibu rajin shalat, mengeluh tidak bisa shalat berdiri --- ? 6. Riwayat Kesehatan Penyakit saat ini: CHF, HT, curiga pneumonia ringan Penyakit terdahulu: Hipertensi, belum ada riwayat stroke/DM Obat rutin: Amlodipin 10 mg/hari Riwayat jatuh: Minggu lalu, fraktur jari kaki --- ???? 7. Riwayat Psikososial Pasien tinggal bersama anak Tidak menunjukkan tanda depresi berat Merasa "takut jadi beban", khawatir kondisi tambah parah Dukungan keluarga baik, tapi belum ada caregiver khusus ---
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I50.0
- Deskripsi: Gagal jantung kongestif (CHF)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.90
- Deskripsi: Pemberian oksigen, tidak terspesifikasi
Penjelasan:
- Kode ICD-10 I50.0 (Gagal jantung kongestif) sesuai dengan gejala sesak napas, edema perifer, dan tanda-tanda klinis lain yang mengarah pada diagnosis CHF.
- Kode ICD-9-CM 93.90 (Pemberian oksigen, tidak terspesifikasi) berkaitan dengan pemberian oksigen nasal 3 LPM untuk meningkatkan saturasi oksigen pasien.
Dalam kasus ini, tidak ditemukan adanya tindakan medis lain yang memerlukan kode ICD-9-CM prosedur, sehingga hanya pemberian oksygen yang tercatat. -
Article No. 18617 | 16 Jun 2025
Klinis : ???? 1. Identitas Umum Nama: Ny. Masenah Usia: 74 tahun Jenis kelamin: Perempuan Alamat: [isi] Agama: Islam Status pernikahan: Janda Pendidikan terakhir: SD Pekerjaan: Ibu rumah tangga Penanggung jawab: Anak kandung --- ?? 2. Keluhan Utama (Anamnesis Subjektif) “Saya sesak dari kemarin sore, makin berat sejak semalam. Lebih enak kalau duduk.” Nafsu makan ?, kadang mual, tidak muntah Tidak demam, tapi merasa lemas dan sering ngantuk Mengeluh tidak kuat jalan dan takut jatuh lagi (ada riwayat jatuh minggu lalu ? fraktur jari kaki kanan) Batuk ringan, tidak berdahak, suara napas berbunyi “grok-grok” --- ? 3. Pemeriksaan Fisik (Objektif) Tanda vital: TD: 140/80 mmHg Nadi: 83x/menit RR: 24x/menit Suhu: Afebris (36,8°C) SpO?: 88% RA ? naik ke 94% dgn O? nasal 3 LPM Kepala & leher: Tidak ada sianosis bibir Leher tidak ada distensi vena jugularis Thoraks: Simetris, namun gerakan pernapasan dangkal Suara napas: ronkhi basah kasar bilateral, wheezing (+) Jantung: S1–S2 normal, murmur tidak terdengar Ekstremitas: Akral hangat CRT <2 detik Pitting edema +/+ (pergelangan kaki hingga pretibial) Abdomen: Bising usus normal, nyeri tekan (-), tidak ada pembesaran hepar Ekstremitas bawah kanan: Fraktur digit pedis dextra (kemerahan, bengkak ringan, nyeri tekan) --- ? 4. Pemeriksaan Penunjang (Data Klinis Terintegrasi) Rontgen Thoraks: Infiltrat bilateral, kardiomegali, efusi pleura ringan Laboratorium: Leukosit: 16.400 ? (NLR 3,65) Ureum: 54 ? Kreatinin: 0.8 (normal) eGFR: 73 SGOT/SGPT: Normal Elektrolit: dalam batas normal EKG: Sinus rhythm reguler, tidak ada iskemia/arritmia --- ?? 5. Kebutuhan Dasar (Model Virginia Henderson) Aspek Temuan Bernapas normal Terganggu ? sesak, hipoksia Makan & minum Nafsu makan menurun Eliminasi Urine output belum tercatat Mobilisasi Terbatas akibat sesak dan fraktur Istirahat tidur Tidur terganggu karena sesak Kebersihan diri Dibantu anak Keamanan Takut jatuh, lingkungan belum disesuaikan Komunikasi Baik, orientasi waktu & tempat baik Kepercayaan / nilai Ibu rajin shalat, mengeluh tidak bisa shalat berdiri --- ? 6. Riwayat Kesehatan Penyakit saat ini: CHF, HT, curiga pneumonia ringan Penyakit terdahulu: Hipertensi, belum ada riwayat stroke/DM Obat rutin: Amlodipin 10 mg/hari Riwayat jatuh: Minggu lalu, fraktur jari kaki --- ???? 7. Riwayat Psikososial Pasien tinggal bersama anak Tidak menunjukkan tanda depresi berat Merasa "takut jadi beban", khawatir kondisi tambah parah Dukungan keluarga baik, tapi belum ada caregiver khusus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, saya dapat memberikan beberapa diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi Ny. Masenah, dengan kode dan definisinya sesuai dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosis Keperawatan: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SDKI: Kode 00031, Definisi - Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- SLKI: Kode 15001, Definisi - Kemampuan untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- SIKI: Kode N-0201, Definisi - Tindakan untuk memfasilitasi pengeluaran sekret atau benda asing dari saluran napas.
2. Diagnosis Keperawatan: Perfusi Jaringan Tidak Efektif
- SDKI: Kode 00024, Definisi - Penurunan sirkulasi darah ke satu atau lebih bagian tubuh.
- SLKI: Kode 15002, Definisi - Kemampuan untuk mempertahankan sirkulasi darah yang adekuat ke seluruh tubuh.
- SIKI: Kode N-0205, Definisi - Tindakan untuk memfasilitasi pemenuhan kebutuhan oksigen dan nutrisi ke jaringan.
3. Diagnosis Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Kode 00092, Definisi - Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
- SLKI: Kode 15010, Definisi - Kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan.
- SIKI: Kode N-0208, Definisi - Tindakan untuk memfasilitasi keterlibatan individu dalam aktivitas yang diinginkan atau diperlukan.
4. Diagnosis Keperawatan: Risiko Jatuh
- SDKI: Kode 00155, Definisi - Peningkatan kerentanan untuk jatuh yang dapat menyebabkan cidera fisik.
- SLKI: Kode 15014, Definisi - Kemampuan untuk mencegah jatuh.
- SIKI: Kode N-0210, Definisi - Tindakan untuk mencegah cidera akibat jatuh.
Penjelasan singkat untuk masing-masing diagnosis keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Pasien mengalami sesak napas, ronkhi basah kasar, dan wheezing yang mengganggu bersihan jalan napas.
2. Perfusi Jaringan Tidak Efektif: Pasien mengalami hipoksia (SpO2 rendah) yang dapat mengganggu perfusi jaringan.
3. Intoleransi Aktivitas: Pasien mengalami keterbatasan aktivitas akibat sesak napas dan fraktur jari kaki.
4. Risiko Jatuh: Pasien memiliki riwayat jatuh minggu lalu dengan fraktur jari kaki, serta merasa takut jatuh lagi. -
Article No. 18618 | 16 Jun 2025
Klinis : henti nafa, henti jantung
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai kondisi henti nafas dan henti jantung, sesuai dengan format yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Diagnosa Keperawatan: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Penyebab: Henti napas
2. Diagnosa Keperawatan: Perfusi Jaringan Kardiak Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pasokan oksigen dan nutrisi yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan metabolik jaringan jantung.
Penyebab: Henti jantung
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
- Klien menunjukkan bersihan jalan napas yang efektif.
- Klien dapat mempertahankan pola napas yang normal.
- Tidak ada tanda-tanda obstruksi jalan napas.
2. Perfusi Jaringan Kardiak
- Klien menunjukkan perfusi jaringan jantung yang efektif.
- Klien memiliki irama jantung yang normal.
- Tidak ada tanda-tanda hipoperfusi jaringan jantung.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intervensi untuk Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Lakukan ventilasi mekanik jika diperlukan.
- Lakukan suction pada jalan napas.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
- Pantau pola napas dan saturasi oksigen.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan lebih lanjut.
2. Intervensi untuk Perfusi Jaringan Kardiak Tidak Efektif:
- Lakukan tindakan resusitasi jantung paru (RJP) jika diperlukan.
- Berikan obat-obatan vasopressor sesuai indikasi.
- Pantau tanda-tanda vital, irama jantung, dan output urine.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan lebih lanjut.
Penjelasan rinci:
Henti napas dan henti jantung merupakan kondisi gawat darurat yang membutuhkan penanganan segera. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif dan Perfusi Jaringan Kardiak Tidak Efektif. Tujuan asuhan keperawatan adalah mempertahankan bersihan jalan napas dan perfusi jaringan jantung yang efektif. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi tindakan ventilasi mekanik, suction, pemberian oksigen, resusitasi jantung paru, pemberian obat-obatan, dan pemantauan tanda-tanda vital. Kolaborasi dengan tim medis juga diperlukan untuk penanganan lebih lanjut. -
Article No. 18619 | 16 Jun 2025
Klinis : henti nafa, henti jantung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi henti napas dan henti jantung dengan pendekatan akademis dan persona pakar keperawatan:
---
### **Diagnosis Keperawatan**
**Kode DX.1.3: Gangguan Pertukaran Gas**
*Definisi:* Ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon dioksida secara adekuat akibat henti napas.
**Kode DX.2.1: Penurunan Curah Jantung**
*Definisi:* Ketidakmampuan jantung memompa darah secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh akibat henti jantung.
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
1. **Kode LO.1.3.1: Pertukaran Gas Membaik**
*Kriteria:*
- Saturasi oksigen (SpO?) ? 94%.
- Nilai gas darah arteri (PaO?, PaCO?) dalam rentang normal.
- Tidak ada sianosis atau distress pernapasan.
2. **Kode LO.2.1.1: Curah Jardin Memadai**
*Kriteria:*
- Tekanan darah sistolik ? 90 mmHg.
- Denyut nadi teraba dan ritmis.
- Tidak ada tanda syok (kulit hangat, CRT < 2 detik).
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
1. **Kode I.1.3.1: Manajemen Jalan Napas**
*Tindakan:*
- Bebaskan jalan napas (head tilt-chin lift/jaw thrust).
- Pasang alat bantu napas (OPA/NPA) jika diperlukan.
- Lakukan intubasi endotrakeal sesuai protokol.
2. **Kode I.2.1.1: Resusitasi Jantung Paru (RJP)**
*Tindakan:*
- Kompresi dada dengan kedalaman 5–6 cm dan kecepatan 100–120 kali/menit.
- Pemberian epinefrin sesuai protokol ACLS.
- Defibrilasi jika diperlukan (VF/pulseless VT).
3. **Kode I.1.3.2: Oksigenasi Darurat**
*Tindakan:*
- Berikan oksigenasi dengan bag-valve-mask (BVM) 15 L/menit.
- Monitor saturasi oksigen secara kontinu.
4. **Kode I.2.1.3: Pemantauan Hemodinamik**
*Tindakan:*
- Pantau EKG, tekanan darah invasif/non-invasif.
- Observasi tanda perfusi perifer.
---
### **Catatan Akademis**
- **Patofisiologi:** Henti napas dan henti jantung menyebabkan hipoksia jaringan dan kegagalan sistem sirkulasi, berpotensi menyebabkan kerusakan organ irreversible (e.g., ensefalopati hipoksik).
- **Evidence-Based Practice:** Pedoman AHA 2020 menekankan pentingnya *high-quality CPR* dan defibrilasi dini untuk meningkatkan survival rate.
- **Evaluasi:** Keberhasilan intervensi dinilai dari ROSC (*Return of Spontaneous Circulation*) dan stabilitas hemodinamik pasca-resusitasi.
Format ini memenuhi standar PPNI dan mengintegrasikan prinsip *critical care nursing* dengan pendekatan sistematis. -
Article No. 18620 | 16 Jun 2025
Klinis : Kasus Perioperatif Identitas Pasien Nama :Sdr. F Jenis kelamin laki - laki Alamat :Jatinegara Umur : 22 Tahun (10 Maret) Agama : Islam Pendidikan Mahasiswa Pekerjaan : Mahasiswa Status Pernikahan : Belum Kawin Penanggung jawab Nama : Ny. N 42 thn Alamat :Jatinegara, Pendidikan : SMA, Pekerjaan : Ibu Rumah tangga, Hubungan dengan pasien : Ibu pasien Diagnosa masuk Apendiksitis Diagnosa sekarang Post appendiktomy Tanggal pengkajian : 27 Mei 2024 Riwayat penyakit : Keluhan Utama : Nyeri pada luka operasi Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang dari UGD tanggal 24 Mei 2024 jam 11.00 WIB dengan keluhan nyeri pada perut bagian kanan bawah, muntah 4 x, demam -, nyeri setelah BAB tidak ada, Hasil observasi di UGD : TD : 140/80 mmHg. N : 92 x/mnt, S : 37,5 C, P : 26 x/mnt dan dipindahkan ke unit bedah : Hasil observasi : TD : 130/90, N : 90 x/mnt, P : 24 x/mnt, HR : 91 x/mnt. Tanggal 26 Mei jam 07.30 dilakukan operasi apendiktomy Riwayat penyakit dahulu Psn mengatakan tidak ada Riwayat penyakit sebelumnya dan baru pertama kali dioperasi, jika sakit cukup obat warung saja. Atau berobat ke klinik dan langsung sembuh. Tahun 2012 pernah dirawat dengan karena sakit tipes Riwayat Kesehatan keluarga Psn dan ibu psn mengatakan didalam keluarganya tidak mempunyai penyakit menurun seperti DM, Hipertensi, dan tidakada yang menderita penyakit menular. Keluarganya selalu menjaga Kesehatan Riwayat penyakit lingkungan Psn dan ibu psn menyatakan tinggal diperdesaan dan tinggal dilingkungan yang bersih dan jauh dari pabrik Keluarga pasien Pasien anak ke 3 dari 3 bersaudara (perempuan, perempuan, laki), Kakak pertamanya (28 thn) dan sudah menikah, sudah mempunyai anak 1 orang dan tinggal berpisah, kakak ke 2 (25 thn, sdh bekerja). Ibu psn anak ke 2 dari 4 bersaudara (laki, perempuan, laki perempuan). Ayah pasien anak ke 2 dari enam bersaudara (laki, laki, laki, perempuan, perempuan). Sedangkan nenek pasien (77 thn) dari ibu masih ada dan sudah tua, sedangkan yang lain sudah meninggal Pola Kesehatan Pasien mengatakan sehat itu tidak sakit dan pasien hidup apa adanya. Sebelum sakit : Makan : Frekuensi : 2x1 sehari, Jenis : nasi, sayur tidak suka, lauk pauk, buah jarang di konsumsi, Porsi : sedang (1 porsi) minum : 6-7 gelas (200 cc) minum : air putih kadang – kadang kopi 1 cangkir Keluhan : - Selama sakit : Makan Frekuensi : 3x1 sehari, jenis bubur, sehari sebelum operasi pasien puasa, dan pagi ini baru diberikan makan bubur, Porsi : ˝ porsi Keluhan : tidak nafsu makan. Minum : 5-6 gelas (250cc), minum susu, air putih, Eliminasi BAB Sebelum sakit : Frekuensi : (4 hari,1x) Konsistensi : agak keras, berbentuk Warna : coklat Keluhan : nyeri saat mengeluarkan feses, pasien sering menunda untuk bab karena sibuk sekolah Selama sakit : Frekuensi : belum bab, sebelum operasi diberi dulkolac dan sudah bab, Konsistensi :lunak berbentuk Warna : kuning kecoklatan. Keluhan : - Eliminasi BAK Sebelum sakit :Frekuensi : 4-5x/hari Jumlah urine : @ 200 cc Warna : kuning Keluhan: - Selama sakit : Frekuensi : terpasang kateter Jumlah urine: 1600 cc Warna: kuning cerah, Keluhan : - Tidur dan istirahat : Sebelum sakit : Pasien mengatakan tidur siang ± 2 jam, malam ± 7-8 jam, dan tidak ada keluhan Selama sakit : pasien mengatakan tidur siang jika diberi obat dan ± 2 jam tidur malam ± 6 jam kadang-kadang terbangun pada tengah malam karena sakit Sebelum sakit pasien seorang mahasiswa semester akhir dan sedang Menyusun skripsi, kebiasaan pasien adalah kuliah dan saat ini psn sibuk untuk Menyusun skripsi. Biasanya psn suka olahraga jika libur, tetapi sudah 3 bulan ini tidak dilakukan sebab sibuk di kampus dan Menyusun skripsi semua kebutuhan makan, minum, mandi, toileting, berpakaian, mobilisasi dan ambulasi dapat dilakukan sendiri Setelah sakit. pasien mengatakan semua kebutuhannya harus dibantu oleh ibunya atau perawat yang ada disini ditempat tidur, sedangkan untuk bak masih menggunakan kateter Sebelum sakit pasien mengatakan mempunyai hubungan yang baik dengan keluarga dan sekitarnya, komunikasi tidak terganggu, dan panca indra dapat berfungsi dengan baik Selama sakit Pasien mengatakan mempunyai hubungan yang baik dengan keluarga dan sekitarnya, komunikasi tidak terganggu, dan panca indra dapat berfungsi dengan baik Sebelum sakit Psn mengatakan bersyukur sudah diberikan kesehatan dan panjang umur. Pasien tidak tahu kalau pasien mengalami sakit Apendisitis. Selama sakit pasien mengatakan selalu menganggap apa yang telah terjadi merupakan takdir dari Allah,pasien mengatakan setelah dilakukan operasi pasien merasakan nyeri melilit dan ada rasa panas di bagian luka bekas jahitan. Sebelum sakit : psn di keluarga berstatus sebagai anak,, pasien di keluarga berperan sebagai anak paling kecil di keluarga dengan 2 orang kakak. Pasien berharap cepat selesai kuliah dan dapat mempunyai pekerjaan yang mapan agar tidak merepotkan ekonomi keluarga. Psn selalu berkonsultasi kepada keluarga terutama pada ibu dan kakaknya bila ada masalah. Selama sakit : Awalnya pasien merasa takut akan dilakukan Tindakan operasi, bahkan pasien awalnya menolak dilakukan Tindakan operasi, tetapi atas support dari ibu dan kakaknya pasien belajar untuk mengatasi ketakutannya. pasien di keluarga berstatus sebagai anak paling kecil di keluarganya. Selama sakit psn tidak bisa bermain dengan kakak dan keponakannya. Pasien berharap untuk segera sembuh dari sakitnya dan melakukan kegiatan seperti biasanya. Pasien tetap berkomunikasi baik dengan keluarganya (ayah, ibu dan kakak – kakaknya) dan banyak temannya yang memberi dukungan melalui telepon, hp selama pasien sakit . Sebelum sakit pasien mengatakan belum menikah, tetapi sudah punya teman dekat dan masih kuliah, tidak mempunyai masalah reproduksi Selama sakit pasien mengatakan belum menikah, masih kuliah dan ada teman dekat tapi belum menjadi pacar, terpasang kateter Sebelum sakit Pasien mengatakan tidak mempunyai masalah dengan siapapun Selama sakit Pasien mengatakan tidak mempunyai masalah dengan siapapun di RS selama sakit ini Sebelum sakit Pasien mengatakan beragama Islam, rajin beribadah Selama sakit Pasien mengatakan beragama Islam dan selalu berdoa kepada Allah untuk diberikan kesembuhan Pemeriksaan fisik Keadaan/penampilan umum : Kesadaran : Compos Mentis (M : 6, V : 5, E : 4) TTV saat pengkajian : TD :110/80 mmHg, N : 80x/mt Irama : teratur Kekuatan : sedang, P : 24x/mnt Irama : teratur. S : 36,50C, BB : 57 kg, TB L 173 cm Kepala Bentuk kepala : ukuran normal Kulit kepala : bersih tidak ada lesi Rambut : hitam, tidak kering Muka Mata Palpebra : tidak ada edema Konjungtiva: tidak anemis, Sclera : tidak ikterik Pupil : isokor Diameter Ki/Ka : ± 3mm/3mm (simetris) Reflek terhadap cahaya : + Penggunaan alat bantu : - Hidung :bersih, tidak ada polip, tidak ada secret didalam hidung, dan tidak memakai O2 Mulut :bersih, simetris, tidak ada lumen, Gigi : bersih, simetris, putih, tidak ada lumen Telinga :simetris Ki/Ka, bersih, pina tidak ada masalah Leher :leher tidak ada nyeri tekan dan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, KGB tdk membesar, JVP : 5 – 1,6 cm, kaku kuduk : tidak ada Dada (Thorax) : Paru-Paru, Inspeksi : bentuk datar, kanan kiri simetris Palpasi : Vokal fremitus kir = ka, Ka/Ki tidak ada nyeri tekan, Perkusi : sonor pada semua lapang dada Auskultasi : tidak ada suara tambahan wheezing dan ronchi – , Batas hepar ICS : 4, Suara nafas : Vesikular, tidak ada suara tambahan Jantung Inspeksi : ictus cordis tidak tampak Palpasi : ictus cordis teraba di mid clavicula 1 jari, batas atas ICS 2, kanan linea sternalis kanan, kiri : mid clavia kiri, IC : ICS V, mid clavicula kiri. Perkusi :bunyi pekak Auskultasi : reguler, BJ I dan BJ II tunggal Abdomen Inspeksi :simetris datar, tidak ada pembesaran ada luka jahitan kanan bawah Auskultasi :peristaltik 15x/menit Perkusi : tympani, nyeri tekan dgn skala 4 – 5 Palpasi : ada nyeri tekan perut bagian kanan bawah kuadran IV. Ketuk ginjal : kiri = Kanan. Genitalia :terpasang selang kateter, jenis kelamin laki – laki Rectum :tidak dikaji Ekstremitas Atas Kelainan otot ka/ ki : 5/5 (terpasang infus RL di kanan) 6 jam /kolf ROM kanan dan kiri : aktif, tidak ada kaku Perubahan bentuk tulang : tidak ada perubahan bentuk tulang Perabaan akral : hangat Pitting edema : tidak terdapat pitting edema. Bawah Kelainan otot ka/ ki : 5/5 ROM ka/ki : simetris ka/ki Perubahan bentuk tulang : tidak ada perubahan bentuk tulang. Perabaan akral : hangat Pitting edema : tidak terdapat pitting edema
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut diagnosa keperawatan SDKI beserta luaran dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kasus perioperatif pada Sdr. F:
1. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah tersebut (nyeri)
Penyebab: Prosedur pembedahan (post appendiktomi)
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Tanda-tanda vital dalam batas normal
2. Melaporkan nyeri berkurang
3. Mampu menggunakan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
4. Mampu menggunakan analgesik secara efektif
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor pencetus nyeri
2. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai dengan kebutuhan pasien
3. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat/dingin
4. Monitor tanda-tanda vital dan respon pasien terhadap intervensi
5. Berikan dukungan psikologis dan emosional selama masa pemulihan
2. Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi
Definisi: Meningkatnya risiko terserang oleh organisme patogen
Penyebab: Prosedur pembedahan (post appendiktomi)
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Tidak terjadi tanda-tanda infeksi pada luka operasi
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal
3. Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
4. Tidak terjadi perubahan pada warna, konsistensi, dan jumlah eksudat pada luka operasi
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Lakukan observasi tanda-tanda infeksi pada luka operasi secara berkala
2. Pertahankan teknik aseptik saat merawat luka operasi
3. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai dengan indikasi
4. Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-tanda infeksi dan cara perawatan luka yang benar
5. Monitor tanda-tanda vital secara rutin
3. Diagnosa Keperawatan: Mobilitas Fisik Terganggu
Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang bertujuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari
Penyebab: Prosedur pembedahan (post appendiktomi)
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal
2. Pasien dapat beraktivitas tanpa rasa nyeri
3. Pasien dapat melakukan latihan mobilisasi secara bertahap
4. Pasien dapat kembali ke aktivitas sehari-hari seperti sebelum sakit
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Kaji kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
2. Lakukan mobilisasi dini sesuai dengan kondisi pasien
3. Ajarkan latihan mobilisasi yang aman dan sesuai dengan kemampuan pasien
4. Berikan dukungan dan motivasi kepada pasien untuk meningkatkan mobilisasi
5. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program rehabilitasi yang sesuai
4. Diagnosa Keperawatan: Defisit Perawatan Diri
Definisi: Keterbatasan dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri
Penyebab: Prosedur pembedahan (post appendiktomi)
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Pasien dapat melakukan perawatan diri secara mandiri atau dengan bantuan minimal
2. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar seperti makan, minum, mandi, dan toileting
3. Pasien dapat berpakaian secara mandiri
4. Pasien dapat mempertahankan kebersihan diri
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Kaji kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas perawatan diri
2. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan kebutuhan
3. Ajarkan pasien dan keluarga teknik perawatan diri yang tepat
4. Berikan motivasi dan dukungan kepada pasien untuk meningkatkan kemandirian dalam perawatan diri
5. Koordinasi dengan tim kesehatan lain untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri pasien
Penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
1. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah tersebut (nyeri). Pada kasus ini, nyeri akut disebabkan oleh prosedur pembedahan (post appendiktomi).
- Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Tanda-tanda vital dalam batas normal: Memastikan tanda-tanda vital pasien stabil dan tidak terjadi komplikasi akibat nyeri.
2. Melaporkan nyeri berkurang: Pasien dapat menyampaikan penurunan intensitas nyeri yang dirasakan.
3. Mampu menggunakan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri: Pasien dapat menerapkan teknik-teknik nonfarmakologis seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat/dingin untuk mengurangi nyeri.
4. Mampu menggunakan analgesik secara efektif: Pasien dapat menggunakan analgesik yang diberikan secara tepat dan efektif untuk mengurangi nyeri.
- Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor pencetus nyeri: Mengumpulkan data yang lengkap tentang nyeri yang dialami pasien untuk merencanakan intervensi yang tepat.
2. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai dengan kebutuhan pasien: Bekerja sama dengan tim medis untuk memberikan analgesik yang sesuai untuk mengatasi nyeri pasien.
3. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat/dingin: Mengajarkan pasien dan keluarga teknik-teknik nonfarmakologis yang dapat membantu mengurangi nyeri.
4. Monitor tanda-tanda vital dan respon pasien terhadap intervensi: Memantau kondisi pasien secara berkala untuk memastikan intervensi yang diberikan efektif.
5. Berikan dukungan psikologis dan emosional selama masa pemulihan: Memberikan dukungan dan motivasi kepada pasien agar dapat melewati masa pemulihan dengan baik.
2. Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi
- Definisi: Meningkatnya ris -
Article No. 18621 | 16 Jun 2025
Klinis : Kasus Perioperatif Identitas Pasien Nama :Sdr. F Jenis kelamin laki - laki Alamat :Jatinegara Umur : 22 Tahun (10 Maret) Agama : Islam Pendidikan Mahasiswa Pekerjaan : Mahasiswa Status Pernikahan : Belum Kawin Penanggung jawab Nama : Ny. N 42 thn Alamat :Jatinegara, Pendidikan : SMA, Pekerjaan : Ibu Rumah tangga, Hubungan dengan pasien : Ibu pasien Diagnosa masuk Apendiksitis Diagnosa sekarang Post appendiktomy Tanggal pengkajian : 27 Mei 2024 Riwayat penyakit : Keluhan Utama : Nyeri pada luka operasi Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang dari UGD tanggal 24 Mei 2024 jam 11.00 WIB dengan keluhan nyeri pada perut bagian kanan bawah, muntah 4 x, demam -, nyeri setelah BAB tidak ada, Hasil observasi di UGD : TD : 140/80 mmHg. N : 92 x/mnt, S : 37,5 C, P : 26 x/mnt dan dipindahkan ke unit bedah : Hasil observasi : TD : 130/90, N : 90 x/mnt, P : 24 x/mnt, HR : 91 x/mnt. Tanggal 26 Mei jam 07.30 dilakukan operasi apendiktomy Riwayat penyakit dahulu Psn mengatakan tidak ada Riwayat penyakit sebelumnya dan baru pertama kali dioperasi, jika sakit cukup obat warung saja. Atau berobat ke klinik dan langsung sembuh. Tahun 2012 pernah dirawat dengan karena sakit tipes Riwayat Kesehatan keluarga Psn dan ibu psn mengatakan didalam keluarganya tidak mempunyai penyakit menurun seperti DM, Hipertensi, dan tidakada yang menderita penyakit menular. Keluarganya selalu menjaga Kesehatan Riwayat penyakit lingkungan Psn dan ibu psn menyatakan tinggal diperdesaan dan tinggal dilingkungan yang bersih dan jauh dari pabrik Keluarga pasien Pasien anak ke 3 dari 3 bersaudara (perempuan, perempuan, laki), Kakak pertamanya (28 thn) dan sudah menikah, sudah mempunyai anak 1 orang dan tinggal berpisah, kakak ke 2 (25 thn, sdh bekerja). Ibu psn anak ke 2 dari 4 bersaudara (laki, perempuan, laki perempuan). Ayah pasien anak ke 2 dari enam bersaudara (laki, laki, laki, perempuan, perempuan). Sedangkan nenek pasien (77 thn) dari ibu masih ada dan sudah tua, sedangkan yang lain sudah meninggal Pola Kesehatan Pasien mengatakan sehat itu tidak sakit dan pasien hidup apa adanya. Sebelum sakit : Makan : Frekuensi : 2x1 sehari, Jenis : nasi, sayur tidak suka, lauk pauk, buah jarang di konsumsi, Porsi : sedang (1 porsi) minum : 6-7 gelas (200 cc) minum : air putih kadang – kadang kopi 1 cangkir Keluhan : - Selama sakit : Makan Frekuensi : 3x1 sehari, jenis bubur, sehari sebelum operasi pasien puasa, dan pagi ini baru diberikan makan bubur, Porsi : ˝ porsi Keluhan : tidak nafsu makan. Minum : 5-6 gelas (250cc), minum susu, air putih, Eliminasi BAB Sebelum sakit : Frekuensi : (4 hari,1x) Konsistensi : agak keras, berbentuk Warna : coklat Keluhan : nyeri saat mengeluarkan feses, pasien sering menunda untuk bab karena sibuk sekolah Selama sakit : Frekuensi : belum bab, sebelum operasi diberi dulkolac dan sudah bab, Konsistensi :lunak berbentuk Warna : kuning kecoklatan. Keluhan : - Eliminasi BAK Sebelum sakit :Frekuensi : 4-5x/hari Jumlah urine : @ 200 cc Warna : kuning Keluhan: - Selama sakit : Frekuensi : terpasang kateter Jumlah urine: 1600 cc Warna: kuning cerah, Keluhan : - Tidur dan istirahat : Sebelum sakit : Pasien mengatakan tidur siang ± 2 jam, malam ± 7-8 jam, dan tidak ada keluhan Selama sakit : pasien mengatakan tidur siang jika diberi obat dan ± 2 jam tidur malam ± 6 jam kadang-kadang terbangun pada tengah malam karena sakit Sebelum sakit pasien seorang mahasiswa semester akhir dan sedang Menyusun skripsi, kebiasaan pasien adalah kuliah dan saat ini psn sibuk untuk Menyusun skripsi. Biasanya psn suka olahraga jika libur, tetapi sudah 3 bulan ini tidak dilakukan sebab sibuk di kampus dan Menyusun skripsi semua kebutuhan makan, minum, mandi, toileting, berpakaian, mobilisasi dan ambulasi dapat dilakukan sendiri Setelah sakit. pasien mengatakan semua kebutuhannya harus dibantu oleh ibunya atau perawat yang ada disini ditempat tidur, sedangkan untuk bak masih menggunakan kateter Sebelum sakit pasien mengatakan mempunyai hubungan yang baik dengan keluarga dan sekitarnya, komunikasi tidak terganggu, dan panca indra dapat berfungsi dengan baik Selama sakit Pasien mengatakan mempunyai hubungan yang baik dengan keluarga dan sekitarnya, komunikasi tidak terganggu, dan panca indra dapat berfungsi dengan baik Sebelum sakit Psn mengatakan bersyukur sudah diberikan kesehatan dan panjang umur. Pasien tidak tahu kalau pasien mengalami sakit Apendisitis. Selama sakit pasien mengatakan selalu menganggap apa yang telah terjadi merupakan takdir dari Allah,pasien mengatakan setelah dilakukan operasi pasien merasakan nyeri melilit dan ada rasa panas di bagian luka bekas jahitan. Sebelum sakit : psn di keluarga berstatus sebagai anak,, pasien di keluarga berperan sebagai anak paling kecil di keluarga dengan 2 orang kakak. Pasien berharap cepat selesai kuliah dan dapat mempunyai pekerjaan yang mapan agar tidak merepotkan ekonomi keluarga. Psn selalu berkonsultasi kepada keluarga terutama pada ibu dan kakaknya bila ada masalah. Selama sakit : Awalnya pasien merasa takut akan dilakukan Tindakan operasi, bahkan pasien awalnya menolak dilakukan Tindakan operasi, tetapi atas support dari ibu dan kakaknya pasien belajar untuk mengatasi ketakutannya. pasien di keluarga berstatus sebagai anak paling kecil di keluarganya. Selama sakit psn tidak bisa bermain dengan kakak dan keponakannya. Pasien berharap untuk segera sembuh dari sakitnya dan melakukan kegiatan seperti biasanya. Pasien tetap berkomunikasi baik dengan keluarganya (ayah, ibu dan kakak – kakaknya) dan banyak temannya yang memberi dukungan melalui telepon, hp selama pasien sakit . Sebelum sakit pasien mengatakan belum menikah, tetapi sudah punya teman dekat dan masih kuliah, tidak mempunyai masalah reproduksi Selama sakit pasien mengatakan belum menikah, masih kuliah dan ada teman dekat tapi belum menjadi pacar, terpasang kateter Sebelum sakit Pasien mengatakan tidak mempunyai masalah dengan siapapun Selama sakit Pasien mengatakan tidak mempunyai masalah dengan siapapun di RS selama sakit ini Sebelum sakit Pasien mengatakan beragama Islam, rajin beribadah Selama sakit Pasien mengatakan beragama Islam dan selalu berdoa kepada Allah untuk diberikan kesembuhan Pemeriksaan fisik Keadaan/penampilan umum : Kesadaran : Compos Mentis (M : 6, V : 5, E : 4) TTV saat pengkajian : TD :110/80 mmHg, N : 80x/mt Irama : teratur Kekuatan : sedang, P : 24x/mnt Irama : teratur. S : 36,50C, BB : 57 kg, TB L 173 cm Kepala Bentuk kepala : ukuran normal Kulit kepala : bersih tidak ada lesi Rambut : hitam, tidak kering Muka Mata Palpebra : tidak ada edema Konjungtiva: tidak anemis, Sclera : tidak ikterik Pupil : isokor Diameter Ki/Ka : ± 3mm/3mm (simetris) Reflek terhadap cahaya : + Penggunaan alat bantu : - Hidung :bersih, tidak ada polip, tidak ada secret didalam hidung, dan tidak memakai O2 Mulut :bersih, simetris, tidak ada lumen, Gigi : bersih, simetris, putih, tidak ada lumen Telinga :simetris Ki/Ka, bersih, pina tidak ada masalah Leher :leher tidak ada nyeri tekan dan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, KGB tdk membesar, JVP : 5 – 1,6 cm, kaku kuduk : tidak ada Dada (Thorax) : Paru-Paru, Inspeksi : bentuk datar, kanan kiri simetris Palpasi : Vokal fremitus kir = ka, Ka/Ki tidak ada nyeri tekan, Perkusi : sonor pada semua lapang dada Auskultasi : tidak ada suara tambahan wheezing dan ronchi – , Batas hepar ICS : 4, Suara nafas : Vesikular, tidak ada suara tambahan Jantung Inspeksi : ictus cordis tidak tampak Palpasi : ictus cordis teraba di mid clavicula 1 jari, batas atas ICS 2, kanan linea sternalis kanan, kiri : mid clavia kiri, IC : ICS V, mid clavicula kiri. Perkusi :bunyi pekak Auskultasi : reguler, BJ I dan BJ II tunggal Abdomen Inspeksi :simetris datar, tidak ada pembesaran ada luka jahitan kanan bawah Auskultasi :peristaltik 15x/menit Perkusi : tympani, nyeri tekan dgn skala 4 – 5 Palpasi : ada nyeri tekan perut bagian kanan bawah kuadran IV. Ketuk ginjal : kiri = Kanan. Genitalia :terpasang selang kateter, jenis kelamin laki – laki Rectum :tidak dikaji Ekstremitas Atas Kelainan otot ka/ ki : 5/5 (terpasang infus RL di kanan) 6 jam /kolf ROM kanan dan kiri : aktif, tidak ada kaku Perubahan bentuk tulang : tidak ada perubahan bentuk tulang Perabaan akral : hangat Pitting edema : tidak terdapat pitting edema. Bawah Kelainan otot ka/ ki : 5/5 ROM ka/ki : simetris ka/ki Perubahan bentuk tulang : tidak ada perubahan bentuk tulang. Perabaan akral : hangat Pitting edema : tidak terdapat pitting edema
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi perioperatif Sdr. F adalah:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Pasien melaporkan nyeri terkontrol dalam skala 1-3.
2. Pasien mendemonstrasikan teknik pengelolaan nyeri yang efektif.
3. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam rentang normal.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
2. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi.
3. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengelola nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan terapi panas/dingin.
4. Monitor tanda-tanda vital secara berkala.
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pengelolaan nyeri yang efektif.
2. Risiko Perdarahan
Definisi: Rentan mengalami kehilangan darah yang melebihi normal.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Pasien tidak mengalami perdarahan.
2. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam rentang normal.
3. Pasien mendemonstrasikan perilaku pencegahan perdarahan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Kaji tanda-tanda perdarahan secara berkala.
2. Lakukan pemantauan tanda-tanda vital secara kontinyu.
3. Kolaborasi pemberian obat-obatan untuk mencegah perdarahan.
4. Ajarkan pasien dan keluarga tanda-tanda perdarahan dan perilaku pencegahan.
5. Pertahankan teknik aseptik saat perawatan luka operasi.
3. Risiko Infeksi
Definisi: Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Pasien tidak mengalami tanda-tanda infeksi.
2. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam rentang normal.
3. Pasien mendemonstrasikan perilaku pencegahan infeksi.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Kaji tanda-tanda infeksi secara berkala.
2. Lakukan pemantauan tanda-tanda vital secara kontinyu.
3. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
4. Pertahankan teknik aseptik saat perawatan luka operasi.
5. Ajarkan pasien dan keluarga tanda-tanda infeksi dan perilaku pencegahan.
4. Gangguan Mobilitas Fisik
Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan mandiri, terkontrol, dan terkoordinasi, baik yang disengaja maupun tidak disengaja, dari satu titik ke titik lain di lingkungan.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Pasien mendemonstrasikan peningkatan kemampuan mobilisasi.
2. Pasien melaporkan tidak ada kesulitan dalam melakukan aktivitas.
3. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam rentang normal.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Kaji tingkat mobilitas pasien dan kemampuan melakukan aktivitas.
2. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sesuai kemampuan.
3. Ajarkan teknik mobilisasi yang aman dan progresif.
4. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program rehabilitasi.
5. Dorong pasien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan.
Penjelasan rinci dan terperinci:
Diagnosa keperawatan di atas disusun berdasarkan kondisi perioperatif Sdr. F yang mengalami nyeri akut pasca operasi apendektomi, risiko perdarahan dan infeksi terkait prosedur bedah, serta gangguan mobilitas fisik akibat pembatasan aktivitas. Masing-masing diagnosa disertai dengan definisi, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Intervensi keperawatan mencakup pengkajian komprehensif, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, edukasi pada pasien dan keluarga, serta tindakan spesifik untuk mengatasi masalah yang teridentifikasi. Tone yang digunakan adalah akademis dan persona yang digunakan adalah pakar atau perawat. -
Article No. 18622 | 16 Jun 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan mata gatal-gatal dan penglihatn agak berkurang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan keluhan pasien yaitu mata gatal-gatal dan penglihatan agak berkurang, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Penglihatan (10016)
- SDKI: Ketidakmampuan individu untuk menerima, menginterpretasi, dan memahami informasi visual
- SLKI: Intervensi untuk memulihkan fungsi penglihatan
- SIKI: Manajemen Gangguan Penglihatan
2. Ketidaknyamanan (10021)
- SDKI: Persepsi individu terhadap ketidaknyamanan fisik atau psikologis
- SLKI: Intervensi untuk mengurangi ketidaknyamanan
- SIKI: Manajemen Ketidaknyamanan
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan Penglihatan (10016)
- SDKI: Gangguan penglihatan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, alergi, atau gangguan neurologis. Pasien dengan keluhan mata gatal-gatal dan penglihatan agak berkurang kemungkinan mengalami gangguan penglihatan.
- SLKI: Intervensi yang dapat dilakukan meliputi pemeriksaan fungsi penglihatan, pemberian terapi sesuai penyebab, serta edukasi dan konseling terkait pengelolaan gangguan penglihatan.
- SIKI: Manajemen Gangguan Penglihatan mencakup tindakan-tindakan yang bertujuan untuk memulihkan fungsi penglihatan, mengurangi komplikasi, dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
2. Ketidaknyamanan (10021)
- SDKI: Ketidaknyamanan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik fisik maupun psikologis. Pada kasus ini, gejala mata gatal-gatal dapat menyebabkan ketidaknyamanan bagi pasien.
- SLKI: Intervensi yang dapat dilakukan meliputi pemberian terapi untuk mengurangi gejala, edukasi mengenai pengelolaan gejala, serta upaya-upaya untuk meningkatkan kenyamanan pasien.
- SIKI: Manajemen Ketidaknyamanan mencakup tindakan-tindakan yang bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan sumber ketidaknyamanan, serta meningkatkan kenyamanan pasien.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jangan ragu untuk bertanya lebih lanjut jika diperlukan. -
Article No. 18623 | 16 Jun 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan bengkak gelembung air di jari sebelah kiri sudah 3 hari
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien tersebut dapat didiagnosis dengan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pembentukan gelembung air.
Penjelasan:
Pasien datang dengan keluhan bengkak gelembung air di jari sebelah kiri yang sudah berlangsung selama 3 hari. Kondisi ini menunjukkan adanya kerusakan pada integritas kulit, yang ditandai dengan pembentukan gelembung air. Diagnosa keperawatan ini sesuai dengan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) karena memenuhi kriteria penegakan diagnosis, yaitu adanya masalah kesehatan yang dialami pasien (kerusakan integritas kulit) dan faktor yang menyebabkannya (pembentukan gelembung air).
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Integritas kulit membaik, yang ditandai dengan:
a. Tidak ada lagi pembentukan gelembung air.
b. Tidak ada tanda-tanda infeksi pada area kulit yang terkena.
c. Kulit tampak utuh dan tidak ada lesi.
Penjelasan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan kondisi integritas kulit pasien akan membaik. Indikator keberhasilannya adalah tidak ada lagi pembentukan gelembung air, tidak ada tanda-tanda infeksi pada area kulit yang terkena, serta kulit tampak utuh dan tidak ada lesi. Luaran/output ini sesuai dengan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) karena mencakup domain Pemulihan Kesehatan, dengan kriteria hasil yang spesifik dan dapat diukur.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Perawatan luka:
a. Lakukan pembersihan luka dengan cairan antiseptik atau saline.
b. Aplikasikan salep atau krim yang sesuai untuk mengurangi pembentukan gelembung air.
c. Balut luka dengan perban atau dressing yang sesuai.
d. Dokumentasikan tindakan dan evaluasi perkembangan luka.
2. Manajemen nyeri:
a. Kaji intensitas nyeri pasien menggunakan skala nyeri.
b. Berikan analgesik sesuai dengan kebutuhan dan resep dokter.
c. Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi.
d. Evaluasi efektivitas manajemen nyeri.
3. Edukasi dan konseling:
a. Jelaskan penyebab, tanda, dan gejala kerusakan integritas kulit.
b. Ajarkan cara perawatan luka yang benar.
c. Diskusikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka.
d. Beri dukungan dan motivasi kepada pasien untuk melakukan perawatan.
Penjelasan:
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran/output yang diharapkan meliputi perawatan luka, manajemen nyeri, serta edukasi dan konseling. Intervensi ini sesuai dengan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) karena mencakup tindakan-tindakan keperawatan yang bertujuan untuk memulihkan integritas kulit pasien, mengatasi keluhan, serta meningkatkan pemahaman dan partisipasi pasien dalam perawatan diri. Intervensi ini juga disusun secara rinci dan terperinci untuk menjawab kebutuhan pasien.