Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 20598 | 10 Aug 2025
Klinis : Latar Belakang: Sarah usia 28 tahun adalah seorang desainer grafis yang sibuk dan sering melewatkan sarapan. Ia juga tidak terlalu menyukai sayuran hijau. Sebelum dan selama awal kehamilan, ia tidak mengonsumsi suplemen asam folat karena ia merasa "cukup sehat." Masalah Nutrisi: Selama pemeriksaan rutin trimester pertama, dokter menemukan bahwa kadar asam folat Sarah sangat rendah. Kekurangan asam folat pada awal kehamilan meningkatkan risiko cacat lahir serius pada janin, seperti spina bifida (cacat tabung saraf). Dampak: Dokter memberikan edukasi intensif kepada Sarah tentang pentingnya asam folat untuk perkembangan otak dan sumsum tulang belakang janin. Sarah kini harus mengonsumsi suplemen asam folat dosis tinggi setiap hari dan menambah asupan makanan kaya folat seperti bayam, brokoli, dan kacang-kacangan. Ia merasa sangat menyesal karena kurangnya pengetahuan ini berpotensi membahayakan bayinya.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami asupan nutrisi yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Latar Belakang:
- Sarah sering melewatkan sarapan dan tidak menyukai sayuran hijau, sehingga berisiko mengalami asupan nutrisi yang tidak memadai.
- Sebelum dan selama awal kehamilan, Sarah tidak mengonsumsi suplemen asam folat, yang meningkatkan risiko cacat lahir serius pada janin.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Asupan Nutrisi: Adekuat
Definisi: Individu dapat memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai usia, jenis kelamin, aktivitas, dan kondisi kesehatan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Edukasi Gizi
- Jelaskan pentingnya asam folat selama kehamilan untuk perkembangan otak dan sumsum tulang belakang janin.
- Anjurkan Sarah untuk mengonsumsi suplemen asam folat dosis tinggi setiap hari dan menambah asupan makanan kaya folat seperti bayam, brokoli, dan kacang-kacangan.
- Edukasi tentang pentingnya sarapan dan konsumsi sayuran hijau untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
2. Manajemen Nutrisi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai dengan kebutuhan Sarah selama kehamilan.
- Pantau asupan nutrisi Sarah secara berkala dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan "Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh" dipilih karena Sarah memiliki faktor risiko, yaitu sering melewatkan sarapan, tidak menyukai sayuran hijau, dan tidak mengonsumsi suplemen asam folat sebelum dan selama awal kehamilan. Hal ini meningkatkan risiko terjadinya kekurangan nutrisi, khususnya asam folat, yang dapat berdampak pada perkembangan janin.
Luaran yang diharapkan adalah "Asupan Nutrisi: Adekuat", di mana Sarah dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya selama kehamilan. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah edukasi gizi dan manajemen nutrisi, yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan Sarah tentang pentingnya asam folat dan nutrisi yang seimbang, serta memastikan asupan nutrisinya terpenuhi sesuai kebutuhan. -
Article No. 20599 | 10 Aug 2025
Klinis : Latar Belakang: Sarah usia 28 tahun adalah seorang desainer grafis yang sibuk dan sering melewatkan sarapan. Ia juga tidak terlalu menyukai sayuran hijau. Sebelum dan selama awal kehamilan, ia tidak mengonsumsi suplemen asam folat karena ia merasa "cukup sehat." Masalah Nutrisi: Selama pemeriksaan rutin trimester pertama, dokter menemukan bahwa kadar asam folat Sarah sangat rendah. Kekurangan asam folat pada awal kehamilan meningkatkan risiko cacat lahir serius pada janin, seperti spina bifida (cacat tabung saraf). Dampak: Dokter memberikan edukasi intensif kepada Sarah tentang pentingnya asam folat untuk perkembangan otak dan sumsum tulang belakang janin. Sarah kini harus mengonsumsi suplemen asam folat dosis tinggi setiap hari dan menambah asupan makanan kaya folat seperti bayam, brokoli, dan kacang-kacangan. Ia merasa sangat menyesal karena kurangnya pengetahuan ini berpotensi membahayakan bayinya.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI – SLKI – SIKI**
**Latar Belakang Kasus:**
Sarah (28 tahun), desainer grafis dengan kebiasaan melewatkan sarapan dan asupan sayuran hijau yang rendah, mengalami defisiensi asam folat selama kehamilan. Kondisi ini meningkatkan risiko *neural tube defect* (NTD) seperti *spina bifida* pada janin. Intervensi diberikan berupa suplementasi asam folat dosis tinggi dan modifikasi diet.
---
### **1. Diagnosa Keperawatan (SDKI – Kode: B.3.1)**
**Defisit Pengetahuan tentang Kebutuhan Nutrisi dan Suplementasi Asam Folat**
*(Deficient Knowledge: Nutrition and Folic Acid Supplementation)*
**Penjelasan SDKI:**
Diagnosa ini mencerminkan ketidakadekuatan pemahaman Sarah mengenai pentingnya asam folat dalam mencegah NTD, serta kurangnya kesadaran akan sumber makanan kaya folat. Kode B.3.1 mengacu pada defisit pengetahuan terkait manajemen nutrisi (PPNI, 2017).
---
### **2. Luaran Keperawatan (SLKI – Kode: L.3.1.1)**
**Pengetahuan Klien tentang Nutrisi Meningkat**
*(Knowledge: Nutrition Adequate)*
**Kriteria Evaluasi (SKNI):**
- Menyebutkan manfaat asam folat untuk perkembangan janin.
- Mengidentifikasi 3 sumber makanan kaya folat (e.g., bayam, brokoli, kacang-kacangan).
- Konsisten mengonsumsi suplemen sesuai resep.
---
### **3. Intervensi Keperawatan (SIKI – Kode: I.3.1.1.1)**
**Edukasi Kebutuhan Nutrisi dan Suplementasi**
*(Nutrition Education and Supplementation Management)*
**Tindakan Spesifik:**
- **Penyuluhan Individual (I.3.1.1.1):**
- Menjelaskan hubungan defisiensi folat dengan risiko NTD menggunakan media visual.
- Melibatkan Sarah dalam perencanaan menu harian kaya folat.
- **Kolaborasi (I.3.2.1):**
- Koordinasi dengan dokter untuk memantau kadar serum folat dan kepatuhan suplementasi.
- **Dukungan Emosional (I.5.1):**
- Mengurangi rasa bersalah dengan pendekatan *non-judgmental* dan motivasi perubahan perilaku.
---
### **Dasar Teori:**
- Asam folat esensial untuk sintesis DNA dan penutupan tabung saraf janin pada trimester pertama (WHO, 2022).
- Rekomendasi suplementasi: 400–800 mcg/hari untuk wanita hamil (Kemenkes RI, 2020).
**Referensi:**
- PPNI. (2017). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI)*.
- WHO. (2022). *Guidelines on Maternal Nutrition*.
**Catatan:** Intervensi difokuskan pada pemberdayaan klien melalui edukasi dan dukungan psikologis untuk meminimalkan risiko komplikasi. -
Article No. 20600 | 10 Aug 2025
Klinis : Latar Belakang: Sarah usia 28 tahun adalah seorang desainer grafis yang sibuk dan sering melewatkan sarapan. Ia juga tidak terlalu menyukai sayuran hijau. Sebelum dan selama awal kehamilan, ia tidak mengonsumsi suplemen asam folat karena ia merasa "cukup sehat." Masalah Nutrisi: Selama pemeriksaan rutin trimester pertama, dokter menemukan bahwa kadar asam folat Sarah sangat rendah. Kekurangan asam folat pada awal kehamilan meningkatkan risiko cacat lahir serius pada janin, seperti spina bifida (cacat tabung saraf). Dampak: Dokter memberikan edukasi intensif kepada Sarah tentang pentingnya asam folat untuk perkembangan otak dan sumsum tulang belakang janin. Sarah kini harus mengonsumsi suplemen asam folat dosis tinggi setiap hari dan menambah asupan makanan kaya folat seperti bayam, brokoli, dan kacang-kacangan. Ia merasa sangat menyesal karena kurangnya pengetahuan ini berpotensi membahayakan bayinya.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang dapat ditetapkan untuk kondisi Sarah adalah sebagai berikut:
1. Ketidakadekuatan Asupan Nutrisi (NANDA-I: 00002)
Definisi: Intake nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Kode SDKI: P-00001
Kode SLKI: P-0001
Kode SIKI: P-0001
2. Risiko Cacat Lahir (NANDA-I: 00111)
Definisi: Risiko terjadinya kelainan kongenital atau abnormalitas pada bayi yang baru lahir.
Kode SDKI: R-00062
Kode SLKI: R-0062
Kode SIKI: R-0062
Penjelasan singkat:
1. Ketidakadekuatan Asupan Nutrisi (P-00001)
Masalah ini terjadi karena Sarah sering melewatkan sarapan dan tidak terlalu menyukai sayuran hijau, yang merupakan sumber asam folat. Hal ini menyebabkan asupan nutrisi yang tidak mencukupi, terutama asam folat, yang penting untuk perkembangan janin.
2. Risiko Cacat Lahir (R-00062)
Masalah ini terkait dengan kekurangan asam folat pada awal kehamilan Sarah. Kekurangan asam folat dapat meningkatkan risiko terjadinya cacat tabung saraf pada janin, seperti spina bifida. Edukasi intensif dari dokter dan perubahan pola makan Sarah diharapkan dapat mengurangi risiko ini.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) telah menetapkan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) sebagai standar yang digunakan oleh perawat di Indonesia. Kode-kode tersebut digunakan untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan masalah keperawatan, hasil yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai. -
Article No. 20601 | 10 Aug 2025
Klinis : batuk, sesak
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi batuk dan sesak, dengan tone akademis dan persona sebagai perawat pakar.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi batuk dan sesak adalah "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" (SDKI, 2017). Diagnosa ini mencerminkan adanya hambatan dalam proses bersihan jalan napas, yang dapat menyebabkan akumulasi sekret dan kesulitan bernapas. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi saluran pernapasan, alergi, atau penyakit paru-paru lainnya.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Bersihan Jalan Napas Efektif (SLKI, 2019): Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan batuk atau suction secara efektif, tidak ada suara napas tambahan, dan frekuensi napas dalam batas normal.
2. Bebas Distres Pernapasan (SLKI, 2019): Pasien tidak mengalami sesak napas, dapat bernapas dengan nyaman, dan tidak menggunakan otot bantu pernapasan secara berlebihan.
3. Pengetahuan Tentang Manajemen Batuk dan Sesak (SLKI, 2019): Pasien dan keluarga memahami penyebab, tanda, dan gejala batuk dan sesak, serta tindakan yang dapat dilakukan untuk mengelola kondisi tersebut.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas (SIKI, 2018):
- Lakukan pemeriksaan fisik untuk menilai status bersihan jalan napas.
- Bantu pasien melakukan teknik batuk efektif, seperti batuk dengan perut atau batuk berkala.
- Lakukan suction jika diperlukan untuk mengeluarkan sekret.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk membantu ventilasi.
2. Manajemen Distres Pernapasan (SIKI, 2018):
- Ajarkan teknik pernapasan dalam dan relaksasi untuk mengurangi sesak napas.
- Pertahankan posisi yang nyaman bagi pasien, seperti semifowler atau posisi duduk.
- Pantau tanda-tanda vital dan observasi perubahan status pernapasan.
3. Edukasi Kesehatan (SIKI, 2018):
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyebab, tanda, dan gejala batuk dan sesak.
- Ajarkan strategi manajemen mandiri, seperti penggunaan bronkodilator, penghirupan uap, dan penghindaran faktor pemicu.
- Berikan informasi tentang sumber daya yang tersedia untuk mendukung pengelolaan kondisi pasien.
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu bersihan jalan napas yang efektif, bebas distres pernapasan, serta memiliki pengetahuan yang baik tentang manajemen batuk dan sesak. -
Article No. 20602 | 10 Aug 2025
Klinis : riwayat keluhan utama: kesadaran menurun riwayat penyakit sekarang; pasien rujukan dari RS bhayangkara mamuju dengan kesadaran menurun dialami setelah KLL ganda, kronologi kejadian pasien mengendarai motor dan disambar oleh mobil, mimisan ++ terus menerus, gelisah kesadaran: apatis TD: 87/50mmhg CRT 2 detik nadi:138x/m r:28x/m suhu: 36 SPO2:90 GCS 11 (E3M5V3), pupil bulat, arisokor diagnosis: traumatic brain in jury GCS 11 + ICH frontal dextra + Fr. Os frontal dextra + susp fr. zygoma
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan riwayat dan temuan klinis yang disampaikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: S06.2
- Deskripsi: Traumatic brain injury with loss of consciousness
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 02.02
- Deskripsi: Craniotomy for evacuation of hematoma
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 S06.2 (Traumatic brain injury with loss of consciousness) sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami penurunan kesadaran akibat cedera kepala trauma.
2. Kode ICD-9-CM 02.02 (Craniotomy for evacuation of hematoma) dapat dipertimbangkan sebagai prosedur operatif yang mungkin diperlukan untuk mengevakuasi perdarahan intrakranial (ICH) yang dicurigai pada pasien.
Catatan penting:
- Pasien dengan GCS 11, tanda-tanda perdarahan intrakranial, dan fraktur tulang kepala memerlukan pemeriksaan radiologis dan intervensi medis segera.
- Stabilisasi hemodinamik, pemberian oksigen, dan manajemen peningkatan tekanan intrakranial harus menjadi prioritas awal penanganan.
- Evaluasi dan penatalaksanaan lebih lanjut oleh dokter spesialis bedah saraf sangat direkomendasikan. -
Article No. 20603 | 10 Aug 2025
Klinis : riwayat keluhan utama: kesadaran menurun riwayat penyakit sekarang; pasien rujukan dari RS bhayangkara mamuju dengan kesadaran menurun dialami setelah KLL ganda, kronologi kejadian pasien mengendarai motor dan disambar oleh mobil, mimisan ++ terus menerus, gelisah kesadaran: apatis TD: 87/50mmhg CRT 2 detik nadi:138x/m r:28x/m suhu: 36 SPO2:90 GCS 11 (E3M5V3), pupil bulat, arisokor diagnosis: traumatic brain in jury GCS 11 + ICH frontal dextra + Fr. Os frontal dextra + susp fr. zygoma
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta kode dan definisi SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Penurunan Kesadaran (00046)
- SDKI: Penurunan kemampuan individu untuk merespon stimulasi lingkungan secara adekuat.
- Kode SDKI: 00046
- Definisi SDKI: Penurunan kemampuan individu untuk merespon stimulasi lingkungan secara adekuat.
b. Perdarahan (00045)
- SDKI: Kehilangan darah yang tidak terkendali dan berlebihan.
- Kode SDKI: 00045
- Definisi SDKI: Kehilangan darah yang tidak terkendali dan berlebihan.
c. Intoleransi Aktivitas (00092)
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- Kode SDKI: 00092
- Definisi SDKI: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin.
d. Risiko Syok (00902)
- SDKI: Berisiko mengalami gangguan sirkulasi yang mengancam jiwa.
- Kode SDKI: 00902
- Definisi SDKI: Berisiko mengalami gangguan sirkulasi yang mengancam jiwa.
2. Rencana Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Mempertahankan Kesadaran (10024)
- SLKI: Tindakan untuk mempertahankan atau meningkatkan tingkat kesadaran individu.
- Kode SLKI: 10024
- Definisi SLKI: Tindakan untuk mempertahankan atau meningkatkan tingkat kesadaran individu.
b. Manajemen Perdarahan (10019)
- SLKI: Tindakan untuk mengendalikan perdarahan.
- Kode SLKI: 10019
- Definisi SLKI: Tindakan untuk mengendalikan perdarahan.
c. Manajemen Aktivitas (10004)
- SLKI: Tindakan untuk mengatur dan mempertahankan aktivitas individu.
- Kode SLKI: 10004
- Definisi SLKI: Tindakan untuk mengatur dan mempertahankan aktivitas individu.
d. Manajemen Syok (10037)
- SLKI: Tindakan untuk mempertahankan fungsi kardiovaskular saat mengalami syok.
- Kode SLKI: 10037
- Definisi SLKI: Tindakan untuk mempertahankan fungsi kardiovaskular saat mengalami syok.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
a. Pemantauan Tingkat Kesadaran (I0145)
- SIKI: Tindakan untuk mengetahui dan mencatat tingkat kesadaran individu.
- Kode SIKI: I0145
- Definisi SIKI: Tindakan untuk mengetahui dan mencatat tingkat kesadaran individu.
b. Pemberian Obat Antihemoragik (I0093)
- SIKI: Tindakan pemberian obat yang dapat menghentikan perdarahan.
- Kode SIKI: I0093
- Definisi SIKI: Tindakan pemberian obat yang dapat menghentikan perdarahan.
c. Manajemen Aktivitas (I0102)
- SIKI: Tindakan untuk mengatur, memantau, dan mempertahankan aktivitas individu.
- Kode SIKI: I0102
- Definisi SIKI: Tindakan untuk mengatur, memantau, dan mempertahankan aktivitas individu.
d. Manajemen Syok (I0117)
- SIKI: Tindakan untuk mempertahankan fungsi kardiovaskular saat mengalami syok.
- Kode SIKI: I0117
- Definisi SIKI: Tindakan untuk mempertahankan fungsi kardiovaskular saat mengalami syok. -
Article No. 20604 | 10 Aug 2025
Klinis : riwayat keluhan utama: kesadaran menurun riwayat penyakit sekarang; pasien rujukan dari RS bhayangkara mamuju dengan kesadaran menurun dialami setelah KLL ganda, kronologi kejadian pasien mengendarai motor dan disambar oleh mobil, mimisan ++ terus menerus, gelisah kesadaran: apatis TD: 87/50mmhg CRT 2 detik nadi:138x/m r:28x/m suhu: 36 SPO2:90 GCS 11 (E3M5V3), pupil bulat, arisokor diagnosis: traumatic brain in jury GCS 11 + ICH frontal dextra + Fr. Os frontal dextra + susp fr. zygoma
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Penurunan Kesadaran (00051)
- Definisi: Berkurangnya atau kehilangan responsivitas individu terhadap diri sendiri dan lingkungan.
- SDKI Kode: 00051
- SLKI Kode: 00051
- SIKI Kode: 00051
2. Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan masalah-masalah kesehatan yang menjadi fokus intervensi keperawatan.
- Terdiri dari definisi, karakteristik definisi, faktor yang berhubungan, dan faktor yang berisiko.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang digunakan untuk mengukur hasil dari intervensi keperawatan yang diberikan.
- Terdiri dari definisi, kriteria hasil, dan skala pengukuran.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai hasil yang diharapkan.
- Terdiri dari definisi, aktivitas, dan kriteria hasil.
Dalam kasus ini, diagnosa keperawatan yang utama adalah Penurunan Kesadaran (00051) dengan kode yang sama di SDKI, SLKI, dan SIKI. Diagnosa ini sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami penurunan kesadaran setelah kecelakaan lalu lintas. -
Article No. 20605 | 10 Aug 2025
Klinis : riwayat keluhan utama: kesadaran menurun riwayat penyakit sekarang; pasien rujukan dari RS bhayangkara mamuju dengan kesadaran menurun dialami setelah KLL ganda, kronologi kejadian pasien mengendarai motor dan disambar oleh mobil, mimisan ++ terus menerus, gelisah kesadaran: apatis TD: 87/50mmhg CRT 2 detik nadi:138x/m r:28x/m suhu: 36 SPO2:90 GCS 11 (E3M5V3), pupil bulat, arisokor diagnosis: traumatic brain in jury GCS 11 + ICH frontal dextra + Fr. Os frontal dextra + susp fr. zygoma
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI**
**1. Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Perfusi Serebral** *(Kode SDKI: 00009)*
**Penjelasan:**
Kondisi pasien dengan *Traumatic Brain Injury (TBI)* dan perdarahan intrakranial (*ICH frontal dextra*) menyebabkan penurunan aliran darah ke otak, yang ditandai dengan kesadaran menurun (*GCS 11*), tekanan darah rendah (*TD: 87/50 mmHg*), dan takikardia (*nadi: 138x/m*).
**SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):**
- **Perbaikan perfusi serebral** *(Kode SLKI: 0901)*
- Kriteria: Tekanan darah stabil dalam rentang normal, CRT ?2 detik, GCS meningkat.
**SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):**
- **Manajemen perfusi serebral** *(Kode SIKI: 4320)*
- Monitor tanda-tanda vital (TD, nadi, pernapasan, SpO?).
- Pertahankan posisi kepala elevasi 30° untuk mengurangi tekanan intrakranial.
- Berikan oksigen tambahan untuk mempertahankan SpO? ?95%.
- Kolaborasi pemberian cairan intravena atau vasopressor jika diperlukan.
---
**2. Diagnosa Keperawatan:**
**Risiko Ketidakefektifan Jalan Napas** *(Kode SDKI: 00032)*
**Penjelasan:**
Pasien dengan penurunan kesadaran (*apatis, GCS 11*) berisiko mengalami obstruksi jalan napas, terutama dengan adanya perdarahan hidung (*mimisan ++*) dan potensi sekret yang meningkat.
**SLKI:**
- **Pemeliharaan jalan napas paten** *(Kode SLKI: 0401)*
- Kriteria: Tidak ada stridor/sianosis, SpO? ?95%, pernapasan reguler.
**SIKI:**
- **Manajemen jalan napas** *(Kode SIKI: 3140)*
- Posisikan kepala netral atau *recovery position* jika diperlukan.
- Lakukan penghisapan lendir jika ada sekret berlebih.
- Monitor frekuensi dan pola pernapasan (*saat ini: 28x/m*).
---
**3. Diagnosa Keperawatan:**
**Nyeri Akut** *(Kode SDKI: 00132)*
**Penjelasan:**
Pasien dengan fraktur tulang (*Fr. Os frontal dextra + susp fr. zygoma*) dan perdarahan intrakranial berpotensi mengalami nyeri hebat, meskipun kesadaran menurun mungkin mengurangi respons verbal nyeri.
**SLKI:**
- **Pengendalian nyeri** *(Kode SLKI: 1701)*
- Kriteria: Skala nyeri ?3 (skala 0-10), ekspresi wajah rileks.
**SIKI:**
- **Manajemen nyeri** *(Kode SIKI: 3580)*
- Monitor tanda nonverbal nyeri (gelisah, perubahan TD/nadi).
- Kolaborasi pemberian analgesik sesuai protokol (misal: paracetamol IV atau opioid dengan hati-hati).
---
**4. Diagnosa Keperawatan:**
**Risiko Infeksi** *(Kode SDKI: 00004)*
**Penjelasan:**
Adanya fraktur terbuka (*susp fr. zygoma*) dan prosedur invasif (misal: infus, suction) meningkatkan risiko infeksi.
**SLKI:**
- **Pencegahan infeksi** *(Kode SLKI: 1101)*
- Kriteria: Tidak ada tanda inflamasi (demam, pus), luka bersih.
**SIKI:**
- **Perawatan luka & pencegahan infeksi** *(Kode SIKI: 6540)*
- Lakukan perawatan luka steril.
- Monitor tanda-tanda sepsis (suhu, leukosit).
---
**Catatan:**
- **Tone Akademis/Pakar:** Rekomendasi intervensi harus didukung bukti ilmiah (misal: *elevasi kepala 30°* berdasarkan pedoman *Brain Trauma Foundation*).
- **Prioritas:** Perfusi serebral dan jalan napas adalah yang utama mengacu pada *ABC (Airway, Breathing, Circulation)* dalam trauma.
*(Format RTF dapat disesuaikan dengan template institusi terkait.)* -
Article No. 20606 | 10 Aug 2025
Klinis : Diagnosis Medis: Obesitas dan Risiko Penyakit Kronis Tono seorang pria berusia 45 tahun, ia adalah seorang manajer proyek yang bekerja di kantor. Ia memiliki jadwal yang padat, sering makan di luar, dan kurang berolahraga. Ia juga sering mengonsumsi makanan cepat saji dan minuman manis saat merasa stres. Tono mengalami obesitas dengan indeks massa tubuh (IMT) di atas 30. Ia mulai merasakan sakit pada lutut, sering sesak napas, dan memiliki kadar gula darah dan kolesterol yang tinggi. Ia berisiko tinggi terkena penyakit kronis seperti diabetes tipe 2 dan penyakit jantung. Tono memutuskan untuk mengubah gaya hidup setelah dinasihati oleh dokter. Ia mulai membatasi asupan gula dan lemak, memasak makanan sehat di rumah, dan rutin berolahraga setidaknya 30 menit setiap hari. Perubahan ini tidak mudah, tetapi setelah beberapa bulan, berat badannya mulai turun, tingkat energinya meningkat, dan hasil tes laboratoriumnya menunjukkan perbaikan yang signifikan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Tono.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakstabilan Metabolik (00179)
Definisi: Berisiko mengalami perubahan metabolisme yang dapat mengganggu kesehatan.
2. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan (00078)
Definisi: Gagal dalam mengidentifikasi, mengatasi, dan/atau memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan yang dirasakan.
3. Intoleransi Aktivitas (00092)
Definisi: Tidak dapat mentolerir atau menyelesaikan aktivitas rutin karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Ketidakstabilan Metabolik (00179)
- Kode: 11014
- Definisi: Berisiko mengalami perubahan metabolisme yang dapat mengganggu kesehatan.
2. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan (00078)
- Kode: 11005
- Definisi: Gagal dalam mengidentifikasi, mengatasi, dan/atau memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan yang dirasakan.
3. Intoleransi Aktivitas (00092)
- Kode: 11008
- Definisi: Tidak dapat mentolerir atau menyelesaikan aktivitas rutin karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Stabilitas Metabolik
- Kode: 10004
- Definisi: Keadaan di mana metabolisme fisiologis berada dalam rentang normal.
2. Manajemen Kesehatan
- Kode: 10003
- Definisi: Kemampuan untuk mengidentifikasi, mengatasi, dan memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan.
3. Toleransi Aktivitas
- Kode: 10009
- Definisi: Kemampuan untuk mentolerir dan menyelesaikan aktivitas rutin.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Metabolisme
- Kode: 30009
- Definisi: Pemantauan dan pengkajian fungsi metabolisme.
2. Manajemen Kesehatan
- Kode: 30007
- Definisi: Pemberian bantuan untuk mengidentifikasi, mengatasi, dan memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan.
3. Manajemen Aktivitas
- Kode: 30008
- Definisi: Pengaturan, penyesuaian, dan peningkatan aktivitas untuk memaksimalkan fungsi.
Dengan diagnosa dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI di atas, diharapkan dapat membantu Tono dalam mengatasi kondisinya dan mencapai tujuan perawatan yang optimal. -
Article No. 20607 | 10 Aug 2025
Klinis : gangguan mobilitas fisik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya untuk kondisi gangguan mobilitas fisik, sesuai dengan permintaan Anda.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Mobilitas Fisik
Kode: 00085 (NANDA-I)
Definisi:
Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang independen, yang bertujuan untuk berpindah atau memanipulasi lingkungan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 01015
Nama: Gangguan Mobilitas Fisik
Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang independen, yang bertujuan untuk berpindah atau memanipulasi lingkungan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 01015
Nama: Mobilitas Fisik
Definisi: Kemampuan individu untuk bergerak secara independen dan terkoordinasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 01015
Nama: Manajemen Mobilitas
Definisi: Intervensi untuk memfasilitasi pergerakan fisik yang independen.
Dalam konteks akademis, gangguan mobilitas fisik dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kondisi muskuloskeletal, neurologis, atau kardiovaskular. Sebagai seorang perawat profesional, saya memahami pentingnya melakukan assessment yang komprehensif, mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi, dan mengembangkan rencana perawatan yang berpusat pada pasien untuk membantu meningkatkan mobilitas fisik dan mencapai kemandirian yang optimal.