Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18720 | 17 Jun 2025
Klinis : risiko infeksi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "risiko infeksi":
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "risiko infeksi" adalah "Risiko Infeksi". Diagnosa ini menggambarkan kerentanan individu terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
Definisi Diagnosa Keperawatan SDKI "Risiko Infeksi":
Kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
Karakteristik Definisi:
- Ketidakmampuan pertahanan tubuh
- Paparan terhadap patogen
- Prosedur invasif
- Kondisi kronis
- Malnutrisi
- Faktor lingkungan
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan untuk kondisi "risiko infeksi", luaran/output yang diharapkan adalah:
- Bebas Infeksi
Definisi: Individu bebas dari tanda dan gejala infeksi.
Indikator Luaran:
- Tidak ada tanda dan gejala infeksi (demam, nyeri, kemerahan, bengkak, drainase)
- Hasil pemeriksaan laboratorium (hitung sel darah putih, CRP) normal
- Tidak ada riwayat infeksi baru selama perawatan
- Tidak ada kebutuhan terapi antimikroba
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran "Bebas Infeksi" pada kondisi "risiko infeksi", intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
a. Manajemen Infeksi
- Identifikasi faktor risiko infeksi pada pasien
- Pantau tanda dan gejala infeksi secara berkala
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pemberian terapi antimikroba sesuai indikasi
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi
b. Perawatan Luka
- Lakukan perawatan luka aseptik sesuai prosedur
- Pantau kondisi luka secara berkala
- Dokumentasi kondisi luka dan evaluasi perkembangannya
c. Pencegahan Komplikasi
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk menjaga status nutrisi pasien
- Anjurkan aktivitas fisik dan mobilisasi sesuai toleransi pasien
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga kebersihan diri
Penjelasan rinci untuk setiap intervensi:
a. Manajemen Infeksi
- Identifikasi faktor risiko infeksi pada pasien, seperti kondisi imunitas, riwayat penyakit kronis, prosedur invasif, dan lingkungan.
- Pantau tanda dan gejala infeksi (demam, nyeri, kemerahan, bengkak, drainase) secara berkala untuk deteksi dini.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, apoteker) untuk pemberian terapi antimikroba sesuai indikasi klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi, seperti cuci tangan, penggunaan masker, dan menjaga kebersihan lingkungan.
b. Perawatan Luka
- Lakukan perawatan luka aseptik sesuai prosedur, termasuk pembersihan, disinfeksi, dan aplikasi balutan yang tepat.
- Pantau kondisi luka secara berkala, seperti ada tidaknya tanda infeksi, perkembangan granulasi, dan epitalisasi.
- Dokumentasi kondisi luka dan evaluasi perkembangannya untuk menilai efektivitas intervensi.
c. Pencegahan Komplikasi
- Kolaborasi dengan tim gizi untuk menjaga status nutrisi pasien yang optimal, karena malnutrisi dapat meningkatkan risiko infeksi.
- Anjurkan aktivitas fisik dan mobilisasi sesuai toleransi pasien, karena aktivitas dapat meningkatkan sirkulasi darah dan fungsi imun.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga kebersihan diri, seperti cuci tangan, mandi teratur, dan perawatan kulit.
Secara keseluruhan, intervensi keperawatan yang dilakukan harus komprehensif, mencakup manajemen infeksi, perawatan luka, dan pencegahan komplikasi, serta melibatkan kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mencapai luaran "Bebas Infeksi" pada kondisi "risiko infeksi". -
Article No. 18721 | 17 Jun 2025
Klinis : risiko jatuh
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi rinci terkait diagnosis keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan untuk kondisi risiko jatuh, dengan nada akademis dan persona sebagai perawat pakar.
1. Diagnosis Keperawatan SDKI:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi risiko jatuh adalah "Risiko Jatuh" (00155). Diagnosis ini mengacu pada peningkatan risiko jatuh yang mungkin terjadi pada pasien. Kondisi ini ditandai dengan faktor risiko seperti usia lanjut, riwayat jatuh sebelumnya, penurunan kekuatan otot, gangguan sensorik, dan lingkungan yang tidak aman.
2. Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah pemberian asuhan keperawatan, luaran/output yang diharapkan adalah:
a. Tingkat Risiko Jatuh Terkendali (0404): Pasien menunjukkan tingkat risiko jatuh yang terkendali, artinya faktor-faktor risiko jatuh dapat dikurangi atau dihilangkan.
b. Keseimbangan Tubuh Membaik (0202): Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam menjaga keseimbangan tubuh, sehingga mengurangi risiko jatuh.
c. Mobilitas Fisik Membaik (0208): Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam melakukan pergerakan dan aktivitas fisik, sehingga mengurangi risiko jatuh.
3. Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang diperlukan:
a. Manajemen Risiko Jatuh (6490):
- Identifikasi faktor risiko jatuh pada pasien.
- Lakukan modifikasi lingkungan untuk mengurangi risiko jatuh.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang risiko jatuh dan strategi pencegahan.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (fisioterapis, okupasi terapis) untuk mengatasi risiko jatuh.
b. Peningkatan Keseimbangan (0222):
- Lakukan asesmen keseimbangan tubuh pasien.
- Berikan latihan keseimbangan dan koordinasi sesuai kemampuan pasien.
- Pantau perubahan kemampuan keseimbangan pasien.
c. Peningkatan Mobilitas Fisik (0208):
- Lakukan asesmen kemampuan mobilitas fisik pasien.
- Berikan latihan pergerakan dan aktivitas fisik sesuai kemampuan pasien.
- Pantau perubahan kemampuan mobilitas fisik pasien.
Dengan diagnosis keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang telah dijelaskan, diharapkan asuhan keperawatan yang diberikan dapat membantu pasien mengurangi risiko jatuh, meningkatkan keseimbangan, dan meningkatkan mobilitas fisik, sehingga dapat mencapai kondisi yang lebih aman dan optimal. -
Article No. 18722 | 17 Jun 2025
Klinis : demam, batuk pilek
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: J00
- Deskripsi: Acute nasopharyngitis (common cold)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: -
- Deskripsi: Tidak ada kode ICD-9-CM spesifik untuk demam dan batuk pilek, karena kondisi ini umumnya tidak memerlukan tindakan medis khusus selain penanganan gejala dan perawatan simptomatik.
Penjelasan:
Kode ICD-10 J00 (Acute nasopharyngitis) mencakup kondisi demam, batuk, dan pilek yang umumnya disebut sebagai "common cold" atau flu ringan. Kondisi ini disebabkan oleh infeksi virus pada saluran pernapasan atas dan biasanya memiliki gejala seperti hidung tersumbat, bersin, sakit tenggorokan, dan batuk. Pada umumnya, kondisi ini tidak memerlukan tindakan medis khusus selain pemberian obat-obatan simptomatik untuk mengurangi gejala. Perawatan utamanya adalah istirahat, asupan cairan yang cukup, dan penanganan gejala secara suportif. -
Article No. 18723 | 17 Jun 2025
Klinis : demam, batuk pilek
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi demam, batuk, dan pilek:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Hipertermia (00007)
- SDKI: Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal.
- SLKI: Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk mengelola peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal.
b. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00031)
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- SLKI: Gangguan dalam membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk mengelola gangguan dalam membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas.
c. Risiko Infeksi (00004)
- SDKI: Rentan terhadap serangan patogen biologis, yang dapat mengakibatkan kerusakan sel.
- SLKI: Rentan terhadap serangan patogen biologis, yang dapat mengakibatkan kerusakan sel.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk mengelola risiko terhadap serangan patogen biologis.
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan diagnosa keperawatan berdasarkan respons manusia terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan luaran/hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Dalam konteks ini, dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, diagnosis keperawatan yang ditetapkan adalah hipertermia, bersihan jalan napas tidak efektif, dan risiko infeksi, dengan penjelasan singkat sesuai dengan SDKI, SLKI, dan SIKI. -
Article No. 18677 | 17 Jun 2025
Klinis : E. Analisis Data a. Data Subjektif - Klien menyatakan mengalami nyeri punggung yang tidak tertahankan - Nyeri sudah berlangsung bertahun-tahun dan semakin memburuk dalam 1 tahun terakhir - Keluhan nyeri mengganggu kemampuan bekerja b. Data Objektif - Riwayat penggunaan NSAID dan pelemas otot selama 4 tahun - Telah menjalani terapi fisik dan latihan di rumah - Tidak ada tanda-tanda perbaikan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan rekomendasi yang komprehensif berdasarkan informasi yang diberikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Nyeri Kronis berhubungan dengan perubahan fisiologis, ditandai dengan klien menyatakan nyeri punggung yang tidak tertahankan, nyeri sudah berlangsung bertahun-tahun dan semakin memburuk dalam 1 tahun terakhir, serta keluhan nyeri mengganggu kemampuan bekerja.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Nyeri: Klien akan melaporkan penurunan tingkat nyeri sampai pada tingkat yang dapat ditoleransi, ditandai dengan skala nyeri menurun dari 8/10 menjadi 4/10 atau kurang.
2. Mobilitas Fisik: Klien akan meningkatkan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan yang signifikan, ditandai dengan kemampuan melakukan aktivitas meningkat dari 50% menjadi 80% atau lebih.
3. Manajemen Nyeri: Klien akan mendemonstrasikan penggunaan strategi manajemen nyeri yang efektif, ditandai dengan klien dapat menjelaskan dan menerapkan setidaknya 3 teknik manajemen nyeri.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif untuk mengetahui karakteristik, intensitas, dan faktor yang memengaruhi nyeri.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, fisioterapis, dll.) untuk menentukan intervensi farmakologis dan non-farmakologis yang tepat.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, terapi panas-dingin, dan latihan fisik.
- Motivasi klien untuk secara aktif terlibat dalam pengelolaan nyeri.
2. Peningkatan Mobilitas Fisik:
- Kaji kemampuan fungsional klien dan identifikasi hambatan dalam melakukan aktivitas.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk menyusun program latihan fisik yang sesuai dengan kondisi klien.
- Ajarkan dan motivasi klien untuk melakukan latihan fisik secara rutin di rumah.
- Pantau kemajuan klien dalam meningkatkan mobilitas fisik dan adaptasi aktivitas sehari-hari.
3. Edukasi Kesehatan:
- Berikan edukasi kepada klien dan keluarga tentang nyeri kronis, faktor-faktor yang memengaruhi, dan strategi manajemen nyeri.
- Dorong klien untuk secara aktif terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan asuhan keperawatan.
- Berikan konseling dan dukungan emosional untuk membantu klien beradaptasi dengan kondisi nyeri kronis.
Penjelasan Rinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI "Nyeri Kronis" dipilih karena klien menunjukkan gejala-gejala yang sesuai, yaitu nyeri punggung yang tidak tertahankan, nyeri sudah berlangsung bertahun-tahun, dan semakin memburuk dalam 1 tahun terakhir. Selain itu, keluhan nyeri juga mengganggu kemampuan bekerja klien.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI) mencakup tiga aspek utama, yaitu kontrol nyeri, mobilitas fisik, dan manajemen nyeri. Tujuan-tujuan ini dirancang untuk mengatasi masalah nyeri kronis yang dialami klien, meningkatkan kemampuan fungsional, dan memampukan klien untuk mengelola nyerinya secara efektif.
Intervensi Keperawatan (SIKI) yang direkomendasikan berfokus pada manajemen nyeri, peningkatan mobilitas fisik, dan edukasi kesehatan. Intervensi-intervensi ini bertujuan untuk mengurangi intensitas nyeri, meningkatkan kemampuan beraktivitas, dan membekali klien dengan pengetahuan serta keterampilan yang diperlukan untuk mengelola kondisi nyeri kronis secara mandiri.
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter dan fisioterapis, sangat penting untuk memastikan pendekatan yang komprehensif dan efektif dalam mengelola nyeri kronis klien. -
Article No. 18678 | 17 Jun 2025
Klinis : E. Analisis Data a. Data Subjektif - Klien menyatakan mengalami nyeri punggung yang tidak tertahankan - Nyeri sudah berlangsung bertahun-tahun dan semakin memburuk dalam 1 tahun terakhir - Keluhan nyeri mengganggu kemampuan bekerja b. Data Objektif - Riwayat penggunaan NSAID dan pelemas otot selama 4 tahun - Telah menjalani terapi fisik dan latihan di rumah - Tidak ada tanda-tanda perbaikan setidaknya beri 2 diagnosis
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan data subjektif dan objektif yang diberikan, berikut adalah dua diagnosis keperawatan yang sesuai menurut SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), beserta luaran yang diharapkan (SLKI) dan intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI):
1. Diagnosis Keperawatan: Nyeri Kronis
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut, yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
a. Klien melaporkan penurunan tingkat nyeri.
b. Klien mendemonstrasikan penggunaan strategi pengelolaan nyeri yang efektif.
c. Klien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk riwayat, lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, keparahan, dan faktor pencetus.
b. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, fisioterapis, ahli gizi) untuk penanganan nyeri yang komprehensif.
c. Ajarkan teknik non-farmakologis pengelolaan nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat/dingin.
d. Berikan obat-obatan analgesik sesuai resep dokter dan monitor efektivitasnya.
e. Bantu klien menetapkan tujuan dan strategi untuk meningkatkan kemampuan fungsional.
f. Motivasi klien untuk aktif berpartisipasi dalam program terapi dan latihan.
2. Diagnosis Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
a. Klien melaporkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
b. Klien mendemonstrasikan peningkatan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.
c. Klien menunjukkan peningkatan kebugaran fisik.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
a. Kaji tingkat aktivitas dan toleransi klien saat ini.
b. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi intoleransi aktivitas, seperti nyeri, kelelahan, dan masalah muskuloskeletal.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (fisioterapis, okupasi terapis) untuk menyusun program latihan dan aktivitas yang sesuai.
d. Ajarkan teknik konservasi energi dan manajemen aktivitas kepada klien.
e. Lakukan monitoring tanda-tanda vital dan respon klien selama aktivitas.
f. Berikan dukungan dan motivasi kepada klien untuk meningkatkan partisipasi dalam aktivitas.
g. Evaluasi secara berkala kemajuan klien dan lakukan penyesuaian program jika diperlukan.
Penjelasan rinci dan terperinci:
Diagnosis keperawatan Nyeri Kronis dan Intoleransi Aktivitas dipilih berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan. Klien mengalami nyeri punggung yang tidak tertahankan, sudah berlangsung bertahun-tahun, dan semakin memburuk, serta mengganggu kemampuan bekerja. Riwayat penggunaan obat-obatan, terapi fisik, dan latihan di rumah juga menunjukkan upaya penanganan nyeri yang belum memberikan hasil yang optimal. Hal ini mengindikasikan adanya nyeri kronis yang mempengaruhi aktivitas dan fungsi klien.
Luaran yang diharapkan untuk diagnosis Nyeri Kronis adalah penurunan tingkat nyeri, penggunaan strategi pengelolaan nyeri yang efektif, dan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Sementara untuk diagnosis Intoleransi Aktivitas, luaran yang diharapkan adalah peningkatan toleransi terhadap aktivitas, peningkatan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari, dan peningkatan kebugaran fisik.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut meliputi pengkajian nyeri dan toleransi aktivitas secara komprehensif, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, pemberian edukasi dan latihan teknik pengelolaan nyeri non-farmakologis, pemberian obat-obatan analgesik, serta pemberian dukungan dan motivasi kepada klien untuk aktif berpartisipasi dalam program terapi dan latihan. -
Article No. 18679 | 17 Jun 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 30 tahun, pasien post sc + mow pada tanggal 26/05/2025 dan setelah sc tidak ada riwayat perdarahan, pada saat nifas darah hanya keluar sedikit". Pada tanggal 8/6/2025 pasien tiba tiba mengalami perdarahan sebanyak 500 ml dan langsung dibawa ke igd. Diagnosa awal pasien late hpp
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah "Perdarahan" (00044). Pasien mengalami perdarahan sebanyak 500 ml pada tanggal 8/6/2025, yang termasuk dalam kategori perdarahan post partum. Perdarahan ini terjadi setelah pasien menjalani operasi sesar (SC) dan prosedur mini-operasi wanita (MOW) pada tanggal 26/05/2025, dan awalnya tidak ada riwayat perdarahan. Diagnosa awal pasien adalah late postpartum hemorrhage (perdarahan postpartum lambat).
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Perdarahan (0413)
- Indikator:
a. Perdarahan terkendali
b. Tanda-tanda vital stabil
c. Tidak ada tanda-tanda syok
2. Pemulihan Kesehatan (0319)
- Indikator:
a. Tidak ada tanda-tanda infeksi
b. Proses penyembuhan luka operasi berjalan dengan baik
c. Pasien menunjukkan peningkatan energi dan motivasi
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Perdarahan (4066)
- Tindakan:
a. Kaji tanda-tanda perdarahan
b. Pantau tanda-tanda vital
c. Berikan oksigen, bila perlu
d. Berikan obat-obatan untuk menghentikan perdarahan, sesuai dengan instruksi dokter
e. Lakukan kompresi pada area perdarahan
f. Pantau keseimbangan cairan
2. Perawatan Luka Operasi (3440)
- Tindakan:
a. Kaji kondisi luka operasi
b. Bersihkan luka operasi dengan teknik aseptik
c. Aplikasikan salep/dressing luka sesuai indikasi
d. Pantau tanda-tanda infeksi
3. Manajemen Energi (0180)
- Tindakan:
a. Kaji tingkat energi pasien
b. Dorong pasien untuk melakukan aktivitas sesuai toleransi
c. Fasilitasi istirahat yang cukup
d. Berikan edukasi terkait pemulihan energi
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan ini, perawat harus memantau kondisi pasien secara ketat, berkoordinasi dengan tim medis, dan memberikan edukasi serta dukungan emosional kepada pasien dan keluarganya. Tujuan akhir dari asuhan keperawatan ini adalah membantu pasien mencapai pemulihan yang optimal dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 18680 | 17 Jun 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 30 tahun, pasien post sc + mow pada tanggal 26/05/2025 dan setelah sc tidak ada riwayat perdarahan, pada saat nifas darah hanya keluar sedikit". Pada tanggal 8/6/2025 pasien tiba tiba mengalami perdarahan sebanyak 500 ml dan langsung dibawa ke igd. Td : 141/88 suhu : 36,2. Diagnosa awal pasien late hpp. munculkan 3 diagnosa
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Perdarahan Postpartum
- Definisi: Perdarahan yang terjadi setelah persalinan, biasanya lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama.
- Penyebab: Atonia uteri, retensio plasenta, robekan jalan lahir, koagulopati.
- Tanda dan Gejala: Perdarahan vagina, nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun, kulit pucat, letih, gelisah.
2. Risiko Syok Hipovolemik
- Definisi: Ancaman penurunan volume darah yang dapat mengancam perfusi jaringan.
- Penyebab: Perdarahan, dehydrasi, kehilangan cairan, disfungsi kardiovaskular.
- Tanda dan Gejala: Nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun, diaphoresis, kulit dingin dan lembab, penurunan output urin.
3. Risiko Infeksi
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
- Penyebab: Prosedur pembedahan, paparan lingkungan, penurunan sistem imun.
- Tanda dan Gejala: Demam, nyeri, kemerahan, bengkak, drainase pada luka.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Perdarahan
- Definisi: Kemampuan untuk mengendalikan dan mengurangi perdarahan.
- Indikator:
- Perdarahan berkurang atau terhenti
- Tanda-tanda vital stabil
- Tidak ada tanda-tanda syok hipovolemik
2. Perfusi Jaringan yang Adekuat
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan aliran darah dan oksigen ke jaringan.
- Indikator:
- Tekanan darah dalam batas normal
- Nadi perifer teraba kuat dan regular
- Capillary refill <3 detik
- Membran mukosa lembab
3. Bebas Infeksi
- Definisi: Kemampuan untuk mencegah atau mengatasi infeksi.
- Indikator:
- Tidak ada tanda-tanda infeksi (demam, nyeri, kemerahan, bengkak, drainase)
- Tidak ada peningkatan tanda-tanda inflamasi
- Tidak ada peningkatan jumlah leukosit
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Untuk Kontrol Perdarahan:
- Pantau tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu)
- Lakukan kompres dingin pada perut untuk merangsang kontraksi uterus
- Berikan oksigen sesuai indikasi
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat uterotonika (misalnya oksitosin, metilergometrin)
- Lakukan kompresi bimanual uterus jika perdarahan tidak terkontrol
- Siapkan alat dan bahan untuk prosedur laparotomi jika perdarahan tidak terkendali
2. Untuk Perfusi Jaringan yang Adekuat:
- Pantau intake dan output cairan
- Berikan cairan intravena sesuai indikasi untuk mengganti volume darah yang hilang
- Pantau tanda-tanda syok hipovolemik (nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah, diaphoresis)
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian produk darah jika diperlukan
- Lakukan pemberian cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan
3. Untuk Bebas Infeksi:
- Pantau tanda-tanda infeksi (demam, nyeri, kemerahan, bengkak, drainase)
- Lakukan perawatan luka operasi secara aseptik
- Berikan antibiotik sesuai indikasi
- Edukasi pasien dan keluarga tentang tanda-tanda infeksi dan pentingnya menjaga kebersihan
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan penunjang (misalnya kultur, darah lengkap) jika diperlukan
Penjelasan rinci dan terperinci:
Dalam kasus ini, pasien wanita usia 30 tahun mengalami perdarahan postpartum pada tanggal 8/6/2025, yang merupakan kondisi darurat yang membutuhkan penanganan segera. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Perdarahan Postpartum, Risiko Syok Hipovolemik, dan Risiko Infeksi.
Perdarahan Postpartum merupakan kondisi yang mengancam jiwa, sehingga intervensi keperawatan yang diprioritaskan adalah untuk menghentikan perdarahan, mempertahankan stabilitas hemodinamik, dan mencegah komplikasi. Selain itu, risiko syok hipovolemik juga harus diantisipasi karena pasien dapat mengalami penurunan volume darah yang dapat mengancam perfusi jaringan. Intervensi keperawatan yang tepat seperti pemantauan tanda-tanda vital, pemberian cairan intravena, dan kolaborasi dengan dokter sangat penting untuk mencegah terjadinya syok.
Risiko infeksi juga perlu dipertimbangkan karena pasien baru menjalani prosedur operasi caesar dan mow. Perawatan luka operasi secara aseptik, pemberian antibiotik, dan edukasi pasien serta keluarga tentang tanda-tanda infeksi menjadi bagian penting dari intervensi keperawatan.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah Kontrol Perdarahan, Perfusi Jaringan yang Adekuat, dan Bebas Infeksi. Indikator-indikator dari setiap luaran ini menjadi tolak ukur keberhasilan asuhan keperawatan yang diberikan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaborasi yang erat dengan tim kesehatan lainnya, diharapkan pasien dapat pulih dengan baik dan bebas dari komplikasi yang mengancam. -
Article No. 18681 | 17 Jun 2025
Klinis : Data dan skrining pada lansia yang mengikuti kegiatan Posbindu di wilayah di RW 05 Kelurahan Grogol sebesar 15% rematik dan terjadi kenaikan kasus setiap bulannya. Hasil survey dan penyebaran angket pada keluarga lansia didapatkan data sebanyak 41,9%, yang mengalami nyeri sendi lutut selebihnya nyeri sendi tangan, pinggang, otot leher dan mengeluh cepat lelah.45 % lansia mampu secara mandiri melakukan, Lansia yang memakai alat bantu berupa tongkat sebanyak 13.1%. Jumlah lasia yang berobat ke dokter 3,2%; ke Puskesmas 53,2%. ada 27,4% dengan membeli obat di warung dan 9,7% dengan minum jamu. 50% lansia mengkonsumsi makananjeroan. Sementara yang lainnya adalah susu, tahu dan tempe sekitar 59,7%. jumlah lansia yang tidak sekolah 39.5%, lulus SD 47.4%, lulus SLTP 10.5% dan lulus SLTA 2.6%. jumlah keluarga yang memiliki lansia berpengetahuan cukup adalah 23.7% dan keluarga yang memiliki lansia berpengetahuan baik adalah 76.3%.itas warganya mengonsumsi kangkung sebagai sayuran pelengkap nasi d irumah. Kebiasaan warga tersebut membuat banyak warga usia diatas 65 tahun menderita osteoathritis, sebanyak 50% penderita memberikan gambaran radiologis sesuai Osteoartritis, meskipun hanya 10% pria dan 18% wanita diantaranya yang memperlihatkan gejala klinis OA, dan sekitar10% mengalami disabilitas karena OA nya.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi tersebut:
Diagnosis Keperawatan SDKI:
1. Nyeri Kronis berhubungan dengan penyakit sendi dan muskuloskeletal pada lansia, ditandai dengan adanya keluhan nyeri sendi pada 41,9% lansia.
2. Keterbatasan Mobilitas Fisik berhubungan dengan penyakit sendi dan muskuloskeletal pada lansia, ditandai dengan 13,1% lansia menggunakan alat bantu berupa tongkat.
3. Risiko Malnutrisi berhubungan dengan pola makan lansia yang 50% mengonsumsi jeroan dan hanya 59,7% mengonsumsi susu, tahu, dan tempe.
4. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan tingkat pendidikan lansia yang rendah, dimana 39,5% tidak sekolah dan hanya 2,6% lulus SLTA, serta pengetahuan keluarga yang sebagian besar (76,3%) masih kurang.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Manajemen Nyeri: Lansia mampu mengontrol nyeri sendi dan muskuloskeletal.
2. Mobilitas Fisik: Lansia mampu mempertahankan atau meningkatkan mobilitas fisik secara optimal.
3. Status Nutrisi: Lansia mencapai status nutrisi yang optimal.
4. Pengetahuan: Lansia dan keluarga memiliki pengetahuan yang baik tentang perawatan kesehatan lansia.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
a. Kaji karakteristik, durasi, dan penyebab nyeri.
b. Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti kompres hangat, relaksasi, dan distraksi.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pengobatan farmakologis yang sesuai.
d. Evaluasi efektivitas manajemen nyeri dan lakukan modifikasi jika diperlukan.
2. Peningkatan Mobilitas Fisik:
a. Kaji kemampuan mobilitas fisik lansia dan identifikasi faktor-faktor yang memengaruhinya.
b. Berikan latihan fisik yang sesuai dengan kondisi lansia, seperti latihan rentang gerak dan latihan penguatan.
c. Ajarkan penggunaan alat bantu mobilitas yang tepat dan berikan dukungan dalam penggunaannya.
d. Libatkan keluarga dalam membantu dan mendukung mobilitas lansia.
3. Manajemen Status Nutrisi:
a. Kaji status nutrisi lansia, termasuk pola makan dan intake nutrisi.
b. Berikan edukasi tentang gizi seimbang dan pola makan yang sehat bagi lansia.
c. Kolaborasi dengan tenaga gizi untuk merencanakan dan menyediakan makanan yang sesuai dengan kebutuhan lansia.
d. Pantau dan evaluasi status nutrisi lansia secara berkala.
4. Peningkatan Pengetahuan:
a. Kaji tingkat pengetahuan lansia dan keluarga tentang perawatan kesehatan lansia.
b. Berikan edukasi yang komprehensif kepada lansia dan keluarga tentang penyakit sendi, mobilitas, nutrisi, dan perawatan kesehatan lansia.
c. Libatkan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, fisioterapis, dan ahli gizi, untuk memberikan edukasi yang lebih spesifik.
d. Evaluasi efektivitas edukasi dan lakukan reinforcement atau modifikasi jika diperlukan.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan lansia dapat mencapai luaran yang optimal dalam mengelola nyeri, meningkatkan mobilitas fisik, mempertahankan status nutrisi, serta meningkatkan pengetahuan lansia dan keluarga dalam perawatan kesehatan lansia. -
Article No. 18682 | 17 Jun 2025
Klinis : Data dan skrining pada lansia yang mengikuti kegiatan Posbindu di wilayah di RW 05 Kelurahan Grogol sebesar 15% rematik dan terjadi kenaikan kasus setiap bulannya. Hasil survey dan penyebaran angket pada keluarga lansia didapatkan data sebanyak 41,9%, yang mengalami nyeri sendi lutut selebihnya nyeri sendi tangan, pinggang, otot leher dan mengeluh cepat lelah.45 % lansia mampu secara mandiri melakukan, Lansia yang memakai alat bantu berupa tongkat sebanyak 13.1%. Jumlah lasia yang berobat ke dokter 3,2%; ke Puskesmas 53,2%. ada 27,4% dengan membeli obat di warung dan 9,7% dengan minum jamu. 50% lansia mengkonsumsi makananjeroan. Sementara yang lainnya adalah susu, tahu dan tempe sekitar 59,7%. jumlah lansia yang tidak sekolah 39.5%, lulus SD 47.4%, lulus SLTP 10.5% dan lulus SLTA 2.6%. jumlah keluarga yang memiliki lansia berpengetahuan cukup adalah 23.7% dan keluarga yang memiliki lansia berpengetahuan baik adalah 76.3%.itas warganya mengonsumsi kangkung sebagai sayuran pelengkap nasi d irumah. Kebiasaan warga tersebut membuat banyak warga usia diatas 65 tahun menderita osteoathritis, sebanyak 50% penderita memberikan gambaran radiologis sesuai Osteoartritis, meskipun hanya 10% pria dan 18% wanita diantaranya yang memperlihatkan gejala klinis OA, dan sekitar10% mengalami disabilitas karena OA nya. buatkan diagnosis keperawatan komunitas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Mobilitas Fisik Terganggu
- Berhubungan dengan nyeri sendi, penurunan kekuatan otot, dan penggunaan alat bantu jalan.
- Ditandai dengan adanya kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, penggunaan alat bantu, dan keluhan nyeri sendi.
2. Defisit Pengetahuan
- Berhubungan dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan lansia serta keluarga yang masih kurang.
- Ditandai dengan kurangnya pemahaman lansia dan keluarga mengenai manajemen osteoartritis dan perawatan kesehatan lansia.
3. Risiko Malnutrisi
- Berhubungan dengan pola makan lansia yang mengonsumsi makanan jeroan yang berlebihan.
- Ditandai dengan adanya risiko kekurangan gizi dan asupan nutrisi yang tidak seimbang.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Mobilitas Fisik
- Peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
- Penggunaan alat bantu jalan secara tepat
- Pengurangan nyeri sendi
2. Pengetahuan Kesehatan
- Peningkatan pemahaman lansia dan keluarga tentang manajemen osteoartritis
- Peningkatan pemahaman lansia dan keluarga tentang perawatan kesehatan lansia
3. Status Gizi
- Perbaikan pola makan dan asupan nutrisi yang seimbang
- Pencegahan risiko malnutrisi
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Mobilitas Fisik Terganggu:
- Terapi Latihan Fisik: Melakukan latihan gerak sendi, kekuatan otot, dan keseimbangan untuk meningkatkan mobilitas.
- Manajemen Nyeri: Memberikan intervensi non-farmakologis untuk mengurangi nyeri sendi.
- Dukungan Penggunaan Alat Bantu: Mengajarkan lansia dalam menggunakan alat bantu jalan secara tepat.
2. Defisit Pengetahuan:
- Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi kepada lansia dan keluarga tentang manajemen osteoartritis dan perawatan kesehatan lansia.
- Konseling Kesehatan: Melakukan konseling untuk meningkatkan pemahaman lansia dan keluarga.
- Peningkatan Akses Layanan Kesehatan: Memfasilitasi lansia untuk mendapatkan layanan kesehatan yang sesuai.
3. Risiko Malnutrisi:
- Asesmen Gizi: Melakukan asesmen status gizi dan pola makan lansia.
- Edukasi Gizi: Memberikan edukasi tentang kebutuhan nutrisi yang seimbang bagi lansia.
- Modifikasi Diet: Menyusun rencana diet yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi lansia.
Penjelasan:
Berdasarkan data yang diberikan, terdapat beberapa masalah kesehatan yang perlu ditangani melalui asuhan keperawatan komunitas. Diagnosa keperawatan yang sesuai mencakup Mobilitas Fisik Terganggu, Defisit Pengetahuan, dan Risiko Malnutrisi. Luaran yang diharapkan adalah peningkatan kemampuan fungsional, peningkatan pengetahuan kesehatan, dan perbaikan status gizi lansia. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi terapi latihan fisik, manajemen nyeri, dukungan penggunaan alat bantu, edukasi kesehatan, konseling, peningkatan akses layanan kesehatan, asesmen gizi, edukasi gizi, dan modifikasi diet. Penerapan intervensi yang komprehensif dan kolaboratif dengan tenaga kesehatan lain diharapkan dapat mencapai luaran yang diharapkan dan meningkatkan kualitas hidup lansia di wilayah tersebut.