Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 19985 | 23 Jul 2025
Klinis : pasien mengalami penurunan kesadaran dan mual muntah dan pasien mengorok, pasien akan dilakukan tindakan operasi intra cerebral hematom
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien dengan penurunan kesadaran, mual-muntah, mengorok, dan rencana tindakan operasi intra cerebral hematom.
### **Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan perfusi jaringan serebral** (SDKI Code: **00092**)
**Definisi:** Penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan otak yang dapat mengakibatkan kerusakan neurologis.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Peningkatan tekanan intrakranial akibat hematoma intraserebral.
- Edema serebral.
- Gangguan aliran darah serebral.
### **Luaran Keperawatan (SLKI):**
**Perfusi jaringan serebral membaik** (SLKI Code: **0901**)
**Indikator:**
- Tingkat kesadaran meningkat (GCS mendekati normal).
- Tanda vital stabil (TD, nadi, pernapasan dalam batas normal).
- Tidak ada keluhan sakit kepala hebat atau mual-muntah berlebihan.
### **Intervensi Keperawatan (SIKI):**
**1. Manajemen perfusi serebral** (SIKI Code: **2620**)
**Tindakan:**
- Monitor status neurologis (GCS, pupil, refleks).
- Pertahankan posisi kepala elevasi 30° untuk mengurangi tekanan intrakranial.
- Hindari maneuver Valsalva (batuk, mengejan).
- Kolaborasi pemberian osmotik (mannitol) sesuai indikasi.
**2. Manajemen mual dan muntah** (SIKI Code: **1450**)
**Tindakan:**
- Berikan antiemetik sesuai resep.
- Posisikan pasien miring untuk mencegah aspirasi.
- Hindari stimulasi berlebihan (bau, gerakan tiba-tiba).
**3. Persiapan praoperatif** (SIKI Code: **7310**)
**Tindakan:**
- Jelaskan prosedur operasi kepada keluarga.
- Pastikan puasa sesuai protokol.
- Monitor tanda vital dan persiapan laboratorium praoperasi.
### **Catatan Tambahan:**
- **Mengorok (stridor)** dapat mengindikasikan obstruksi jalan napas, perlu pemantauan ketat dan persiaatan intubasi jika diperlukan.
- **Penurunan kesadaran** memerlukan evaluasi GCS serial dan tindakan emergensi jika terjadi deteriorasi.
Semoga informasi ini membantu dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan. Jika diperlukan penyesuaian lebih lanjut, silakan berikan data tambahan terkait kondisi pasien.
**Sumber:**
- Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi 4.
- Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Edisi 3.
- Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi 3. -
Article No. 19986 | 23 Jul 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan rambut rontok
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi pasien yang mengalami keluhan rambut rontok.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan rambut rontok adalah "Perubahan pola tidur" (00198). Keluhan rambut rontok dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk stres dan gangguan pola tidur. Perubahan pola tidur dapat memengaruhi kesehatan dan pertumbuhan rambut, sehingga menyebabkan masalah seperti rambut rontok.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Pola Tidur Teratasi (0004): Pasien menunjukkan pola tidur yang teratur, dengan lama tidur yang cukup, dan merasa segar saat bangun tidur.
2. Fungsi Rambut Membaik (2702): Pasien menunjukkan pertumbuhan rambut yang lebih baik, dengan berkurangnya keluhan rambut rontok.
3. Kesejahteraan Psikologis Membaik (1202): Pasien menunjukkan peningkatan dalam kesejahteraan psikologis, seperti perasaan tenang, percaya diri, dan mampu mengelola stres.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Tidur (1850):
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi pola tidur pasien.
- Berikan edukasi tentang pola tidur yang sehat, termasuk jadwal tidur yang teratur, teknik relaksasi, dan hindari stimulant sebelum tidur.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk menentukan intervensi yang tepat jika diperlukan.
2. Terapi Relaksasi (5880):
- Ajarkan teknik relaksasi, seperti latihan pernapasan, meditasi, atau terapi musik, untuk membantu pasien mengelola stres.
- Dorong pasien untuk melakukan aktivitas yang menyenangkan dan meningkatkan kesejahteraan.
- Berikan dukungan emosional dan bimbingan untuk membantu pasien mengelola stres dan kecemasan.
3. Perawatan Rambut (2540):
- Kaji kondisi rambut dan kulit kepala pasien, termasuk tanda-tanda kerontokan.
- Berikan edukasi tentang perawatan rambut yang tepat, seperti penggunaan shampo yang lembut, pengaturan pola keramas, dan penggunaan pelindung rambut.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter kulit, untuk menentukan intervensi yang tepat jika diperlukan.
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diinginkan, yaitu pola tidur yang teratasi, fungsi rambut yang membaik, dan kesejahteraan psikologis yang meningkat. -
Article No. 19988 | 23 Jul 2025
Klinis : Seorang laki-laki, berusia 30 tahun, dirawat di ruang rawat inap dengan asma suspek TBC. Pasien tampak lemas, batuk berdahak yang sulit dikeluarkan, pernapasan gurgling, terdapat otot bantu pernapSeorang laki-laki, berusia 30 tahun, dirawat di ruang rawat inap dengan asma suspek TBC. Pasien tampak lemas, batuk berdahak yang sulit dikeluarkan, pernapasan gurgling, terdapat otot bantu pernapasan. Pemeriksaan fisik didapatkan TD 100/70 mmHg, frekuensi nadi 88x/menit, frekuensi napas 22x/menit, suhu tubuh 37,5'C. Pasien akan direncanakan pengambilan sputum untuk pengecekan lab.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, serta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (kode 00031)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang bersih.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang bersih.
- Kode: 00031
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode: L07001
- Definisi: Pemulihan dan pemeliharaan fungsi pernapasan yang optimal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode: I07001
- Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk memfasilitasi pemulihan dan pemeliharaan fungsi pernapasan yang optimal.
Penjelasan singkat:
Berdasarkan kondisi pasien yang mengalami batuk berdahak yang sulit dikeluarkan, pernapasan gurgling, dan terdapat otot bantu pernapasan, maka Diagnosa Keperawatan yang sesuai adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif. Hal ini menunjukkan adanya ketidakmampuan pasien untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan, sehingga memerlukan intervensi keperawatan untuk memulihkan dan mempertahankan fungsi pernapasan yang optimal. -
Article No. 19989 | 23 Jul 2025
Klinis : Seorang laki-laki, berusia 30 tahun, dirawat di ruang rawat inap dengan asma suspek TBC. Pasien tampak lemas, batuk berdahak yang sulit dikeluarkan, pernapasan gurgling, terdapat otot bantu pernapSeorang laki-laki, berusia 30 tahun, dirawat di ruang rawat inap dengan asma suspek TBC. Pasien tampak lemas, batuk berdahak yang sulit dikeluarkan, pernapasan gurgling, terdapat otot bantu pernapasan. Pemeriksaan fisik didapatkan TD 100/70 mmHg, frekuensi nadi 88x/menit, frekuensi napas 22x/menit, suhu tubuh 37,5'C. Pasien akan direncanakan pengambilan sputum untuk pengecekan lab.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang relevan dengan kasus tersebut, sesuai dengan panduan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
### **1. Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Pertukaran Gas (SDKI Code: 00030)**
**Definisi:** Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan/atau eliminasi karbon dioksida pada membran alveolus-kapiler.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Penumpukan sekret bronkus (dahak kental)
- Obstruksi jalan napas (asma + suspek TBC)
- Penggunaan otot bantu pernapasan
- Suara napas *gurgling* menunjukkan adanya sekret
### **2. Standar Luaran Keperawatan (SLKI):**
**Perbaikan Pertukaran Gas (SLKI Code: 0401)**
**Indikator:**
- Frekuensi pernapasan dalam rentang normal (16–20x/menit)
- Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
- Suara napas bersih (tidak ada *gurgling*)
- Saturasi O? ? 95% (jika diukur)
### **3. Standar Intervensi Keperawatan (SIKI):**
**Manajemen Jalan Napas (SIKI Code: 3140)**
**Aktivitas Keperawatan:**
- Auskultasi suara napas setiap 4 jam
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan napas dalam
- Berikan posisi semi-Fowler untuk optimalisasi ventilasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator dan mukolitik sesuai indikasi
- Persiapan pengambilan sampel sputum untuk pemeriksaan laboratorium
---
### **Penjelasan Tambahan:**
- **Kaitan dengan Kondisi Pasien:**
- Asma dan dugaan TBC menyebabkan obstruksi jalan napas dan gangguan pertukaran gas.
- Batuk berdahak sulit dikeluarkan menunjukkan inefektifnya bersihan jalan napas.
- Penggunaan otot bantu napas dan *gurgling* mengindikasikan peningkatan kerja pernapasan.
- **Pemeriksaan Lanjutan:**
- Pengambilan sputum diperlukan untuk konfirmasi diagnosis TBC.
- Pemantauan tanda vital (terutama frekuensi napas dan suhu) penting untuk menilai progresi kondisi.
- **Tindakan Prioritas:**
- Mempertahankan oksigenasi adekuat.
- Memfasilitasi pengeluaran sekret.
- Mencegah komplikasi (misalnya atelektasis atau hipoksemia).
Jika diperlukan penyesuaian lebih spesifik berdasarkan perkembangan kondisi pasien, evaluasi berkala harus dilakukan.
**Referensi:**
- PPNI. (2017). *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)*. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
---
**Catatan:** Format ini mengikuti struktur akademis dengan pendekatan berbasis bukti (evidence-based practice) dan mengacu pada standar PPNI. -
Article No. 19990 | 23 Jul 2025
Klinis : nyeri perut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi nyeri perut. Saya akan menjawab dengan nada akademis sebagai seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut (00132)
Definisi SDKI:
Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau yang digambarkan dalam istilah-istilah tersebut (International Association for the Study of Pain).
Definisi SLKI:
Tindakan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri yang dirasakan pasien.
Definisi SIKI:
1. Mengkaji nyeri (00132.01)
2. Mengelola nyeri (00132.02)
3. Memantau nyeri (00132.03)
Kode Diagnosa, Intervensi, dan Hasil Keperawatan:
- Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut (00132)
- Intervensi Keperawatan:
1. Mengkaji nyeri (00132.01)
2. Mengelola nyeri (00132.02)
3. Memantau nyeri (00132.03)
- Hasil Keperawatan:
1. Tingkat nyeri terkontrol (1605)
2. Tingkat nyeri (2102)
Dalam praktik keperawatan, diagnosa, intervensi, dan hasil keperawatan yang terstandar ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terfokus pada pasien dengan kondisi nyeri perut. -
Article No. 19991 | 23 Jul 2025
Klinis : diare
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi diare, sesuai dengan format yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai untuk Kondisi Diare:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi diare berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Diare Akut
Definisi: Pengeluaran feses cair atau encer dengan frekuensi lebih dari 3 kali per hari, berlangsung kurang dari 14 hari.
Penyebab: Infeksi bakteri, virus, atau parasit; intoleransi makanan; efek samping obat-obatan; dan faktor psikologis.
2. Resiko Dehidrasi
Definisi: Rentan mengalami ketidakseimbangan cairan tubuh yang dapat mengancam kesehatan.
Penyebab: Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan akibat diare.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pemulihan Diare Akut
Definisi: Pemulihan dari kondisi diare akut dengan karakteristik: frekuensi defekasi menurun menjadi normal, konsistensi feses kembali normal, dan tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
Kriteria Hasil:
- Frekuensi defekasi menurun menjadi 1-2 kali per hari
- Konsistensi feses kembali normal
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi (misalnya mulut kering, turgor kulit menurun, dan lainnya)
2. Keseimbangan Cairan
Definisi: Keadaan di mana volume dan komposisi cairan tubuh berada dalam batas normal.
Kriteria Hasil:
- Intake dan output cairan seimbang
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
- Elektrolit dalam batas normal
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Diare Akut
Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan untuk mengatasi diare akut dan mencegah komplikasi.
Kegiatan Utama:
- Kaji tanda dan gejala diare, frekuensi, dan konsistensi feses
- Berikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan
- Monitor asupan dan output cairan
- Anjurkan pasien untuk mengonsumsi makanan yang mudah dicerna
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen diare
2. Manajemen Cairan
Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Kegiatan Utama:
- Kaji status cairan dan elektrolit
- Monitor intake dan output cairan
- Berikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam pemberian cairan dan elektrolit
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen cairan
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan diare akut dan risiko dehidrasi dipilih karena pasien dengan diare mengalami kehilangan cairan dan elektrolit yang dapat menyebabkan dehidrasi. Luaran yang diharapkan adalah pemulihan diare akut dan keseimbangan cairan, yang dapat dicapai melalui intervensi manajemen diare akut dan manajemen cairan. Intervensi tersebut bertujuan untuk mengatasi gejala diare, mencegah komplikasi, dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh pasien. -
Article No. 19992 | 23 Jul 2025
Klinis : pasien riwayat kejang 3 kali,dan sempat tak sadarkan diri,riwayat stroke
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan rekomendasi diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan riwayat kejang dan stroke, dengan penjelasan yang rinci dan terperinci.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Ketidakstabilan Neurovascular
Definisi: Kerentanan terhadap gangguan aliran darah ke otak, yang dapat menyebabkan penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke otak, yang dapat mengancam fungsi seluler.
Faktor Risiko: Riwayat stroke, riwayat kejang.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Stabilitas Neurovaskular
Definisi: Kondisi di mana aliran darah ke otak terjaga dan fungsi saraf terpelihara.
Kriteria Hasil:
a. Tidak ada tanda-tanda gangguan sirkulasi serebral (misalnya: kesadaran menurun, perubahan fungsi motorik, sensorik, atau kognitif).
b. Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (misalnya: sakit kepala, mual, muntah, perubahan pupil).
c. Tidak ada episode kejang.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Neurovaskular
Definisi: Pengumpulan dan analisis data terkait fungsi saraf dan sirkulasi darah untuk mengidentifikasi perubahan atau risiko.
Aktivitas:
a. Pantau tanda-tanda vital secara berkala, termasuk tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu.
b. Pantau status kesadaran dan fungsi neurologi (misalnya: tingkat kesadaran, gerakan, sensorik, dan reflek).
c. Pantau tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (misalnya: sakit kepala, mual, muntah, perubahan pupil).
d. Pantau kejadian kejang.
e. Lakukan dokumentasi yang lengkap dan akurat.
2. Manajemen Kejang
Definisi: Intervensi untuk mencegah, mengendalikan, dan meminimalkan episode kejang.
Aktivitas:
a. Identifikasi faktor pemicu kejang (misalnya: stres, kelelahan, ketidakseimbangan elektrolit).
b. Berikan obat anti-kejang sesuai resep.
c. Pertahankan lingkungan yang aman selama episode kejang.
d. Pantau tanda-tanda dan gejala sebelum, selama, dan setelah episode kejang.
e. Edukasikan pasien dan keluarga tentang manajemen kejang.
3. Manajemen Stroke
Definisi: Intervensi untuk mencegah komplikasi dan memaksimalkan pemulihan setelah stroke.
Aktivitas:
a. Pantau tanda-tanda vital dan status neurologis secara berkala.
b. Pertahankan posisi yang aman dan nyaman untuk mencegah komplikasi.
c. Berikan terapi fisik, okupasi, dan wicara sesuai kebutuhan.
d. Edukasikan pasien dan keluarga tentang gaya hidup sehat, manajemen faktor risiko, dan tanda-tanda stroke.
e. Koordinasikan perawatan dengan tim multidisiplin.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Risiko Ketidakstabilan Neurovaskular" dipilih karena pasien memiliki riwayat kejang dan stroke, yang meningkatkan risiko gangguan aliran darah ke otak dan penurunan suplai oksigen serta nutrisi ke otak. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pemantauan neurovaskular, manajemen kejang, dan manajemen stroke untuk mencapai luaran yang diharapkan yaitu stabilitas neurovaskular, di mana aliran darah ke otak terjaga dan fungsi saraf terpelihara. -
Article No. 19993 | 23 Jul 2025
Klinis : pasien riwayat kejang 3 kali,dan sempat tak sadarkan diri,riwayat stroke,dan hipertensi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien dengan riwayat kejang, stroke, dan hipertensi.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Cedera: Risiko Kejang
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami perubahan pola aktivitas listrik otak yang tidak normal, yang dapat menyebabkan perubahan kesadaran, perilaku, sensori, atau fungsi motorik.
Faktor Risiko: Riwayat kejang, riwayat stroke, dan hipertensi.
2. Ketidakstabilan Neurologi
Definisi: Keadaan di mana individu mengalami perubahan fungsi saraf yang dapat mengancam kehidupan.
Faktor Terkait: Riwayat stroke dan hipertensi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Risiko Cedera: Risiko Kejang
- Tidak terjadi episode kejang selama perawatan
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Tidak terjadi cedera akibat kejang
2. Ketidakstabilan Neurologi
- Tidak terjadi penurunan kesadaran
- Tidak terjadi perubahan fungsi motorik
- Tidak terjadi perubahan sensori
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Risiko Cedera: Risiko Kejang
a. Identifikasi faktor risiko kejang (riwayat kejang, stroke, hipertensi)
b. Pantau tanda-tanda vital secara rutin
c. Berikan terapi antikonvulsan sesuai resep
d. Lakukan pencegahan cedera saat episode kejang (misal: atur posisi tidur, beri bantalan)
e. Edukasi pasien dan keluarga tentang risiko kejang dan tindakan pencegahan
2. Ketidakstabilan Neurologi
a. Pantau status neurologis pasien (kesadaran, fungsi motorik, sensorik)
b. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antihipertensi
c. Atur posisi tidur untuk mencegah komplikasi
d. Berikan stimulasi sensori sesuai kemampuan pasien
e. Lakukan perawatan untuk mencegah komplikasi (misalnya, pencegahan dekubitus)
f. Edukasi pasien dan keluarga tentang gejala ketidakstabilan neurologi dan tindakan yang perlu dilakukan
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Risiko Cedera: Risiko Kejang" dan "Ketidakstabilan Neurologi" dipilih karena pasien memiliki riwayat kejang, stroke, dan hipertensi yang meningkatkan risiko terjadinya komplikasi neurologis. Intervensi keperawatan difokuskan pada pemantauan, pencegahan, pemberian terapi, serta edukasi pasien dan keluarga untuk mencegah terjadinya kejang, menjaga stabilitas neurologis, dan mencegah komplikasi. Luaran yang diharapkan adalah tidak terjadi episode kejang, tidak terjadi penurunan kesadaran atau perubahan fungsi motorik dan sensorik selama perawatan. -
Article No. 19994 | 23 Jul 2025
Klinis : pasien usia 56 tahun datang dengan keluhan kejang dan tidak sadarkan diri, kejang 3 kali,riwayat hipertensi gula darah 193
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi pasien yang berusia 56 tahun dengan keluhan kejang dan tidak sadarkan diri, riwayat hipertensi, serta gula darah 193, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Risiko Cedera Fisik berhubungan dengan kejang
Pasien berisiko mengalami cedera fisik akibat kejang yang terjadi. Hal ini perlu ditangani segera untuk mencegah komplikasi yang lebih serius.
Luaran/Outcome SLKI:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/outcome sebagai berikut:
1. Tidak terjadi cedera fisik selama episode kejang
Pasien mampu mengendalikan dan mencegah terjadinya cedera fisik selama episode kejang berlangsung. Hal ini dapat dinilai melalui indikator seperti tidak adanya luka atau memar pada pasien serta tidak terjatuh saat kejang.
2. Pemulihan kesadaran dalam waktu yang sesuai
Pasien dapat kembali sadar dalam rentang waktu yang normal setelah episode kejang berakhir. Indikator yang dapat digunakan adalah pasien kembali membuka mata, dapat merespon stimulus, serta memiliki kesadaran yang baik.
3. Terkendalinya kadar gula darah dalam batas normal
Setelah episode kejang, pasien dapat mengendalikan kadar gula darahnya sehingga berada dalam rentang normal. Indikator yang dapat digunakan adalah pemeriksaan berkala terhadap kadar gula darah pasien.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran/outcome yang diharapkan, maka intervensi keperawatan yang perlu dilakukan adalah:
1. Manajemen Kejang
a. Posisikan pasien dengan aman untuk mencegah cedera saat kejang terjadi
b. Pastikan jalan napas pasien tetap terbuka
c. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
d. Berikan obat antikonvulsan sesuai instruksi dokter
e. Pantau tanda-tanda vital secara berkala
2. Manajemen Gula Darah
a. Pantau kadar gula darah pasien secara rutin
b. Berikan insulin sesuai instruksi dokter untuk mengendalikan kadar gula darah
c. Edukasi pasien dan keluarga mengenai pentingnya pengendalian gula darah
3. Pemantauan Kesadaran
a. Lakukan penilaian tingkat kesadaran pasien secara berkala menggunakan skala Glasgow Coma Scale (GCS)
b. Pantau tanda-tanda vital pasien, seperti tekanan darah, nadi, dan respirasi
c. Lakukan stimulasi untuk mempertahankan dan meningkatkan kesadaran pasien
d. Catat setiap perubahan yang terjadi pada kondisi kesadaran pasien
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/outcome yang diharapkan dan terhindar dari komplikasi yang lebih serius akibat kejang dan kondisi komorbid yang dimiliki. -
Article No. 19995 | 23 Jul 2025
Klinis : pasien usia 56 tahun datang dengan keluhan kejang dan tidak sadarkan diri, kejang 3 kali,riwayat hipertensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah **Diagnosa Keperawatan** beserta penjelasan singkat **SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** yang sesuai untuk pasien dengan kondisi tersebut, sesuai dengan panduan **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)**.
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Kode DX.0006** – **Risiko Cedera** b.d **kejang berulang** dan **penurunan kesadaran**
#### **Penjelasan Singkat**
1. **SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)**
- **Definisi**: Pasien berisiko mengalami cedera fisik akibat kejang berulang dan penurunan kesadaran.
- **Faktor Risiko**:
- Riwayat hipertensi (faktor risiko stroke/kejang)
- Episode kejang berulang (3 kali)
- Penurunan kesadaran (tidak sadarkan diri)
2. **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)**
- **Kode LK.0801** – **Keselamatan fisik terpenuhi**
- Kriteria:
- Pasien bebas dari cedera selama kejang
- Lingkungan aman (pencegah jatuh, bantalan pelindung)
- Keluarga memahami tindakan pencegahan
3. **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)**
- **Kode IK.0203** – **Manajemen Kejang**
- Tindakan:
- Mempertahankan jalan napas (posisi lateral, suction jika perlu)
- Lindungi dari cedera (hindari restraint, beri bantalan kepala)
- Observasi tanda vital (TD, nadi, saturasi O?)
- Kolaborasi pemberian antikonvulsan (jika diperlukan)
---
### **Diagnosa Tambahan (Opsional)**
**Kode DX.0018** – **Gangguan Persepsi Sensorik: Kesadaran** b.d **penurunan kesadaran pasca kejang**
#### **Penjelasan Singkat**
1. **SDKI**: Penurunan respons terhadap rangsangan lingkungan akibat kejang.
2. **SLKI (LK.0301)** – **Tingkat kesadaran membaik** (skala GCS meningkat).
3. **SIKI (IK.0302)** – **Pemantauan Neurologis**:
- Monitor GCS, reaksi pupil, dan tanda vital.
---
### **Catatan Penting**
- **Tone Akademis & Persona Pakar**: Penjelasan disajikan secara sistematis dengan kode PPNI untuk memenuhi standar keperawatan nasional.
- **Hipertensi sebagai Faktor Risiko**: Perlu pemantauan tekanan darah untuk mencegah kejang berulang (misal: ensefalopati hipertensi).
- **Kolaborasi**: Dokter untuk evaluasi penyebab kejang (CT scan, EEG, atau terapi medis).
Semoga membantu. Jika diperlukan penyesuaian lebih lanjut, informasikan data tambahan seperti hasil pemeriksaan penunjang atau kondisi spesifik pasien.
*(Format RTF dapat disesuaikan dengan template institusi terkait.)*