Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 7607 | 02 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan mual dan muntah serta pusing
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakseimbangan Cairan Elektrolit
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Ketidakseimbangan Cairan Elektrolit adalah kondisi di mana individu berisiko mengalami perubahan kadar cairan dan/atau elektrolit yang dapat memengaruhi fungsi sel, jaringan, dan/atau organ.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Keseimbangan Cairan
2. Keseimbangan Elektrolit
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Monitor intake dan output cairan
2. Monitor kadar elektrolit serum
3. Manajemen mual dan muntah
4. Terapi cairan dan elektrolit sesuai indikasi
5. Edukasi terkait manajemen cairan dan elektrolit
Berdasarkan keluhan pasien, yaitu mual, muntah, dan pusing, risiko ketidakseimbangan cairan elektrolit merupakan diagnosa keperawatan yang sesuai. Hal ini karena kondisi tersebut dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit yang dapat memengaruhi fungsi sel, jaringan, dan/atau organ. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan intake dan output cairan, pemantauan kadar elektrolit serum, manajemen mual dan muntah, pemberian terapi cairan dan elektrolit sesuai indikasi, serta edukasi terkait manajemen cairan dan elektrolit. -
Article No. 7608 | 02 Dec 2024
Klinis : Pasien mengalami penurunan kesadaran, pasien tampak demam, mukosa mulut kering, retraksi dada (-). pasien terlihat terpasang ETT, Ventilator (On Verit Mode SIMV), CVC (Central Venous Catheter) Triple Lumen di Jugularis Dextra. Dengan tanda-tanda vital : td 160/80, denyut nadi radial 95 kali/menit, denyut nadi karotis 105 kali/menit, CRT >2, suhu 40C, GCS 6, PERNAPASAN 25 kali/menit, spo2 90%, DENGAN HASIL LAB : GDS : 474. HB 13,3 HT 39 PH 7,40 pCO2 21,4 pO2 78,6 HCO3 12,5 ASETON 5,1 BUATKAN ETIOLOGI & DATA OBJEKTIF UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN ketidakstabilan kadar glukosa darah SECARA BERURUTAN
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baiklah, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, etiologi dan data objektif, luaran/output, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
Etiologi:
1. Penurunan kesadaran yang dapat menyebabkan penurunan asupan makanan dan cairan
2. Demam yang dapat meningkatkan metabolisme dan kebutuhan insulin
3. Dehidrasi yang ditandai dengan mukosa mulut kering
4. Stress fisiologis akibat penyakit kritis yang dapat meningkatkan kadar glukosa darah
Data Objektif:
1. Penurunan kesadaran (GCS 6)
2. Suhu tubuh tinggi (40°C)
3. Mukosa mulut kering
4. Kadar glukosa darah tinggi (474 mg/dL)
5. Ketosis (aseton 5,1)
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Kadar glukosa darah dalam rentang normal (80-180 mg/dL)
2. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
3. Tidak ada komplikasi akibat hiperglikemia (seperti ketosis, asidosis, atau ketoasidosis)
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Monitoring tanda-tanda vital secara ketat, termasuk suhu tubuh, denyut nadi, dan pernapasan
2. Pemberian cairan intravena sesuai kebutuhan untuk mengatasi dehidrasi
3. Pemberian insulin (intravena atau subkutan) sesuai protokol untuk menstabilkan kadar glukosa darah
4. Pemantauan kadar glukosa darah secara teratur (setiap 2-4 jam)
5. Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen diabetes
6. Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi dan penyesuaian terapi insulin
7. Pemantauan tanda-tanda komplikasi akibat hiperglikemia, seperti kekeringan mulut, poliuria, dan penurunan kesadaran
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan utama yang sesuai dengan kondisi pasien adalah Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah. Hal ini didasarkan pada adanya gejala penurunan kesadaran, demam, dehidrasi, dan hasil laboratorium yang menunjukkan kadar glukosa darah yang sangat tinggi (474 mg/dL).
Etiologi dan data objektif yang diidentifikasi menunjukkan bahwa faktor-faktor yang dapat menyebabkan ketidakstabilan kadar glukosa darah pada pasien ini antara lain penurunan asupan makanan dan cairan, peningkatan metabolisme akibat demam, dan stres fisiologis akibat penyakit kritis.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah pasien dapat mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal, tidak mengalami tanda-tanda dehidrasi, dan tidak mengalami komplikasi akibat hiperglikemia, seperti ketosis atau asidosis.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut mencakup monitoring tanda-tanda vital, pemberian cairan intravena, pemberian insulin, pemantauan kadar glukosa darah, edukasi kepada pasien dan keluarga, kolaborasi dengan dokter, serta pemantauan tanda-tanda komplikasi. Intervensi-intervensi ini ditujukan untuk menstabilkan kadar glukosa darah, mencegah dehidrasi, dan mencegah terjadinya komplikasi yang dapat membahayakan pasien. -
Article No. 7609 | 02 Dec 2024
Klinis : Pasien mengalami penurunan kesadaran, pasien tampak demam, mukosa mulut kering, retraksi dada (-). pasien terlihat terpasang ETT, Ventilator (On Verit Mode SIMV), CVC (Central Venous Catheter) Triple Lumen di Jugularis Dextra. Dengan tanda-tanda vital : td 160/80, denyut nadi radial 95 kali/menit, denyut nadi karotis 105 kali/menit, CRT >2, suhu 40C, GCS 6, PERNAPASAN 25 kali/menit, spo2 90%, DENGAN HASIL LAB : GDS : 474. HB 13,3 HT 39 PH 7,40 pCO2 21,4 pO2 78,6 HCO3 12,5 ASETON 5,1 DS : - DO : • pasien mengalami penurunan kesadaran • pasien mengalami demam • mukosa mulut pasien kering • GDS : 474 mg/dL • Aseton 5,1 mmol/L Stres fisiologis akut akibat penyakit kritis Intake nutrisi tidak adekuat Aktivitas fisik tidak adekuat Peningkatan kebutuhan energi akibat kondisi kritis Ketidakstabilan kadar glukosa darah UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN ketidakstabilan kadar glukosa darah SECARA BERURUTAN
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut adalah:
1. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Kadar glukosa darah dalam rentang normal: 70-120 mg/dL
b. Tidak terjadi komplikasi akibat ketidakstabilan kadar glukosa darah, seperti ketoasidosis diabetik atau hipoglikemia.
c. Pasien dapat mempertahankan kadar glukosa darah yang stabil.
d. Pasien dapat memahami pentingnya memantau kadar glukosa darah secara rutin.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
a. Pantau kadar glukosa darah secara teratur (misalnya setiap 4-6 jam) untuk memastikan kadar glukosa dalam rentang normal.
b. Berikan insulin sesuai kebutuhan untuk mengendalikan kadar glukosa darah, dengan memperhatikan kondisi pasien dan mengikuti protokol pengelolaan glukosa darah di rumah sakit.
c. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk mengatur pola makan dan pemberian nutrisi yang sesuai untuk mempertahankan kadar glukosa darah yang stabil.
d. Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya memantau kadar glukosa darah, memahami tanda-tanda hipo/hiperglikemia, serta pengelolaan kadar glukosa darah yang tepat.
e. Pantau tanda-tanda komplikasi akibat ketidakstabilan glukosa darah, seperti ketoasidosis diabetik atau hipoglikemia, dan lakukan intervensi yang sesuai.
Penjelasan rinci:
Pasien mengalami penurunan kesadaran, demam, dan kadar glukosa darah yang sangat tinggi (474 mg/dL), serta adanya ketoasidosis (aseton 5,1 mmol/L), yang menunjukkan ketidakstabilan kadar glukosa darah. Kondisi ini memerlukan intervensi keperawatan yang tepat untuk mengendalikan kadar glukosa darah, mencegah komplikasi, dan mempertahankan stabilitas glukosa darah pasien. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang paling sesuai adalah "Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah". Luaran yang diharapkan adalah tercapainya kadar glukosa darah dalam rentang normal, tidak terjadi komplikasi, dan pasien dapat mempertahankan kadar glukosa darah yang stabil. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pemantauan kadar glukosa darah, pemberian insulin sesuai kebutuhan, kolaborasi dengan tim kesehatan lain, edukasi pasien dan keluarga, serta pemantauan tanda-tanda komplikasi. -
Article No. 7610 | 02 Dec 2024
Klinis : Pasien mengalami penurunan kesadaran, pasien tampak demam, mukosa mulut kering, retraksi dada (-). pasien terlihat terpasang ETT, Ventilator (On Verit Mode SIMV), CVC (Central Venous Catheter) Triple Lumen di Jugularis Dextra. Dengan tanda-tanda vital : td 160/80, denyut nadi radial 95 kali/menit, denyut nadi karotis 105 kali/menit, CRT >2, suhu 40C, GCS 6, PERNAPASAN 25 kali/menit, spo2 90%, DENGAN HASIL LAB : GDS : 474. HB 13,3 HT 39 PH 7,40 pCO2 21,4 pO2 78,6 HCO3 12,5 ASETON 5,1 DS : - DO : • pasien mengalami penurunan kesadaran • pasien mengalami demam • mukosa mulut pasien kering • GDS : 474 mg/dL • Aseton 5,1 mmol/L Stres fisiologis akut akibat penyakit kritis Intake nutrisi tidak adekuat Aktivitas fisik tidak adekuat Peningkatan kebutuhan energi akibat kondisi kritis Ketidakstabilan kadar glukosa darah UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN ketidakstabilan kadar glukosa darah SECARA BERURUTAN DAN DIA SUDAH MENGALAMI KETOASIDOSIS DM
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien yang Anda uraikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan stres fisiologis akut akibat penyakit kritis, ditandai dengan kadar glukosa darah sewaktu 474 mg/dL dan kadar aseton 5,1 mmol/L.
2. Intake nutrisi tidak adekuat berhubungan dengan penurunan kesadaran, ditandai dengan mukosa kering.
3. Aktivitas fisik tidak adekuat berhubungan dengan penurunan kesadaran, ditandai dengan pasien terpasang ETT dan ventilator.
4. Hipertermia berhubungan dengan infeksi, ditandai dengan suhu 40°C.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah:
a. Kadar glukosa darah dalam kisaran normal
b. Tidak terjadi komplikasi akibat hiperglikemia atau hipoglikemia
c. Pasien dapat mempertahankan kadar glukosa darah yang stabil
2. Intake nutrisi adekuat:
a. Asupan nutrisi oral/enteral/parenteral mencukupi kebutuhan
b. Tidak terjadi defisiensi nutrisi
c. Tidak terjadi dehidrasi
3. Aktivitas fisik adekuat:
a. Tidak terjadi komplikasi akibat imobilitas
b. Pasien dapat berpartisipasi dalam perawatan diri sesuai kemampuan
c. Pasien dapat mempertahankan massa otot dan fungsi fisik
4. Suhu tubuh dalam kisaran normal:
a. Tidak terjadi komplikasi akibat hipertermia
b. Tanda-tanda vital stabil
c. Kenyamanan pasien meningkat
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah:
a. Monitor kadar glukosa darah secara berkala
b. Lakukan pemberian insulin sesuai dengan protokol
c. Kolaborasi dengan tim medis untuk mengelola terapi insulin
d. Edukasi pasien dan keluarga tentang pengelolaan diabetes
2. Intake nutrisi adekuat:
a. Kaji status nutrisi dan kebutuhan kalori
b. Berikan nutrisi enteral atau parenteral sesuai kebutuhan
c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk perencanaan diet
d. Pantau tanda-tanda dehidrasi dan kelola cairan
3. Aktivitas fisik adekuat:
a. Kaji kemampuan fisik dan tingkat aktivitas pasien
b. Lakukan mobilisasi dini sesuai toleransi
c. Berikan bantuan perawatan diri sesuai kebutuhan
d. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk rehabilitasi
4. Manajemen hipertermia:
a. Monitor suhu tubuh secara berkala
b. Berikan tindakan penurun panas sesuai prosedur
c. Identifikasi dan tangani penyebab hipertermia
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk pengobatan
Saya harap penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk pasien tersebut. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 7611 | 02 Dec 2024
Klinis : Perempuan berusia 60 tahun dirawat di ruang ICU. Empat hari terakhir ini, kondisi pasien semakin menurun, GCS E1M1Vett, pupil tidak bereaksi, pernafasan dibantu total oleh ventilator, skor nyeri pasien dinilai dengan penilaian CPOT adalah 2. Suami pasien merasa sedih melihat kondisi pasien. Dokter mendiagnosis Mati batang otak (MBO)dan memberikan order DNR. Perawat meminta keluarga berdiskusi dan memberikan support spiritual pada pasien. Sebutkan diagnosa ICD dan SDKI, sertakan pula SLKI, SIKI dan kodenya.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan kondisi pasien yang disampaikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis serta kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: G93.1
- Deskripsi: Mati batang otak
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 96.70
- Deskripsi: Pemasangan ventilator, tidak terspesifikasi
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien mengalami kondisi yang mengarah pada diagnosis Mati batang otak (G93.1) dan telah diberikan terapi berupa bantuan ventilator (96.70). Selain itu, perawat juga telah meminta keluarga untuk berdiskusi dan memberikan dukungan spiritual bagi pasien.
Dari perspektif Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
- Risiko Kematian Imminent
- Distres Spiritual
Sementara itu, Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) yang dapat diterapkan adalah:
- Harapan
- Kenyamanan
Dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang dapat digunakan adalah:
- Dukungan Spiritual
- Perawatan Paliatif
Dengan penjelasan yang lebih detail, dokter dan perekam medis dapat memberikan penilaian yang komprehensif atas kondisi pasien dan penanganan yang diberikan. -
Article No. 7612 | 02 Dec 2024
Klinis : Perempuan berusia 60 tahun dirawat di ruang ICU. Empat hari terakhir ini, kondisi pasien semakin menurun, GCS E1M1Vett, pupil tidak bereaksi, pernafasan dibantu total oleh ventilator, skor nyeri pasien dinilai dengan penilaian CPOT adalah 2. Suami pasien merasa sedih melihat kondisi pasien. Dokter mendiagnosis Mati batang otak (MBO)dan memberikan order DNR. Perawat meminta keluarga berdiskusi dan memberikan support spiritual pada pasien. Sebutkan diagnosa ICD dan SDKI, sertakan pula SLKI, SIKI dan kodenya.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Penurunan Kesadaran berhubungan dengan Mati Batang Otak ditandai dengan GCS E1M1Vett, pupil tidak bereaksi.
- Kode SDKI: 10030
- SLKI: Mempertahankan Kesadaran
- SIKI:
- Monitor tanda-tanda vital secara berkala
- Lakukan perawatan jalan napas untuk mempertahankan patensi jalan napas
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penatalaksanaan medis yang tepat
2. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan Mati Batang Otak ditandai dengan bantuan ventilator.
- Kode SDKI: 00030
- SLKI: Ventilasi Efektif
- SIKI:
- Monitor parameter pernapasan dan keadaan pernapasan pasien
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pengaturan ventilator yang tepat
- Berikan oksigenasi dan suplementasi oksigen sesuai kebutuhan
3. Nyeri Kronis berhubungan dengan Mati Batang Otak ditandai dengan Skor CPOT 2.
- Kode SDKI: 00133
- SLKI: Manajemen Nyeri
- SIKI:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Berikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengelola nyeri
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penatalaksanaan nyeri yang tepat
4. Risiko Berduka berhubungan dengan Mati Batang Otak ditandai dengan reaksi sedih suami terhadap kondisi pasien.
- Kode SDKI: 00172
- SLKI: Proses Berduka Efektif
- SIKI:
- Fasilitasi keluarga untuk mengungkapkan perasaan duka
- Berikan dukungan emosional dan spiritual kepada keluarga
- Kolaborasi dengan tim interdisipliner untuk memberikan konseling duka
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Mempertahankan Kesadaran: Pasien mempertahankan kesadaran pada tingkat optimal.
2. Ventilasi Efektif: Pasien mempertahankan ventilasi yang efektif.
3. Manajemen Nyeri: Pasien bebas dari rasa nyeri atau nyeri terkontrol.
4. Proses Berduka Efektif: Keluarga dapat mengekspresikan perasaan duka dan menerima dukungan yang tepat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Mempertahankan Kesadaran:
- Monitor tanda-tanda vital secara berkala
- Lakukan perawatan jalan napas untuk mempertahankan patensi jalan napas
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penatalaksanaan medis yang tepat
2. Ventilasi Efektif:
- Monitor parameter pernapasan dan keadaan pernapasan pasien
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pengaturan ventilator yang tepat
- Berikan oksigenasi dan suplementasi oksigen sesuai kebutuhan
3. Manajemen Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Berikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengelola nyeri
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penatalaksanaan nyeri yang tepat
4. Proses Berduka Efektif:
- Fasilitasi keluarga untuk mengungkapkan perasaan duka
- Berikan dukungan emosional dan spiritual kepada keluarga
- Kolaborasi dengan tim interdisipliner untuk memberikan konseling duka
Penjelasan rinci:
Pasien dengan kondisi Mati Batang Otak memerlukan perawatan yang komprehensif untuk mempertahankan fungsi vital dan memberikan dukungan emosional serta spiritual bagi keluarga. Diagnosa keperawatan yang diidentifikasi mencakup penurunan kesadaran, gangguan pertukaran gas, nyeri kronis, dan risiko berduka. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, perawatan jalan napas, pengaturan ventilator, manajemen nyeri, dan dukungan emosional serta spiritual bagi keluarga. Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan kesadaran optimal, ventilasi efektif, nyeri terkontrol, dan keluarga dapat melalui proses berduka secara efektif. -
Article No. 7613 | 02 Dec 2024
Klinis : No DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH 1. DS : - DO : • pasien mengalami penurunan kesadaran • pasien mengalami demam • mukosa mulut pasien kering • GDS : 474 mg/dL • Aseton 5,1 mmol/L Stres fisiologis akut akibat penyakit kritis Intake nutrisi tidak adekuat Aktivitas fisik tidak adekuat Peningkatan kebutuhan energi akibat kondisi kritis Ketidakstabilan kadar glukosa darah Ketidakstabilan kadar glukosa darah (D.0027) BUATKAN SIKI DAN SLKI NYA
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI: Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah (D.0027)
Definisi:
Fluktuasi kadar glukosa darah di atas atau di bawah rentang normal yang dikaitkan dengan penyakit atau kondisi medis tertentu.
Etiologi:
1. Stres fisiologis akut akibat penyakit kritis
2. Intake nutrisi tidak adekuat
3. Aktivitas fisik tidak adekuat
4. Peningkatan kebutuhan energi akibat kondisi kritis
5. Ketidakstabilan kadar glukosa darah
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Stabilitas Kadar Glukosa Darah (L.0227)
- Rentang glukosa darah dalam batas normal (70-180 mg/dL)
- Tidak ada gejala hipoglikemia atau hiperglikemia
- Nilai glukosa darah terkontrol sesuai target
- Tidak ada komplikasi akibat fluktuasi glukosa darah
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Monitoring Kadar Glukosa Darah (I.0127)
- Pemantauan kadar glukosa darah secara berkala (sesuai indikasi)
- Adjustasi terapi insulin atau obat antidiabetes sesuai hasil pemantauan
- Evaluasi efektivitas terapi dalam mempertahankan kadar glukosa darah
2. Manajemen Nutrisi (I.0142)
- Asesmen kebutuhan nutrisi berdasarkan kondisi klinis
- Pemberian nutrisi enteral atau parenteral sesuai kebutuhan
- Evaluasi asupan nutrisi dan penyesuaian regimen nutrisi
3. Manajemen Aktivitas dan Istirahat (I.0129)
- Perencanaan aktivitas sesuai toleransi pasien
- Pemberian intervensi untuk meningkatkan aktivitas secara bertahap
- Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas
4. Manajemen Stres (I.0151)
- Identifikasi sumber stres dan respons pasien terhadap stres
- Implementasi teknik relaksasi dan manajemen stres
- Evaluasi efektivitas intervensi dalam mengelola stres pasien
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah" didasarkan pada data-data yang menunjukkan adanya fluktuasi kadar glukosa darah di atas atau di bawah rentang normal, disertai gejala-gejala terkait seperti penurunan kesadaran, demam, dan mukosa mulut kering. Etiologi yang mendasari kondisi ini mencakup stres fisiologis akut akibat penyakit kritis, intake nutrisi tidak adekuat, aktivitas fisik tidak adekuat, peningkatan kebutuhan energi, dan ketidakstabilan kadar glukosa darah itu sendiri.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah stabilitas kadar glukosa darah, dengan rentang yang normal (70-180 mg/dL), tidak ada gejala hipoglikemia atau hiperglikemia, nilai glukosa darah terkontrol sesuai target, serta tidak ada komplikasi akibat fluktuasi glukosa darah. Untuk mencapai luaran tersebut, diperlukan intervensi keperawatan yang meliputi monitoring kadar glukosa darah, manajemen nutrisi, manajemen aktivitas dan istirahat, serta manajemen stres. Masing-masing intervensi memiliki tujuan dan implementasi yang rinci untuk membantu menstabilkan kadar glukosa darah pasien. -
Article No. 7614 | 02 Dec 2024
Klinis : Pasien skizofrenia setelah dirawat beberapa hari, marah berkurang dan diajak berbincang dengan perawat. Pasien mengatakan tidak tahu cara menyalurkan marah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien skizofrenia yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Koping Individu Tidak Efektif
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Koping Individu Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi stres.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Peningkatan Koping
2. Penurunan Perilaku Maladaptif
3. Peningkatan Harga Diri
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Marah
2. Terapi Realitas
3. Bimbingan Koping
Pada pasien skizofrenia yang Anda deskripsikan, marah berkurang dan pasien bersedia berbincang dengan perawat. Namun, pasien mengatakan tidak tahu cara menyalurkan marahnya. Hal ini menunjukkan adanya Koping Individu Tidak Efektif, di mana pasien belum mampu memodifikasi atau mengelola emosi marahnya secara tepat.
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan antara lain Manajemen Marah untuk membantu pasien mengidentifikasi dan mengekspresikan emosi marahnya dengan cara yang konstruktif, Terapi Realitas untuk membantu pasien memahami situasi yang dialami saat ini, serta Bimbingan Koping untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam mengatasi masalah yang dihadapi.
Dengan pendekatan ini, diharapkan pasien dapat meningkatkan kemampuan kopingnya, mengurangi perilaku maladaptif, dan meningkatkan harga dirinya, sehingga dapat beradaptasi dengan kondisi penyakitnya secara lebih efektif. -
Article No. 7615 | 02 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam, mual dan muntah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Dehidrasi berhubungan dengan Kehilangan Cairan Melalui Muntah
Penjelasan:
Pasien dengan keluhan demam, mual dan muntah memiliki risiko mengalami dehidrasi. Kehilangan cairan melalui muntah dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh, sehingga perlu ditangani dengan tepat.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Dehidrasi ditandai dengan gejala seperti mulut kering, turgor kulit menurun, dan frekuensi nadi meningkat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Outcome yang diharapkan adalah Keseimbangan Cairan, dengan indikator seperti Vital Sign stabil, Intake dan Output Cairan seimbang, dan Tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan meliputi Pemantauan Tanda-Tanda Vital, Pemberian Cairan Intravena, dan Edukasi Tentang Intake dan Output Cairan. -
Article No. 7616 | 02 Dec 2024
Klinis : hepertermia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat tentang standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus hipertermia.
Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas batas normal. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, dehidrasi, atau gangguan fungsi sistem regulasi suhu tubuh.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan hipertermia adalah klien dapat mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal, tidak terjadi komplikasi, dan klien menunjukkan tanda-tanda perbaikan kondisi.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi hipertermia antara lain: monitor suhu tubuh, identifikasi penyebab hipertermia, pemberian cairan dan elektrolit, pengompres hangat/dingin, dan edukasi terkait manajemen hipertermia.
Secara akademis, penanganan hipertermia membutuhkan pemahaman mendalam tentang fisiologi, patofisiologi, dan prinsip-prinsip manajemen hipertermia. Sebagai seorang perawat pakar, Anda harus mampu mengidentifikasi penyebab, menilai tingkat keparahan, dan merancang intervensi keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi hipertermia pada klien.