Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 7749 | 03 Dec 2024
Klinis : Rambut rontok
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Gangguan Citra Tubuh
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Gangguan Citra Tubuh adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami perubahan persepsi dan perasaan negatif terhadap penampilan dan fungsi tubuhnya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Citra Tubuh Positif
2. Penerimaan Diri
3. Kepuasan Diri
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Terapi Kognitif
2. Terapi Penghargaan Diri
3. Fasilitasi Penerimaan Diri
Penjelasan Singkat:
Rambut rontok dapat menjadi masalah yang mempengaruhi citra tubuh seorang individu. Risiko Gangguan Citra Tubuh mengacu pada keadaan di mana individu berisiko mengalami perubahan persepsi dan perasaan negatif terhadap penampilan dan fungsi tubuhnya, termasuk masalah rambut rontok. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi terapi kognitif untuk mengubah persepsi negatif, terapi penghargaan diri untuk meningkatkan harga diri, dan fasilitasi penerimaan diri untuk membantu individu menerima kondisi tubuhnya. -
Article No. 7750 | 03 Dec 2024
Klinis : Klien (Ny. C) Usia 35 tahun dibawa ke UGD salah satu rumah sakit. Terdapat luka tusuk dan mengeluarkan darah di telapak kaki kanan klien. Klien tampak meringis kesakitan, berkeringat dan melindungi daerah yang sakit. Ny C katakan kaki kanan sakit terasa cenat cenut, akibat tertusuk kaca bekas saat dia membersihkan pekarangan rumah Pengukuran tanda vital didapatkan: TD 140/90mmHg, N 102x/mnt, S 36C, RR 20x/menit. Salah satu perawat mengkaji skala nyeri klien, Ny C katakan skala nyerinya berada di skala nyeri 7 (1-10), kemudian perawat melakukan perawatan luka dengan membersihkan daerah luka menggunakan normal saline, selanjutnya ditutup dengan kasa steril. Dokter meresepkan analgesic, antibiotic dan injeksi anti tetanus kepada klien.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, untuk kondisi yang Anda jelaskan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, serta rencana asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik (luka tusuk pada kaki) ditandai dengan klien meringis kesakitan, berkeringat, dan melindungi area yang sakit.
Penjelasan Singkat SDKI-SLKI-SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Setelah mendapatkan asuhan keperawatan, klien akan mampu melaporkan nyeri berkurang hingga pada tingkat yang dapat diterima, tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka, dan mampu beraktivitas sesuai kemampuan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen nyeri, perawatan luka, pemberian obat sesuai resep dokter, edukasi tentang nyeri dan perawatan luka.
Rencana Asuhan Keperawatan:
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri).
2. Berikan analgesik sesuai resep dokter untuk mengurangi nyeri.
3. Lakukan perawatan luka dengan membersihkan, mendebridemen, dan menutup luka dengan kasa steril.
4. Pantau tanda-tanda infeksi pada luka (kemerahan, bengkak, nyeri, pembengkakan, dan peningkatan suhu).
5. Berikan edukasi kepada klien dan keluarga tentang manajemen nyeri, perawatan luka, dan gejala infeksi yang harus dilaporkan.
6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik dan anti tetanus sesuai kondisi klien.
7. Evaluasi efektivitas tindakan keperawatan dalam menurunkan nyeri dan mencegah komplikasi. -
Article No. 7751 | 03 Dec 2024
Klinis : Ibu hamil dengan preeklampsia
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai untuk Kondisi Ibu Hamil dengan Preeklampsia:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi ibu hamil dengan preeklampsia adalah:
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral
Definisi: Penurunan aliran darah ke otak yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan disfungsi organ.
Penyebab: Peningkatan tekanan darah, edema serebral, vasospasme, dan gangguan perfusi.
2. Risiko Cidera
Definisi: Risiko terjadinya kerusakan fisik pada tubuh akibat interaksi individu dengan lingkungan atau sumber internal.
Penyebab: Perubahan status kesehatan, gangguan integritas kulit, gangguan mobilitas, dan gangguan sensori.
3. Kelebihan Volume Cairan
Definisi: Kelebihan cairan yang ditandai dengan edema dan perubahan tanda-tanda vital.
Penyebab: Peningkatan retensi cairan, gangguan regulasi cairan, dan ketidakseimbangan elektrolit.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perfusi Jaringan Serebral Efektif
- Tanda-tanda vital stabil (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu)
- Tidak ada tanda-tanda edema serebral (nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri epigastrium)
- Fungsi neurologis optimal (kesadaran, refleks, orientasi, kemampuan berbicara)
2. Tidak Terjadi Cidera
- Tidak ada luka atau cedera fisik
- Tidak ada tanda-tanda perdarahan
- Tidak ada perubahan status kesehatan yang membahayakan
3. Keseimbangan Cairan Terjaga
- Tanda-tanda vital stabil (tekanan darah, nadi, respirasi)
- Tidak ada edema
- Intake dan output cairan seimbang
- Nilai laboratorium elektrolit normal
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Untuk Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral:
- Monitor tanda-tanda vital secara berkala
- Pantau tanda-tanda edema serebral (nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri epigastrium)
- Berikan terapi antikonvulsan dan anti-hipertensi sesuai dengan resep
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan preeklampsia
- Edukasi pasien dan keluarga tentang gejala dan penatalaksanaan preeklampsia
2. Untuk Risiko Cidera:
- Monitor tanda-tanda perdarahan atau cedera fisik
- Lakukan pencegahan jatuh (sediakan pegangan, batasi pergerakan, awasi aktivitas)
- Berikan bantuan dalam aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan cidera
3. Untuk Kelebihan Volume Cairan:
- Monitor intake dan output cairan secara ketat
- Batasi asupan cairan dan natrium sesuai rekomendasi
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian diuretik atau terapi lainnya
- Pantau tanda-tanda edema dan perubahan tanda-tanda vital
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pengelolaan cairan dan natrium
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat mencapai luaran/output yang diinginkan dan memberikan asuhan keperawatan yang optimal bagi ibu hamil dengan preeklampsia. -
Article No. 7752 | 03 Dec 2024
Klinis : Ibu hamil dengan preeklampsia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi ibu hamil dengan preeklampsia.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan berhubungan dengan gangguan fungsi ginjal pada preeklampsia.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami kelebihan atau kekurangan cairan intravaskular, interstitial, dan/atau intrasellular.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat mempertahankan keseimbangan volume cairan yang adekuat, ditandai dengan:
- Stabilitas tanda-tanda vital
- Intake dan output cairan seimbang
- Tidak ada tanda-tanda kelebihan atau kekurangan cairan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
- Monitor intake dan output cairan
- Kolaborasi pemberian cairan intravena
- Pembatasan asupan cairan sesuai indikasi
- Edukasi pasien dan keluarga terkait manajemen cairan
Tone: Akademis
Persona: Pakar
Nurse: Sebagai perawat, saya memahami bahwa ibu hamil dengan preeklampsia memiliki risiko tinggi terhadap ketidakseimbangan volume cairan. Oleh karena itu, pemantauan yang ketat terhadap intake, output, dan tanda-tanda vital sangat penting untuk mencegah komplikasi yang dapat mengancam nyawa ibu dan janin. Kolaborasi dengan dokter serta edukasi pasien dan keluarga juga merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan yang komprehensif. -
Article No. 7753 | 03 Dec 2024
Klinis : Klien (Ny. C) Usia 35 tahun dibawa ke UGD salah satu rumah sakit. Terdapat luka tusuk dan mengeluarkan darah di telapak kaki kanan klien. Klien tampak meringis kesakitan, berkeringat dan melindungi daerah yang sakit. Ny C katakan kaki kanan sakit terasa cenat cenut, akibat tertusuk kaca bekas saat dia membersihkan pekarangan rumah Pengukuran tanda vital didapatkan: TD 140/90mmHg, N 102x/mnt, S 36C, RR 20x/menit. Salah satu perawat mengkaji skala nyeri klien, Ny C katakan skala nyerinya berada di skala nyeri 7 (1-10), kemudian perawat melakukan perawatan luka dengan membersihkan daerah luka menggunakan normal saline, selanjutnya ditutup dengan kasa steril. Dokter meresepkan analgesic, antibiotic dan injeksi anti tetanus kepada klien.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, baik saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran asuhan keperawatan, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan.
- Penyebab: Cedera jaringan (luka tusuk pada telapak kaki kanan).
- Karakteristik: Klien tampak meringis kesakitan, berkeringat dan melindungi daerah yang sakit, serta melaporkan skala nyeri 7 (1-10).
2. Risiko Infeksi
- Definisi: Kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
- Faktor Risiko: Luka terbuka yang berpotensi terkontaminasi.
Luaran Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pengurangan Nyeri
- Definisi: Tingkat kenyamanan secara subjektif saat rasa sakit berkurang.
- Kriteria Hasil:
a. Klien melaporkan nyeri berkurang menjadi skala 3 atau kurang (skala 1-10).
b. Klien tampak rileks dan tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri (tidak meringis, tidak berkeringat, tidak melindungi area yang sakit).
2. Bebas Infeksi
- Definisi: Kondisi dimana tidak ada tanda-tanda invasi dan multiplikasi organisme patogen.
- Kriteria Hasil:
a. Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti merah, bengkak, hangat, nyeri, atau drainage pada luka.
b. Hasil pemeriksaan laboratorium (jika ada) menunjukkan nilai normal.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
- Definisi: Mencegah, mengurangi, atau menghilangkan rasa nyeri sehingga klien mencapai tingkat kenyamanan yang dapat diterima.
- Tindakan Keperawatan:
a. Identifikasi karakteristik nyeri (lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas).
b. Berikan analgesik sesuai resep dokter.
c. Lakukan terapi relaksasi (distraksi, relaksasi nafas dalam).
d. Pertahankan posisi yang nyaman.
e. Lakukan perawatan luka dengan teknik steril.
2. Manajemen Risiko Infeksi
- Definisi: Minimalisasi faktor risiko yang dapat menyebabkan infeksi pada klien.
- Tindakan Keperawatan:
a. Bersihkan luka dengan normal saline dan tutup dengan kasa steril.
b. Berikan antibiotik sesuai resep dokter.
c. Pantau tanda-tanda infeksi (merah, bengkak, hangat, nyeri, atau drainage).
d. Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan dan merawat luka sesuai instruksi.
e. Kolaborasi dengan dokter untuk pemantauan dan penanganan lanjut.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. Wassalamualaikum. -
Article No. 7754 | 03 Dec 2024
Klinis : Klien (Ny. C) Usia 35 tahun dibawa ke UGD salah satu rumah sakit. Terdapat luka tusuk dan mengeluarkan darah di telapak kaki kanan klien. Klien tampak meringis kesakitan, berkeringat dan melindungi daerah yang sakit. Ny C katakan kaki kanan sakit terasa cenat cenut, akibat tertusuk kaca bekas saat dia membersihkan pekarangan rumah Pengukuran tanda vital didapatkan: TD 140/90mmHg, N 102x/mnt, S 36C, RR 20x/menit. Salah satu perawat mengkaji skala nyeri klien, Ny C katakan skala nyerinya berada di skala nyeri 7 (1-10), kemudian perawat melakukan perawatan luka dengan membersihkan daerah luka menggunakan normal saline, selanjutnya ditutup dengan kasa steril. Dokter meresepkan analgesic, antibiotic dan injeksi anti tetanus kepada klien.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kasus Ny. C yang diberikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
Karakteristik mayor: Melaporkan pengalaman nyeri, Ekspresi wajah mengernyit, meringis, Perilaku dan gerakan protektif, Perubahan tanda-tanda vital.
2. Risiko Infeksi
Definisi: Rentan terhadap invasi dan proliferasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
Karakteristik mayor: Terdapat luka atau trauma pada integumen, Tidak adekuatnya proses pertahanan tubuh, Paparan lingkungan dengan kontaminan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Akut:
a. Tujuan: Klien melaporkan penurunan tingkat nyeri.
b. Kriteria hasil:
i. Klien melaporkan nyeri berkurang menjadi skala 3-4 (1-10).
ii. Klien menunjukkan perilaku dan tanda-tanda vital yang menunjukkan penurunan nyeri.
2. Risiko Infeksi:
a. Tujuan: Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi.
b. Kriteria hasil:
i. Luka klien tampak bersih dan tertutup dengan baik.
ii. Tidak ada tanda-tanda infeksi, seperti kemerahan, pembengkakan, atau peningkatan suhu lokal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri Akut:
a. Manajemen Nyeri:
i. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor pencetus nyeri.
ii. Berikan intervensi farmakologis sesuai dengan resep dokter, seperti analgesik.
iii. Ajarkan teknik-teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat.
iv. Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan modifikasi jika perlu.
2. Risiko Infeksi:
a. Manajemen Luka:
i. Bersihkan luka dengan normal saline sesuai prosedur aseptik.
ii. Tutup luka dengan balutan steril dan pantau tanda-tanda infeksi secara berkala.
iii. Berikan antibiotik sesuai resep dokter untuk mencegah infeksi.
iv. Pastikan klien mendapatkan imunisasi tetanus sesuai indikasi.
v. Ajarkan klien tentang perawatan luka dan tanda-tanda infeksi yang harus dilaporkan.
vi. Evaluasi perkembangan luka dan modifikasi intervensi jika diperlukan.
Dalam penerapan asuhan keperawatan ini, perawat harus menerapkan prinsip-prinsip keperawatan yang berpusat pada klien, melibatkan klien dalam pengambilan keputusan, dan menjaga keselamatan klien. Perawat juga harus bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya untuk memastikan perawatan yang komprehensif dan efektif bagi klien. -
Article No. 7757 | 03 Dec 2024
Klinis : pasien merasa mual
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat senior, saya akan menyediakan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien dengan keluhan mual.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang merasa mual adalah "Mual" (SDKI). Mual didefinisikan sebagai perasaan tidak nyaman di perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti efek samping obat, gangguan gastrointestinal, atau kondisi medis lainnya.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif, luaran yang diharapkan untuk pasien dengan keluhan mual adalah:
1. Pasien melaporkan penurunan frekuensi dan intensitas mual.
2. Pasien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang memicu mual dan menerapkan strategi manajemen mual yang efektif.
3. Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam mempertahankan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat.
4. Pasien menunjukkan peningkatan kenyamanan dan kesejahteraan umum.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan antara lain:
1. Pemantauan tanda-tanda vital, termasuk frekuensi pernapasan, denyut nadi, dan suhu tubuh, untuk mendeteksi perubahan yang dapat memengaruhi mual.
2. Identifikasi dan evaluasi faktor-faktor penyebab mual, seperti efek samping obat, gangguan gastrointestinal, atau kondisi medis lainnya.
3. Pemberian terapi antiemetik sesuai dengan resep dokter untuk mengurangi atau mengendalikan mual.
4. Pengaturan lingkungan yang nyaman, seperti pencahayaan yang redup, temperatur ruangan yang sejuk, dan menghindari bau-bauan yang dapat memicu mual.
5. Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen mual, termasuk teknik relaksasi, distraksi, dan modifikasi pola makan.
6. Kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter dan ahli gizi, untuk mengevaluasi dan mengelola penyebab mual secara holistik.
7. Pemantauan asupan cairan dan nutrisi pasien, serta intervensi untuk mempertahankan status hidrasi dan nutrisi yang adekuat.
8. Evaluasi efektivitas intervensi dan penyesuaian rencana asuhan keperawatan sesuai dengan respons pasien.
Dengan pendekatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan asuhan keperawatan yang diberikan dapat membantu pasien dalam mengatasi keluhan mual, meningkatkan kenyamanan, dan mencapai hasil kesehatan yang optimal. -
Article No. 7758 | 03 Dec 2024
Klinis : Seorang anak laki-laki berusia 5 tahun dibawa oleh orang tuanya ke klinik tumbuh kembang untuk evaluasi lebih lanjut. Orang tua melaporkan bahwa anak jarang merespons saat dipanggil namanya, sulit melakukan kontak mata, dan lebih suka bermain sendiri daripada bersama anak lain. Anak juga memiliki perilaku repetitif, seperti mengayun-ayunkan tubuh dan memainkan mainan dengan cara yang sama berulang kali. Anak belum mampu berbicara dalam kalimat yang lengkap dan hanya menggunakan kata-kata tunggal untuk berkomunikasi. Data Subjektif: • Ibu mengatakan, “Anak saya jarang mau berinteraksi dengan orang lain, bahkan dengan keluarga. Dia sering mengulang-ulang gerakan yang sama.” • Ibu juga melaporkan bahwa anak sering menjadi frustrasi dan tantrum ketika rutinitasnya terganggu. Data Objektif: • Perilaku Sosial: Tidak ada kontak mata saat berbicara, jarang merespons panggilan nama. • Komunikasi: Menggunakan kata-kata tunggal, tanpa kemampuan berbicara dalam kalimat lengkap. • Perilaku Repetitif: Mengayun-ayunkan tubuh, menyusun mainan dalam urutan tertentu. • Perkembangan: Tertunda dalam kemampuan berbicara dan berinteraksi sosial dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya. Pemeriksaan Penunjang: • Hasil evaluasi tumbuh kembang menunjukkan keterlambatan dalam area komunikasi sosial dan perilaku repetitif yang menonjol.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi yang dideskripsikan, berikut adalah analisis kami tentang diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai:
Diagnosis Keperawatan SDKI:
1. Komunikasi Verbal Terganggu
- Ditandai dengan penggunaan kata-kata tunggal untuk berkomunikasi dan keterbatasan dalam berbicara dalam kalimat lengkap.
- Berhubungan dengan keterlambatan perkembangan dalam kemampuan berbahasa dan interaksi sosial.
2. Interaksi Sosial Terganggu
- Ditandai dengan tidak adanya kontak mata saat berbicara dan jarangnya respons terhadap panggilan nama.
- Berhubungan dengan keterbatasan dalam kemampuan berinteraksi dan beradaptasi dengan orang lain.
3. Perilaku Repetitif
- Ditandai dengan perilaku mengayun-ayunkan tubuh dan menyusun mainan dalam urutan tertentu secara berulang.
- Berhubungan dengan keterbatasan dalam fleksibilitas dan variasi perilaku.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Komunikasi Verbal
- Anak dapat menggunakan kalimat lengkap untuk berkomunikasi.
- Anak dapat merespons dengan baik saat dipanggil namanya.
2. Interaksi Sosial
- Anak dapat menjalin kontak mata saat berkomunikasi.
- Anak dapat bermain dan berinteraksi dengan anak-anak lain.
3. Perilaku Adaptif
- Anak dapat beradaptasi dengan perubahan rutinitas tanpa menunjukkan perilaku tantrum.
- Anak dapat menunjukkan variasi perilaku dalam bermain dan berinteraksi.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Komunikasi Verbal:
- Stimulasi bahasa dan komunikasi melalui aktivitas bermain dan interaksi.
- Mengajarkan penggunaan kalimat lengkap dan mengembangkan kosakata.
- Memberikan model komunikasi yang tepat dan memberikan umpan balik positif.
2. Interaksi Sosial:
- Memfasilitasi interaksi sosial dengan anak-anak lain melalui kegiatan kelompok.
- Mengajarkan keterampilan sosial, seperti kontak mata, giliran berbicara, dan bermain bersama.
- Memberikan dukungan dan bimbingan selama anak berinteraksi dengan orang lain.
3. Perilaku Adaptif:
- Membantu anak beradaptasi dengan perubahan rutinitas melalui persiapan dan visualisasi.
- Memberikan reinforcement positif saat anak menunjukkan fleksibilitas dan variasi perilaku yang sesuai.
- Mengidentifikasi pemicu perilaku repetitif dan mengajarkan strategi untuk menguranginya.
Pendekatan holistik dan kolaboratif dengan orang tua, terapis, dan tim multidisipliner sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk anak dengan kondisi ini. -
Article No. 7759 | 03 Dec 2024
Klinis : pasien merasa mual
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan penjelasan rinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mengatasi kondisi pasien yang merasa mual.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang merasa mual adalah "Mual" (SDKI, 2017). Mual didefinisikan sebagai sensasi tidak nyaman di daerah epigastrium yang mengarah pada keinginan untuk muntah. Mual dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti obat-obatan, gangguan gastrointestinal, stres, atau bahkan faktor psikologis.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
a. Pasien melaporkan berkurangnya frekuensi dan keparahan mual (SLKI, 2019).
b. Pasien mampu mengidentifikasi faktor-faktor yang memicu mual (SLKI, 2019).
c. Pasien dapat menerapkan strategi untuk mengatasi mual secara efektif (SLKI, 2019).
d. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil (SLKI, 2019).
Penjelasan:
- Luaran pertama bertujuan untuk memantau kemajuan dalam mengatasi mual yang dialami pasien.
- Luaran kedua dan ketiga bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan pasien dalam mengelola mual.
- Luaran keempat bertujuan untuk memastikan stabilitas kondisi pasien secara umum.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, perawat dapat melakukan intervensi keperawatan sebagai berikut:
a. Lakukan pengkajian komprehensif terhadap mual yang dialami pasien, termasuk durasi, frekuensi, dan faktor pencetus (SIKI, 2018).
b. Berikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga tentang strategi pengelolaan mual, seperti teknik relaksasi, distraksi, dan penggunaan antiemetik (SIKI, 2018).
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya dokter) untuk mengevaluasi pengobatan dan mengatasi penyebab mual (SIKI, 2018).
d. Pantau tanda-tanda vital pasien secara berkala dan lakukan intervensi yang sesuai jika ditemukan adanya perubahan (SIKI, 2018).
e. Berikan dukungan emosional dan psikologis kepada pasien untuk meningkatkan kemampuan koping (SIKI, 2018).
Penjelasan:
- Intervensi a dan b bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengelola mual secara komprehensif.
- Intervensi c bertujuan untuk memastikan pengelolaan mual yang efektif melalui kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
- Intervensi d bertujuan untuk memantau kondisi pasien secara keseluruhan.
- Intervensi e bertujuan untuk memberikan dukungan psikologis kepada pasien.
Dengan melaksanakan diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan perawat dapat membantu pasien dalam mengatasi kondisi mualnya secara efektif dan meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 7760 | 03 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit bahu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang datang dengan keluhan sakit bahu.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Muskuloskeletal
Penjelasan:
Nyeri muskuloskeletal adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan muskuloskeletal aktual atau potensial. Pasien dengan keluhan sakit bahu dapat mengalami nyeri muskuloskeletal.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan aktual atau potensial pada sistem muskuloskeletal.
- Penyebab: Cedera, penyakit, ketegangan otot, ketegangan sendi, gangguan struktur.
- Gejala dan Tanda: Nyeri, kekakuan, keterbatasan gerak, perubahan postur, penurunan kekuatan otot.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Hasil yang Diharapkan: Pasien melaporkan nyeri berkurang, pasien mempertahankan mobilitas sendi dan otot, pasien menunjukkan peningkatan kemampuan fungsional.
- Kriteria Hasil: Pasien melaporkan nyeri berkurang, pasien menunjukkan peningkatan rentang gerak, pasien menunjukkan peningkatan kekuatan otot, pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Nyeri, Terapi Modalitas Nyeri, Peningkatan Mobilitas Fisik, Peningkatan Kekuatan.
- Aktivitas Keperawatan: Identifikasi karakteristik nyeri, Penurunan intensitas nyeri, Penggunaan modalitas terapeutik, Fasilitasi latihan rentang gerak, Fasilitasi latihan kekuatan otot.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berpedoman pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk memastikan kualitas dan keamanan pelayanan keperawatan.