Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 5779 | 15 Nov 2024
Klinis : Tn. T, usia 78 tahun dirawat di ruang ICU hari kedua dengan gagal nafas. Pasien mempunyai riwayat kemoterapi 3 kali et causa Limfoma Malignant Non Hodgkin. Pasien masuk rumah sakit dengan demam disertai sesak nafas dan penurunan kesadaran sejak dua hari sebelumnya. Hasil pengkajian menunjukkan frekuensi nadi 121 x/menit, lemah, akral dingin, tekanan darah 92/54 mmHg, frekuensi napas 32 x/menit, terdengar suara ronchi di paru kanan dan kiri, suhu 38,1°C, SpO2 90%, GCS E1M1V1, sopor, pitting oedema ekstremitas bawah +3/+2, GDS 92 mg/dL. Pasien terpasang HFNC T 34 Flow 60 FiO2 90%, NGT hari kedua dengan residu kehitaman 150 cc, dan folley catheter hari kedua urine pekat produksi urine/ 24 jam 100 cc, balans cairan +980 cc. Keluarga menyatakan pasien DNR. Hasil lab menunjukkan leukosit 1,2 x 103 nL, Hb 8,6 g/dL, procalcitonin 14 ng/L, CRP 4 mg/L, laktat 10 mmol/L, pH: 7,2, pCO2 28 mmHG, pO2 88, HCO3 15 U/L BE -6, SO2 90%, FiO2 100%.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Tn. T.
Diagnosa Keperawatan (SDKI):
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keterbatasan kemampuan fisik yang ditandai dengan kelelahan, takikardi, dan sesak napas.
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret yang ditandai dengan suara napas tambahan (ronchi) dan hipoksemia.
3. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan curah jantung yang ditandai dengan nadi lemah, akral dingin, dan hipotensi.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun yang ditandai dengan leukopenia dan peningkatan penanda infeksi (procalcitonin, CRP).
5. Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan ketidakefektifan mekanisme regulasi yang ditandai dengan oliguria, edema perifer, dan ketidakseimbangan elektrolit (asidosis metabolik).
Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen aktivitas: Kolaborasi dengan tim medis untuk merencanakan aktivitas yang sesuai dengan toleransi pasien.
2. Manajemen jalan napas: Kolaborasi dengan tim medis untuk manajemen jalan napas yang efektif, seperti pemberian oksigen dan tindakan suction.
3. Manajemen perfusi: Kolaborasi dengan tim medis untuk manajemen hemodinamik yang adekuat, seperti pemberian cairan dan vasopressor.
4. Manajemen infeksi: Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antimikroba dan pemantauan respon terhadap terapi.
5. Manajemen cairan: Kolaborasi dengan tim medis untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang optimal.
Hasil yang Diharapkan (SIKI):
1. Pasien menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas yang ditandai dengan penurunan tanda-tanda intoleransi (kelelahan, takikardi, sesak napas).
2. Pasien menunjukkan jalan napas yang efektif yang ditandai dengan hilangnya suara napas tambahan (ronchi) dan peningkatan nilai oksigenasi.
3. Pasien menunjukkan perfusi jaringan yang memadai yang ditandai dengan nadi yang kuat, ekstremitas hangat, dan tekanan darah yang stabil.
4. Pasien bebas dari tanda-tanda infeksi yang ditandai dengan penurunan nilai penanda infeksi (procalcitonin, CRP) dan peningkatan jumlah leukosit.
5. Pasien menunjukkan keseimbangan cairan dan elektrolit yang optimal yang ditandai dengan produksi urin yang adekuat dan nilai asam-basa darah yang normal. -
Article No. 5782 | 15 Nov 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, dalam kondisi yang Anda deskripsikan, berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), saya dapat memberikan rekomendasi sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan (SDKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan atau mengosongkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas.
- Faktor yang Berhubungan: Obstruksi jalan napas oleh sputum.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi terhadap aktivitas fisik.
- Faktor yang Berhubungan: Penyakit paru.
3. Gangguan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor yang Berhubungan: Penurunan nafsu makan.
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
- Indikator: Bebas sputum, suara napas normal.
2. Toleransi Aktivitas
- Indikator: Mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan.
3. Status Nutrisi
- Indikator: Berat badan sesuai dengan kebutuhan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Tindakan: Higiene jalan napas, fisioterapi dada, terapi oksigen.
2. Manajemen Aktivitas
- Tindakan: Latihan fisik bertahap, istirahat yang cukup.
3. Manajemen Nutrisi
- Tindakan: Konsultasi ahli gizi, pemberian makanan bergizi, edukasi nutrisi.
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya untuk memberikan perawatan optimal bagi pasien ini agar dapat mengatasi masalah kesehatannya secara komprehensif. Semoga informasi ini bermanfaat. Wassalamualaikum. -
Article No. 5783 | 15 Nov 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 55 tahun dirawat diruang interna dengan keluhan nyeri dada mnyebar kepunggung. Hasil pengkajain : pasien tampak sesak dan lemah, berkringat dingin, nadi teraba lemah, troponin : 236, EKG : ST segment elevasi pada lead inferior.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, serta penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan penyakit jantung koroner (infark miokard akut)
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Nyeri akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul secara tiba-tiba atau progresif dengan tingkat intensitas ringan hingga berat, dalam jangka waktu kurang dari 3 bulan, dan berhubungan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nyeri: Kemampuan individu untuk mengontrol nyeri sehingga dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nyeri: Tindakan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan pengalaman nyeri yang dirasakan pasien.
- Pemantauan Tanda-tanda Vital: Tindakan pemeriksaan dan pencatatan tanda-tanda vital pasien secara berkala.
- Pemberian Oksigen: Tindakan pemberian oksigen kepada pasien untuk memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.
Berdasarkan kondisi pasien yang mengalami nyeri dada menyebar ke punggung, sesak napas, keringat dingin, nadi lemah, serta hasil pemeriksaan penunjang yang menunjukkan infark miokard akut, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Nyeri akut berhubungan dengan penyakit jantung koroner (infark miokard akut)". Intervensi keperawatan yang dapat diberikan antara lain manajemen nyeri, pemantauan tanda-tanda vital, dan pemberian oksigen untuk membantu memenuhi kebutuhan oksigen pasien. -
Article No. 5784 | 15 Nov 2024
Klinis : 4. Seorang laki-laki, usia 56 tahun dirawat diruang interna dengan sirosis hepatis. Hasil pengkajian pasien tampak lemah, asites, edema pada tungkai. berat badan bertamah 3 kg sejak 2 hari yang lalu, Albumin: 2,3 g/dl, kulit kekuningan, Apakah diagnosa keperawatan utama pada kasus diatas dan intervensinya?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Saya adalah Perawat Profesional yang akan memberikan diagnosa keperawatan dan intervensi atas kasus yang Anda kemukakan.
Diagnosa Keperawatan Utama:
Berat Badan Tidak Seimbang Berhubungan dengan Retensi Cairan Sekunder akibat Sirosis Hepatis.
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien laki-laki usia 56 tahun dengan sirosis hepatis mengalami gejala-gejala seperti asites, edema pada tungkai, dan kenaikan berat badan 3 kg dalam 2 hari terakhir. Hal ini menunjukkan adanya retensi cairan yang menyebabkan ketidakseimbangan berat badan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Keadaan di mana berat badan seseorang berada di atas atau di bawah rentang yang diinginkan untuk usia, jenis kelamin, tinggi badan, dan masa tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan: Pasien menunjukkan berat badan yang stabil atau mencapai berat badan ideal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan:
1. Kaji status cairan pasien secara komprehensif (asupan, output, tanda-tanda retensi cairan)
2. Bantu pasien dalam membatasi asupan cairan dan natrium sesuai dengan kondisi klinis
3. Pantau berat badan pasien secara rutin
4. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi diuretik dan albumin jika diperlukan
5. Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen cairan dan diet rendah natrium
6. Monitor tanda-tanda vital dan gejala-gejala kelebihan cairan (dispnea, edema, asites)
7. Kolaborasi dengan tim medis untuk mengevaluasi dan memodifikasi terapi jika diperlukan
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya. Wassalamualaikum. -
Article No. 5785 | 15 Nov 2024
Klinis : 4. Seorang laki-laki, usia 56 tahun dirawat diruang interna dengan sirosis hepatis. Hasil pengkajian pasien tampak lemah, asites, edema pada tungkai. berat badan bertamah 3 kg sejak 2 hari yang lalu, Albumin: 2,3 g/dl, kulit kekuningan, Apakah diagnosa keperawatan utama pada kasus diatas dan intervensinya?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya akan memberikan diagnosis keperawatan utama dan intervensi yang sesuai berdasarkan kasus yang Anda deskripsikan.
Diagnosis Keperawatan Utama:
Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit berhubungan dengan peningkatan retensi cairan sekunder akibat sirosis hepatis, ditandai dengan ascites, edema pada tungkai, dan peningkatan berat badan.
Penjelasan Singkat:
Pasien dengan sirosis hepatis mengalami gangguan fungsi hati yang menyebabkan penurunan produksi albumin dan peningkatan tekanan vena portal. Hal ini mengakibatkan retensi cairan dan timbulnya ascites serta edema. Kondisi ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
Intervensi Keperawatan:
1. Pantau intake dan output cairan secara ketat.
2. Batasi asupan cairan sesuai kebutuhan.
3. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian diuretik dan albumin, jika diperlukan.
4. Posisikan pasien dalam posisi semi-fowler untuk mengurangi ascites.
5. Lakukan perawatan kulit untuk mencegah komplikasi akibat edema.
6. Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen cairan, diet rendah garam, dan aktivitas.
7. Kolaborasi dengan tim multidisiplin (dokter, ahli gizi) untuk pengaturan diet yang sesuai.
Sebagai perawat, saya akan bekerja secara profesional dan kolaboratif dengan tim kesehatan lain untuk memberikan perawatan terbaik bagi pasien ini. -
Article No. 5786 | 15 Nov 2024
Klinis : 1. Seorang laki-laki berusia 55 tahun dirawat diruang interna dengan keluhan nyeri dada mnyebar kepunggung. Hasil pengkajain : pasien tampak sesak dan lemah, berkringat dingin, nadi teraba lemah, troponin : 236, EKG : ST segment elevasi pada lead inferior.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien tersebut dapat didiagnosis dengan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut (00132)
Definisi:
Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain).
Penjelasan Singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, yang dapat digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien dapat melaporkan berkurangnya nyeri, mampu mengontrol nyeri, dan dapat kembali ke aktivitas sehari-hari.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri akut antara lain manajemen nyeri, terapi komplementer, dan edukasi. -
Article No. 5787 | 15 Nov 2024
Klinis : 2. Seorang laki-laki berusia 52 tahun dirawat diruang interna dengan tumor otak . Hasil pengkajian : sakit kepala skala 5 dirasakan sejak 6 bulan yang lalu dan memberat saat ini, pasien tampak lemah, pasien tampak memegang kepalanya dan meringis, kekuatan otot 2 pada ekstremitas sebelah kanan, ADL dibantu.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disusun diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi tersebut.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Intrakranial berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial akibat tumor otak, ditandai dengan sakit kepala skala 5, pasien tampak memegang kepala dan meringis.
Penjelasan Singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan atau potensi kerusakan jaringan otak.
- Karakteristik: Keluhan nyeri kepala, pasien tampak memegang kepala, ekspresi wajah menunjukkan rasa sakit.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Hasil Keperawatan yang Diharapkan: Pasien melaporkan nyeri berkurang, tidak tampak memegang kepala atau meringis, tanda-tanda vital stabil.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Nyeri, Manajemen Aktivitas, Pemantauan Tekanan Intrakranial.
- Tindakan Keperawatan: Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, dan faktor pencetus nyeri, monitor tanda-tanda vital, bantu pasien dalam melakukan aktivitas sesuai toleransi, kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pemberian analgesik dan penanganan edukasi tumor otak.
Pada kasus ini, fokus utama adalah pengelolaan nyeri intrakranial akibat peningkatan tekanan intrakranial karena tumor otak. Perawat harus melakukan pengkajian yang komprehensif, memberikan intervensi yang tepat, dan bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya untuk mengatasi masalah yang dialami oleh pasien. -
Article No. 5788 | 15 Nov 2024
Klinis : 2. Seorang laki-laki berusia 52 tahun dirawat diruang interna dengan tumor otak . Hasil pengkajian : sakit kepala skala 5 dirasakan sejak 6 bulan yang lalu dan memberat saat ini, pasien tampak lemah, pasien tampak memegang kepalanya dan meringis, kekuatan otot 2 pada ekstremitas sebelah kanan, ADL dibantu.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
- SDKI: Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah seperti itu.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: Manajemen Nyeri, Manajemen Obat Nyeri, Distraksi, Relaksasi.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: Pengkajian Nyeri, Intervensi Farmakologi Nyeri, Intervensi Non-Farmakologi Nyeri.
2. Keterbatasan Mobilitas Fisik
- SDKI: Keterbatasan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam pergerakan yang disengaja dan terarah dari satu tempat ke tempat lain.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: Peningkatan Mobilitas, Perawatan Sehari-hari, Terapi Bermain.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: Pengkajian Aktivitas/Latihan, Latihan Rentang Gerak, Perawatan Diri.
3. Defisit Perawatan Diri
- SDKI: Defisit perawatan diri adalah keterbatasan dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri yang mandiri.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: Perawatan Diri, Peningkatan Keterampilan Perawatan Diri, Dukungan Perawatan Diri.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: Pengkajian Perawatan Diri, Bantuan Perawatan Diri, Edukasi Perawatan Diri.
Penjelasan singkat:
Pasien laki-laki berusia 52 tahun dengan tumor otak mengalami nyeri kepala yang semakin memberat, kelemahan pada ekstremitas kanan, serta keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (ADL). Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Akut, Keterbatasan Mobilitas Fisik, dan Defisit Perawatan Diri. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen nyeri, peningkatan mobilitas, dan bantuan perawatan diri. -
Article No. 5789 | 15 Nov 2024
Klinis : Seorang perempuan berusia 39 tahun dirwat diruang interna dengan.keluhan sering BAK yang disertai nyeri. Hasil pengkajian : BAK tidak tuntas dan kadang hanya menetes, terdapat distensi kandung kemih, sehingga sulit untuk tidur
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosis keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai:
Diagnosis Keperawatan:
Gangguan Eliminasi Urin
Penjelasan Singkat:
Kondisi perempuan usia 39 tahun dengan keluhan sering BAK yang disertai nyeri, BAK tidak tuntas dan hanya menetes, serta terdapat distensi kandung kemih dapat mengarah pada diagnosis keperawatan Gangguan Eliminasi Urin. Kondisi ini dapat menyebabkan kesulitan tidur bagi pasien.
Standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Keadaan di mana individu mengalami perubahan pola eliminasi urin yang tidak efektif.
Karakteristik Definisi: Frekuensi berkemih yang meningkat, sensasi tidak dapat menahan, distensi kandung kemih, rasa tidak nyaman atau nyeri saat berkemih.
Standar SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Hasil yang Diharapkan:
1. Pola eliminasi urin kembali normal.
2. Pasien dapat melakukan eliminasi urin dengan lancar.
3. Pasien tidak mengalami distensi kandung kemih.
4. Pasien dapat beristirahat dengan nyaman.
Standar SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan:
1. Manajemen Eliminasi Urin
2. Terapi Fisik: Terapi Latihan
3. Manajemen Nyeri
Dengan memperhatikan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi gangguan eliminasi urin pada pasien. -
Article No. 5790 | 15 Nov 2024
Klinis : 3. Seorang laki-laki berusia 42 tahun dirawat diruang interna dengan keluhan nyeri ulu hati dan sering BAB . Hasil pengkajian ditemukan : pasien tampak kurus dan lemah, nafsu makan menurun, tampak membrane mukosa bibir menebal dan berawarnah putih, berat badan menurun 5 kg sejak 2 bulan terakhir. Hasil CD4 : 200/ml3
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, dapat ditegakkan diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1. Malnutrisi
2. Kekurangan volume cairan
3. Nyeri akut
Penjelasan singkat:
1. Malnutrisi
- Definisi SDKI: Asupan nutrisi tidak adekuat yang menyebabkan perubahan komposisi tubuh dan fungsi tubuh yang merugikan.
- Definisi SLKI: Penanganan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
- Definisi SIKI: Intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah kekurangan asupan nutrisi yang dapat menyebabkan perubahan komposisi dan fungsi tubuh.
2. Kekurangan volume cairan
- Definisi SDKI: Penurunan volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intrasellular.
- Definisi SLKI: Penanganan untuk mempertahankan dan meningkatkan volume cairan dalam tubuh.
- Definisi SIKI: Intervensi keperawatan untuk mengatasi penurunan volume cairan dalam tubuh.
3. Nyeri akut
- Definisi SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah kerusakan seperti itu (International Association for the Study of Pain).
- Definisi SLKI: Penanganan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri yang dialami pasien.
- Definisi SIKI: Intervensi keperawatan untuk mengatasi nyeri yang dirasakan pasien.
Dalam konteks ini, perawat perlu melakukan pengkajian yang komprehensif, memberikan intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosa, serta melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya untuk mengatasi kondisi pasien secara optimal.