Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 7739 | 03 Dec 2024
Klinis : Perfusi perifer tidak efektif b.d anemia d.d penurunan konsentrasi hemoglobin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Perfusi Perifer Tidak Efektif
Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, yaitu perfusi perifer tidak efektif yang disebabkan oleh anemia akibat penurunan konsentrasi hemoglobin, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Perfusi Perifer Tidak Efektif".
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
Perfusi Perifer Tidak Efektif didefinisikan sebagai kondisi di mana penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan perifer.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Perfusi Perifer Tidak Efektif adalah peningkatan perfusi perifer yang ditandai dengan peningkatan suhu ekstremitas, pengisian kapiler yang membaik, dan tidak ada tanda-tanda gangguan sirkulasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Perfusi Perifer Tidak Efektif antara lain:
1. Monitor tanda-tanda vital dan perfusi perifer
2. Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan
3. Berikan nutrisi yang mengandung zat besi untuk mengatasi anemia
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi yang sesuai
Secara akademis, diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI ini merupakan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai panduan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas. -
Article No. 7740 | 03 Dec 2024
Klinis : Raka, usia 30 tahun datang ke puskesmas diantar isterinya dengan keluhan mulut mencong ke liri sejak han V tidak dapat tertutup rapat Keloor lalu Keluhan mni seiring dengan mata kanannya cairan berbau busuk dan telinga kanan sejak satu bulan terakhir terus menerus. Cairan di telinga kanan ini sudah diderita sejak kecil dan hilang timbul. Raka mempunyai hobi berenang di sungal dekat rumahnya. Pada daerah belakang daun telinga kanan tampak pus yang keluar dari lobang kecil (istula) berwarņa kuning kehijauan Pus dibelakang,telinga ini sudah diderita sejak minggu yang lalu. Pendengaran telinga kanan berkurang sejak,12 tahun terakhir. Kadang-kadang Raka juga menderita vertigo disertai rasa mual. Isteri Raka ingat tetangganya yang juga mencong mulutnya beberapa waktu yang lalu dan disertai dengan tuli juga, sehingga ia membawa Raka untuk berobat ke puskesmas, Dari pemeriksaan_ dokter didapatkan mulut mencong ke, kiri dan_mata kanan lagoftalmus. Pada telinga luar tampak fistula retro aurikular kanan. Terdapat nyeri ketok, mastoid. Pada liang telinga kanan, tampak sekret purulen berbau busuk, membran timpani perforasi marginal, ada kolesteatom. Pada telinga kiri nyeri ketok mastoid (-), sekret (-), membran timpani utuh. Pada pemeriksaan garpu' tala (512 Hz) didapatkan Rinne telinga kanan (-), telinga kiri,(f), Weber lateralisasi ke kanan., Schwabach kanan memanang, dan kiri săma dengan pemeriksa. Berdasarkan diagnosisnya dokter Puskesmas memutuskan untuk merujuk Raka ke RS.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis untuk pasien Raka dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: H67.0
- Deskripsi: Otitis media supuratif kronis dengan komplikasi intrakranial
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika diperlukan tindakan medis):
- Kode: 20.01
- Deskripsi: Miringoplasti dengan timpanoplasti
Penjelasan:
Pasien Raka, usia 30 tahun, mengalami gejala-gejala yang mengarah pada diagnosis Otitis Media Supuratif Kronis dengan Komplikasi Intrakranial (H67.0 dalam ICD-10). Hal ini ditandai dengan:
- Mulut mencong ke kiri, menandakan adanya kelumpuhan saraf fasialis
- Lagoftalmus (mata kanan tidak dapat tertutup rapat) terkait dengan kelumpuhan saraf fasialis
- Cairan berbau busuk di telinga kanan, menandakan infeksi kronik
- Fistula retro aurikular kanan dengan pus, menandakan adanya kolesteatom
- Perforasi membran timpani kanan dengan kolesteatom
- Gangguan pendengaran telinga kanan
- Riwayat keluar cairan dari telinga kanan sejak kecil
Komplikasi intrakranial dapat terjadi akibat infeksi kronik yang menyebar ke dalam struktur intrakranial. Kondisi ini memerlukan penanganan segera dengan rujukan ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut dan intervensi medis yang tepat, seperti miringoplasti dengan timpanoplasti (kode ICD-9-CM 20.01) untuk perbaikan membran timpani dan penanganan kolesteatom. -
Article No. 7741 | 03 Dec 2024
Klinis : Raka, usia 30 tahun datang ke puskesmas diantar isterinya dengan keluhan mulut mencong ke liri sejak han V tidak dapat tertutup rapat Keloor lalu Keluhan mni seiring dengan mata kanannya cairan berbau busuk dan telinga kanan sejak satu bulan terakhir terus menerus. Cairan di telinga kanan ini sudah diderita sejak kecil dan hilang timbul. Raka mempunyai hobi berenang di sungal dekat rumahnya. Pada daerah belakang daun telinga kanan tampak pus yang keluar dari lobang kecil (istula) berwarņa kuning kehijauan Pus dibelakang,telinga ini sudah diderita sejak minggu yang lalu. Pendengaran telinga kanan berkurang sejak,12 tahun terakhir. Kadang-kadang Raka juga menderita vertigo disertai rasa mual. Isteri Raka ingat tetangganya yang juga mencong mulutnya beberapa waktu yang lalu dan disertai dengan tuli juga, sehingga ia membawa Raka untuk berobat ke puskesmas, Dari pemeriksaan_ dokter didapatkan mulut mencong ke, kiri dan_mata kanan lagoftalmus. Pada telinga luar tampak fistula retro aurikular kanan. Terdapat nyeri ketok, mastoid. Pada liang telinga kanan, tampak sekret purulen berbau busuk, membran timpani perforasi marginal, ada kolesteatom. Pada telinga kiri nyeri ketok mastoid (-), sekret (-), membran timpani utuh. Pada pemeriksaan garpu' tala (512 Hz) didapatkan Rinne telinga kanan (-), telinga kiri,(f), Weber lateralisasi ke kanan., Schwabach kanan memanang, dan kiri săma dengan pemeriksa. Berdasarkan diagnosisnya dokter Puskesmas memutuskan untuk merujuk Raka ke RS.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, dan rencana tindakan keperawatan untuk kondisi Raka:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan fistula retro aurikular kanan dan sekret purulen berbau busuk
2. Gangguan pendengaran berhubungan dengan perforasi membran timpani dan kolesteatom
3. Nyeri akut berhubungan dengan infeksi telinga kanan dan mastoiditis
4. Perubahan persepsi sensorik berhubungan dengan lagoftalmus dan vertigo
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Gangguan integritas kulit: Kerusakan pada permukaan kulit dan lapisan di bawahnya.
- Gangguan pendengaran: Penurunan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh gangguan pada telinga atau sistem saraf pendengaran.
- Nyeri akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- Perubahan persepsi sensorik: Perubahan dalam kemampuan untuk menerima, menginterpretasi, dan merespon rangsangan sensorik.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Integritas kulit: Kondisi permukaan kulit dan lapisan di bawahnya yang utuh.
- Fungsi pendengaran: Kemampuan mendengar yang adekuat.
- Kontrol nyeri: Kemampuan untuk mengatur atau mengurangi nyeri.
- Persepsi sensorik: Kemampuan untuk menerima, menginterpretasi, dan merespon rangsangan sensorik.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Perawatan luka: Tindakan untuk memelihara dan memperbaiki integritas kulit.
- Manajemen pendengaran: Tindakan untuk mempertahankan atau meningkatkan fungsi pendengaran.
- Manajemen nyeri: Tindakan untuk mengontrol atau mengurangi rasa nyeri.
- Manajemen perubahan persepsi sensorik: Tindakan untuk memantau dan mengelola perubahan dalam kemampuan sensorik.
Rencana Tindakan Keperawatan:
1. Perawatan luka fistula retro aurikular kanan dan pemantauan sekret purulen.
2. Edukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan telinga dan menghindari berenang di air yang tercemar.
3. Pemberian analgesik dan antiinflamasi untuk mengurangi nyeri dan infeksi.
4. Pemantauan tanda-tanda vertigo dan lagoftalmus, serta pemberian terapi simptomatik.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut dan pemberian terapi yang sesuai. -
Article No. 7742 | 03 Dec 2024
Klinis : Raka, usia 30 tahun datang ke puskesmas diantar isterinya dengan keluhan mulut mencong ke liri sejak han V tidak dapat tertutup rapat Keloor lalu Keluhan mni seiring dengan mata kanannya cairan berbau busuk dan telinga kanan sejak satu bulan terakhir terus menerus. Cairan di telinga kanan ini sudah diderita sejak kecil dan hilang timbul. Raka mempunyai hobi berenang di sungal dekat rumahnya. Pada daerah belakang daun telinga kanan tampak pus yang keluar dari lobang kecil (istula) berwarņa kuning kehijauan Pus dibelakang,telinga ini sudah diderita sejak minggu yang lalu. Pendengaran telinga kanan berkurang sejak,12 tahun terakhir. Kadang-kadang Raka juga menderita vertigo disertai rasa mual. Isteri Raka ingat tetangganya yang juga mencong mulutnya beberapa waktu yang lalu dan disertai dengan tuli juga, sehingga ia membawa Raka untuk berobat ke puskesmas, Dari pemeriksaan_ dokter didapatkan mulut mencong ke, kiri dan_mata kanan lagoftalmus. Pada telinga luar tampak fistula retro aurikular kanan. Terdapat nyeri ketok, mastoid. Pada liang telinga kanan, tampak sekret purulen berbau busuk, membran timpani perforasi marginal, ada kolesteatom. Pada telinga kiri nyeri ketok mastoid (-), sekret (-), membran timpani utuh. Pada pemeriksaan garpu' tala (512 Hz) didapatkan Rinne telinga kanan (-), telinga kiri,(f), Weber lateralisasi ke kanan., Schwabach kanan memanang, dan kiri săma dengan pemeriksa. Berdasarkan diagnosisnya dokter Puskesmas memutuskan untuk merujuk Raka ke RS.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis dan tindakan medis yang sesuai adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: H83.0
- Deskripsi: Fistula telinga eksternal
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 20.01
- Deskripsi: Mastoidektomi, tidak lain
Penjelasan:
Pasien Raka, usia 30 tahun, datang dengan keluhan utama mulut mencong ke kiri, mata kanan lagoftalmus, dan sekret purulen berbau busuk di telinga kanan. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, ditemukan adanya fistula retro aurikular kanan dengan sekret purulen, perforasi membran timpani marginal, dan kolesteatom. Pada pemeriksaan telinga kiri, tidak ditemukan adanya kelainan.
Kode ICD-10 yang sesuai adalah H83.0 (Fistula telinga eksternal), yang mencakup kondisi fistula atau saluran abnormal pada telinga luar.
Selanjutnya, berdasarkan adanya mastoiditis (nyeri ketok mastoid) dan kemungkinan diperlukannya tindakan operatif, kode ICD-9-CM Procedure yang sesuai adalah 20.01 (Mastoidektomi, tidak lain), yang mencakup prosedur pembedahan untuk mengatasi infeksi atau komplikasi pada mastoid.
Pasien Raka perlu dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut, termasuk kemungkinan tindakan operatif mastoidektomi. -
Article No. 7743 | 03 Dec 2024
Klinis : .Raka, usia 30 tahun datang ke puskesmas diantar isterinya dengan keluhan mulut mencong ke liri sejak han V tidak dapat tertutup rapat Keloor lalu Keluhan mni seiring dengan mata kanannya cairan berbau busuk dan telinga kanan sejak satu bulan terakhir terus menerus. Cairan di telinga kanan ini sudah diderita sejak kecil dan hilang timbul. Raka mempunyai hobi berenang di sungal dekat rumahnya. Pada daerah belakang daun telinga kanan tampak pus yang keluar dari lobang kecil (istula) berwarņa kuning kehijauan Pus dibelakang,telinga ini sudah diderita sejak minggu yang lalu. Pendengaran telinga kanan berkurang sejak,12 tahun terakhir. Kadang-kadang Raka juga menderita vertigo disertai rasa mual. Isteri Raka ingat tetangganya yang juga mencong mulutnya beberapa waktu yang lalu dan disertai dengan tuli juga, sehingga ia membawa Raka untuk berobat ke puskesmas, Dari pemeriksaan_ dokter didapatkan mulut mencong ke, kiri dan_mata kanan lagoftalmus. Pada telinga luar tampak fistula retro aurikular kanan. Terdapat nyeri ketok, mastoid. Pada liang telinga kanan, tampak sekret purulen berbau busuk, membran timpani perforasi marginal, ada kolesteatom. Pada telinga kiri nyeri ketok mastoid (-), sekret (-), membran timpani utuh. Pada pemeriksaan garpu' tala (512 Hz) didapatkan Rinne telinga kanan (-), telinga kiri,(f), Weber lateralisasi ke kanan., Schwabach kanan memanang, dan kiri săma dengan pemeriksa. Berdasarkan diagnosisnya dokter Puskesmas memutuskan untuk merujuk Raka ke RS.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis untuk kondisi Raka adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: G51.0
- Deskripsi: Paralisis nervus fasialis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika diperlukan tindakan medis):
- Kode: 20.49
- Deskripsi: Pembedahan lainnya pada telinga tengah dan mastoid, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
Raka, usia 30 tahun, datang dengan keluhan mulut mencong ke kiri, mata kanan tidak dapat tertutup rapat, cairan berbau busuk dari telinga kanan, dan pendengaran telinga kanan berkurang sejak 12 tahun terakhir. Pada pemeriksaan ditemukan adanya fistula retro aurikular kanan, nyeri ketok mastoid, sekret purulen berbau busuk di telinga kanan, perforasi membran timpani dengan kolesteatom, serta hasil pemeriksaan garpu tala yang menunjukkan Rinne negatif pada telinga kanan.
Berdasarkan gejala dan temuan pemeriksaan, diagnosis yang sesuai adalah Paralisis nervus fasialis (kode ICD-10 G51.0). Kondisi ini menyebabkan kelemahan atau paralisis pada otot-otot wajah, termasuk mulut mencong dan mata tidak dapat tertutup rapat.
Terkait dengan kondisi telinga kanan, dapat disimpulkan bahwa Raka mengalami komplikasi dari otitis media kronis, seperti mastoiditis dan kolesteatom. Jika diperlukan tindakan medis, kode ICD-9-CM prosedur yang sesuai adalah 20.49 (Pembedahan lainnya pada telinga tengah dan mastoid, tidak diklasifikasikan di tempat lain).
Dokter Puskesmas yang menangani kasus ini telah melakukan pemeriksaan yang komprehensif dan memutuskan untuk merujuk Raka ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut, misalnya untuk mendapatkan perawatan yang lebih spesialistik terkait dengan kondisi paralisis nervus fasialis dan komplikasi telinga kanannya. -
Article No. 7744 | 03 Dec 2024
Klinis : .Raka, usia 30 tahun datang ke puskesmas diantar isterinya dengan keluhan mulut mencong ke liri sejak han V tidak dapat tertutup rapat Keloor lalu Keluhan mni seiring dengan mata kanannya cairan berbau busuk dan telinga kanan sejak satu bulan terakhir terus menerus. Cairan di telinga kanan ini sudah diderita sejak kecil dan hilang timbul. Raka mempunyai hobi berenang di sungal dekat rumahnya. Pada daerah belakang daun telinga kanan tampak pus yang keluar dari lobang kecil (istula) berwarņa kuning kehijauan Pus dibelakang,telinga ini sudah diderita sejak minggu yang lalu. Pendengaran telinga kanan berkurang sejak,12 tahun terakhir. Kadang-kadang Raka juga menderita vertigo disertai rasa mual. Isteri Raka ingat tetangganya yang juga mencong mulutnya beberapa waktu yang lalu dan disertai dengan tuli juga, sehingga ia membawa Raka untuk berobat ke puskesmas, Dari pemeriksaan_ dokter didapatkan mulut mencong ke, kiri dan_mata kanan lagoftalmus. Pada telinga luar tampak fistula retro aurikular kanan. Terdapat nyeri ketok, mastoid. Pada liang telinga kanan, tampak sekret purulen berbau busuk, membran timpani perforasi marginal, ada kolesteatom. Pada telinga kiri nyeri ketok mastoid (-), sekret (-), membran timpani utuh. Pada pemeriksaan garpu' tala (512 Hz) didapatkan Rinne telinga kanan (-), telinga kiri,(f), Weber lateralisasi ke kanan., Schwabach kanan memanang, dan kiri săma dengan pemeriksa. Berdasarkan diagnosisnya dokter Puskesmas memutuskan untuk merujuk Raka ke RS.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Raka:
1. Diagnosa Keperawatan:
- Risiko infeksi terkait fistula retro aurikular kanan dan sekret purulen pada telinga kanan.
2. Penjelasan Singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko infeksi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Bebas dari tanda-tanda dan gejala infeksi.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen infeksi: Tindakan yang dilakukan untuk mencegah, mengendalikan, dan mengatasi infeksi.
- Manajemen perawatan luka: Tindakan untuk mempertahankan integritas kulit dan jaringan, serta mencegah komplikasi.
- Pemantauan tanda-tanda vital: Tindakan untuk mendeteksi dan mencatat parameter fisiologis.
Penjelasan singkat:
Raka mengalami risiko infeksi terkait dengan adanya fistula retro aurikular kanan dan sekret purulen pada telinga kanannya. Hal ini dapat menyebabkan komplikasi seperti penyebaran infeksi ke area sekitar telinga atau bahkan otak jika tidak ditangani dengan baik. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah manajemen infeksi, manajemen perawatan luka, dan pemantauan tanda-tanda vital untuk memantau perkembangan kondisi Raka dan mencegah terjadinya komplikasi yang lebih serius. -
Article No. 7745 | 03 Dec 2024
Klinis : Raka, usia 30 tahun datang ke puskesmas diantar isterinya dengan keluhan mulut mencong ke liri sejak han V tidak dapat tertutup rapat Keloor lalu Keluhan mni seiring dengan mata kanannya cairan berbau busuk dan telinga kanan sejak satu bulan terakhir terus menerus. Cairan di telinga kanan ini sudah diderita sejak kecil dan hilang timbul. Raka mempunyai hobi berenang di sungal dekat rumahnya. Pada daerah belakang daun telinga kanan tampak pus yang keluar dari lobang kecil (istula) berwarņa kuning kehijauan Pus dibelakang,telinga ini sudah diderita sejak minggu yang lalu. Pendengaran telinga kanan berkurang sejak,12 tahun terakhir. Kadang-kadang Raka juga menderita vertigo disertai rasa mual. Isteri Raka ingat tetangganya yang juga mencong mulutnya beberapa waktu yang lalu dan disertai dengan tuli juga, sehingga ia membawa Raka untuk berobat ke puskesmas, Dari pemeriksaan_ dokter didapatkan mulut mencong ke, kiri dan_mata kanan lagoftalmus. Pada telinga luar tampak fistula retro aurikular kanan. Terdapat nyeri ketok, mastoid. Pada liang telinga kanan, tampak sekret purulen berbau busuk, membran timpani perforasi marginal, ada kolesteatom. Pada telinga kiri nyeri ketok mastoid (-), sekret (-), membran timpani utuh. Pada pemeriksaan garpu' tala (512 Hz) didapatkan Rinne telinga kanan (-), telinga kiri,(f), Weber lateralisasi ke kanan., Schwabach kanan memanang, dan kiri săma dengan pemeriksa. Berdasarkan diagnosisnya dokter Puskesmas memutuskan untuk merujuk Raka ke RS.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi Raka yang Anda deskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Integritas Kulit Terganggu
- Berhubungan dengan fistula retro aurikular dan sekret purulen di telinga kanan.
- Ditandai dengan adanya luka/fistula di bagian belakang telinga kanan yang mengeluarkan cairan purulen berbau busuk.
2. Gangguan Pendengaran
- Berhubungan dengan kolesteatom dan perforasi membran timpani di telinga kanan.
- Ditandai dengan penurunan pendengaran di telinga kanan sejak 12 tahun terakhir.
3. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- Berhubungan dengan sekret purulen di telinga kanan.
- Ditandai dengan keluar cairan berbau busuk dari telinga kanan.
4. Gangguan Keseimbangan
- Berhubungan dengan vertigo yang disertai rasa mual.
- Ditandai dengan keluhan vertigo yang dirasakan oleh Raka.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Memberikan panduan standar untuk mengidentifikasi dan merumuskan diagnosis keperawatan berdasarkan respon pasien terhadap masalah kesehatan.
- Membantu perawat dalam proses pengkajian, analisis data, dan perumusan diagnosis keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Menetapkan luaran keperawatan yang harus dicapai untuk setiap diagnosis keperawatan.
- Memberikan panduan bagi perawat dalam menetapkan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Memberikan panduan bagi perawat dalam melakukan intervensi keperawatan yang tepat untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Membantu perawat dalam merencanakan dan melaksanakan tindakan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
Dengan menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar dalam menangani kondisi Raka. -
Article No. 7746 | 03 Dec 2024
Klinis : anemia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi anemia.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan asupan zat besi.
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan individu untuk menyerap atau memanfaatkan nutrisi yang dibutuhkan untuk metabolisme normal.
- Karakteristik Definisi: Penurunan kadar hemoglobin, pucat, mudah lelah, dan gejala lain yang berhubungan dengan anemia.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mempertahankan nilai hematokrit dan hemoglobin dalam batas normal.
- Kriteria Hasil: Pasien menunjukkan peningkatan kadar hemoglobin dan hematokrit, peningkatan energi, dan tidak ada tanda-tanda kekurangan zat besi.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen nutrisi, pemberian suplemen zat besi, edukasi gizi, dan pemantauan status nutrisi.
- Rasional: Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, meningkatkan asupan zat besi, dan memantau efektivitas intervensi untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Demikian penjelasan singkat mengenai diagnosa keperawatan dan standar keperawatan (SDKI, SLKI, SIKI) untuk kondisi anemia. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, saya siap untuk membantu.
Wassalamualaikum. -
Article No. 7747 | 03 Dec 2024
Klinis : pasien mengatakan badan lemas dan pegal-pegal di seluruh tubuh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan gejala yang Anda sampaikan, yaitu pasien mengatakan badan lemas dan pegal-pegal di seluruh tubuh, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Fatigue (SDKI)
Definisi: Ketidakadekuatan energi yang berkelanjutan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pasien melaporkan peningkatan energi.
- Pasien mendemonstrasikan peningkatan toleransi aktivitas.
- Pasien mendemonstrasikan manajemen energi yang efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Energi
- Fasilitasi Istirahat
- Peningkatan Aktivitas Terukur
Penjelasan:
Kondisi lemas dan pegal-pegal di seluruh tubuh yang dirasakan oleh pasien dapat dikategorikan sebagai fatigue atau kelelahan. Fatigue merupakan kondisi ketidakadekuatan energi yang berkelanjutan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen energi, fasilitasi istirahat, dan peningkatan aktivitas terukur untuk membantu pasien mengelola energinya secara efektif dan meningkatkan toleransi aktivitas. -
Article No. 7748 | 03 Dec 2024
Klinis : pasien mengatakan badan lemas dan pegal-pegal di seluruh tubuh
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci mengenai kondisi yang Anda berikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang mengeluhkan badan lemas dan pegal-pegal di seluruh tubuh adalah "Kelelahan (00093)". Kelelahan didefinisikan sebagai sensasi yang berkepanjangan dan subjektif akan kurangnya tenaga untuk menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang biasa dilakukan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tanda-tanda vital stabil: Nadi, suhu, dan tekanan darah dalam batas normal.
2. Pasien melaporkan peningkatan energi dan pengurangan keluhan pegal-pegal.
3. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih baik.
4. Pasien dapat beristirahat dan tidur yang cukup.
5. Pasien menunjukkan adanya peningkatan motivasi dan semangat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen energi:
- Identifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi energi pasien, seperti pola tidur, nutrisi, aktivitas, dan stres.
- Bantu pasien menyusun rencana aktivitas harian yang seimbang antara istirahat dan aktivitas.
- Ajarkan teknik manajemen energi, seperti pacing dan pengaturan jadwal aktivitas.
2. Manajemen nutrisi:
- Kaji status nutrisi pasien dan identifikasi kebutuhan nutrisi yang adekuat.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
- Edukasi pasien tentang pentingnya asupan nutrisi yang seimbang untuk meningkatkan energi.
3. Manajemen istirahat dan tidur:
- Kaji pola tidur pasien dan identifikasi faktor-faktor yang dapat mengganggu kualitas tidur.
- Berikan intervensi untuk meningkatkan kualitas tidur, seperti teknik relaksasi, pengaturan lingkungan tidur, dan edukasi tentang hygiene tidur.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk mempertimbangkan pemberian obat tidur jika diperlukan.
4. Manajemen stres:
- Kaji sumber-sumber stres yang dialami pasien dan dampaknya terhadap kondisi kesehatan.
- Ajarkan teknik manajemen stres, seperti relaksasi, meditasi, atau aktivitas rekreasi.
- Libatkan keluarga atau orang terdekat untuk memberikan dukungan sosial bagi pasien.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berfokus pada manajemen energi, nutrisi, istirahat, dan stres, diharapkan dapat membantu pasien untuk mencapai luaran yang diharapkan, yaitu peningkatan energi, pengurangan keluhan pegal-pegal, dan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih baik.