Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 5749 | 15 Nov 2024
Klinis : Tn. Tan Peng Liang mengatakan merasa terganggu dengan suara yang dihasilkan oleh kebiasaan Tn. Klaus menyalakan/melihat acara musik.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pola Tidur
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Gangguan Pola Tidur didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mempertahankan atau mencapai kualitas dan kuantitas tidur yang diinginkan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Gangguan Pola Tidur adalah: Pola Tidur Membaik, yang ditandai dengan tidur yang cukup, kualitas tidur yang baik, dan tidak ada gejala kelelahan akibat tidur yang tidak memadai.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: Atur Lingkungan, Edukasi Manajemen Tidur, Terapi Relaksasi, dan Evaluasi Pola Tidur. Tujuannya adalah membantu klien mencapai kualitas dan kuantitas tidur yang optimal.
Penjelasan Kasus:
Tn. Tan Peng Liang merasa terganggu dengan suara yang dihasilkan oleh kebiasaan Tn. Klaus menyalakan/melihat acara musik. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pola tidur pada Tn. Tan Peng Liang. Perawat perlu melakukan intervensi untuk mengatur lingkungan agar kondusif untuk tidur, memberikan edukasi manajemen tidur, dan membantu Tn. Tan Peng Liang untuk relaksasi agar dapat memperoleh tidur yang berkualitas. -
Article No. 5750 | 15 Nov 2024
Klinis : Sulit tidur kembali saat terbangun di malam hari dan terganggu dengan lampu yang gelap gulita karena penglihatannya sudah berkurang dan khawatir terjatuh saat hendak buang air kecil (BAK)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, mari kita bahas kondisi yang Anda deskripsikan tersebut berdasarkan standar Diagnosa Keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pola Tidur (00095)
Definisi: Gangguan durasi dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi normal individu.
2. Risiko Jatuh (00155)
Definisi: Peningkatan risiko jatuh yang dapat menyebabkan cedera fisik.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Gangguan Pola Tidur
- Gejala: Kesulitan memulai tidur, terbangun di malam hari, dan sulit tidur kembali.
- Faktor Risiko: Penurunan fungsi penglihatan, kecemasan, dan kondisi lingkungan yang gelap.
2. Risiko Jatuh
- Gejala: Penurunan fungsi penglihatan, kesulitan saat mobilisasi di malam hari.
- Faktor Risiko: Kondisi lingkungan yang gelap, kelemahan otot, dan riwayat jatuh sebelumnya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Gangguan Pola Tidur
- Luaran: Tidur yang adekuat, tidak ada gangguan tidur, dan peningkatan kualitas istirahat.
2. Risiko Jatuh
- Luaran: Tidak ada cedera akibat jatuh, mobilisasi yang aman, dan peningkatan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Gangguan Pola Tidur
- Intervensi: Manajemen lingkungan, pengaturan jadwal tidur, dan terapi relaksasi.
2. Risiko Jatuh
- Intervensi: Modifikasi lingkungan, peningkatan mobilisasi, dan edukasi pencegahan jatuh.
Sebagai seorang perawat, saya akan bekerja sama dengan pasien dan tim kesehatan lainnya untuk mengembangkan rencana perawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, dengan tujuan meningkatkan kualitas tidur, meminimalkan risiko jatuh, dan memastikan keselamatan pasien. -
Article No. 5751 | 15 Nov 2024
Klinis : Tn. A, 57 tahun, dirawat di RS dengan keluhan berak hitam dan muntah darah dengan kecurigaan hemofilia. BAB hitam sejak 13 hari sebelum masuk rumah sakit dengan konsistensi lengket dan bau khas, dengan volume 3-4 gelas perhari. Muntah darah kehitaman seperti kopi dan sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, frekuensi 3-4 kali dan volume seperempat gelas tiap kali muntah. Disertai nyeri ulu hati yang telah lama diderita sebelum timbul keluhan BAB hitam. Nyeri ulu hati dirasakan panas tidak menjalar ke bagian tubuh yang lainnya. Penderita kadang-kadang mengeluh mual. Badan terasa lemah sejak sakit, sehingga penderita terganggu aktifitas sehari-harinya. Aktifitas sehar-hari pasien dibantu oleh keluarga dan perawat. Riwayat sakit sebelumnya, penderita telah dirawat selama 13 hari di rumah sakit dan telah menerima transfusi darah sebanyak 15 kantung. Terdapat riwayat minum obat-obatan anti nyeri karena keluhan nyeri sendi lutut. Pasien pernah mengalami perdarahan yang hebat setelah cabut gigi, saat itu penderita dirawat di RS. Penderita sering mengalami perdarahan sejak usia 5 tahun terutama setelah terbentur atau terjatuh. Tidak ada riwayat penyakit kuning sebelumnya. Penderita tidak mengkonsumsi alkohol atau jamu. Riwayat penyakit keluarga, saudara kandung laki-laki penderita mengalami keluhan perdarahan yang sama dan telah meninggal dunia saat usia anak-anak. Pada pemeriksaan fisik penderita tampak lemah dengan kesadaran compos mentis, tekanan darah 100/70 mmHg, HR 120 kali/menit lemah, respirasi 28 kali/menit, nafas cepat dan dangkal dan suhu 36,70 C. Mata tampak anemis, cekung dan tidak ada ikterus. Bibir tampak pucat, dan kering, pada lidah tidak didapatkan atropi papil. Inspeksi thorak tidak didapatkan spider nevi. Batas-batas jantung normal, auskultasi: bunyi jantung pertama dan kedua teratur, tidak ada suara tambahan. Pemeriksaan paru normal, auskultasi: suara nafas vesicular dan tidak didapatkan suara nafas tambahan. Pemeriksaan abdomen tidak ditemukan distensi abdomen asites dan caput medusa. Bising usus normal. Hati dan limpa tidak membesar, timpani. Tidak dijumpai adanya defence muscular dan nyeri tekan epigastrial. Ekstremitas teraba hangat, odema pada kedua tungkai inferior, turgor kulit > 2 detik. Tampak hematom pada lengan atas kiri dengan diameter 5 cm. Pemeriksaan rectal toucher didapatkan tonus sphincter ani normal, mucosa licin, tidak ada massa dan terdapat melena. Pemeriksaan penunjang laboratorium darah lengkap menunjukkan leukosit 10,9 K/uL (normal: 4,5- 11 K/uL), hemoglobin 7,7 gr/dl (normal: 13.5-18.0 gr/dl), hematokrit 14,3 % (normal: 40-54%), MCV 82,4 fl (normal: 80-94 fl), MCH 28,7 pg (normal: 27- 32 pg), trombosit 66 K/ul (normal: 150- 440 K/uL). Hasil pemeriksaan faal hemostasis: waktu perdarahan: 2,0 menit (normal: 1-3 menit), waktu pembekuan: 14,0 menit (normal: 5-15 menit), waktu protrombin (PT) : 21 detik (normal: 12- 18 detik), APTT : 96 detik (normal: 22.6-35 detik). AST 27 mg/dl (normal: 14-50mg/dl), ALT 33 mg/dl (normal: 11-64 mg/dl), bilirubin total 0,6 mg/dl (normal :0,0-1,0 mg/dl), bilirubin direk 0,1 mg/dl (normal: 0,0-0,3 mg/dl), cholesterol 26 mg/dl (normal: 110-200 mg/dl), albumin 0,8 mg/dl (normal 4.0-5.7 mg/dl). Pemeriksaan faktor VIII dan IX tidak dikerjakan karena tidak ada fasilitas pemeriksaan. Pasien dirawat dengan observasi hematemesis melena ec suspek ulkus peptikum dengan kondisi anemia ec perdarahan akut dan observasi trombositopeni, suspek hemofilia. Terapi : • Kreosipitat 15 unit • Tranfusi PRC sampai dengan kadar Hb > 10 g/dl • Traneksamat 3 x 500 mg (IV) • Ranitidin 2 x 200 mg (IV) • Antasida 3 x 10 ml (PO) • Sukralfat 3 x 10 ml (PO)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, Diagnosa Keperawatan yang dapat ditetapkan adalah:
1. Perdarahan Gastrointestinal berhubungan dengan kelainan pembekuan darah (hemofilia) ditandai dengan BAB hitam, muntah darah kehitaman, dan riwayat perdarahan setelah cabut gigi.
2. Risiko Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui saluran cerna akibat diare dan muntah.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan yang dirasakan pasien.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Perdarahan Gastrointestinal: Keluarnya darah dari saluran pencernaan yang dapat terjadi pada saluran cerna atas (hematemesis) atau bawah (melena).
2. Risiko Kekurangan Volume Cairan: Keadaan di mana individu berisiko mengalami penurunan cairan intravaskular, ekstravaskular, atau keduanya.
3. Intoleransi Aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan secara mandiri.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perdarahan Gastrointestinal: Pemulihan dari perdarahan saluran cerna, dengan indikator: volume perdarahan menurun, tidak ada tanda-tanda perdarahan aktif, dan tidak ada tanda-tanda komplikasi.
2. Keseimbangan Cairan: Tercapainya keseimbangan cairan, dengan indikator: parameter vital stabil, intake dan output cairan seimbang, dan tidak ada tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan.
3. Toleransi Aktivitas: Kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan, dengan indikator: pasien mampu melakukan aktivitas tanpa kelelahan dan dispnea.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Perdarahan: Intervensi untuk mencegah dan mengendalikan perdarahan.
2. Manajemen Cairan: Intervensi untuk mempertahankan keseimbangan cairan.
3. Manajemen Aktivitas: Intervensi untuk memfasilitasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari. -
Article No. 5752 | 15 Nov 2024
Klinis : tidak bisa melihat, kurangnya penglihatan, low vision
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tidak bisa melihat, kurangnya penglihatan, dan low vision.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Penglihatan Berhubungan Dengan Perubahan Struktur Atau Fungsi Mata
Penjelasan:
Gangguan penglihatan adalah ketidakmampuan individu untuk menerima dan memproses informasi visual secara efektif. Kondisi ini dapat disebabkan oleh perubahan pada struktur atau fungsi organ mata, seperti katarak, glaukoma, retinopati diabetik, dan sebagainya.
SDKI:
- Definisi: Gangguan dalam menerima dan memproses informasi visual secara efektif.
- Penyebab: Perubahan struktur atau fungsi mata.
- Karakteristik: Penurunan visus, lapang pandang terbatas, kesulitan beradaptasi dengan perubahan cahaya, kesulitan membedakan warna, dan lain-lain.
SLKI:
- Pemeliharaan Fungsi Penglihatan: Individu dapat meminimalkan gangguan penglihatan dan memaksimalkan fungsi penglihatannya.
- Adaptasi Terhadap Gangguan Penglihatan: Individu dapat beradaptasi dengan perubahan fungsi penglihatan.
SIKI:
- Manajemen Gangguan Penglihatan: Intervensi untuk mengatasi gangguan penglihatan, seperti edukasi, pelatihan, dan penggunaan alat bantu.
- Terapi Latihan Penglihatan: Latihan untuk membantu memaksimalkan fungsi penglihatan yang tersisa.
Harapan saya penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami kondisi klien dengan gangguan penglihatan. Silakan tanyakan jika ada yang perlu dijelaskan lebih lanjut. -
Article No. 5753 | 15 Nov 2024
Klinis : Tn. Tan Peng Liang mengeluh rasa kantuk akan hilang jika harus bergerak untuk mematikan lampu, dan keberatan dengan kebiasaan Tn. Klaus yang suka menyalakan atau nonton acara musik, sementara pasien tidak suka ada suara-suara.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pola Tidur
Penjelasan:
Berdasarkan keluhan Tn. Tan Peng Liang, yaitu rasa kantuk akan hilang jika harus bergerak untuk mematikan lampu, dan keberatan dengan kebiasaan Tn. Klaus yang suka menyalakan atau menonton acara musik, sementara pasien tidak suka ada suara-suara, maka dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami gangguan pola tidur.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Pola Tidur didefinisikan sebagai pengalaman subjektif individu yang mengalami kesulitan untuk memulai, mempertahankan, atau memperoleh kualitas tidur yang memuaskan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dalam penanganan Gangguan Pola Tidur adalah pasien dapat mencapai pola tidur yang adekuat, dengan indikator:
1. Pasien dapat tertidur dalam 30 menit atau kurang
2. Pasien dapat tidur tanpa terbangun di malam hari
3. Pasien merasa tidur yang nyenyak dan terpuaskan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Gangguan Pola Tidur meliputi:
1. Manajemen lingkungan: mengatur lingkungan yang kondusif untuk tidur, mengurangi stimulus yang mengganggu
2. Terapi relaksasi: teknik relaksasi untuk membantu pasien tertidur
3. Edukasi: memberikan informasi kepada pasien mengenai pentingnya pola tidur yang baik
Dalam kasus ini, intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan mengatur lingkungan kamar pasien agar lebih kondusif untuk tidur, seperti mematikan lampu dan mengurangi suara-suara yang mengganggu, serta memberikan edukasi kepada Tn. Tan Peng Liang dan Tn. Klaus mengenai pentingnya pola tidur yang baik. -
Article No. 5754 | 15 Nov 2024
Klinis : Sulit tidur kembali saat terbangun di malam hari dan terganggu dengan lampu yang gelap gulita karena penglihatannya sudah berkurang dan khawatir terjatuh saat hendak buang air kecil (BAK)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya adalah perawat professional yang akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda kemukakan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pola Tidur
2. Risiko Jatuh
Penjelasan singkat:
1. Gangguan Pola Tidur
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Gangguan Pola Tidur adalah keadaan di mana individu mengalami kesulitan untuk memulai atau mempertahankan tidur, atau kualitas tidur yang buruk.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat tidur dengan nyenyak, merasa segar saat bangun, dan tidak mengantuk di siang hari.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan adalah manajemen lingkungan (misal pengaturan pencahayaan dan suhu ruangan), edukasi mengenai kebersihan tidur, dan terapi farmakologis jika diperlukan.
2. Risiko Jatuh
- SDKI: Risiko Jatuh adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami cedera akibat terjatuh.
- SLKI: Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat bebas dari cedera akibat jatuh dan mampu melakukan aktivitas secara mandiri.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah modifikasi lingkungan, penggunaan alat bantu jalan, edukasi kepada pasien dan keluarga, serta pengkajian ulang risiko jatuh secara berkala.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami kondisi kesehatan Anda. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya kembali.
Wassalamualaikum. -
Article No. 5755 | 15 Nov 2024
Klinis : halusinasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, akan saya berikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi halusinasi, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Halusinasi
Penjelasan Singkat:
1. Sistem Klasifikasi Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI):
Halusinasi merupakan salah satu diagnosa keperawatan yang tercantum dalam SDKI. Halusinasi didefinisikan sebagai pengalaman sensorik yang tampak nyata, tetapi dibangkitkan dari dalam diri sendiri, bukan dari stimulus eksternal. Halusinasi dapat terjadi pada berbagai modalitas sensorik, seperti pendengaran, penglihatan, perabaan, penciuman, atau pengecapan.
2. Sistem Klasifikasi Intervensi Keperawatan Indonesia (SLKI):
Dalam SLKI, terdapat beberapa intervensi keperawatan yang dapat diterapkan untuk mengatasi halusinasi, seperti:
- Manajemen halusinasi: Tindakan untuk membantu klien mengenali, mengontrol, dan mengatasi pengalaman halusinasi.
- Terapi realitas: Intervensi untuk membantu klien menghubungkan dirinya dengan realitas saat ini.
- Terapi reminiscence: Intervensi untuk membantu klien mengingat kembali pengalaman positif di masa lalu.
3. Sistem Klasifikasi Luaran Keperawatan Indonesia (SIKI):
Luaran keperawatan yang diharapkan dari penanganan halusinasi antara lain:
- Perilaku terkontrol: Klien mampu mengendalikan perilakunya sesuai dengan realitas.
- Persepsi sensori teratasi: Klien mampu mengatasi pengalaman halusinasi yang dialaminya.
- Kepatuhan terhadap pengobatan: Klien patuh dalam mengikuti regimen pengobatan yang diberikan.
Secara keseluruhan, SDKI, SLKI, dan SIKI merupakan sistem klasifikasi yang dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk menjamin kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien, termasuk dalam menangani kondisi halusinasi. -
Article No. 5756 | 15 Nov 2024
Klinis : pemantauan respirasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pemantauan respirasi.
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi:
Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bersih dan terbuka.
Faktor Terkait:
- Kelelahan otot pernapasan
- Perubahan sekresi saluran napas
- Obstruksi jalan napas
Gejala dan Tanda Mayor:
- Sumbatan jalan napas
- Pernapasan tidak efektif
- Penggunaan otot tambahan untuk bernapas
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Permeabilitas jalan napas
- Pola napas
- Pertukaran gas
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen jalan napas
- Terapi oksigen
- Manajemen ventilasi
Penjelasan Singkat:
Diagnosa keperawatan "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" menggambarkan ketidakmampuan pasien untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas, sehingga jalan napas tidak terbuka dengan baik. Hal ini dapat disebabkan oleh kelelahan otot pernapasan, perubahan sekresi saluran napas, atau obstruksi jalan napas. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen jalan napas, terapi oksigen, dan manajemen ventilasi untuk mempertahankan permeabilitas jalan napas, pola napas, dan pertukaran gas yang optimal. -
Article No. 5757 | 15 Nov 2024
Klinis : resiko jatuh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi risiko jatuh:
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Jatuh
Definisi (SDKI):
Rentan terhadap terjatuh, yang dapat menyebabkan cedera fisik, yang disebabkan oleh faktor intrinsik (seperti gangguan keseimbangan, kelemahan otot) dan/atau faktor ekstrinsik (seperti lingkungan yang tidak aman).
Faktor Risiko (SDKI):
1. Gangguan keseimbangan dan mobilitas
2. Gangguan sensorik (penglihatan, pendengaran)
3. Riwayat jatuh sebelumnya
4. Penggunaan obat-obatan
5. Penyakit kronis (stroke, Parkinson, arthritis)
6. Usia lanjut
7. Lingkungan fisik yang tidak aman
Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Identifikasi faktor risiko jatuh
2. Modifikasi lingkungan untuk mencegah jatuh
3. Latihan fisik untuk meningkatkan keseimbangan dan mobilitas
4. Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan jatuh
5. Pemantauan status fisiologis dan penggunaan alat bantu jalan
Luaran Keperawatan (SIKI):
1. Tidak terjadi jatuh
2. Peningkatan keseimbangan dan mobilitas
3. Peningkatan pengetahuan pasien dan keluarga tentang pencegahan jatuh
4. Kepatuhan penggunaan alat bantu jalan
Dalam pendekatan akademis, peran perawat sebagai pakar adalah mengidentifikasi faktor risiko, merencanakan intervensi yang komprehensif, dan memantau luaran keperawatan untuk mencegah kejadian jatuh pada pasien. -
Article No. 5758 | 15 Nov 2024
Klinis : intervensi gangguan menelan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi gangguan menelan dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Menelan (Dysphagia)
Definisi:
Gangguan Menelan (Dysphagia) adalah ketidakmampuan atau kesulitan dalam proses menelan yang dapat disebabkan oleh faktor neurologis, struktural, atau fungsional.
Etiologi:
1. Gangguan neurologis (stroke, demensia, Parkinson, dll.)
2. Gangguan struktural (tumor, obstruksi, kelainan kongenital, dll.)
3. Gangguan fungsional (penurunan refleks menelan, kelemahan otot, dll.)
Manifestasi Klinis:
1. Kesulitan menelan makanan padat atau cairan
2. Menimbulkan tersedak atau batuk saat makan
3. Perubahan suara (serak) saat menelan
4. Aspirasi makanan atau cairan ke saluran pernapasan
5. Penurunan berat badan, dehidrasi, dan malnutrisi
Intervensi Keperawatan:
1. Manajemen Jalan Napas
2. Manajemen Nutrisi
3. Edukasi Pasien dan Keluarga
4. Terapi Deglutisi (latihan menelan)
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
SDKI adalah standar diagnosa keperawatan yang digunakan di Indonesia. Diagnosa Keperawatan "Gangguan Menelan (Dysphagia)" tercantum dalam SDKI.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah standar luaran keperawatan yang digunakan di Indonesia. Luaran yang diharapkan dari intervensi gangguan menelan antara lain:
1. Pemulihan Fungsi Menelan
2. Tidak Terjadi Aspirasi
3. Status Nutrisi Membaik
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah standar intervensi keperawatan yang digunakan di Indonesia. Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan menelan antara lain:
1. Manajemen Jalan Napas
2. Manajemen Nutrisi
3. Terapi Deglutisi
4. Edukasi Pasien dan Keluarga
Kesimpulannya, diagnosa keperawatan "Gangguan Menelan (Dysphagia)" merupakan salah satu diagnosa yang tercantum dalam SDKI. Intervensi dan luaran keperawatan yang dapat diterapkan sesuai dengan standar SIKI dan SLKI untuk mengatasi kondisi tersebut.