Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18697 | 17 Jun 2025
Klinis : Seorang pria usia 32 tahun datang dengan keluhan demam berulang, diare kronis, dan penurunan berat badan drastis. Pemeriksaan HIV menunjukkan hasil positif, dan CD4 <200 sel/mm³. Apa prioritas utama dalam penatalaksanaan keperawatan? Question 7Answer A. Edukasi tentang nutrisi seimbang B. Pencegahan infeksi oportunistik C. Pemberian obat penurun demam D. Terapi simtomatik untuk diare E. Isolasi ketat
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Risiko Infeksi Oportunistik
- Definisi: Risiko mengalami infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme yang secara normal tidak menyebabkan penyakit pada individu dengan sistem imun yang sehat.
- Faktor Risiko: Penurunan sistem imun (CD4 <200 sel/mm³), penyakit kronis (diare kronis), malnutrisi (penurunan berat badan drastis).
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pencegahan Infeksi Oportunistik
- Definisi: Tindakan untuk menurunkan kemungkinan terjadinya infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme yang secara normal tidak menyebabkan penyakit pada individu dengan sistem imun yang sehat.
- Kriteria Hasil:
- Klien tidak mengalami infeksi oportunistik selama perawatan.
- Klien menunjukkan peningkatan sistem imun (peningkatan kadar CD4).
- Klien tidak mengalami komplikasi akibat infeksi oportunistik.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pencegahan Infeksi Oportunistik
- Identifikasi faktor risiko infeksi oportunistik pada klien.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan terapi profilaksis (misalnya obat anti-infeksi) yang sesuai.
- Edukasi klien dan keluarga tentang pencegahan infeksi oportunistik, seperti:
- Pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
- Pentingnya mengonsumsi makanan bergizi seimbang.
- Pentingnya memeriksakan diri secara rutin untuk memantau kondisi.
- Monitoring tanda-tanda infeksi oportunistik dan segera menangani jika ditemukan.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk melakukan intervensi medis yang tepat, seperti pemberian terapi antiretroviral.
Prioritas utama dalam penatalaksanaan keperawatan adalah pencegahan infeksi oportunistik. Hal ini dikarenakan kondisi klien yang memiliki risiko tinggi mengalami infeksi oportunistik akibat penurunan sistem imun (CD4 <200 sel/mm³). Intervensi keperawatan yang tepat, termasuk edukasi dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, sangat penting untuk mencegah komplikasi yang dapat terjadi. -
Article No. 18698 | 17 Jun 2025
Klinis : Seorang pria usia 32 tahun datang dengan keluhan demam berulang, diare kronis, dan penurunan berat badan drastis. Pemeriksaan HIV menunjukkan hasil positif, dan CD4 <200 sel/mm³. Apa prioritas utama dalam penatalaksanaan keperawatan? Question 7Answer A. Edukasi tentang nutrisi seimbang B. Pencegahan infeksi oportunistik C. Pemberian obat penurun demam D. Terapi simtomatik untuk diare E. Isolasi ketat
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, diagnosis keperawatan yang paling sesuai adalah:
Diagnosis Keperawatan SDKI:
1. Risiko infeksi oportunistik berhubungan dengan penurunan sistem imun (CD4 <200 sel/mm³) yang ditandai dengan demam berulang, diare kronis, dan penurunan berat badan drastis.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tidak terjadi infeksi oportunistik selama perawatan.
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal.
3. Tidak terjadi dehidrasi.
4. Berat badan stabil atau meningkat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pencegahan infeksi oportunistik:
a. Identifikasi faktor risiko infeksi oportunistik (misalnya lingkungan, interaksi dengan orang lain).
b. Lakukan tindakan pencegahan infeksi, seperti hand hygiene, penggunaan APD, dan sterilisasi alat.
c. Berikan edukasi tentang pencegahan infeksi oportunistik kepada pasien dan keluarga.
d. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pemberian profilaksis antibiotik atau antivirus.
2. Manajemen demam:
a. Lakukan pemantauan suhu tubuh secara rutin.
b. Berikan obat penurun demam sesuai indikasi.
c. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pemberian terapi antibiotik atau antiviral sesuai kebutuhan.
3. Manajemen diare:
a. Lakukan pemantauan frekuensi dan karakteristik diare.
b. Berikan terapi simtomatik untuk diare, seperti pemberian cairan dan elektrolit.
c. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pemberian terapi antidiare sesuai kebutuhan.
4. Manajemen nutrisi:
a. Lakukan asesmen status nutrisi pasien.
b. Berikan edukasi tentang nutrisi seimbang dan peningkatan asupan kalori.
c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan intervensi nutrisi yang sesuai.
d. Pantau berat badan pasien secara berkala.
Penjelasan:
Prioritas utama dalam penatalaksanaan keperawatan adalah pencegahan infeksi oportunistik. Pasien dengan HIV/AIDS dan CD4 <200 sel/mm³ memiliki risiko tinggi mengalami infeksi oportunistik, yang dapat menyebabkan komplikasi serius. Oleh karena itu, intervensi keperawatan harus berfokus pada upaya pencegahan infeksi, seperti tindakan pencegahan infeksi, pemberian profilaksis antibiotik atau antivirus, serta edukasi kepada pasien dan keluarga.
Selain itu, manajemen demam, diare, dan nutrisi juga menjadi prioritas dalam asuhan keperawatan. Demam dan diare dapat mengindikasikan adanya infeksi oportunistik, sehingga perlu dilakukan pemantauan dan penatalaksanaan yang tepat. Penurunan berat badan yang drastis juga harus menjadi perhatian, dengan melakukan asesmen status nutrisi dan intervensi nutrisi yang sesuai.
Keseluruhan intervensi keperawatan ini bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi oportunistik, mempertahankan stabilitas tanda-tanda vital, mencegah dehidrasi, dan mempertahankan atau meningkatkan berat badan pasien. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti dokter, ahli gizi, dan farmasis, sangat diperlukan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan yang optimal. -
Article No. 18699 | 17 Jun 2025
Klinis : Pasien perempuan 52 tahun dirawat karena batu ureter. Hasil urinalisis menunjukkan hematuria dan peningkatan leukosit. Apa masalah keperawatan prioritas pada kasus tersebut? Question 23Answer A. Gangguan citra tubuh B. Risiko disfungsi seksual C. Nyeri akut D. Risiko kelebihan volume cairan E. Gangguan tidur
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien perempuan 52 tahun yang dirawat karena batu ureter dengan hasil urinalisis menunjukkan hematuria dan peningkatan leukosit, maka diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut
Masalah Keperawatan Prioritas:
Nyeri akut merupakan masalah keperawatan yang paling prioritas pada kasus ini. Pasien mengalami batu ureter yang dapat menyebabkan nyeri yang hebat di area abdomen dan pinggang.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien melaporkan nyeri berkurang.
2. Pasien dapat beraktivitas sesuai kemampuan.
3. Pasien mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, keparahan, dan faktor pencetus nyeri.
2. Berikan terapi farmakologis sesuai indikasi untuk mengurangi nyeri, seperti analgesik.
3. Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat/dingin.
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk menentukan rencana penanganan batu ureter.
5. Anjurkan istirahat yang cukup untuk membantu proses penyembuhan.
6. Pantau tanda-tanda vital dan respons pasien terhadap intervensi yang diberikan.
Penjelasan rinci:
Nyeri akut merupakan masalah keperawatan yang paling prioritas karena pasien mengalami batu ureter yang dapat menyebabkan nyeri hebat di area abdomen dan pinggang. Penanganan nyeri secara komprehensif, baik farmakologis maupun non-farmakologis, sangat penting untuk meningkatkan kenyamanan pasien, membantu proses penyembuhan, dan memfasilitasi aktivitas sehari-hari pasien. Selain itu, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, sangat diperlukan untuk menentukan rencana penanganan batu ureter secara keseluruhan. -
Article No. 18700 | 17 Jun 2025
Klinis : Pasien dengan multiple sclerosis yang disertai dengan kelemahan ekstremitas bawah berisiko tinggi jatuh. Intervensi prioritas untuk mengurangi risiko jatuh adalah: Question 30Answer A. Memastikan lingkungan bebas dari benda berbahaya B. Memberikan kursi roda meski pasien masih mampu berjalan C. Membatasi pasien hanya berada di tempat tidur D. Menyarankan pasien berjalan tanpa bantuan untuk meningkatkan kepercayaan diri E. Menghindari alat bantu mobilitas untuk pasien dengan MS
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien dengan multiple sclerosis yang disertai dengan kelemahan ekstremitas bawah berisiko tinggi jatuh adalah: Risiko Jatuh.
Intervensi prioritas untuk mengurangi risiko jatuh pada pasien tersebut adalah:
A. Memastikan lingkungan bebas dari benda berbahaya
Penjelasan: Lingkungan yang bebas dari benda berbahaya seperti lantai yang licin, kabel yang berserakan, dan perabotan yang mudah tersenggol dapat mengurangi risiko pasien untuk jatuh. Perawat harus melakukan identifikasi dan menghilangkan potensi bahaya di lingkungan sekitar pasien.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI): Lingkungan Aman, yaitu lingkungan yang bebas dari potensi bahaya yang dapat menyebabkan pasien jatuh.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Identifikasi potensi bahaya di lingkungan pasien
2. Eliminasi potensi bahaya di lingkungan pasien
3. Pengaturan tata letak perabotan yang aman
4. Penerangan yang cukup di area pasien
5. Penggunaan peralatan bantu yang sesuai
B. Memberikan kursi roda meski pasien masih mampu berjalan
Penjelasan: Memberikan kursi roda pada pasien dengan multiple sclerosis yang masih mampu berjalan tidak direkomendasikan. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kemampuan berjalan dan mobilitas pasien. Sebaiknya pasien didorong untuk tetap aktif bergerak dan menggunakan alat bantu mobilitas yang sesuai dengan kemampuannya.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI): Mobilitas Terganggu Ringan, yaitu kemampuan pasien untuk bergerak secara mandiri dalam lingkungan yang terbatas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Evaluasi kemampuan mobilitas pasien
2. Edukasi penggunaan alat bantu mobilitas yang sesuai
3. Latihan fisik untuk meningkatkan kekuatan dan keseimbangan
4. Pengawasan saat pasien melakukan aktivitas
5. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk rehabilitasi
C. Membatasi pasien hanya berada di tempat tidur
Penjelasan: Membatasi pasien hanya berada di tempat tidur tidak direkomendasikan, karena dapat menyebabkan penurunan kemampuan fungsional dan risiko komplikasi lainnya. Pasien dengan multiple sclerosis perlu didorong untuk tetap aktif dan bergerak sesuai dengan kemampuannya, dengan pengawasan dan alat bantu yang sesuai.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI): Mobilitas Terganggu Ringan, yaitu kemampuan pasien untuk bergerak secara mandiri dalam lingkungan yang terbatas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Evaluasi kemampuan mobilitas pasien
2. Edukasi pentingnya aktivitas fisik dan mobilitas
3. Latihan fisik yang terstruktur dan bertahap
4. Pengawasan saat pasien melakukan aktivitas
5. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk rehabilitasi
D. Menyarankan pasien berjalan tanpa bantuan untuk meningkatkan kepercayaan diri
Penjelasan: Menyarankan pasien dengan multiple sclerosis yang mengalami kelemahan ekstremitas bawah untuk berjalan tanpa bantuan tidak disarankan. Hal ini dapat meningkatkan risiko jatuh dan menyebabkan cidera pada pasien. Sebaiknya, pasien diberikan alat bantu mobilitas yang sesuai dengan kemampuannya untuk meningkatkan keamanan dan kepercayaan diri.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI): Mobilitas Terganggu Ringan, yaitu kemampuan pasien untuk bergerak secara mandiri dalam lingkungan yang terbatas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Evaluasi kemampuan mobilitas pasien
2. Edukasi penggunaan alat bantu mobilitas yang sesuai
3. Latihan fisik untuk meningkatkan kekuatan dan keseimbangan
4. Pengawasan saat pasien melakukan aktivitas
5. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk rehabilitasi
E. Menghindari alat bantu mobilitas untuk pasien dengan MS
Penjelasan: Pernyataan ini tidak sesuai. Penggunaan alat bantu mobilitas yang sesuai dengan kemampuan pasien sangat penting untuk mengurangi risiko jatuh pada pasien dengan multiple sclerosis yang mengalami kelemahan ekstremitas bawah. Alat bantu mobilitas dapat membantu meningkatkan keamanan dan mobilitas pasien, sehingga dapat mencegah terjadinya jatuh.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI): Mobilitas Terganggu Ringan, yaitu kemampuan pasien untuk bergerak secara mandiri dalam lingkungan yang terbatas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Evaluasi kemampuan mobilitas pasien
2. Edukasi penggunaan alat bantu mobilitas yang sesuai
3. Latihan fisik untuk meningkatkan kekuatan dan keseimbangan
4. Pengawasan saat pasien melakukan aktivitas
5. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk rehabilitasi -
Article No. 18701 | 17 Jun 2025
Klinis : Pasien dengan multiple sclerosis yang disertai dengan kelemahan ekstremitas bawah berisiko tinggi jatuh. Intervensi prioritas untuk mengurangi risiko jatuh adalah: Question 30Answer A. Memastikan lingkungan bebas dari benda berbahaya B. Memberikan kursi roda meski pasien masih mampu berjalan C. Membatasi pasien hanya berada di tempat tidur D. Menyarankan pasien berjalan tanpa bantuan untuk meningkatkan kepercayaan diri E. Menghindari alat bantu mobilitas untuk pasien dengan MS
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan multiple sclerosis yang disertai dengan kelemahan ekstremitas bawah dan berisiko tinggi jatuh adalah:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Risiko Jatuh
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Stabilitas Postur Tubuh
2. Mobilitas
3. Integritas Kulit
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Memastikan lingkungan bebas dari benda berbahaya (A)
- Mengevaluasi lingkungan pasien untuk mengidentifikasi bahaya potensial yang dapat menyebabkan jatuh, seperti permukaan licin, penerangan yang buruk, dan benda-benda yang mengganggu.
- Menghilangkan atau meminimalkan bahaya-bahaya tersebut untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi pasien.
2. Memberikan alat bantu mobilitas yang sesuai (B)
- Mengevaluasi kemampuan mobilitas pasien dan memberikan alat bantu mobilitas yang tepat, seperti walker atau kruk, untuk membantu pasien berjalan dengan aman.
- Memastikan alat bantu mobilitas yang diberikan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pasien.
3. Mempromosikan mobilitas yang aman (C)
- Mendorong pasien untuk tetap aktif dan bergerak sesuai dengan kemampuannya, dengan pengawasan dan bantuan yang diperlukan.
- Mengajarkan teknik berjalan yang benar dan aman untuk mencegah jatuh.
4. Meningkatkan kepercayaan diri pasien dalam mobilitas (D)
- Memberikan dukungan dan motivasi kepada pasien untuk tetap aktif dan mandiri dalam mobilitas.
- Membantu pasien mengembangkan strategi coping yang efektif untuk mengatasi rasa takut akan jatuh.
5. Menghindari penggunaan alat bantu mobilitas yang tidak sesuai (E)
- Mengevaluasi penggunaan alat bantu mobilitas yang diberikan kepada pasien dengan multiple sclerosis.
- Memastikan alat bantu mobilitas yang digunakan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan pasien, untuk mencegah risiko jatuh yang lebih tinggi.
Dalam mengelola risiko jatuh pada pasien dengan multiple sclerosis, pendekatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien sangat penting. Intervensi keperawatan harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan individual pasien untuk memaksimalkan keamanan, mobilitas, dan kepercayaan diri dalam beraktivitas. -
Article No. 18702 | 17 Jun 2025
Klinis : Pasien dengan SLE yang sedang menjalani terapi kortikosteroid dosis tinggi dapat mengalami peningkatan suhu atau demam ringan (37.9°C), kelelahan, dan peningkatan CRP. Sebagai perawat, intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah penjelasan rinci mengenai Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI), dan Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan SLE yang sedang menjalani terapi kortikosteroid dosis tinggi dengan peningkatan suhu atau demam ringan, kelelahan, dan peningkatan CRP adalah "Intoleransi Aktivitas". Diagnosa ini dipilih karena pasien mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas akibat kelelahan yang disebabkan oleh peradangan sistemik dan efek samping terapi kortikosteroid.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih baik tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
- Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan kemampuan fungsional.
- Pasien menunjukkan peningkatan energi dan stamina.
2. Keadaan Klinis Membaik
- Pasien menunjukkan penurunan suhu tubuh atau bebas dari demam ringan.
- Kadar CRP pasien menurun menuju batas normal.
- Pasien melaporkan penurunan keluhan kelelahan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Energi
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kelelahan pada pasien.
- Mengatur ulang jadwal aktivitas dan istirahat pasien untuk mencegah kelelahan.
- Mengajarkan teknik-teknik manajemen energi, seperti pengaturan aktivitas, istirahat yang cukup, dan penggunaan alat bantu.
- Memantau tanda-tanda vital dan respons pasien terhadap aktivitas.
2. Manajemen Peradangan
- Memantau tanda-tanda peradangan, seperti suhu tubuh dan kadar CRP.
- Mengkaji efek samping terapi kortikosteroid dan melaporkan kepada tim kesehatan.
- Mengkolaborasikan pemberian terapi anti-inflamasi sesuai dengan resep dokter.
- Memberikan edukasi kepada pasien mengenai manajemen peradangan dan perawatan diri.
3. Manajemen Kelelahan
- Mengkaji tingkat kelelahan pasien dan faktor-faktor yang memengaruhinya.
- Mengembangkan rencana aktivitas dan istirahat yang seimbang.
- Mengajarkan teknik-teknik manajemen kelelahan, seperti relaksasi, meditasi, dan pengaturan pola tidur.
- Memberikan dukungan emosional dan psikologis untuk mengatasi kelelahan.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berfokus pada manajemen energi, peradangan, dan kelelahan, diharapkan pasien dapat mencapai toleransi aktivitas yang meningkat dan keadaan klinis yang membaik sesuai dengan luaran yang diharapkan. -
Article No. 18703 | 17 Jun 2025
Klinis : Pasien dengan SLE yang sedang menjalani terapi kortikosteroid dosis tinggi dapat mengalami peningkatan suhu atau demam ringan (37.9°C), kelelahan, dan peningkatan CRP. Sebagai perawat, intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan SLE yang sedang menjalani terapi kortikosteroid dosis tinggi.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Hipertermia". Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas normal, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk efek samping penggunaan kortikosteroid dosis tinggi pada pasien dengan SLE. Pasien mengalami peningkatan suhu atau demam ringan (37.9°C), kelelahan, dan peningkatan CRP, yang merupakan gejala-gejala dari hipertermia.
Luaran/Output SLKI:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Suhu tubuh pasien kembali normal (36.5°C - 37.5°C).
2. Pasien menunjukkan tanda-tanda kelelahan yang berkurang.
3. Nilai CRP pasien menurun ke dalam batas normal.
4. Pasien dapat beraktivitas sehari-hari tanpa hambatan yang berarti.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang perlu dilakukan adalah:
1. Pemantauan Tanda Vital:
- Mengukur suhu tubuh pasien secara berkala (misal setiap 4 jam).
- Memantau tanda-tanda vital lainnya seperti denyut nadi, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah.
2. Manajemen Suhu Tubuh:
- Memberikan kompres hangat atau dingin untuk membantu menurunkan suhu tubuh.
- Mengatur lingkungan agar suhu dan kelembaban ruangan tetap nyaman.
- Menganjurkan pasien untuk minum air hangat atau dingin.
3. Manajemen Kelelahan:
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kelelahan pada pasien.
- Membantu pasien mengatur pola istirahat dan aktivitas yang seimbang.
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen kelelahan.
4. Pemantauan Laboratorium:
- Memantau nilai CRP secara berkala untuk mengetahui perkembangan kondisi pasien.
- Mengkomunikasikan hasil pemeriksaan laboratorium kepada tim kesehatan lainnya.
5. Edukasi dan Konseling:
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit SLE, efek samping terapi kortikosteroid, dan pentingnya menjaga kesehatan.
- Melakukan konseling untuk membantu pasien dan keluarga mengatasi masalah yang muncul.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terpadu, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu suhu tubuh kembali normal, tanda-tanda kelelahan berkurang, nilai CRP menurun, dan pasien dapat beraktivitas sehari-hari tanpa hambatan yang berarti. -
Article No. 18704 | 17 Jun 2025
Klinis : Seorang pria usia 65 tahun datang ke ruang hemodialisa dengan keluhan sesak napas dan bengkak pada kaki. Hasil pemeriksaan menunjukkan peningkatan tekanan vena jugularis dan terdapat ronki basah bilateral. Riwayat intake cairan lebih dari output urin dalam 3 hari terakhir. Apa masalah keperawatan utama pada kasus tersebut? Question 36Answer A. Risiko syok hipovolemik B. Gangguan pola tidur C. Intoleransi aktivitas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, masalah keperawatan utama yang paling sesuai adalah:
Diagnosa Keperawatan SDKI: Kelebihan volume cairan
Kelebihan volume cairan merupakan kondisi di mana individu mengalami akumulasi cairan berlebihan dalam ruang intravaskular, interstisial, dan/atau rongga tubuh.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan cairan
- Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan yang adekuat.
- Tanda-tanda kelebihan volume cairan (seperti peningkatan tekanan vena jugularis dan adanya ronki basah bilateral) dapat berkurang atau teratasi.
2. Status pernapasan
- Pasien dapat bernapas dengan mudah tanpa sesak napas.
3. Sirkulasi
- Pasien dapat mempertahankan fungsi kardiovaskular yang optimal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen cairan
- Kaji intake dan output cairan pasien, serta tanda-tanda kelebihan volume cairan.
- Lakukan pembatasan asupan cairan sesuai kebutuhan pasien.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian diuretik atau dialisis jika diperlukan.
2. Manajemen pernapasan
- Pantau status pernapasan pasien, seperti frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat.
- Ajarkan teknik pernapasan yang efektif kepada pasien.
3. Manajemen kardiovaskular
- Pantau tanda-tanda vital, termasuk tekanan darah, nadi, dan perfusi perifer.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pengobatan kondisi yang menyebabkan kelebihan volume cairan, seperti gagal jantung.
Penjelasan rinci:
Masalah keperawatan utama pada kasus ini adalah kelebihan volume cairan, yang ditandai dengan peningkatan tekanan vena jugularis, adanya ronki basah bilateral, dan riwayat intake cairan yang melebihi output urin dalam 3 hari terakhir. Kondisi ini dapat menyebabkan sesak napas dan bengkak pada kaki. Tujuan asuhan keperawatan adalah mencapai keseimbangan cairan yang adekuat, memperbaiki status pernapasan, dan mempertahankan fungsi kardiovaskular yang optimal. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen cairan, manajemen pernapasan, dan manajemen kardiovaskular, serta kolaborasi dengan dokter untuk pengobatan yang sesuai. -
Article No. 18705 | 17 Jun 2025
Klinis : Tn S usia 65 tahun di rawat di melati dengan diagnosa medis BPH dengan keluhan sering berkemih. saat pengkajian ditemukan abdomen tegang, urin menetes setelah berkemih, merasa nyeri dan tidak puas saat berkemih, serta ada dorongan untuk berkemih. pemeriksaan fisik didapatkan TD 110/80 mmHg, S 36.5 C, Nadi 80 X/Mnt, Pe: 24 X/ mnt. apakah masalah keperawatan utama pada kasus ini? Question 37Answer A. Nyeri B. Disfungsi Seksual C. Perubahan nutrisi D. Risiko infeksi E. Perubahan pola eliminasi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, masalah keperawatan utama pada kasus ini adalah Perubahan pola eliminasi. Hal ini didasarkan pada gejala-gejala yang dialami oleh Tn. S, yaitu sering berkemih, abdomen tegang, urin menetes setelah berkemih, serta adanya dorongan untuk berkemih.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Perubahan pola eliminasi urin
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola eliminasi urin membaik
a. Indikator:
- Frekuensi berkemih menurun
- Tidak ada rasa tidak puas saat berkemih
- Tidak ada rasa sakit saat berkemih
- Tidak ada urin yang menetes setelah berkemih
- Tidak ada dorongan untuk berkemih secara terus-menerus
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Monitor pola eliminasi urin
a. Kaji frekuensi, volume, dan karakteristik urin
b. Pantau tanda-tanda infeksi saluran kemih
2. Berikan edukasi terkait pola eliminasi urin yang sehat
a. Jelaskan tentang anatomi dan fisiologi sistem urinari
b. Anjurkan konsumsi cairan yang cukup
c. Anjurkan toilet training yang benar
3. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penatalaksanaan BPH
a. Koordinasi dengan dokter untuk evaluasi kondisi dan pemberian terapi yang sesuai
b. Koordinasi dengan fisioterapis untuk latihan otot dasar panggul
Penjelasan rinci:
Perubahan pola eliminasi urin merupakan masalah keperawatan utama pada kasus ini karena Tn. S mengalami gejala-gejala terkait gangguan fungsi sistem urinari, seperti sering berkemih, rasa tidak puas saat berkemih, serta dorongan berkemih yang tidak terkontrol. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi BPH (Benign Prostatic Hyperplasia) yang dialami oleh Tn. S.
Luaran yang diharapkan adalah perbaikan pola eliminasi urin, yang ditandai dengan penurunan frekuensi berkemih, tidak ada rasa tidak puas atau nyeri saat berkemih, tidak ada urin yang menetes setelah berkemih, serta tidak ada dorongan berkemih yang terus-menerus. Untuk mencapai luaran tersebut, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah pemantauan pola eliminasi urin, edukasi terkait pola eliminasi urin yang sehat, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, fisioterapis) untuk penatalaksanaan BPH.
Pemantauan pola eliminasi urin bertujuan untuk mengetahui kondisi terkini dan evaluasi perkembangan. Edukasi terkait pola eliminasi urin yang sehat bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pasien dan kemampuan melakukan perawatan diri. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain bertujuan untuk memastikan penatalaksanaan BPH yang sesuai, baik melalui terapi farmakologis maupun latihan otot dasar panggul. -
Article No. 18706 | 17 Jun 2025
Klinis : Pasien wanita 27 tahun datang dengan keluhan sering buang air kecil, nyeri saat berkemih, dan merasa ingin terus buang air kecil meski kandung kemih kosong. Apa masalah keperawatan yang tepat pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, yaitu pasien wanita 27 tahun dengan keluhan sering buang air kecil, nyeri saat berkemih, dan merasa ingin terus buang air kecil meski kandung kemih kosong, maka dapat diidentifikasi beberapa diagnosis keperawatan yang sesuai menggunakan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
1. Diagnosis Keperawatan SDKI:
a. Inkontinensia urin
b. Nyeri
c. Ketidakseimbangan cairan
Penjelasan:
a. Inkontinensia urin: Pasien mengalami keluhan sering buang air kecil dan merasa ingin terus buang air kecil meski kandung kemih kosong, yang menunjukkan adanya gangguan kontrol berkemih.
b. Nyeri: Pasien mengalami nyeri saat berkemih, yang merupakan gejala dari adanya masalah pada saluran kemih.
c. Ketidakseimbangan cairan: Pasien mungkin mengalami ketidakseimbangan cairan akibat frekuensi berkemih yang tinggi.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Inkontinensia urin terkontrol
- Pasien dapat mengontrol pola berkemih
- Pasien tidak lagi mengalami kebocoran urin
- Pasien tidak lagi merasakan ingin terus berkemih meski kandung kemih kosong
b. Nyeri berkurang
- Pasien tidak lagi merasakan nyeri saat berkemih
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa terganggu oleh nyeri
c. Keseimbangan cairan terpelihara
- Pasien dapat mempertahankan volume cairan yang adekuat
- Pasien tidak mengalami dehidrasi atau kelebihan cairan
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Inkontinensia urin terkontrol:
- Identifikasi penyebab inkontinensia urin
- Atur pola berkemih sesuai jadwal
- Latihan otot dasar panggul
- Edukasi tentang manajemen inkontinensia urin
b. Nyeri berkurang:
- Identifikasi penyebab nyeri
- Berikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri
- Ajarkan teknik manajemen nyeri
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan nyeri
c. Keseimbangan cairan terpelihara:
- Monitor intake dan output cairan
- Berikan edukasi tentang asupan cairan yang adekuat
- Identifikasi penyebab ketidakseimbangan cairan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan masalah cairan
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai hasil yang optimal dalam penanganan kondisi yang dialaminya.