Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 6029 | 16 Nov 2024
Klinis : Batita perempuan dibawa ibunya ke klinik tumbuh kembang pada tanggal 28 Maret 2015. Ibu mengeluh anaknya belum bisa berjalan. Perawat melakukan pengkajian tumbuh kembang dengan menggunakan format DDST II. Diketahui anak lahir tanggal 30 April 2013 dalam kondisi aterm. Berapa usia kronologis anak tersebut saat dilakukan pengkajian? A. 22 bulan 8 hari B. 22 bulan 18 hari C. 22 bulan 20 hari D. 22 bulan 28 hari E. 22 bulan 30 hari
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi batita perempuan yang belum bisa berjalan.
Usia kronologis anak saat dilakukan pengkajian adalah:
D. 22 bulan 28 hari
Diagnosa Keperawatan:
1. Keterlambatan perkembangan motorik kasar
Definisi: Ketidakmampuan anak untuk mencapai tahapan perkembangan motorik kasar sesuai usia.
Faktor risiko: Prematuritas, rendahnya stimulasi, malnutrisi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Anak dapat melakukan aktivitas motorik kasar sesuai usia.
- Anak menunjukkan perkembangan motorik kasar yang sesuai.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Berikan stimulasi perkembangan motorik kasar.
- Ajarkan orang tua teknik stimulasi perkembangan motorik kasar yang sesuai.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengevaluasi dan mengoptimalkan perkembangan anak.
Sebagai perawat, saya akan melakukan pengkajian yang komprehensif, memberikan intervensi yang sesuai, serta melakukan edukasi dan kolaborasi dengan orang tua dan tenaga kesehatan lain untuk memastikan perkembangan motorik kasar anak dapat optimal. -
Article No. 6030 | 16 Nov 2024
Klinis : Seorang perempuan usia 25 tahun dirawat di RSJ dengan masalah utama halusinasi pendengaran. Pasien sudah dirawat selama dua hari. Anda sebagai seorang perawat sedang melakukan interaksi dalam membantu klien untuk mengenal halusinasinya. Klien sudah melalui tahap orientasi yaitu mampu menyebutkan nama dan perasaan hari ini. Apakah tahapan komunikasi terapeutik selanjutnya pada kasus di atas? A. Validasi masalah B. Melakukan kontrak (tempat, waktu, topik) C. Menanyakan jenis halusinasi D. Memberikan reinforcement positif E. Menanyakan waktu muncul halusinasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
Halusinasi pendengaran
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Halusinasi pendengaran merupakan persepsi sensori yang timbul tanpa adanya stimulus eksternal yang sesuai. Pasien mengalami persepsi suara, bunyi, atau percakapan yang tidak dapat diverifikasi realitasnya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Tujuan utama penanganan halusinasi pendengaran adalah agar pasien dapat mengenali dan mengontrol halusinasi yang dialaminya. Luaran yang diharapkan meliputi kemampuan pasien dalam mengenali halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, dan penurunan frekuensi serta durasi halusinasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Tahapan komunikasi terapeutik selanjutnya yang sesuai untuk kasus ini adalah:
C. Menanyakan jenis halusinasi
Perawat perlu menggali informasi lebih lanjut mengenai jenis halusinasi yang dialami pasien, seperti isi, frekuensi, durasi, dan karakteristik halusinasi. Hal ini penting untuk memahami pengalaman halusinasi pasien dan merumuskan intervensi yang tepat. -
Article No. 6031 | 16 Nov 2024
Klinis : Anak laki-laki berumur 15 tahun, dirawat di sebuah bangsal anak dengan diagnose fraktur karena kecelakaan. Berdasar pemeriksaan penunjang, dokter menyarankan untuk dilakukan amputasi pada ekstremitas bawah. Sebelum dilakukan tindakan, perawat memberikan informasi dan pendampingan kepada keluarga terhadap tindakan yang akan dilakukan. Apa peran perawat dalam kasus tersebut? A. edukator B. advokat C. care giver D. change agent E. kolaborator
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dalam kasus ini, peran perawat dapat dijabarkan sebagai berikut:
A. Edukator
Perawat berperan sebagai edukator, memberikan informasi dan pendampingan kepada keluarga pasien terkait tindakan amputasi yang akan dilakukan. Perawat menjelaskan secara rinci prosedur, manfaat, serta risiko dari tindakan tersebut, sehingga keluarga dapat memahami dan membuat keputusan yang tepat.
B. Advokat
Perawat berperan sebagai advokat, menjadi pembela dan pelindung hak pasien. Perawat memastikan bahwa keputusan amputasi diambil sesuai dengan prinsip informed consent, memperhatikan hak-hak pasien, serta mendampingi keluarga dalam proses pengambilan keputusan.
C. Care Giver
Perawat berperan sebagai care giver, memberikan asuhan keperawatan komprehensif kepada pasien, baik sebelum, selama, maupun setelah tindakan amputasi. Perawat memastikan kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan spiritual pasien terpenuhi selama proses perawatan.
D. Change Agent
Perawat berperan sebagai change agent, dengan mengidentifikasi dan mengatasi potensi masalah psikologis yang mungkin muncul pada pasien dan keluarga, serta memfasilitasi adaptasi dan rehabilitasi pasca amputasi.
E. Kolaborator
Perawat berperan sebagai kolaborator, berkoordinasi dan bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter, fisioterapis, dan terapis okupasi, untuk memastikan pengambilan keputusan dan rencana perawatan yang tepat bagi pasien.
Secara keseluruhan, peran perawat dalam kasus ini mencakup edukator, advokat, care giver, change agent, dan kolaborator, dengan tujuan menjamin kepuasan dan kualitas hidup pasien serta keluarganya selama proses perawatan. -
Article No. 6032 | 16 Nov 2024
Klinis : pasien datang keluhan demam, batuk dan lemas sejak 3 hari SMRS. pasien juga mengeluh nyeri kepala, nyeri sendi, nafsu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah contoh diagnosis keperawatan, serta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosis Keperawatan:
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, ditandai dengan demam, menggigil, dan peningkatan suhu tubuh.
Penjelasan SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- SDKI merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan pasien.
- Dalam kasus ini, "Hipertermia" merupakan salah satu diagnosis keperawatan yang dapat digunakan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- SLKI adalah standar yang digunakan untuk menetapkan luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
- Beberapa luaran yang dapat diharapkan dalam kasus ini antara lain: Suhu tubuh dalam batas normal, Tidak ada tanda-tanda infeksi, dan Tidak ada komplikasi akibat hipertermia.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- SIKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang perlu dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Beberapa intervensi yang dapat dilakukan dalam kasus ini antara lain: Pemberian antipiretik, Memantau tanda-tanda vital, Menjaga higiene, dan Edukasi tentang perawatan demam.
Tone: Akademis
Persona: Pakar/Perawat
Dengan menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berpusat pada pasien, sehingga dapat membantu memulihkan kondisi pasien secara optimal. -
Article No. 6033 | 16 Nov 2024
Klinis : pasien datang keluhan demam, batuk dan lemas sejak 3 hari SMRS. pasien juga mengeluh nyeri kepala, nyeri sendi, nafsu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
3. Kelelahan
Penjelasan:
1. Hipertermia
- SDKI: Peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal.
- SLKI: Tujuan keperawatan adalah untuk menurunkan suhu tubuh ke batas normal.
- SIKI: Intervensi keperawatan meliputi pemantauan suhu tubuh, pemberian cairan dan obat anti-piretik, serta pengaturan lingkungan.
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan.
- SLKI: Tujuan keperawatan adalah untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif.
- SIKI: Intervensi keperawatan meliputi pemantauan pola napas, suction, pemberian oksigen, dan latihan pernapasan.
3. Kelelahan
- SDKI: Perasaan kelelahan dan penurunan kapasitas untuk melakukan aktivitas.
- SLKI: Tujuan keperawatan adalah untuk meningkatkan tingkat energi dan mengurangi kelelahan.
- SIKI: Intervensi keperawatan meliputi manajemen energi, istirahat yang cukup, dan pemberian nutrisi yang adekuat.
Dalam konteks akademis dan sebagai pakar, penjelasan singkat ini memberikan gambaran umum tentang diagnosa keperawatan dan intervensi yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan. Namun, perlu dilakukan pengkajian dan analisis lebih lanjut untuk memastikan diagnosa dan rencana asuhan keperawatan yang tepat. -
Article No. 6034 | 16 Nov 2024
Klinis : Seorang perawat anggota tim patient safety rumah sakit mendapat laporan dari bidang keperawatan bahwa baru saja terjadi insiden pasien jatuh di ruang ICU.Apa yang harus dilakukan pertama kali oleh perawat tersebut ? A. Memanggil kepala ruang untuk meminta keterangan B. Mendatangi tempat kejadian untuk investigasi langsung C. Membuat catatan insiden keselamatan pasien rumah sakit D. Menentukan jenis kejadian/insinden keselamatan pasien E. Memberikan punishment kepada perawat yang melakukan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dalam kasus ini, langkah pertama yang harus dilakukan oleh perawat anggota tim patient safety adalah:
C. Membuat catatan insiden keselamatan pasien rumah sakit
Penjelasan:
Sebagai anggota tim patient safety, langkah terpenting yang harus dilakukan adalah mendokumentasikan insiden yang terjadi. Hal ini sesuai dengan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) terkait intervensi keperawatan untuk "Manajemen Keselamatan Pasien", di mana salah satu intervensinya adalah "Mendokumentasikan insiden keselamatan pasien".
Dokumentasi insiden ini penting untuk melacak akar penyebab, mengidentifikasi faktor risiko, dan menyusun rencana tindakan perbaikan. Langkah ini juga sejalan dengan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) terkait luaran "Keselamatan Pasien Terjamin", di mana salah satu indikatornya adalah "Insiden keselamatan pasien terdokumentasi".
Sementara itu, langkah-langkah lain seperti memanggil kepala ruang, melakukan investigasi langsung, dan memberikan punishment bukan merupakan tindakan pertama yang harus dilakukan. Prioritas utama adalah mendokumentasikan insiden terlebih dahulu sebagai dasar untuk analisis lebih lanjut dan perbaikan sistem. -
Article No. 6035 | 16 Nov 2024
Klinis : Perawat-perawat di ruang ICU sedang melakukan timbang terima di nurse station. Seorang perawat primer di shift berikutnya tidak bisa datang karena anaknya sakit. Perawat tersebut bertanggung jawab terhadap 3 pasien dengan kondisi total care.Apa yang harus dilakukan kepala ruang? A. Mengambil alih tanggung jawab perawat tersebut B. Mengalihkan pasien yang menjadi tanggung jawab perawat tersebut ke perawat lain C. Mengkaji perbandingan jumlah pasien dan perawat D. Menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab kepada perawat primer lain E. Mencari perawat pengganti
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan skenario yang diberikan, jawaban yang tepat adalah:
E. Mencari perawat pengganti, dengan tone = akademis, persona = pakar, nurse
Penjelasan:
1. Diagnosa Keperawatan:
- Ketidakseimbangan beban kerja perawat (SLKI)
2. Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Ketidakseimbangan beban kerja perawat yang merupakan suatu kondisi di mana perawat tidak mampu menyelesaikan tugas dan tanggung jawab dengan baik karena jumlah pasien yang terlalu banyak atau tidak sesuai dengan jumlah perawat yang tersedia.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Perawat dapat menyelesaikan tugas dan tanggung jawab dengan baik, pasien terpantau dengan optimal, dan tidak ada kesalahan dalam pemberian asuhan keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Kepala ruang harus segera mencari perawat pengganti untuk menggantikan perawat primer yang tidak dapat hadir, sehingga beban kerja perawat dapat terdistribusi dengan baik dan asuhan keperawatan dapat diberikan secara optimal.
Berdasarkan skenario, kepala ruang harus segera mencari perawat pengganti dengan tone yang akademis, persona yang pakar, dan latar belakang sebagai perawat, agar dapat menggantikan perawat primer yang tidak dapat hadir. Hal ini untuk memastikan bahwa beban kerja perawat tetap terdistribusi dengan baik dan asuhan keperawatan dapat diberikan secara optimal kepada pasien. -
Article No. 6036 | 16 Nov 2024
Klinis : Kepala ruang ICU sedang merencanakan pengembangan staf melalui program tugas belajar bagi perawat D3 untuk kuliah ke jenjang S1untuk meningkatkan kemampuan serta ketrampilan staf yang berada di ICU tersebut. Kepala ruang menyampaikan rencana tersebut pada saat operan, namun ada beberapa perawat yang tidak setuju dengan alasan tersebut karena sudah terlalu berumur untuk kuliah lagi.Apakah tindakan kepala ruang berdasarkan kasus tersebut? A. Melakukan seleksi perawat B. Memberikan pengarahan lebih lanjut C. Memberikan sanksi D. Membatalkan rencana E. Menyusun rencana baru
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, tindakan yang paling tepat yang dapat dilakukan oleh Kepala Ruang ICU adalah:
E. Menyusun rencana baru, dengan tone = akademis, persona = pakar, nurse
Penjelasan:
1. Diagnosa Keperawatan (SDKI):
Kurang kesiapan belajar (00129)
- Karakteristik: Ketidakmampuan atau ketidaksediaan untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran
2. Rencana Keperawatan (SLKI):
- Meningkatkan kesiapan belajar
- Memfasilitasi pembelajaran
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Meningkatkan motivasi belajar
- Memberikan dukungan emosional
- Membantu mengidentifikasi hambatan belajar
- Menyusun rencana pembelajaran yang disesuaikan dengan kemampuan perawat
Berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI, tindakan yang paling tepat adalah menyusun rencana baru dengan pendekatan yang lebih akademis dan bijaksana. Kepala Ruang perlu memahami kekhawatiran perawat yang lebih senior terkait melanjutkan pendidikan, serta menyusun rencana pembelajaran yang akomodatif dan mendukung pengembangan kompetensi staf ICU. Memberikan pengarahan dengan nada akademis dan persona pakar/nurse akan membantu perawat memahami manfaat dan mempersiapkan diri untuk melanjutkan pendidikan. -
Article No. 6037 | 16 Nov 2024
Klinis : Seorang perempuan usia 18 tahun G1P0A0 hamil 12 minggu di ruang VK karena mengalami perdarahan pervaginam. Pasien terlihat lemah, mengeluh nyeri di perut bagian bawah dengan skala nyeri 8 serta pusing. TD: 80/60 mmHg, Nadi : 88 x/mnt, RR : 18 x/mnt, suhu : 36’C. akral dingin, mukosa bibir pucat. Hasil USG menjelaskan bahwa pasien menderita kehamilan ektopik terganggu.Apakah masalah keperawatan prioritas berdasarkan kasus di atas? A. Nyeri B. Kelelahan C. Risiko perdarahan D. Resiko deficit volume cairan E. Ketidakefektifan perfusi jaringan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, masalah keperawatan prioritas yang teridentifikasi adalah:
C. Risiko perdarahan
Penjelasan:
Berdasarkan standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Rencana Asuhan Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), kondisi pasien dengan perdarahan pervaginam, lemah, nyeri perut bawah, pusing, tekanan darah rendah, dan hasil USG menunjukkan kehamilan ektopik terganggu mengindikasikan adanya risiko perdarahan yang merupakan masalah keperawatan prioritas.
Pasien berisiko tinggi mengalami perdarahan yang dapat mengancam nyawa, sehingga penatalaksanaan yang cepat dan tepat sangat diperlukan. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, pengkajian perdarahan secara berkala, pemberian cairan intravena, dan kesiapan dalam menghadapi komplikasi yang mungkin terjadi. Selain itu, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, juga diperlukan untuk penanganan medis yang komprehensif. -
Article No. 6038 | 16 Nov 2024
Klinis : pasien mengeluh ada benjolan pada telapak kaki kanan sejak 3 bulan yll. nyeri dan terasa bengkak keras. demam(+) badan terasa lemas. BAB BAK lancarR/Alergi(-)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
Resiko Infeksi
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, di mana pasien mengeluhkan adanya benjolan pada telapak kaki kanan sejak 3 bulan yang lalu, disertai dengan rasa nyeri, pembengkakan, demam, dan kondisi badan yang terasa lemas, maka diagnosa keperawatan yang tepat adalah Resiko Infeksi.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Resiko Infeksi didefinisikan sebagai rentan terhadap invasi dan proliferasi organisme patogen yang dapat mengancam kesehatan. Tanda dan gejala yang muncul pada pasien, seperti adanya benjolan, nyeri, pembengkakan, demam, serta kondisi badan yang terasa lemas, merupakan indikasi adanya proses infeksi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Resiko Infeksi adalah pasien akan menunjukkan tidak ada tanda dan gejala infeksi, tidak ada peningkatan suhu tubuh, tidak ada pembengkakan, dan tidak ada nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani Resiko Infeksi meliputi:
1. Observasi tanda dan gejala infeksi.
2. Pemantauan suhu tubuh.
3. Perawatan luka atau bengkakan.
4. Pemberian obat-obatan sesuai resep dokter.
5. Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang perawatan luka dan pencegahan infeksi.
Dengan penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI yang tepat, diharapkan dapat membantu mengelola Resiko Infeksi pada pasien dan mencapai luaran keperawatan yang optimal.