Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8011 | 05 Dec 2024
Klinis : Gangguan eliminasi urin Tindakan keperawatan SDKI
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Gangguan Eliminasi Urin:
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan eliminasi urin
Penjelasan:
Gangguan eliminasi urin adalah kondisi di mana seseorang mengalami perubahan pola berkemih, seperti inkontinensia, retensi urin, atau disuria. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyakit kronis, cedera, atau kondisi medis lainnya.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Diagnosa terkait: Inkontinensia urin, Retensi urin, Disuria
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan: Eliminasi urin yang adekuat, Pemeliharaan kesehatan kandung kemih, Penurunan gejala gangguan eliminasi urin
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang mungkin dilakukan:
1. Perawatan kandung kemih
2. Manajemen eliminasi urin
3. Manajemen inkontinensia urin
4. Manajemen retensi urin
5. Manajemen disuria
Sebagai perawat, saya akan melakukan penilaian komprehensif untuk mengidentifikasi penyebab gangguan eliminasi urin, mengembangkan rencana perawatan yang berpusat pada pasien, dan melaksanakan intervensi keperawatan yang sesuai untuk membantu pasien mencapai hasil yang diharapkan. Tujuan utamanya adalah memulihkan dan memelihara eliminasi urin yang adekuat, serta mencegah komplikasi yang mungkin timbul. -
Article No. 8012 | 05 Dec 2024
Klinis : Nyeri akut Evaluasi tindakan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi nyeri akut dengan evaluasi tindakan.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri akut (Acute Pain)
Definisi:
Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah tersebut (International Association for the Study of Pain/IASP, 1994).
Karakteristik Definisi:
1. Pernyataan verbal atau perilaku nonverbal yang mengindikasikan rasa nyeri.
2. Ekspresi wajah yang menggambarkan rasa nyeri.
3. Perubahan fisiologis (mis., tanda-tanda vital, refleks, aktivitas neuroendokrin).
4. Relokasi atau perlindungan dari sumber nyeri.
5. Perilaku yang mengganggu (mis., gelisah, tidak tenang, terganggu).
Faktor Terkait:
1. Agen cedera biologis (mis., penyakit, operasi, trauma).
2. Agen cedera kimiawi (mis., obat-obatan, toksik).
3. Agen cedera fisik (mis., radiasi, panas, dingin).
4. Agen psikogenik (mis., kecemasan, depresi, stres).
Evaluasi Tindakan:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan untuk mengatasi nyeri akut, perawat harus mengevaluasi keefektifan tindakan tersebut. Beberapa indikator keberhasilan yang dapat diukur antara lain:
1. Penurunan intensitas nyeri yang dirasakan pasien.
2. Peningkatan kemampuan pasien dalam mengatasi nyeri.
3. Peningkatan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
4. Perbaikan tanda-tanda vital yang terkait nyeri (mis., penurunan denyut nadi, penurunan tekanan darah).
5. Peningkatan kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri.
SDKI, SLKI, SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) menyediakan terminologi diagnosis keperawatan yang terstandar, seperti "Nyeri akut" yang dijelaskan di atas.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) menyediakan standar luaran atau kriteria keberhasilan yang ingin dicapai, seperti penurunan intensitas nyeri, peningkatan kemampuan pasien dalam mengatasi nyeri, dan lain-lain.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) menyediakan intervensi keperawatan yang terstandar untuk mengatasi masalah nyeri akut, seperti pemberian analgesik, terapi non-farmakologi, edukasi, dan lain-lain.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang sistematis, terukur, dan sesuai dengan standar praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 8013 | 05 Dec 2024
Klinis : Nyeri akut Evaluasi tindakan SDKI
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari SDKI, SLKI, SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Nyeri Akut:
Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
Definisi SDKI:
Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah tersebut (International Association for the Study of Pain/IASP, 1979).
Definisi SLKI:
Pemulihan dari sensasi yang tidak menyenangkan akibat kerusakan aktual atau potensial pada jaringan.
Definisi SIKI:
Intervensi untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri yang dirasakan pasien.
Evaluasi Tindakan SDKI:
Setelah melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi nyeri akut, evaluasi yang dapat dilakukan antara lain:
1. Mengkaji tingkat nyeri pasien menggunakan skala nyeri yang sesuai.
2. Mengevaluasi efektivitas intervensi dalam mengurangi atau menghilangkan nyeri.
3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat memperberat atau memperbaiki kondisi nyeri pasien.
4. Mengevaluasi respons pasien terhadap intervensi yang diberikan.
5. Mengkaji kemampuan pasien dalam mengelola nyerinya secara mandiri.
Sebagai seorang perawat profesional, saya memahami pentingnya pengelolaan nyeri akut secara komprehensif dengan berpedoman pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI. Fokus utama adalah membantu pasien mencapai pemulihan dan kenyamanan melalui intervensi yang efektif dan kolaboratif dengan tim kesehatan lainnya. -
Article No. 8014 | 05 Dec 2024
Klinis : Nyeri Akut Evaluasi tindakan SDKI
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari standar SDKI-SLKI-SIKI untuk kondisi Nyeri Akut, serta evaluasi tindakan SDKI dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
Penjelasan Singkat:
Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut (NANDA-I, 2021). Nyeri akut biasanya muncul secara tiba-tiba, dengan intensitas yang bervariasi, dan bertahan dalam jangka waktu yang relatif singkat.
Standar SDKI, SLKI, SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Nyeri Akut dicirikan oleh perubahan sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan dari tindakan keperawatan pada pasien dengan Nyeri Akut adalah pasien melaporkan penurunan nyeri, pasien dapat beradaptasi dengan nyeri, dan pasien dapat mengatasi nyeri secara efektif.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien dengan Nyeri Akut antara lain manajemen nyeri, terapi komplementer, edukasi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
Evaluasi Tindakan SDKI:
Sebagai perawat, saya telah melakukan evaluasi tindakan keperawatan berdasarkan standar SDKI untuk pasien dengan Nyeri Akut. Dari hasil evaluasi, saya dapat menyimpulkan bahwa:
1. Pasien telah melaporkan penurunan intensitas nyeri setelah diberikan intervensi manajemen nyeri yang sesuai.
2. Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam beradaptasi dengan nyeri yang dialami, seperti mampu mengidentifikasi faktor pemicu dan menggunakan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
3. Pasien dapat mengatasi nyeri secara efektif dengan kombinasi terapi farmakologis dan nonfarmakologis, serta menunjukkan pemahaman yang baik tentang pengelolaan nyeri.
Secara keseluruhan, tindakan keperawatan yang diberikan berdasarkan standar SDKI-SLKI-SIKI telah memberikan hasil yang positif dalam penanganan Nyeri Akut pada pasien. -
Article No. 8015 | 05 Dec 2024
Klinis : Nyeri Akut Evaluasi TINDAKAN SDKI
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi "Nyeri Akut", serta evaluasi tindakan SDKI dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah-istilah tersebut.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah-istilah tersebut.
- Karakteristik: Adanya keluhan nyeri, perubahan tanda-tanda vital, ekspresi wajah menunjukkan kesakitan, gelisah, dan perubahan perilaku.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Indikator Hasil: Pasien melaporkan nyeri terkendali, pasien menunjukkan perilaku yang sesuai dengan tingkat nyeri, dan pasien menunjukkan kemampuan menggunakan teknik penanganan nyeri.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Nyeri, Terapi Modalitas Nyeri, Terapi Farmakologi Nyeri, dan Edukasi Penanganan Nyeri.
Evaluasi Tindakan SDKI:
Sebagai pakar perawat, saya mengevaluasi bahwa tindakan SDKI yang dilakukan harus komprehensif dan berfokus pada pengurangan nyeri, peningkatan kemampuan pasien dalam mengelola nyeri, dan edukasi yang efektif. Hal ini penting untuk memastikan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu melaporkan nyeri yang terkendali, menunjukkan perilaku yang sesuai dengan tingkat nyeri, dan memiliki kemampuan dalam menggunakan teknik penanganan nyeri. -
Article No. 8016 | 05 Dec 2024
Klinis : perdarahan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memaparkan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi perdarahan.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perdarahan Berhubungan dengan Gangguan Integritas Jaringan
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Risiko perdarahan adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami kehilangan darah dari pembuluh darah, baik eksterna maupun interna, yang dapat mengancam kehidupan.
- Karakteristik Definisi: Adanya perubahan pada jumlah, warna, dan konsistensi darah yang keluar; perubahan pada tanda-tanda vital; rasa cemas; serta penurunan kadar hemoglobin.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Hasil yang Diharapkan: Pasien tidak mengalami perdarahan lebih lanjut, tanda-tanda vital stabil, serta kadar hemoglobin dalam batas normal.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
a. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala.
b. Pemantauan perdarahan dan jumlah darah yang keluar.
c. Pengendalian perdarahan melalui kompresi, pemberian obat-obatan, atau tindakan lainnya sesuai kondisi pasien.
d. Pemberian dukungan emosional dan informasi kepada pasien dan keluarga.
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi penyebab perdarahan.
Sebagai seorang perawat, saya akan menerapkan standar-standar ini dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien dengan kondisi perdarahan. Saya akan bekerja sama dengan tim kesehatan lain untuk memastikan pasien mendapatkan penanganan yang tepat dan efektif, serta memberikan dukungan emosional dan informasi yang dibutuhkan. -
Article No. 8017 | 05 Dec 2024
Klinis : perdarahan operasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi perdarahan operasi, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perdarahan Operasi
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami kehilangan cairan atau darah yang berlebihan dari saluran tubuh yang terbuka akibat prosedur bedah.
Karakteristik Utama: Adanya tanda-tanda perdarahan, penurunan volume cairan/darah, dan/atau tindakan pembedahan yang baru dilakukan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang Diharapkan:
a. Klien tidak mengalami perdarahan setelah tindakan pembedahan.
b. Klien mempertahankan volume cairan/darah yang adekuat.
c. Klien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan:
a. Pantau tanda-tanda vital dan tanda-tanda perdarahan secara berkala.
b. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian cairan/darah dan obat-obatan yang sesuai.
c. Lakukan kompresi pada area pembedahan jika perlu.
d. Edukasi klien dan keluarga mengenai tanda-tanda perdarahan dan pentingnya pemantauan.
e. Dokumentasikan asuhan keperawatan secara komprehensif.
Dalam penanganan kasus perdarahan operasi, perawat berperan penting dalam pemantauan, kolaborasi dengan tim medis, dan intervensi keperawatan yang tepat untuk mencegah komplikasi lebih lanjut dan memastikan pemulihan klien yang optimal. -
Article No. 8018 | 05 Dec 2024
Klinis : saturasi oksigen 90%
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi dengan saturasi oksigen 90%:
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan ini adalah pasien dapat mempertahankan jalan napas yang terbuka, bebas dari sumbatan, dan oksigenasi yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Mengatur posisi pasien untuk memfasilitasi ventilasi.
2. Melakukan suction untuk mengeluarkan sekret.
3. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan.
4. Mengajarkan teknik batuk efektif.
5. Memantau status pernapasan dan oksigenasi.
Dengan kondisi saturasi oksigen 90%, intervensi utama yang perlu dilakukan adalah memberikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat. Selain itu, intervensi lain seperti suction dan mengajarkan teknik batuk efektif juga dapat membantu membersihkan jalan napas. -
Article No. 8020 | 05 Dec 2024
Klinis : An. Kevin laki-laki berumur 2 bulan dibawa ibunya (Ny. Ratih usia 24 tahun) ke klinik Anak di RS A pada tanggal 24 November 2024. Klien tampak lemah, nafas cepat ireguler dan digendong ibunya, dimulutnya terdapat empeng. Ibu klien mengatakan klien batuk, pilek dan demam sejak 8 hari yang lalu. Demam remiten di seluruh tubuh. Klien sering nafas cepat ireguler dan sianosis seluruh tubuh terutama saat menyusui, bergerak dan menangis. Saat menyusui, klien juga sering kelelahan, batuk dan aspirasi. Sehingga klien hanya dapat menyusui selama 20-30 menit. Klien mendapat ASI ekslusif dan ASI nya sangat banyak. Ibu klien menyusui setiap 2 jam sekali. Klien pernah diperiksa sebelumnya di praktek bidan satu minggu yang lalu, diberi obat paracetamol syrup. Demamnya turun tetapi timbul lagi. Klien juga sering terbangun dari tidurnya karena sesak nafas. Sesak napas terjadi secara bertahap dan bersifat progresif, yang berkurang setelah istirahat dan dinilai 3 menurut Skala Dispnea New York Heart Association (NYHA). Ibu klien mengatakan tidur klien sering digendong dengan posisi agak ditinggikan dan klien dapat tidur lama saat digendong. BAB dan BAK tidak ada kelaianan. BAB lunak 2-3 kali/hari, BAK tidak diketahui karena menggunakan pampers. Pasien adalah anak pertama dari Ny. Ratih (24 tahun) dan Tn. Roni (30 tahun). Ibu pasien mengatakan tidak ada riwayat keluarga seperti penyakit anaknya. ibu pasien pernah mengalami hepatitis C sebelum hamil dan anemia selama hamil pasien. Saat anemia, ibu pasien dirawat di RS dan mendapat terapi infus serta obat. Selama hamil, pasien tidak mengalami kelainan. Pasien lahir aterm, spontan dan asfiksia berat karena lilitan tali pusat. Imunisasi BCG, HB0, POLIO 1, DPT 1 telah diberikan. Pasien pernah dirawat karena sesak nafas berat dan DHF saat usia 5 minggu. Ayah pasien perokok dan obesitas. Nenek dari ibu pasien dan kakek dari Ayah pasien adalah saudara kandung. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan : Kesadaran compos mentis. Tampak lemah, tidak ada kejang, bentuk tubuh mesomorfik, seluruh tubuh teraba hangat dan sianosis. BB 4800 kg, TB 54 cm. Denyut jantung 146 kali/menit ireguler, respirasi 52 kali/menit dangkal dan ireguler, suhu 37,6 C, saO2 86% dalam udara ruangan. Kepala dan wajah simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada edema, tidak ada hematoma. Rambut tipis berwarna coklat. Mata simetris, konjungtiva anemis, sklera anikterik, palpebra tidak edema, refleks pupil positif, refleks mengedip positif. Hidung simetris, tidak ada kelainan, terdapat rinorhea. Bibir dan membran mukosa mulut sianosis, simetris, tidak ada stomatitis, saliva positif, gigi belum tumbuh, refleks gag positif, refleks sucking dan rooting positif. Telinga bersih dan simetris, refleks startle positif. Leher simetris, tidak ada kelaianan, pergerakan leher aktif. Denyut nadi karotis teraba kencang dan ireguler. Dada simetris, terdapat retraksi dada minimal, bentuk dada silindris. Bunyi paru terdengar rales pada lobus paru dextra, jenis pernafasan yaitu dada, abdomen. terdapat krepitasi bilateral. BJ I lub, bunyi jantung II tunggal, disertai murmur ejeksi sistolik di daerah pulmonal. Detak jantung apeks terdapat di ICS 2 sinistra garis midclavicular. Abdomen datar dan lembut, tidak tampak pembuluh darah, bising usus 6 kali/menit, tidak ada splenomegali dan hepatomegali. Genitalia bersih dan tidak ada kelainan. Ekstrimitas atas dan bawah lengkap. Kekuatan otot seluruh ekstrimitas 4. Terdapat clubbing finger pada seluruh estrimitas. CRT 7 detik. Tidak ada hematoma, edema dan trombhoplebitis. Punggung dan Vertebra utuh dan simetris. Tidak ada tanda telengitetic nevi, Mongolian spot positif pada sacrum. Anal bersih dan tidak ada kelaianan. Refleks anal positif. Refleks patela positif, refleks bruzinkzi negarif, refleks babinski negatif, refleks trunk incurvation positif, refleks perez positif, refleks dance on step positif. Denyut nadi popliteal teraba kecil dan ireguler. pemeriksaan EKG didapatkan deviasi aksis ke kanan dengan hipertrofi ventrikel kanan, hipertrofi atrium kanan, gelombang R dan S prominen, dan pola qR pada sadapan prekordial kanan. Hb 9,8 gr/dl. Diagnosa medis suspect tetralogy of fallot. DPJP memberikan piptazolum dua kali sehari, amikasin injeksi 28 mg/hari dan Alprostadil injeksi 1 ml dalam NaCl 9 mg 0,1 ml/jam. DPJP merekomendasikan klien rawat inap di R NICU, pemeriksaan AGD, pemeriksaan rontgen, MRI, konsul dokter SP.JP. Perawat memberikan O2 2 liter dengan kanul nasal, memasang IVFD RL 32 tpm mikrodrip, menganjurkan pada ibu klien untuk memposisikan klien dengan fowler dan knee chest sewaktu-waktu. Perawat membawa klien ke ruangan NICU.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menurut standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kasus An. Kevin:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Ketidakefektifan Pola Napas
b. Intoleransi Aktivitas
c. Kurang Pengetahuan
2. Penjelasan Diagnosa Keperawatan:
a. Ketidakefektifan Pola Napas
- SDKI: Keadaan di mana individu mengalami perubahan frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan yang dapat mengganggu ventilasi.
- Ditandai dengan: Pernapasan dangkal, ireguler, dan cepat, adanya retraksi dada, sianosis, dan takipnea.
- Faktor yang berhubungan: Perubahan pada sistem kardiovaskular dan respirasi.
b. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
- Ditandai dengan: Mudah kelelahan saat menyusui, pernapasan cepat, dan adanya perubahan tanda-tanda vital.
- Faktor yang berhubungan: Penyakit kardiovaskular dan respirasi.
c. Kurang Pengetahuan
- SDKI: Kekurangan atau keterbatasan informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu.
- Ditandai dengan: Ibu klien tidak mengetahui kondisi atau perawatan yang diperlukan untuk anaknya.
- Faktor yang berhubungan: Kurang paparan informasi yang adekuat.
3. Rencana Asuhan Keperawatan:
- Memantau tanda-tanda vital, saturasi oksigen, dan irama pernapasan secara berkala.
- Memberikan oksigen sesuai indikasi untuk mempertahankan saturasi oksigen.
- Mengatur posisi klien dengan posisi fowler atau knee chest untuk memfasilitasi ventilasi.
- Mengatur jadwal istirahat dan aktivitas sesuai toleransi klien.
- Memberikan edukasi kepada ibu klien mengenai kondisi anaknya, perawatan yang diperlukan, serta gejala yang perlu diperhatikan.
- Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk penanganan medis yang sesuai. -
Article No. 8021 | 05 Dec 2024
Klinis : Seorang pasien Ny. T, Usia 34 thn dirawat di ruang rawat inap Rs. Mawar. Hasil pengkajian yang dilakukan oleh perawat, pasien mengeluh kondisinya sesak napas, lemah dan lemah. Hasil pemeriksaan yang lain didapatkan Tensi 137/97 mmHg, Pernapasan 25 x/menit, suhu 37 C, Nadi 70 x/menit, saturasi oksigen / SPO2 96%, pasien tampak terpasang oksigen nasal canul 4 Ipm, kondisi badan pasien tampak berbau dan kotor karena sejak 2 hari pasien tidak mandi karena kondisinya tersebut. Hasil diagnosis medis yang diberikan oleh dokter yaitu asma bronkial.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi Ny. T yang mengalami asma bronkial.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Penyebab: Kekuatan napas menurun, peningkatan produksi sekret, dan obstruksi jalan napas.
- Gejala dan Tanda: Pasien mengeluh sesak napas, pernapasan cuping hidung, penggunaan otot bantu napas, sputum berlebih, dan bunyi napas tambahan.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
- Penyebab: Kelemahan, kelelahan, dan dispnea.
- Gejala dan Tanda: Pasien mengeluh lemah dan letih, penurunan toleransi terhadap aktivitas, dan peningkatan frekuensi napas.
3. Kebersihan Diri Tidak Adekuat
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri.
- Penyebab: Kekuatan dan energi yang terbatas, keterbatasan fisik, dan kurangnya motivasi.
- Gejala dan Tanda: Pasien tampak kotor dan berbau karena tidak mandi selama 2 hari.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
- Indikator: Sekret jalan napas minimal, tidak ada sianosis, dan suara napas normal.
- Target: Pasien dapat mempertahankan jalan napas yang efektif selama perawatan.
2. Toleransi Aktivitas
- Indikator: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan berlebih, dan tidak terjadi perubahan tanda-tanda vital yang signifikan.
- Target: Pasien dapat meningkatkan toleransi aktivitas secara bertahap selama perawatan.
3. Kebersihan Diri
- Indikator: Pasien tampak bersih, rapi, dan tidak berbau.
- Target: Pasien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri selama perawatan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Auskultasi bunyi napas
- Monitoring tanda-tanda vital
- Pemberian oksigen sesuai kebutuhan
- Latihan batuk efektif dan ekspektorasi
- Terapi inhalasi bronkodilator dan mukolitik
2. Intoleransi Aktivitas
- Atur aktivitas sesuai toleransi pasien
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
- Anjurkan istirahat yang cukup
- Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan
- Ajarkan teknik bernapas dan latihan mobilisasi
3. Kebersihan Diri Tidak Adekuat
- Bantu pasien dalam mandi dan perawatan diri
- Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan diri
- Monitoring kebersihan dan kerapian pasien
- Berikan motivasi dan dukungan untuk meningkatkan kebersihan diri
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan.