Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 6121 | 17 Nov 2024
Klinis : OS DATANG DENGAN KELUHAN DEMAM(+), DEMAM NAIK TURUN KURANG LEBIH 3 HARI INI, LEMAS, MUAL(+), MUNTAH(+)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi OS yang datang dengan keluhan demam, demam naik turun selama kurang lebih 3 hari, lemas, mual dan muntah, maka saya sebagai perawat akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, ditandai dengan peningkatan suhu tubuh di atas 38°C.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, ditandai dengan mudah merasa lelah dan lemas saat melakukan aktivitas.
3. Mual dan muntah berhubungan dengan proses infeksi, ditandai dengan rasa mual dan muntah yang dialami oleh pasien.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami oleh pasien.
- Diagnosa keperawatan yang diberikan berdasarkan pada SDKI akan membantu perawat dalam menentukan intervensi yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan pasien.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang digunakan untuk mengevaluasi hasil atau luaran dari intervensi keperawatan yang telah dilakukan.
- SLKI membantu perawat untuk mengukur sejauh mana intervensi yang telah dilakukan berhasil dalam mengatasi masalah kesehatan pasien.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan pasien.
- SIKI memberikan panduan bagi perawat dalam memilih intervensi yang sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan.
Dengan menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, terstruktur, dan berpedoman pada standar yang telah ditetapkan oleh PPNI. Hal ini akan membantu meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien. -
Article No. 6122 | 17 Nov 2024
Klinis : Data Subjektif: 1. Pasien mengatakan paha bagian kiri lemas, anggota badan lain juga lemas namun tidak separah kaki kiri, kaki kiri tidak bisa ditekuk 2. Pasien mengatakan susah untuk berjalan Data Objektif: 1. Kalium 1.9 mEq/L 2. Tekanan darah 145/88 mm/Hg 3. Pasien terlihat lemas 4. Kelemahan ekstremitas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, salam sejahtera.
Berdasarkan data pasien yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai menggunakan format SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) adalah:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Kelemahan fisik berhubungan dengan ketidakseimbangan elektrolit, ditandai dengan pasien mengatakan paha bagian kiri lemas, anggota badan lain juga lemas namun tidak separah kaki kiri, kaki kiri tidak bisa ditekuk, serta pasien terlihat lemas dan mengalami kelemahan ekstremitas.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pemulihan Kelemahan Fisik
a. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
b. Pasien menunjukkan peningkatan dalam kemampuan fungsional.
c. Pasien menunjukkan peningkatan dalam kekuatan otot.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Elektrolit
a. Kaji status elektrolit pasien, seperti kadar kalium.
b. Berikan intervensi sesuai kebutuhan pasien untuk mengoreksi ketidakseimbangan elektrolit, misalnya pemberian suplemen kalium.
c. Pantau tanda-tanda vital dan status elektrolit secara berkala.
2. Manajemen Aktivitas dan Latihan
a. Kaji kemampuan fungsional dan kekuatan otot pasien.
b. Berikan latihan fisik yang sesuai dengan kondisi pasien, seperti latihan ROM (Range of Motion) dan latihan kekuatan otot.
c. Kolaborasi dengan fisioterapis dalam menyusun program latihan yang tepat.
d. Ajarkan pasien dan keluarga teknik-teknik latihan yang dapat dilakukan di rumah.
e. Motivasi pasien untuk melakukan aktivitas dan latihan secara rutin.
3. Edukasi Kesehatan
a. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyebab dan penatalaksanaan kelemahan fisik.
b. Ajarkan teknik-teknik manajemen diri dalam meningkatkan kemampuan fungsional.
c. Libatkan keluarga dalam proses perawatan dan rehabilitasi pasien.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu pemulihan kelemahan fisik, peningkatan kemampuan fungsional, dan peningkatan kekuatan otot. Hal ini akan membantu pasien untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk bertanya. Terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. -
Article No. 6123 | 17 Nov 2024
Klinis : Data Subjektif: 1. Pasien mengatakan paha bagian kiri lemas, anggota badan lain juga lemas namun tidak separah kaki kiri, kaki kiri tidak bisa ditekuk 2. Pasien mengatakan susah untuk berjalan Data Objektif: 1. Kalium 1.9 mEq/L 2. Tekanan darah 145/88 mm/Hg 3. Pasien terlihat lemas 4. Kelemahan ekstremitas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu/Bapak. Berdasarkan data subjektif dan objektif yang telah Anda berikan, saya dapat mendiagnosis kondisi pasien sebagai berikut:
Diagnosis Keperawatan:
1. Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit Cairan berhubungan dengan Hipokalemia (kalium 1.9 mEq/L)
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit Cairan adalah kondisi di mana individu berisiko mengalami perubahan kadar elektrolit dan air yang dapat membahayakan kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan kadar elektrolit dalam rentang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan adalah:
- Pemantauan status cairan dan elektrolit
- Pemberian suplemen elektrolit sesuai kebutuhan
- Penatalaksanaan penyebab hipokalemia
Dengan penanganan yang tepat, diharapkan kondisi pasien dapat segera stabil dan menghindari komplikasi yang lebih berat akibat hipokalemia, seperti kelemahan otot, irama jantung abnormal, hingga gagal jantung.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. Saya akan berusaha membantu semaksimal mungkin.
Wassalamualaikum. -
Article No. 6124 | 17 Nov 2024
Klinis : Ny.R sejak kemarin BAK, berasa perutnya penuh tapi, BAK tidak keluar, nyeri di daerah perut bawah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu R. Berdasarkan gejala yang Ibu R alami, saya akan memberikan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Diagnosis Keperawatan:
1. Konstipasi
Definisi: Keadaan di mana pasien mengalami kesulitan dalam defekasi, dengan frekuensi buang air kecil (BAK) yang tidak normal.
Gejala yang muncul pada Ibu R adalah rasa penuh di perut namun tidak dapat BAK, serta nyeri di daerah perut bawah.
Penjelasan Singkat Standar SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
SDKI merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien, termasuk diagnosis keperawatan seperti konstipasi yang dialami oleh Ibu R. SDKI memberikan definisi, faktor yang berhubungan, dan karakteristik klinis dari setiap diagnosis keperawatan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
SLKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. Dalam kasus Ibu R, luaran yang diharapkan adalah pasien dapat BAK dengan lancar, tidak merasa penuh di perut, dan nyeri di perut bawah dapat teratasi.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
SIKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien. Dalam kasus Ibu R, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memberikan edukasi tentang konstipasi, menganjurkan Ibu R untuk minum air putih yang cukup, mengonsumsi makanan berserat, serta melakukan latihan fisik ringan.
Semoga informasi ini bermanfaat bagi Ibu R. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. Wassalamualaikum. -
Article No. 6125 | 17 Nov 2024
Klinis : Ny.R sejak kemarin BAK, berasa perutnya penuh tapi, BAK tidak keluar, nyeri di daerah perut bawah.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan memperhatikan gejala yang dialami oleh Ny. R, yaitu tidak dapat BAK, perut terasa penuh, dan nyeri di daerah perut bawah, maka dapat ditentukan diagnosis dan kode ICD-10 serta kode ICD-9-CM prosedur/tindakan medis sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: N39.0
- Deskripsi: Retensi urin
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 57.94
- Deskripsi: Kateterisasi kandung kemih
Penjelasan:
Kode ICD-10 N39.0 (Retensi urin) sesuai dengan gejala yang dialami oleh Ny. R, yaitu tidak dapat BAK dan perut terasa penuh. Retensi urin dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti obstruksi saluran kemih, gangguan neurologi, atau kontraksi otot kandung kemih yang tidak adekuat.
Dalam kasus ini, jika diperlukan, dapat dilakukan tindakan medis berupa kateterisasi kandung kemih (kode ICD-9-CM 57.94) untuk mengeluarkan urin yang tertahan. Prosedur ini dilakukan dengan memasukkan kateter ke dalam kandung kemih untuk membantu pengeluaran urin.
Selanjutnya, pemeriksaan lebih lanjut dan penanganan yang sesuai akan diperlukan untuk menentukan penyebab dari retensi urin yang dialami oleh Ny. R. -
Article No. 6126 | 17 Nov 2024
Klinis : Ny.R sejak kemarin BAK, berasa perutnya penuh tapi, BAK tidak keluar, nyeri di daerah perut bawah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, Nyonya R. Berdasarkan gejala yang Anda sampaikan, yaitu sejak kemarin Anda sulit BAK, merasa perut penuh namun BAK tidak keluar, serta adanya nyeri di area perut bawah, maka dapat disimpulkan bahwa Nyonya R. mengalami diagnosa keperawatan:
1. Gangguan Eliminasi Urin
Definisi:
Ketidakmampuan untuk mengeluarkan urin secara adekuat.
Penyebab:
- Obstruksi saluran kemih
- Infeksi saluran kemih
- Ketidakmampuan berkemih
Gejala:
- Tidak dapat mengosongkan kandung kemih secara lengkap
- Nyeri atau perasaan penuh di area perut bawah
- Sulit untuk memulai dan menyelesaikan proses berkemih
Rencana Tindakan Keperawatan (SLKI):
- Manajemen Eliminasi Urin
- Observasi Tanda-Tanda Vital
- Manajemen Nyeri
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Mengkaji eliminasi urin
- Memantau intake dan output cairan
- Memberikan kenyamanan dan posisi yang tepat untuk membantu proses berkemih
- Memberikan edukasi tentang pentingnya menjaga hidrasi dan kebersihan diri
Diharapkan dengan penanganan yang tepat, Nyonya R. dapat segera pulih dari gangguan eliminasi urin ini. Jika gejala tidak membaik atau semakin memburuk, segera konsultasikan dengan tenaga kesehatan profesional untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. -
Article No. 6127 | 17 Nov 2024
Klinis : Ny.R sejak kemarin BAK, berasa perutnya penuh tapi, BAK tidak keluar, nyeri di daerah perut bawah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang dialami oleh Ny. R.
Diagnosa Keperawatan:
Retensio Urin (Urinary Retention)
Penjelasan:
Retensio Urin adalah kondisi ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara lengkap. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk obstruksi pada saluran kemih, gangguan pada sistem saraf yang mengontrol fungsi kandung kemih, atau efek samping dari pengobatan tertentu.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Menurut SDKI, diagnosa keperawatan Retensio Urin memiliki definisi sebagai "Ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara lengkap".
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Berdasarkan SLKI, luaran yang diharapkan untuk Retensio Urin adalah:
1. Eliminasi urin yang adekuat
2. Tidak terjadi infeksi saluran kemih
3. Tidak terjadi kecemasan terkait kondisi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Retensio Urin mencakup:
1. Manajemen Retensio Urin
2. Manajemen Nyeri
3. Edukasi Manajemen Retensio Urin
Secara singkat, Ny. R mengalami kondisi Retensio Urin yang ditandai dengan ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara lengkap, sehingga perlu dilakukan intervensi keperawatan yang sesuai dengan standar PPNI untuk mencapai hasil yang diharapkan. -
Article No. 6128 | 17 Nov 2024
Klinis : Ny.R sejak kemarin BAK, berasa perutnya penuh tapi, BAK tidak keluar, nyeri di daerah perut bawah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan nada akademis dan sebagai pakar perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Ny. R.
Diagnosa Keperawatan:
Retensi Urin berhubungan dengan obstruksi aliran urin
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Retensi Urin adalah ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara lengkap.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pola Berkemih Membaik
2. Nyeri Berkurang
3. Fungsi Kandung Kemih Membaik
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Eliminasi
2. Manajemen Nyeri
3. Perawatan Kateter
Kondisi Ny. R dengan gejala BAK tidak lancar, perut terasa penuh, dan nyeri di daerah perut bawah mengarah pada diagnosa keperawatan Retensi Urin. Ini disebabkan adanya obstruksi aliran urin, sehingga kandung kemih tidak dapat dikosongkan secara lengkap. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen eliminasi, manajemen nyeri, dan perawatan kateter jika diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut. -
Article No. 6129 | 17 Nov 2024
Klinis : Ny. Z seorang perempuan berusia 47 tahun yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Beliau tinggal bersama suami dan anak laki-lakinya. Ny. Z mengungkapkan perasaan cemas dan takut yang semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 di lingkungan sekitarnya. Kondisi pandemi ini membuat Ny. Z merasa gelisah, sering mengalami kesulitan tidur, sering terjaga, mengeluh tidak cukup tidur, dan merasa lelah sepanjang hari karena istirahat yang tidak cukup. Selama sesi pengkajian, Ny. Z terlihat linglung dan tampak gelisah, sering kali menunjukkan tanda-tanda kecemasan seperti melirik ke sekitar atau menghela napas panjang. Riwayat kesehatan masa lalu Ny. Z tidak menunjukkan adanya penyakit fisik atau gangguan mental serius, dan keluarganya juga tidak memiliki riwayat masalah kesehatan mental. Konsep diri Ny. Z, menunjukkan bahwa ia merasa tidak mampu menjalankan peran dan tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga. Dalam pengkajian fisik, hasil pemeriksaan vital Ny. Z menunjukkan tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 92 kali per menit, suhu tubuh 36,8°C, dan pernapasan 22 kali per menit. Secara subjektif, Ny. Z menyampaikan rasa takut akan situasi saat ini, terutama terkait kemungkinan tertular Covid-19. Ansietas yang dialaminya menimbulkan ketidaknyamanan yang berlanjut setiap hari, membuatnya merasa tidak dapat mengendalikan kecemasannya sendiri.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi Ny. Z.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ansietas (00146)
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disertai respons otonom, perasaan terhuyung, dan perasaan takut akan sesuatu yang terjadi dengan penyebab yang tidak spesifik, dikaitkan dengan respons yang tidak proporsional terhadap ancaman.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Tingkat Ansietas (1211)
- Kriteria Hasil:
a. Mampu mengidentifikasi penyebab ansietas
b. Mampu mendemonstrasikan teknik relaksasi
c. Mampu mengendalikan respons fisiologis ansietas
d. Mampu melaporkan penurunan tingkat ansietas
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Manajemen Ansietas (5820)
- Aktivitas:
a. Identifikasi penyebab dan tanda-tanda ansietas pada pasien
b. Berikan informasi tentang proses terjadinya ansietas dan cara menanganinya
c. Anjurkan pasien untuk melakukan teknik relaksasi, seperti napas dalam dan distraksi
d. Bantu pasien untuk mengidentifikasi strategi koping yang efektif
e. Beri dukungan emosional dan dampingi pasien selama masa sulit
f. Pantau respons fisiologis pasien terhadap ansietas, seperti tanda-tanda vital
g. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, jika diperlukan
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan "Ansietas" dipilih karena Ny. Z mengalami gejala-gejala kecemasan yang meningkat, seperti merasa gelisah, sulit tidur, sering terjaga, dan merasa lelah sepanjang hari. Luaran/output yang diharapkan adalah pasien dapat mengendalikan respons fisiologis ansietas dan melaporkan penurunan tingkat ansietas. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah manajemen ansietas, yang meliputi identifikasi penyebab, pemberian informasi, anjuran untuk melakukan teknik relaksasi, identifikasi strategi koping, pemberian dukungan emosional, pemantauan respons fisiologis, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain jika diperlukan. -
Article No. 6130 | 17 Nov 2024
Klinis : Ny. Z seorang perempuan berusia 47 tahun yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Beliau tinggal bersama suami dan anak laki-lakinya. Ny. Z mengungkapkan perasaan cemas dan takut yang semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 di lingkungan sekitarnya. Kondisi pandemi ini membuat Ny. Z merasa gelisah, sering mengalami kesulitan tidur, sering terjaga, mengeluh tidak cukup tidur, dan merasa lelah sepanjang hari karena istirahat yang tidak cukup. Selama sesi pengkajian, Ny. Z terlihat linglung dan tampak gelisah, sering kali menunjukkan tanda-tanda kecemasan seperti melirik ke sekitar atau menghela napas panjang. Riwayat kesehatan masa lalu Ny. Z tidak menunjukkan adanya penyakit fisik atau gangguan mental serius, dan keluarganya juga tidak memiliki riwayat masalah kesehatan mental. Konsep diri Ny. Z, menunjukkan bahwa ia merasa tidak mampu menjalankan peran dan tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga. Dalam pengkajian fisik, hasil pemeriksaan vital Ny. Z menunjukkan tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 92 kali per menit, suhu tubuh 36,8°C, dan pernapasan 22 kali per menit. Secara subjektif, Ny. Z menyampaikan rasa takut akan situasi saat ini, terutama terkait kemungkinan tertular Covid-19. Ansietas yang dialaminya menimbulkan ketidaknyamanan yang berlanjut setiap hari, membuatnya merasa tidak dapat mengendalikan kecemasannya sendiri.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Ny. Z adalah:
1. Ansietas (Anxiety)
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang berlebihan terkait sumber yang tidak spesifik atau tidak diketahui.
2. Gangguan Pola Tidur (Sleep Disturbance)
Definisi: Gangguan dalam jumlah atau kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Ansietas
a. Tingkat kecemasan menurun
b. Mampu mengendalikan gejala kecemasan
c. Mampu mengidentifikasi sumber dan faktor pencetus kecemasan
d. Mampu menerapkan strategi koping yang efektif untuk mengatasi kecemasan
2. Gangguan Pola Tidur
a. Lama tidur membaik
b. Kualitas tidur membaik
c. Merasa segar setelah bangun tidur
d. Mampu melakukan rutinitas tidur yang teratur
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Ansietas
a. Lakukan pengkajian ansietas secara komprehensif
b. Berikan dukungan emosional dan psikologis
c. Ajarkan teknik relaksasi (seperti napas dalam, visualisasi, dan sebagainya)
d. Bantu identifikasi sumber dan faktor pencetus kecemasan
e. Kembangkan strategi koping yang efektif
f. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain jika diperlukan (misalnya psikolog, psikiater)
2. Gangguan Pola Tidur
a. Lakukan pengkajian pola tidur secara komprehensif
b. Berikan edukasi tentang higiene tidur yang baik
c. Bantu pengaturan lingkungan yang mendukung tidur
d. Ajarkan teknik relaksasi untuk memfasilitasi tidur
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain jika diperlukan (misalnya dokter)
Penjelasan rinci dan terperinci:
Diagnosa keperawatan SDKI yang tepat untuk kondisi Ny. Z adalah Ansietas dan Gangguan Pola Tidur. Ny. Z mengalami perasaan cemas dan takut yang meningkat terkait pandemi COVID-19, yang kemudian berdampak pada kualitas tidurnya. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pengkajian yang komprehensif, pemberian dukungan emosional, edukasi, serta pengajaran teknik relaksasi dan strategi koping efektif untuk mengatasi kecemasan dan masalah tidur. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain juga perlu dilakukan jika diperlukan. Luaran yang diharapkan adalah penurunan tingkat kecemasan, kemampuan mengendalikan gejala, peningkatan kualitas dan lama tidur, serta rasa segar setelah bangun tidur.