Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 6150 | 17 Nov 2024
Klinis : pohon masalah bersihan nafas tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin terkait dengan kondisi "bersihan nafas tidak efektif" berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi "bersihan nafas tidak efektif" berdasarkan SDKI adalah "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif". Definisi dari diagnosa ini adalah "Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka".
Penyebab dari diagnosa ini meliputi:
a. Adanya obstruksi jalan napas
b. Penumpukan sekret
c. Kelemahan otot pernapasan
d. Kelelahan otot pernapasan
e. Ketidakefektifan batuk
f. Kecemasan
Tanda dan gejala yang muncul dapat berupa:
a. Dispnea
b. Ortopnea
c. Penggunaan otot bantu pernapasan
d. Sianosis
e. Suara napas tambahan (wheezing, ronki, dll.)
f. Sputum berlebih
g. Batuk tidak efektif
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan klien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
a. Bersihan Jalan Napas Membaik
- Klien dapat mengeluarkan sekret dengan efektif
- Tidak ada suara napas tambahan
- Tidak ada tanda-tanda sianosis
- Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
b. Pernapasan Efektif
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- Irama napas teratur
- Tidak ada kerja napas yang berlebihan
c. Nyaman
- Klien tidak mengalami kesulitan bernafas
- Klien dapat beristirahat dengan baik
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan SIKI, beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran/output yang diharapkan pada kondisi "bersihan nafas tidak efektif" adalah:
a. Manajemen Jalan Napas
- Memantau status pernapasan dan keadaan jalan napas
- Membersihkan jalan napas dengan suction atau batuk efektif
- Menggunakan alat bantu pernapasan jika diperlukan (misalnya oksigen)
b. Manajemen Ventilasi
- Mengatur posisi klien untuk memaksimalkan ventilasi
- Memberikan latihan pernapasan dan batuk efektif
- Memfasilitasi penggunaan alat bantu pernapasan jika diperlukan
c. Manajemen Nyeri
- Mengkaji nyeri yang dialami klien terkait kondisi pernapasan
- Memberikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri
d. Edukasi Kesehatan
- Memberikan edukasi kepada klien dan keluarga mengenai pentingnya bersihan jalan napas
- Mengajarkan teknik-teknik untuk mempertahankan bersihan jalan napas, seperti latihan batuk efektif dan penggunaan alat bantu pernapasan
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terarah, diharapkan klien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu bersihan jalan napas yang membaik, pernapasan yang efektif, dan klien merasa nyaman. -
Article No. 6151 | 17 Nov 2024
Klinis : Acute leukemia
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk pasien dengan kondisi Acute Leukemia.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Risiko Infeksi Berhubungan Dengan Penurunan Sistem Imun
Pasien dengan Acute Leukemia berisiko mengalami infeksi akibat penurunan jumlah dan fungsi sel darah putih. Hal ini dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa jika tidak segera ditangani.
2. Intoleransi Aktivitas Berhubungan Dengan Penurunan Energi
Pasien dengan Acute Leukemia sering mengalami kelelahan dan mudah lelah akibat proses penyakit dan efek samping pengobatan. Hal ini dapat mengganggu aktivitas sehari-hari pasien.
3. Nyeri Akut Berhubungan Dengan Infiltrasi Sel Leukemia
Pasien dengan Acute Leukemia dapat mengalami nyeri akibat infiltrasi sel leukemia ke berbagai organ, seperti tulang, sendi, atau organ lainnya. Nyeri ini harus segera diatasi untuk meningkatkan kenyamanan pasien.
Luaran (SLKI) yang Diharapkan:
1. Risiko Infeksi Teratasi
Diharapkan setelah diberikan asuhan keperawatan, pasien dapat terhindar dari infeksi dan menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
Diharapkan setelah diberikan asuhan keperawatan, pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih baik dan tidak mudah lelah.
3. Nyeri Terkontrol
Diharapkan setelah diberikan asuhan keperawatan, pasien dapat mengelola nyeri dengan baik dan merasakan kenyamanan yang optimal.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Risiko Infeksi Teratasi:
a. Monitor tanda-tanda vital secara rutin
b. Lakukan perawatan tangan dan kebersihan diri secara teratur
c. Berikan edukasi tentang pencegahan infeksi
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi antibiotik atau antiviral
2. Toleransi Aktivitas Meningkat:
a. Lakukan pengkajian tingkat aktivitas dan energi pasien
b. Kembangkan rencana aktivitas yang sesuai dengan kondisi pasien
c. Berikan latihan fisik yang sesuai dengan toleransi pasien
d. Anjurkan pasien untuk beristirahat secukupnya
3. Nyeri Terkontrol:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
b. Berikan intervensi farmakologis sesuai dengan rekomendasi tim medis
c. Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, atau kompres hangat/dingin
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk evaluasi dan penyesuaian terapi nyeri
Dengan pemahaman yang mendalam tentang diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi yang sesuai, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas tinggi bagi pasien dengan Acute Leukemia. -
Article No. 6152 | 17 Nov 2024
Klinis : Acute leukemia dengan transfusi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci sesuai dengan permintaan Anda:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Acute Leukemia dengan Transfusi:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Acute Leukemia dengan Transfusi adalah:
a. Intoleransi Aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin sehari-hari yang disebabkan oleh keterbatasan fisik, psikologis, atau lingkungan.
b. Perubahan Nutrisi: Intake nutrisi yang tidak adekuat dibandingkan dengan kebutuhan tubuh, yang dapat mengakibatkan penurunan berat badan atau kekurangan nutrisi.
c. Risiko Infeksi: Peningkatan risiko terserang infeksi yang disebabkan oleh penurunan system imun, prosedur invasif, atau kondisi penyakit.
Penjelasan:
Pasien dengan Acute Leukemia memiliki kondisi yang membutuhkan perhatian khusus terkait dengan intoleransi aktivitas, perubahan nutrisi, dan risiko infeksi. Diagnosa keperawatan ini akan menjadi dasar bagi perawat untuk menyusun rencana asuhan keperawatan yang tepat dan komprehensif.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
- Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan fisik dan energi.
- Pasien menunjukkan perbaikan dalam pemulihan setelah transfusi.
b. Perubahan Nutrisi:
- Pasien menunjukkan peningkatan berat badan sesuai target.
- Pasien menunjukkan peningkatan asupan nutrisi yang adekuat.
- Pasien menunjukkan perbaikan status nutrisi.
c. Risiko Infeksi:
- Pasien tidak mengalami infeksi selama menjalani perawatan.
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
- Pasien menunjukkan peningkatan sistem kekebalan tubuh.
Penjelasan:
Luaran atau output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah membantu pasien mencapai kondisi yang optimal, yaitu meningkatkan toleransi aktivitas, memperbaiki status nutrisi, dan mengurangi risiko infeksi. Hal ini akan mendukung pemulihan pasien dan meningkatkan kualitas hidup.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Intoleransi Aktivitas:
- Evaluasi tingkat aktivitas dan toleransi pasien.
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan.
- Kolaborasi dengan tim terapeutik untuk menyusun program rehabilitasi yang sesuai.
- Anjurkan pasien untuk beristirahat secukupnya.
- Pantau tanda-tanda vital dan respon pasien terhadap aktivitas.
b. Perubahan Nutrisi:
- Kaji status nutrisi pasien secara komprehensif.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai.
- Bantu pasien dalam mengonsumsi makanan dan minuman yang bergizi.
- Pantau intake dan output cairan serta berat badan pasien.
- Berikan dukungan emosional dan edukasi terkait pentingnya asupan nutrisi.
c. Risiko Infeksi:
- Kaji tanda dan gejala infeksi secara rutin.
- Berikan perawatan luka dan prosedur invasif dengan teknik aseptik.
- Kolaborasi dengan tim multidisiplin untuk mencegah dan mengelola infeksi.
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi.
- Pantau status imunologi pasien dan berikan intervensi yang sesuai.
Penjelasan:
Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup evaluasi, perencanaan, implementasi, dan pemantauan yang komprehensif untuk mengatasi masalah intoleransi aktivitas, perubahan nutrisi, dan risiko infeksi pada pasien dengan Acute Leukemia. Kolaborasi dengan tim terapeutik dan pemberian edukasi kepada pasien serta keluarga juga merupakan bagian penting dari intervensi keperawatan. -
Article No. 6153 | 17 Nov 2024
Klinis : Trombositopenia
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi trombositopenia berdasarkan panduan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Trombositopenia:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi trombositopenia adalah "Risiko Perdarahan" (00206). Trombositopenia adalah kondisi dimana jumlah platelet (trombosit) dalam darah menurun di bawah normal, yang dapat meningkatkan risiko perdarahan. Karakteristik definisi dari diagnosa ini adalah adanya faktor risiko yang dapat menyebabkan perdarahan, seperti penurunan jumlah platelet, disfungsi platelet, dan gangguan sistem pembekuan darah.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Perdarahan (0413): Pasien dapat menunjukkan tidak adanya tanda-tanda perdarahan aktif dan mampu mempertahankan volume cairan tubuh yang adekuat.
2. Integritas Jaringan: Kulit dan Membran Mukosa (1101): Pasien dapat menunjukkan kulit dan membran mukosa yang utuh, lembab, dan tidak terdapat lesi.
3. Pemulihan Keseimbangan Cairan (0601): Pasien dapat menunjukkan volume cairan yang seimbang, tanpa tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Tanda Vital (6680): Melakukan pemantauan tanda-tanda vital secara berkala, termasuk tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu tubuh, untuk mengidentifikasi tanda-tanda awal perdarahan atau komplikasi lainnya.
2. Pemantauan Perdarahan (4654): Melakukan pengkajian dan pemantauan secara komprehensif terhadap tanda-tanda perdarahan, seperti jumlah, warna, dan sumber perdarahan, untuk mendeteksi adanya perdarahan aktif.
3. Manajemen Cairan (4120): Memberikan cairan intravena, jika diperlukan, untuk mempertahankan volume cairan yang adekuat dan mencegah terjadinya dehidrasi.
4. Promosi Integritas Kulit (3590): Melakukan perawatan kulit dan membran mukosa, seperti menjaga kelembaban, mencegah trauma, dan memantau adanya lesi atau perdarahan, untuk mempertahankan integritas jaringan.
5. Edukasi Kesehatan (5510): Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai kondisi trombositopenia, tanda-tanda perdarahan, dan perawatan yang diperlukan untuk mencegah komplikasi.
Dengan menerapkan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan efektif untuk mengelola kondisi trombositopenia dan mencegah terjadinya komplikasi perdarahan pada pasien. -
Article No. 6154 | 17 Nov 2024
Klinis : kejang berulang selama 2,5 jam smrs, lebih dari 10 x tanpa periode sadar, kejang kelojotan demam dan bapil, GCS 3 . Riwayat epilepsi, CP, reterdasi mental, obese, mikrocefal, dan hidrocefalus. dx medis saat ini adalah status epileptikus, susp susp. pneumonia aspirasi.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko cedera fisik berhubungan dengan kejang berulang.
2. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan status epileptikus.
3. Gangguan ventilasi dan oksigenasi berhubungan dengan pneumonia aspirasi.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan kondisi medis yang kompleks.
Penjelasan singkat:
1. Risiko cedera fisik berhubungan dengan kejang berulang:
- SDKI: Risiko Cedera
- SLKI: Keamanan
- SIKI: Manajemen Risiko Cedera
2. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan status epileptikus:
- SDKI: Gangguan Perfusi Serebral
- SLKI: Perfusi Jaringan
- SIKI: Manajemen Gangguan Perfusi Serebral
3. Gangguan ventilasi dan oksigenasi berhubungan dengan pneumonia aspirasi:
- SDKI: Gangguan Pertukaran Gas
- SLKI: Pertukaran Gas
- SIKI: Manajemen Gangguan Pertukaran Gas
4. Risiko infeksi berhubungan dengan kondisi medis yang kompleks:
- SDKI: Risiko Infeksi
- SLKI: Pencegahan Infeksi
- SIKI: Manajemen Risiko Infeksi
Perlu diperhatikan bahwa diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat ini berdasarkan pada informasi yang Anda berikan. Evaluasi lebih lanjut dan pemeriksaan klinis oleh perawat atau tenaga kesehatan yang kompeten diperlukan untuk membuat rencana asuhan keperawatan yang komprehensif. -
Article No. 6155 | 17 Nov 2024
Klinis : Pasien tidak sadar, Tanggal 5 pukul 16. 00 keluarga mengatakan pasien sebelumnya mandi tiba- tiba pasien kejang dan ngorok dan tidak sadar. Dirumah sering terjadi kejang durasi 1-2 detik. Saat tgl 5 sore kejang terjadi selama 1 jam sampai datang ke IGD masih kejang. Saat dikaji : Dalam sedasi terpasang ETT dengan setting ventilator : SIMV FiO2 40% , EVD, arteri line di arteri radilais kanan, cvc subklavia kanan, DC, NGT.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan serta penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pola Napas Akut
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat.
- SLKI: Ventilasi yang adekuat.
- SIKI: Manajemen jalan napas, manajemen ventilasi mekanis.
2. Risiko Cedera
- SDKI: Adanya kemungkinan untuk terjadinya cedera fisik atau psikologis.
- SLKI: Tidak terjadi cedera.
- SIKI: Manajemen risiko, manajemen perilaku, manajemen kesehatan.
3. Gangguan Perfusi Serebral
- SDKI: Penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan otak.
- SLKI: Perfusi serebral yang adekuat.
- SIKI: Manajemen peningkatan tekanan intrakranial, manajemen tanda-tanda vital.
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan Pola Napas Akut:
Pasien tidak sadar dan terpasang ventilator, mengindikasikan adanya gangguan pola napas akut. Perlu dilakukan intervensi untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat, seperti manajemen jalan napas dan ventilasi mekanis.
2. Risiko Cedera:
Pasien dalam kondisi tidak sadar dan terjadi kejang selama 1 jam, sehingga berisiko mengalami cedera fisik atau psikologis. Intervensi keperawatan perlu dilakukan untuk mengelola risiko dan mencegah terjadinya cedera.
3. Gangguan Perfusi Serebral:
Kejang yang berkepanjangan dapat menyebabkan penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan otak, sehingga perlu dilakukan intervensi untuk menjaga perfusi serebral yang adekuat, seperti manajemen peningkatan tekanan intrakranial dan pemantauan tanda-tanda vital.
Catatan: Diagnosa Keperawatan dan intervensi yang disarankan di atas merupakan contoh berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan. Evaluasi dan penanganan yang lebih komprehensif harus dilakukan oleh perawat yang menangani pasien secara langsung. -
Article No. 6156 | 17 Nov 2024
Klinis : Pasien tidak sadar, Tanggal 5 pukul 16. 00 keluarga mengatakan pasien sebelumnya mandi tiba- tiba pasien kejang dan ngorok dan tidak sadar. Dirumah sering terjadi kejang durasi 1-2 detik. Saat tgl 5 sore kejang terjadi selama 1 jam sampai datang ke IGD masih kejang. Saat dikaji : Dalam sedasi terpasang ETT dengan setting ventilator : SIMV FiO2 40% , EVD, arteri line di arteri radilais kanan, cvc subklavia kanan, DC, NGT.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Penurunan Kesadaran Berhubungan Dengan Gangguan Fungsi Serebral Sekunder Akibat Kejang Berkepanjangan
2. Gangguan Pertukaran Gas Berhubungan Dengan Gangguan Ventilasi Sekunder Akibat Kejang Berkepanjangan
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Penurunan Kesadaran Berhubungan Dengan Gangguan Fungsi Serebral Sekunder Akibat Kejang Berkepanjangan
a. Pasien mencapai tingkat kesadaran yang optimal
b. Tanda-tanda vital pasien stabil
c. Tidak terjadi komplikasi akibat penurunan kesadaran, seperti aspirasi atau cedera
2. Gangguan Pertukaran Gas Berhubungan Dengan Gangguan Ventilasi Sekunder Akibat Kejang Berkepanjangan
a. Pasien menunjukkan perbaikan parameter pernapasan (frekuensi, kedalaman, dan pola pernapasan)
b. Pasien menunjukkan saturasi oksigen yang adekuat
c. Tidak terjadi komplikasi pernapasan, seperti atelektasis atau pneumonia
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Penurunan Kesadaran Berhubungan Dengan Gangguan Fungsi Serebral Sekunder Akibat Kejang Berkepanjangan
a. Monitor tingkat kesadaran pasien secara berkala menggunakan skala penilaian yang sesuai (misalnya, Glasgow Coma Scale)
b. Pertahankan posisi kepala pasien agar jalan napas tetap terbuka
c. Lakukan tindakan suction untuk mempertahankan jalan napas yang bebas dari sekret
d. Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat
e. Berikan obat antikonvulsan sesuai resep untuk mencegah kejang berulang
f. Pantau tanda-tanda vital pasien secara ketat dan segera laporkan jika ada perubahan yang signifikan
g. Berikan dukungan emosional dan psikologis kepada keluarga pasien
2. Gangguan Pertukaran Gas Berhubungan Dengan Gangguan Ventilasi Sekunder Akibat Kejang Berkepanjangan
a. Pantau parameter ventilasi pasien, termasuk frekuensi pernapasan, volume tidal, dan saturasi oksigen
b. Sesuaikan pengaturan ventilator (mode, FiO2, PEEP) untuk mencapai pertukaran gas yang optimal
c. Lakukan suction endotrakeal secara rutin untuk mempertahankan jalan napas yang bebas dari sekret
d. Posisikan pasien dalam posisi semi-Fowler atau Fowler untuk memfasilitasi ekspansi paru
e. Berikan fisioterapi dada dan latihan pernapasan untuk membantu drainase sekret
f. Pantau tanda-tanda infeksi saluran pernapasan dan berikan intervensi yang sesuai jika ditemukan
g. Berikan edukasi kepada keluarga tentang penatalaksanaan gangguan pernapasan pada pasien
Penjelasan yang rinci untuk setiap poin:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Penurunan Kesadaran Berhubungan Dengan Gangguan Fungsi Serebral Sekunder Akibat Kejang Berkepanjangan: Pasien mengalami penurunan tingkat kesadaran setelah mengalami kejang selama 1 jam. Hal ini dapat terjadi akibat gangguan fungsi serebral sekunder akibat kejang yang berkepanjangan.
2. Gangguan Pertukaran Gas Berhubungan Dengan Gangguan Ventilasi Sekunder Akibat Kejang Berkepanjangan: Pasien mengalami gangguan pertukaran gas, ditandai dengan kebutuhan ventilasi mekanik (SIMV) dan pemberian oksigen (FiO2 40%). Hal ini dapat terjadi akibat gangguan ventilasi sekunder akibat kejang yang berkepanjangan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Penurunan Kesadaran: Diharapkan pasien dapat mencapai tingkat kesadaran yang optimal, tanda-tanda vital stabil, dan tidak terjadi komplikasi akibat penurunan kesadaran.
2. Gangguan Pertukaran Gas: Diharapkan pasien dapat menunjukkan perbaikan parameter pernapasan, saturasi oksigen yang adekuat, dan tidak terjadi komplikasi pernapasan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Penurunan Kesadaran: Intervensi yang dibutuhkan mencakup pemantauan tingkat kesadaran, mempertahankan jalan napas, suction, pemberian oksigen, pemberian obat antikonvulsan, pemantauan tanda-tanda vital, dan dukungan emosional/psikologis bagi keluarga.
2. Gangguan Pertukaran Gas: Intervensi yang dibutuhkan mencakup pemantauan parameter ventilasi, penyesuaian pengaturan ventilator, suction endotrakeal, posisi pasien, fisioterapi dada dan latihan pernapasan, pemantauan infeksi saluran pernapasan, dan edukasi bagi keluarga.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 6157 | 17 Nov 2024
Klinis : Pasien dengan post operasi laparatomy dengan spinal anestesi dengan tekan darah 120/76, nadi 86, suhu 36,5, pernafasan 21,
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Penyebab: Prosedur pembedahan (laparatomy) dan penggunaan anestesi spinal.
- Gejala: Pasien mengeluhkan nyeri pada daerah bekas pembedahan.
2. Risiko Infeksi
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan proliferasi organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan.
- Penyebab: Prosedur pembedahan yang menyebabkan kerusakan integritas kulit dan paparan terhadap organisme patogen.
- Gejala: Tanda-tanda infeksi seperti demam, peningkatan suhu lokal, dan eritema di daerah bekas pembedahan.
3. Risiko Gangguan Integritas Kulit
- Definisi: Rentan terhadap kerusakan, perubahan, atau gangguan pada epidermis dan/atau dermis.
- Penyebab: Prosedur pembedahan yang menyebabkan kerusakan integritas kulit.
- Gejala: Luka terbuka pada daerah bekas pembedahan.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien dan menetapkan diagnosis keperawatan.
- Terdiri dari definisi, penyebab, dan gejala dari setiap diagnosis keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan hasil atau luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- Terdiri dari kriteria hasil dan indikator hasil untuk setiap luaran keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang harus dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Terdiri dari definisi, tujuan, aktivitas, dan kriteria hasil untuk setiap intervensi keperawatan.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) mengembangkan dan menetapkan standar-standar tersebut sebagai acuan bagi perawat dalam praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 6158 | 17 Nov 2024
Klinis : Pasien post operasi laparatomy dengan spinal anestesi, pasien mengeluh nyeri, tanda tanda vital normal,
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi pasien post operasi laparatomi dengan spinal anestesi yang mengeluh nyeri dengan tanda vital normal.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
Penjelasan SDKI, SLKI, SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Karakteristik Utama: Laporan pasien tentang rasa nyeri yang akut, tanda vital abnormal, ekspresi wajah yang menunjukkan nyeri, gelisah, dan perilaku protektif.
- Faktor Berhubungan: Agen cedera biologis (pembedahan), agen cedera fisik (spinal anestesi).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Pasien melaporkan nyeri berkurang, pasien menunjukkan ekspresi wajah yang rileks, dan tanda-tanda vital dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen nyeri (observasi tanda-tanda vital, pemberian analgesik sesuai indikasi, kompres hangat/dingin, teknik relaksasi), edukasi pasien dan keluarga tentang nyeri dan manajemennya.
Dalam kasus ini, pasien post operasi laparatomi dengan spinal anestesi mengeluhkan nyeri, sehingga diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Akut. Perawat perlu melakukan manajemen nyeri yang komprehensif, memantau tanda-tanda vital, memberikan analgesik sesuai indikasi, dan memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang nyeri serta cara pengelolaannya. -
Article No. 6159 | 17 Nov 2024
Klinis : Pasien post operasi laparatomy dengan spinal anestesi, pasien mengeluh nyeri, tanda tanda vital normal, kaki sulit digerakkan setelah operasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan prosedur pembedahan laparatomi.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan seperti itu (International Association for the Study of Pain).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan pada pasien dengan nyeri akut adalah pengurangan nyeri, kemampuan mengontrol nyeri, dan kepuasan pasien terhadap pengelolaan nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri akut pada pasien post operasi laparatomi dengan spinal anestesi meliputi:
- Manajemen nyeri
- Pemberian analgesik
- Kompres hangat/dingin
- Distraksi
- Relaksasi
- Edukasi manajemen nyeri
Selain itu, perlu diperhatikan juga tanda-tanda vital pasien yang normal dan gejala kelemahan pada kaki setelah operasi, yang mungkin terkait dengan efek spinal anestesi. Perawat perlu melakukan pemantauan dan intervensi yang sesuai.