Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8097 | 06 Dec 2024
Klinis : Risiko cedera fisik berhubungan dengan kekerasan fisik SLKI
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "Risiko cedera fisik berhubungan dengan kekerasan fisik":
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi tersebut berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Risiko Cedera Fisik". Diagnosa ini didefinisikan sebagai "Rentan mengalami luka atau bahaya fisik yang disebabkan oleh faktor internal dan/atau eksternal yang tidak dapat dikontrol oleh individu".
Dalam kasus ini, faktor eksternal yang menyebabkan risiko cedera fisik adalah kekerasan fisik. Hal ini mengindikasikan adanya potensi bahaya yang dapat menyebabkan luka atau cedera pada individu.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran/output yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan pada kondisi "Risiko Cedera Fisik berhubungan dengan kekerasan fisik" adalah:
1. Pemulihan Cedera Fisik: Individu menunjukkan penyembuhan luka atau cedera fisik yang terjadi.
2. Kontrol Perilaku Agresif: Individu menunjukkan kemampuan untuk mengendalikan perilaku agresif dan kekerasan.
3. Keamanan Lingkungan: Lingkungan tempat tinggal individu aman dan bebas dari potensi bahaya yang dapat menyebabkan cedera fisik.
4. Pengetahuan tentang Manajemen Risiko Cedera: Individu memiliki pengetahuan yang cukup tentang cara mengelola dan meminimalkan risiko cedera fisik.
5. Partisipasi dalam Perawatan Diri: Individu terlibat aktif dalam perawatan diri untuk mencegah atau mengurangi risiko cedera fisik.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan pada kondisi "Risiko Cedera Fisik berhubungan dengan kekerasan fisik" adalah:
1. Manajemen Lingkungan: Mengidentifikasi dan mengelola faktor-faktor lingkungan yang dapat menyebabkan cedera fisik, seperti menjaga kebersihan, kerapian, dan keamanan ruangan.
2. Pencegahan Agresi: Mengajarkan teknik-teknik pengendalian diri dan manajemen konflik untuk mengurangi perilaku agresif dan kekerasan.
3. Dukungan Emosional: Memberikan dukungan emosional, empati, dan informasi yang diperlukan untuk membantu individu mengelola emosi dan mengurangi risiko cedera fisik.
4. Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi kepada individu dan keluarga tentang risiko cedera fisik, tindakan pencegahan, dan manajemen cedera yang tepat.
5. Perawatan Luka: Melakukan perawatan luka atau cedera fisik yang terjadi, termasuk penilaian, dokumentasi, dan pemberian intervensi yang sesuai.
Penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI: Risiko Cedera Fisik
- Definisi: Rentan mengalami luka atau bahaya fisik yang disebabkan oleh faktor internal dan/atau eksternal yang tidak dapat dikontrol oleh individu.
- Penyebab: Dalam kasus ini, faktor eksternal yang menyebabkan risiko cedera fisik adalah kekerasan fisik, yang mengindikasikan potensi bahaya yang dapat menyebabkan luka atau cedera pada individu.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
- Pemulihan Cedera Fisik: Individu menunjukkan penyembuhan luka atau cedera fisik yang terjadi, melalui perawatan luka yang tepat dan pemantauan perkembangannya.
- Kontrol Perilaku Agresif: Individu menunjukkan kemampuan untuk mengendalikan perilaku agresif dan kekerasan, melalui penggunaan teknik-teknik pengendalian diri dan manajemen konflik yang efektif.
- Keamanan Lingkungan: Lingkungan tempat tinggal individu aman dan bebas dari potensi bahaya yang dapat menyebabkan cedera fisik, melalui identifikasi dan pengelolaan faktor-faktor lingkungan yang berisiko.
- Pengetahuan tentang Manajemen Risiko Cedera: Individu memiliki pengetahuan yang cukup tentang cara mengelola dan meminimalkan risiko cedera fisik, melalui edukasi kesehatan yang komprehensif.
- Partisipasi dalam Perawatan Diri: Individu terlibat aktif dalam perawatan diri untuk mencegah atau mengurangi risiko cedera fisik, seperti menjaga kebersihan, kerapian, dan keamanan diri.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
- Manajemen Lingkungan: Mengidentifikasi dan mengelola faktor-faktor lingkungan yang dapat menyebabkan cedera fisik, seperti menjaga kebersihan, kerapian, dan keamanan ruangan.
- Pencegahan Agresi: Mengajarkan teknik-teknik pengendalian diri dan manajemen konflik untuk mengurangi perilaku agresif dan kekerasan.
- Dukungan Emosional: Memberikan dukungan emosional, empati, dan informasi yang diperlukan untuk membantu individu mengelola emosi dan mengurangi risiko cedera fisik.
- Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi kepada individu dan keluarga tentang risiko cedera fisik, tindakan pencegahan, dan manajemen cedera yang tepat.
- Perawatan Luka: Melakukan perawatan luka atau cedera fisik yang terjadi, termasuk penilaian, dokumentasi, dan pemberian intervensi yang sesuai.
Melalui penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang tepat, diharapkan individu dengan risiko cedera fisik berhubungan dengan kekerasan fisik dapat mencapai pemulihan, kontrol perilaku agresif, keamanan lingkungan, peningkatan pengetahuan, dan partisipasi aktif dalam perawatan diri, sehingga dapat meminimalkan risiko cedera fisik dan meningkatkan kualitas hidup. -
Article No. 8099 | 06 Dec 2024
Klinis : neonatus terpasang cpap agar tidak terjadi infeksi nosokomial
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai perawat profesional, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi neonatus terpasang CPAP agar tidak terjadi infeksi nosokomial.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi neonatus terpasang CPAP agar tidak terjadi infeksi nosokomial adalah "Risiko infeksi". Diagnosa ini didasarkan pada adanya faktor risiko yang dapat menyebabkan infeksi, yaitu penggunaan alat bantu pernapasan CPAP. Neonatus yang terpasang CPAP memiliki risiko tinggi untuk terkena infeksi nosokomial, seperti pneumonia atau sepsis, jika tidak dilakukan tindakan pencegahan yang tepat.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan luaran/output yang dicapai adalah:
1. Tidak terjadi infeksi nosokomial pada neonatus.
2. Neonatus menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil dan tidak ada tanda-tanda infeksi.
3. Keluarga/orang tua neonatus memahami dan dapat melakukan pencegahan infeksi dengan baik.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, maka diperlukan intervensi keperawatan sebagai berikut:
1. Observasi tanda-tanda vital dan tanda-tanda infeksi pada neonatus secara rutin.
2. Menjaga kebersihan dan sterilitas alat-alat medis yang digunakan, seperti CPAP, selang, dan humidifier.
3. Melakukan prosedur higiene tangan dengan benar sebelum dan setelah menyentuh neonatus atau alat-alat medis.
4. Menjaga kebersihan ruangan dan lingkungan sekitar neonatus.
5. Melakukan perawatan luka pada area insersi CPAP atau tindakan lainnya dengan teknik aseptik.
6. Memberikan edukasi dan pelatihan kepada keluarga/orang tua mengenai pencegahan infeksi, seperti pentingnya mencuci tangan, menghindari kontak dengan orang sakit, dan menjaga kebersihan lingkungan.
7. Melakukan pemantauan kepatuhan keluarga/orang tua dalam melaksanakan prosedur pencegahan infeksi.
8. Berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter dan ahli gizi, untuk memastikan penatalaksanaan yang optimal bagi neonatus.
Dengan melakukan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berfokus pada pencegahan infeksi, diharapkan dapat meminimalkan risiko infeksi nosokomial pada neonatus yang terpasang CPAP, sehingga luaran/output yang diharapkan dapat tercapai. -
Article No. 8100 | 06 Dec 2024
Klinis : diangnosa keperawatan pada lansia dengan kekerasan fisik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi lansia dengan kekerasan fisik, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Integritas Kulit Terganggu
Penjelasan:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), risiko integritas kulit terganggu adalah kerentanan terhadap kerusakan, perubahan, atau gangguan pada epidermis dan/atau dermis. Pada kasus lansia dengan kekerasan fisik, terdapat risiko integritas kulit terganggu akibat trauma fisik yang diterima.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) menetapkan bahwa luaran yang diharapkan untuk pasien dengan risiko integritas kulit terganggu adalah integritas kulit yang terpelihara, yang ditandai dengan kulit yang utuh, tidak terjadi luka, dan tidak ada tanda-tanda infeksi.
Selanjutnya, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) mengidentifikasi intervensi yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran tersebut, antara lain perawatan kulit, manajemen nyeri, dan pencegahan komplikasi. Perawatan kulit dapat mencakup membersihkan, melembapkan, dan melindungi kulit. Manajemen nyeri bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri akibat luka. Pencegahan komplikasi diarahkan untuk mencegah terjadinya infeksi, kerusakan lebih lanjut, dan komplikasi lainnya.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran keperawatan, dan intervensi keperawatan yang sesuai standar, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas untuk mengatasi risiko integritas kulit terganggu pada lansia dengan kekerasan fisik. -
Article No. 8101 | 06 Dec 2024
Klinis : Risiko cedera fisik berhubungan dengan kekerasan fisik berapa kodenya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "Risiko cedera fisik berhubungan dengan kekerasan fisik" adalah:
Kode: 00035
Judul: Risiko Cedera Fisik
Definisi: Kerentanan terhadap cedera fisik yang dapat mengancam kesehatan, yang disebabkan oleh kondisi lingkungan internal atau eksternal.
Kondisi yang sesuai untuk diagnosis ini adalah risiko cedera fisik yang berhubungan dengan kekerasan fisik. Kekerasan fisik dapat meningkatkan risiko cedera, baik luka eksternal maupun internal, sehingga pasien rentan mengalami cedera.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Kode: 1910
Judul: Keamanan Diri
Definisi: Derajat perlindungan individu dari bahaya, luka, atau kehilangan.
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran dengan kriteria sebagai berikut:
1. Pasien dapat mengidentifikasi strategi untuk mencegah cedera fisik.
2. Pasien dapat menerapkan strategi perlindungan diri yang efektif.
3. Pasien dapat mengenali tanda-tanda peningkatan risiko cedera fisik.
4. Pasien dapat meminta bantuan dari orang lain untuk melindungi diri dari bahaya.
5. Pasien dapat menunjukkan perilaku yang aman dalam lingkungan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Identifikasi risiko cedera fisik
- Kaji penyebab potensial cedera fisik, seperti kekerasan fisik
- Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi risiko cedera fisik
2. Manajemen lingkungan untuk keamanan
- Ciptakan lingkungan yang aman dan mendukung keselamatan pasien
- Hilangkan atau modifikasi faktor-faktor risiko di lingkungan
3. Edukasi tentang keamanan diri
- Ajarkan strategi pencegahan cedera fisik
- Beri informasi tentang sumber daya/bantuan yang tersedia
4. Fasilitasi dukungan sosial
- Dorong pasien untuk meminta bantuan orang lain saat dibutuhkan
- Libatkan keluarga/orang terdekat dalam upaya mencegah cedera
5. Monitor dan evaluasi
- Pantau tanda-tanda peningkatan risiko cedera fisik
- Evaluasi efektivitas intervensi yang diberikan
Melalui intervensi-intervensi ini, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu meningkatnya keamanan diri dan kemampuan pasien dalam mencegah cedera fisik. -
Article No. 8102 | 06 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan telinga terasa tersumbat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien yang datang dengan keluhan telinga terasa tersumbat:
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pendengaran Berhubungan dengan Sumbatan Telinga.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Pendengaran adalah ketidakmampuan untuk mendengar dengan baik, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti sumbatan telinga, infeksi telinga, atau kerusakan pada struktur telinga.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan gangguan pendengaran akibat sumbatan telinga adalah pasien dapat mendengar dengan baik, dapat berkomunikasi dengan efektif, dan tidak mengalami komplikasi lebih lanjut.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pemeriksaan telinga untuk mengidentifikasi penyebab sumbatan.
2. Pemberian obat tetes telinga atau pembersihan telinga secara hati-hati oleh tenaga kesehatan yang kompeten.
3. Edukasi kepada pasien mengenai pentingnya menjaga kebersihan telinga dan tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi sumbatan.
4. Pemantauan tanda-tanda infeksi atau komplikasi lainnya.
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli audiologi) jika diperlukan tindakan lebih lanjut.
Dengan penanganan yang tepat, diharapkan pasien dapat memulihkan fungsi pendengarannya dan dapat berkomunikasi dengan baik. -
Article No. 8107 | 06 Dec 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi pasien yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
2. Intoleransi aktivitas
3. Risiko infeksi
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang paten.
- SLKI: Mempertahankan jalan napas yang paten dengan mengeluarkan sekret dan mencegah obstruksi.
- SIKI: Memberikan intervensi yang tepat untuk memfasilitasi pembersihan jalan napas, seperti terapi fisik, pengisapan, dan penggunaan alat bantu pernapasan.
2. Intoleransi aktivitas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- SLKI: Memperbaiki toleransi terhadap aktivitas fisik.
- SIKI: Mengkaji kapasitas fungsional pasien, memantau tanda-tanda vital, dan memberikan intervensi yang tepat untuk meningkatkan toleransi aktivitas.
3. Risiko infeksi
- SDKI: Kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengancam kesehatan.
- SLKI: Mencegah atau meminimalkan risiko infeksi.
- SIKI: Melakukan tindakan pencegahan infeksi, seperti menjaga kebersihan tangan, pemberian obat-obatan, dan memantau tanda-tanda infeksi.
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan pengkajian yang lebih mendalam, menetapkan tujuan keperawatan, dan menerapkan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien untuk membantu pemulihan dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 8108 | 06 Dec 2024
Klinis : erempuan An X usia 5 tahun, mengalami riwayat cerebral palsy. Demam tinggi, kejang, dan perkembangan anak lambat, keadaan pasien lemah, orang tua pasien mengatakan mengatakan anak tidak mampu untuk duduk sendiri dan berjalan, klien hanya mampu mengucapkan beberapa kata. orangtua pasien mengatakan tidak pernah memberikan ASI dan hanya diberi susu formula dari lahir sampai sekarang. TTV: TD; 90/40 mmHg, Suhu 38oc, Nadi 98x/menit, RR 24x/menit, BB pasien 19kg, TB 100 Cm. apakah bisa mengangkat defisit nutrisi atau risiko defisit nutrisi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, dapat ditegakkan beberapa diagnosis keperawatan dengan mengacu pada standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
1. Diagnosis Keperawatan: Risiko Defisit Nutrisi
Definisi: Berisiko mengalami kekurangan zat gizi essensial yang dapat menyebabkan perubahan komposisi tubuh atau fungsi tubuh.
Faktor Risiko: Cerebral palsy, tidak mendapat ASI, susu formula dari lahir.
SLKI: Asupan Nutrisi
SIKI: Manajemen Nutrisi
2. Diagnosis Keperawatan: Keterlambatan Perkembangan
Definisi: Penyimpangan atau tidak tercapainya tahapan perkembangan fisik, kognitif, psikososial, atau psikomotor sesuai dengan rentang usia anak.
Faktor Terkait: Cerebral palsy, faktor biologis.
SLKI: Perkembangan Anak
SIKI: Stimulasi Perkembangan Anak
3. Diagnosis Keperawatan: Gangguan Pola Tidur
Definisi: Gangguan dalam kualitas atau kuantitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
Faktor Terkait: Cerebral palsy, demam, kejang.
SLKI: Pola Tidur
SIKI: Manajemen Tidur
Penjelasan singkat:
1. Risiko Defisit Nutrisi:
Pasien memiliki riwayat cerebral palsy dan tidak mendapat ASI sejak lahir, serta hanya mendapat susu formula. Hal ini dapat menyebabkan risiko kekurangan zat gizi essensial yang dapat mempengaruhi komposisi tubuh dan fungsi tubuh pasien. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nutrisi, termasuk evaluasi asupan nutrisi, pemberian nutrisi enteral/parenteral, dan edukasi kepada orang tua.
2. Keterlambatan Perkembangan:
Pasien mengalami keterlambatan perkembangan yang ditandai dengan tidak mampu duduk sendiri dan berjalan, serta hanya mampu mengucapkan beberapa kata. Hal ini dapat disebabkan oleh cerebral palsy sebagai faktor biologis. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah stimulasi perkembangan anak, termasuk stimulasi fisik, kognitif, dan psikososial.
3. Gangguan Pola Tidur:
Pasien mengalami demam tinggi dan kejang, yang dapat mengganggu kualitas dan kuantitas tidurnya. Hal ini dapat mempengaruhi fungsi sehari-hari pasien. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen tidur, termasuk pencegahan dan penanganan gangguan tidur. -
Article No. 8109 | 06 Dec 2024
Klinis : Peningkatan Kualitas Hidup
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Peningkatan Kualitas Hidup
Definisi:
Peningkatan Kualitas Hidup adalah kemampuan individu untuk merasakan dan menikmati kehidupannya secara penuh, termasuk dimensi fisik, psikologis, sosial, dan spiritual.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Peningkatan Kualitas Hidup dicirikan oleh adanya peningkatan kemampuan individu dalam menjalani aktivitas sehari-hari, perasaan sejahtera, dan kepuasan terhadap kehidupan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Peningkatan Kualitas Hidup adalah:
1. Meningkatnya kemampuan individu dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
2. Meningkatnya perasaan sejahtera.
3. Meningkatnya kepuasan terhadap kehidupan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani Peningkatan Kualitas Hidup meliputi:
1. Promosi gaya hidup sehat
2. Manajemen stres
3. Dukungan psikososial
4. Peningkatan spiritualitas
5. Optimalisasi fungsi fisik
Dengan menerapkan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan perawatan yang komprehensif dan terstruktur untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 8110 | 06 Dec 2024
Klinis : kekurangan volume cairan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang pakar keperawatan, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi kekurangan volume cairan.
Diagnosa Keperawatan:
Kekurangan Volume Cairan
Definisi:
Kekurangan volume cairan adalah keadaan di mana individu mengalami penurunan volume cairan di dalam tubuh.
Penyebab:
1. Kehilangan cairan yang berlebihan melalui saluran pencernaan, kulit, atau ginjal.
2. Asupan cairan yang tidak cukup.
3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Tanda dan Gejala:
1. Penurunan turgor kulit.
2. Membran mukosa kering.
3. Peningkatan denyut nadi.
4. Penurunan volume urin.
5. Rasa haus yang berlebihan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan standar diagnosis keperawatan yang diterbitkan oleh PPNI. Untuk diagnosa kekurangan volume cairan, SDKI mencakup definisi, penyebab, dan karakteristik definisi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah standar luaran keperawatan yang diterbitkan oleh PPNI. Untuk kondisi kekurangan volume cairan, SLKI mencakup hasil yang diharapkan, seperti pemeliharaan keseimbangan cairan, pemulihan status hidrasi, dan pemantauan tanda-tanda vital.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah standar intervensi keperawatan yang diterbitkan oleh PPNI. Untuk kondisi kekurangan volume cairan, SIKI mencakup intervensi keperawatan, seperti pemberian cairan intravena, pengaturan asupan dan output cairan, serta edukasi terkait manajemen cairan.
Dengan mengacu pada SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar dalam menangani kasus kekurangan volume cairan. -
Article No. 8111 | 06 Dec 2024
Klinis : kekurangan volume cairan karena gastreonteritis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan Kehilangan Cairan Aktif sekunder akibat Gastroenteritis.
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI Standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keadaan di mana individu mengalami penurunan volume cairan intra- dan/atau ekstraseluler.
- Karakteristik Definitif: Mukosa kering, turgor kulit buruk, nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah, dan kelelahan.
- Faktor Berhubungan: Kehilangan cairan aktif, intake cairan tidak adekuat, dan/atau gangguan mekanisme pengaturan cairan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Pasien akan mempertahankan volume cairan yang adekuat.
- Indikator Luaran: Intake dan output cairan seimbang, tanda-tanda vital dalam batas normal, dan turgor kulit membaik.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Utama: Manajemen Cairan, Manajemen Muntah, dan Manajemen Diare.
- Aktivitas Keperawatan: Memantau intake dan output cairan, mengatur pemberian cairan intravena, memberikan antiemetik dan antidiare sesuai instruksi, serta memfasilitasi istirahat dan nutrisi yang adekuat.
Dengan pendekatan SDKI-SLKI-SIKI, perawat dapat mengidentifikasi masalah kesehatan pasien, menetapkan tujuan perawatan, dan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi kekurangan volume cairan akibat gastroenteritis.