Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 6290 | 18 Nov 2024
Klinis : DS: Bp. A mengatakan An.A dilarang mengkonsumsi makanan seperti ikan, daging,dan telur. DO: An. A tampak lemah dan lesu
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Risiko Defisit Nutrisi r/t Pembatasan Asupan Makanan
Data Subjektif: Bp. A mengatakan An. A dilarang mengkonsumsi makanan seperti ikan, daging, dan telur.
Data Objektif: An. A tampak lemah dan lesu.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Asupan Nutrisi Adekuat
- Klien dapat mengonsumsi makanan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi harian.
- Klien menunjukkan peningkatan berat badan sesuai usia dan status pertumbuhan.
- Klien menunjukkan peningkatan energi dan aktivitas.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
- Kaji riwayat diet, alergi, dan preferensi makanan klien.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi klien.
- Edukasi klien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi yang adekuat dan strategi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
- Pantau asupan dan output nutrisi klien secara berkala.
- Berikan makanan tambahan atau suplemen yang sesuai jika diperlukan.
2. Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan
- Lakukan pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan, indeks masa tubuh) secara rutin.
- Pantau pertumbuhan dan perkembangan klien sesuai dengan usia dan tahapan perkembangannya.
- Dokumentasikan hasil pengukuran dan perubahan yang terjadi.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk mengevaluasi status gizi klien.
3. Manajemen Energi
- Identifikasi faktor-faktor yang dapat memengaruhi energi klien, seperti aktivitas, pola tidur, dan stres.
- Bantu klien mengatur jadwal aktivitas dan istirahat yang seimbang.
- Ajarkan teknik manajemen stres dan relaksasi untuk meningkatkan energi.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengevaluasi kondisi klien yang memengaruhi energi.
Penjelasan Rinci:
Diagnosa keperawatan "Risiko Defisit Nutrisi r/t Pembatasan Asupan Makanan" dipilih karena data subjektif menunjukkan bahwa An. A dilarang mengonsumsi makanan tertentu, seperti ikan, daging, dan telur. Hal ini dapat menyebabkan risiko defisit nutrisi, yang ditandai dengan gejala lemah dan lesu (data objektif).
Luaran/output yang diharapkan adalah agar An. A dapat mengonsumsi makanan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi hariannya, sehingga dapat menunjukkan peningkatan berat badan, energi, dan aktivitas. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup manajemen nutrisi, pemantauan pertumbuhan dan perkembangan, serta manajemen energi. Tujuannya adalah untuk memastikan asupan nutrisi yang adekuat, memantau status gizi, dan meningkatkan energi klien. -
Article No. 6291 | 18 Nov 2024
Klinis : . Data Objektif: - Bayi rewel setelah menyusu dalam waktu singkat Data Subjektif: - Ny. Mila merasa aliran ASI hanya deras di awal menyusui, lalu berkurang, sehingga bayi tampak tidak puas..
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan data yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan menyusui
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Ketidakefektifan menyusui didefinisikan sebagai ketidakmampuan bayi untuk menyusu secara efektif.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah bayi dapat menyusu dengan efektif, ditandai dengan bayi menyusu dengan kuat, ibu merasa ASI mengalir lancar, dan bayi tampak puas setelah menyusu.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
1. Memastikan posisi menyusui yang benar
2. Mengajarkan teknik menyusui yang efektif
3. Memantau tanda-tanda bayi menyusu dengan efektif
4. Memberikan edukasi kepada ibu tentang managemen laktasi
5. Merujuk ke konselor laktasi atau ahli gizi apabila diperlukan
Dalam kasus ini, Ny. Mila mengalami penurunan aliran ASI setelah beberapa saat menyusui, sehingga bayi tampak tidak puas. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memastikan posisi dan teknik menyusui yang benar, serta memberikan edukasi tentang manajemen laktasi agar produksi ASI dapat meningkat dan menyusui menjadi lebih efektif. -
Article No. 6292 | 18 Nov 2024
Klinis : Defisit Pengetahuan (D.0111) DS: Menurut cerita yang dikatakan Bp.A saat anaknya Jatuh langsung dibawa kedukun, lalu An. A dipijit menggunakan batang sereh yang dibakar dengan bacaan doa-doa. DO: Pada saat diberikan Penkes Bp.A masih terlihat kebingungan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, sebagai perawat profesional, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Defisit Pengetahuan (D.0111). Hal ini terlihat dari cerita bahwa Bp. A belum memiliki pengetahuan yang cukup mengenai penanganan yang tepat untuk anak yang jatuh, sehingga memilih untuk membawa anak ke dukun dan memijit menggunakan batang sereh yang dibakar dengan bacaan doa-doa. Selain itu, saat diberikan pendidikan kesehatan, Bp. A masih terlihat kebingungan, menunjukkan adanya defisit pengetahuan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan Bp. A dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Peningkatan Pengetahuan (L.0307): Bp. A dapat menjelaskan dengan benar penanganan yang tepat untuk anak yang jatuh, seperti memberikan pertolongan pertama dan membawa anak ke tenaga kesehatan.
2. Pemahaman Kesehatan (L.0308): Bp. A dapat memahami pentingnya penanganan yang tepat untuk anak yang jatuh, serta memahami risiko dari penanganan yang tidak tepat.
3. Partisipasi dalam Perawatan Kesehatan (L.0310): Bp. A dapat aktif terlibat dalam perawatan kesehatan anak, termasuk membawa anak ke tenaga kesehatan saat diperlukan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Edukasi Kesehatan (I.0201):
a. Memberikan pendidikan kesehatan kepada Bp. A mengenai penanganan yang tepat untuk anak yang jatuh, seperti memberikan pertolongan pertama dan segera membawa anak ke tenaga kesehatan.
b. Menjelaskan kepada Bp. A mengenai risiko dan dampak yang dapat terjadi jika penanganan yang tidak tepat dilakukan.
c. Memastikan Bp. A memahami informasi yang diberikan dan dapat menjelaskan kembali.
2. Fasilitasi Pengambilan Keputusan (I.0202):
a. Mendiskusikan dengan Bp. A mengenai alternatif penanganan yang dapat dilakukan, serta membantu Bp. A dalam mengambil keputusan yang tepat.
b. Mendorong Bp. A untuk aktif terlibat dalam perawatan kesehatan anak, termasuk membawa anak ke tenaga kesehatan saat diperlukan.
3. Dukungan Emosional (I.0205):
a. Memberikan dukungan emosional kepada Bp. A selama proses edukasi dan pengambilan keputusan.
b. Memastikan Bp. A merasa nyaman dan percaya diri dalam menerapkan penanganan yang tepat untuk anak.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan Bp. A dapat meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan partisipasi dalam perawatan kesehatan anak, sehingga dapat memberikan penanganan yang tepat saat anak mengalami jatuh. -
Article No. 6293 | 18 Nov 2024
Klinis : DS: Menurut cerita yang dikatakan Bp.A saat anaknya Jatuh langsung dibawa kedukun, lalu An. A dipijit menggunakan batang sereh yang dibakar dengan bacaan doa-doa. DO: Pada saat diberikan Penkes Bp.A masih terlihat kebingungan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Defisit Pengetahuan
DS: Berdasarkan cerita, Bapak A membawa anaknya ke dukun untuk dipijat menggunakan batang sereh yang dibakar dengan bacaan doa-doa setelah anak mengalami jatuh. Hal ini menunjukkan adanya defisit pengetahuan terkait penanganan yang tepat untuk kondisi tersebut.
DO: Pada saat diberikan Penkes, Bapak A masih terlihat kebingungan, mengindikasikan kurangnya pemahaman mengenai tindakan yang seharusnya dilakukan.
2. Ketidakefektifan Koping Keluarga
DS: Keluarga membawa anak ke dukun untuk mendapatkan penanganan, yang menunjukkan strategi koping yang tidak efektif dalam menangani situasi tersebut.
DO: Ketika diberikan Penkes, Bapak A masih terlihat kebingungan, mengindikasikan bahwa keluarga belum memiliki strategi koping yang efektif.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Peningkatan Pengetahuan
- Keluarga dapat menjelaskan penanganan yang tepat untuk anak yang jatuh.
- Keluarga dapat mengidentifikasi pentingnya membawa anak ke fasilitas kesehatan yang memadai.
2. Efektivitas Koping Keluarga
- Keluarga dapat mengidentifikasi strategi koping yang efektif dalam menghadapi situasi anak yang jatuh.
- Keluarga dapat menerapkan strategi koping yang efektif untuk menangani situasi serupa di masa mendatang.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Peningkatan Pengetahuan:
- Berikan pendidikan kesehatan tentang penanganan yang tepat untuk anak yang jatuh, termasuk pentingnya segera membawa anak ke fasilitas kesehatan yang memadai.
- Identifikasi sumber-sumber informasi yang dapat diakses keluarga untuk memperoleh informasi yang akurat.
- Libatkan keluarga dalam diskusi dan tanya jawab untuk memastikan pemahaman mereka.
2. Efektivitas Koping Keluarga:
- Bantu keluarga mengidentifikasi strategi koping yang efektif dalam menghadapi situasi anak yang jatuh.
- Ajarkan teknik-teknik manajemen stres dan pemecahan masalah yang dapat digunakan keluarga.
- Dorong keluarga untuk berpartisipasi aktif dalam pembuatan rencana tindakan dalam menghadapi situasi serupa di masa mendatang.
- Berikan dukungan dan umpan balik positif saat keluarga menerapkan strategi koping yang efektif.
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Defisit Pengetahuan dan Ketidakefektifan Koping Keluarga merupakan diagnosa yang sesuai dengan kondisi yang dipaparkan. Defisit Pengetahuan terlihat dari tindakan keluarga yang membawa anak ke dukun untuk mendapatkan penanganan, menunjukkan kurangnya pemahaman tentang penanganan yang tepat. Ketidakefektifan Koping Keluarga juga terlihat dari strategi yang dipilih, yang tidak sesuai dengan penanganan yang dibutuhkan.
Luaran/Output SLKI:
Peningkatan Pengetahuan dan Efektivitas Koping Keluarga merupakan luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan. Keluarga perlu memperoleh pengetahuan yang benar terkait penanganan anak yang jatuh, serta mengembangkan strategi koping yang efektif untuk menghadapi situasi serupa di masa mendatang.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Intervensi yang diperlukan meliputi edukasi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan keluarga, serta pemberian dukungan dan pelatihan untuk meningkatkan koping keluarga yang efektif. Intervensi diarahkan agar keluarga dapat memahami penanganan yang tepat dan mampu menerapkan strategi koping yang sesuai dalam menghadapi situasi anak yang jatuh. -
Article No. 6294 | 18 Nov 2024
Klinis : Kecemasan ibu terkait kemampuan menyusui bayi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Kecemasan berhubungan dengan kemampuan menyusui bayi
Penjelasan:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), diagnosa keperawatan "Kecemasan berhubungan dengan kemampuan menyusui bayi" adalah kondisi di mana individu mengalami perasaan tidak nyaman atau khawatir terkait ketidakmampuannya dalam menyusui bayi.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) untuk kondisi ini meliputi:
1. Tingkat kecemasan menurun
2. Persepsi kemampuan menyusui meningkat
3. Perilaku menyusui efektif
Sementara itu, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang dapat diterapkan antara lain:
1. Manajemen kecemasan
2. Bimbingan menyusui
3. Dukungan emosional
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan ibu dapat mengelola kecemasan terkait kemampuan menyusui bayinya, meningkatkan persepsi kemampuan menyusui, dan menunjukkan perilaku menyusui yang efektif. -
Article No. 6295 | 18 Nov 2024
Klinis : Ny. Mila merasa aliran ASI hanya deras di awal menyusui, lalu berkurang, sehingga bayi tampak tidak puas..
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang dialami oleh Ny. Mila.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan kondisi yang dialami oleh Ny. Mila, yaitu merasa aliran ASI hanya deras di awal menyusui namun kemudian berkurang, sehingga bayi tampak tidak puas, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Ketidakefektifan Menyusui.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
Ketidakefektifan Menyusui adalah diagnosis keperawatan yang menggambarkan ketidakmampuan ibu atau bayi untuk mencapai atau mempertahankan proses menyusui yang efektif.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
Luaran yang diharapkan dari diagnosa keperawatan ini adalah Peningkatan Kemampuan Menyusui, yang ditandai dengan peningkatan produksi ASI, perlekatan yang baik, dan kepuasan bayi selama menyusui.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosa Ketidakefektifan Menyusui antara lain:
1. Manajemen Laktasi: Mengajarkan teknik menyusui yang benar, memfasilitasi refleks let-down, dan memantau produksi ASI.
2. Edukasi Nutrisi: Memberikan informasi tentang manfaat ASI dan pentingnya menjaga nutrisi ibu selama menyusui.
3. Dukungan Emosional: Memberikan dukungan dan motivasi kepada ibu untuk tetap menyusui.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan dapat membantu Ny. Mila mengatasi masalah ketidakefektifan menyusui dan meningkatkan kemampuan menyusui yang efektif. -
Article No. 6296 | 18 Nov 2024
Klinis : Kurangnya informasi ibu tentang tanda bayi mendapatkan cukup ASI.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi kurangnya informasi ibu tentang tanda bayi mendapatkan cukup ASI.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan pola menyusui
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan ini menggambarkan situasi di mana ibu mengalami kesulitan dalam memahami dan menerapkan teknik menyusui yang efektif, sehingga mengakibatkan bayi tidak mendapatkan cukup ASI. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya informasi dan pengetahuan yang dimiliki oleh ibu.
SDKI:
Ketidakefektifan pola menyusui ditandai dengan indikator seperti:
1. Posisi menyusui kurang tepat
2. Lamanya menyusui tidak sesuai kebutuhan bayi
3. Frekuensi menyusui tidak sesuai kebutuhan bayi
4. Tanda-tanda bayi mendapatkan cukup ASI tidak dipahami oleh ibu
SLKI:
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah:
1. Ibu dapat memposisikan bayi dengan tepat saat menyusui
2. Ibu dapat menyusui bayi sesuai kebutuhan
3. Ibu dapat memahami tanda-tanda bayi mendapatkan cukup ASI
SIKI:
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Memberikan edukasi tentang teknik menyusui yang benar
2. Mengajarkan ibu untuk memposisikan bayi saat menyusui
3. Membantu ibu memahami tanda-tanda bayi mendapatkan cukup ASI
4. Mengevaluasi proses menyusui ibu dan bayi secara berkala
Dengan pendekatan yang komprehensif dan berdasarkan standar asuhan keperawatan, diharapkan ibu dapat memperoleh informasi yang tepat dan meningkatkan kemampuannya dalam memberikan ASI secara efektif bagi bayinya. -
Article No. 6144 | 17 Nov 2024
Klinis : risiko jatuh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi risiko jatuh.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Jatuh
Penjelasan:
Risiko Jatuh adalah kondisi di mana individu berada dalam bahaya atau kemungkinan besar mengalami kejatuhan yang dapat menyebabkan cedera fisik. Kondisi ini memerlukan intervensi keperawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya jatuh dan meminimalkan risiko cedera.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Dalam SDKI, Risiko Jatuh dikategorikan sebagai diagnosa keperawatan dengan kode RI-00099. Definisi dari diagnosa ini adalah "Rentan terhadap peningkatan risiko jatuh, yang dapat menyebabkan cedera fisik, yang dapat dibuktikan."
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Terkait dengan diagnosa Risiko Jatuh, SLKI menetapkan beberapa luaran keperawatan yang dapat digunakan sebagai indikator keberhasilan intervensi, seperti:
1. Bebas dari Cedera Jatuh
2. Stabilitas Fisik
3. Kemampuan Mobilisasi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Untuk menangani kondisi Risiko Jatuh, SIKI menyediakan beberapa intervensi keperawatan yang dapat diterapkan, seperti:
1. Manajemen Lingkungan: Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan risiko jatuh
2. Edukasi Pencegahan Jatuh: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang strategi pencegahan jatuh
3. Pelatihan Mobilisasi: Melatih pasien untuk bergerak dan berpindah dengan aman
4. Pemantauan Risiko Jatuh: Melakukan penilaian dan pemantauan secara berkala terhadap risiko jatuh.
Dengan menggunakan framework SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berfokus pada pencegahan jatuh serta peningkatan keselamatan pasien. -
Article No. 6145 | 17 Nov 2024
Klinis : Coronary Artery Bypass Graft (CABG)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan serta penjelasan singkat berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk pasien yang menjalani Coronary Artery Bypass Graft (CABG).
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Jantung berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke miokardium.
2. Risiko Perdarahan berhubungan dengan gangguan integritas pembuluh darah.
3. Risiko Ketidakseimbangan Cairan berhubungan dengan perubahan keseimbangan cairan.
4. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan kemampuan fisik.
5. Risiko Infeksi berhubungan dengan pembedahan dan alat-alat medis.
Penjelasan Singkat:
1. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Jantung
- SDKI: Penurunan suplai oksigen ke miokardium yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan jantung.
- SLKI: Sirkulasi darah yang adekuat ke jaringan jantung.
- SIKI: Intervensi yang ditujukan untuk mempertahankan suplai darah dan oksigen ke miokardium, seperti pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, dan penatalaksanaan pengobatan.
2. Risiko Perdarahan
- SDKI: Gangguan integritas pembuluh darah yang dapat menyebabkan kehilangan darah.
- SLKI: Integritas pembuluh darah yang terjaga.
- SIKI: Intervensi untuk mencegah dan mengendalikan perdarahan, seperti pemantauan tanda-tanda perdarahan, penggunaan alat-alat hemostatik, dan pemberian cairan/produk darah.
3. Risiko Ketidakseimbangan Cairan
- SDKI: Perubahan keseimbangan cairan yang dapat menyebabkan dehidrasi atau kelebihan cairan.
- SLKI: Keseimbangan cairan yang terjaga.
- SIKI: Intervensi untuk mempertahankan keseimbangan cairan, seperti pemantauan input-output, pemberian cairan parenteral, dan edukasi pasien.
4. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Penurunan kemampuan fisik yang dapat menghambat pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
- SLKI: Kemampuan melakukan aktivitas yang optimal.
- SIKI: Intervensi untuk meningkatkan toleransi aktivitas, seperti latihan fisik bertahap, manajemen kelelahan, dan bantuan dalam aktivitas.
5. Risiko Infeksi
- SDKI: Pembedahan dan alat-alat medis yang dapat menjadi pintu masuk bagi agen infeksi.
- SLKI: Bebas dari infeksi.
- SIKI: Intervensi untuk mencegah dan mengendalikan infeksi, seperti perawatan luka, pemberian antibiotik, dan edukasi pasien tentang pencegahan infeksi.
Diharapkan penjelasan ini dapat memberikan gambaran komprehensif tentang diagnosa keperawatan dan intervensi yang dapat diterapkan pada pasien yang menjalani Coronary Artery Bypass Graft (CABG) berdasarkan standar yang ditetapkan oleh PPNI. -
Article No. 6146 | 17 Nov 2024
Klinis : Coronary Artery Bypass Graft (CABG)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk pasien dengan kondisi Coronary Artery Bypass Graft (CABG) dengan tone akademis dan persona pakar.
1. Diagnosis Keperawatan SDKI yang Sesuai:
a. Nyeri Akut: Pasien dengan prosedur CABG akan mengalami nyeri akut akibat insisi bedah pada dada dan pengambilan pembuluh darah dari area lain untuk graft. Nyeri ini perlu diidentifikasi dan diatasi dengan tepat.
b. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh: Pasien pascaoperasi CABG mungkin mengalami penurunan nafsu makan dan asupan nutrisi yang tidak memadai, sehingga memerlukan pemantauan dan intervensi nutrisi yang tepat.
c. Risiko Perfusi Jaringan Kardiaks Tidak Efektif: Prosedur CABG bertujuan untuk memperbaiki aliran darah ke jantung, namun ada risiko komplikasi yang dapat mengganggu perfusi jaringan jantung.
d. Intoleransi Aktivitas: Pasien pascaoperasi CABG akan mengalami penurunan toleransi terhadap aktivitas fisik, sehingga membutuhkan intervensi untuk meningkatkan toleransi aktivitas secara bertahap.
2. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
a. Kontrol Nyeri: Pasien dapat melaporkan nyeri terkontrol dalam skala nyeri yang dapat diterima.
b. Status Nutrisi Membaik: Pasien dapat mempertahankan berat badan yang sesuai dan menunjukkan tanda-tanda perbaikan status nutrisi.
c. Perfusi Jaringan Jantung Membaik: Pasien menunjukkan tanda-tanda peningkatan perfusi jaringan jantung, seperti EKG yang stabil, tidak ada angina, dan pemeriksaan diagnostik yang mendukung.
d. Toleransi Aktivitas Meningkat: Pasien dapat meningkatkan aktivitas fisik secara bertahap tanpa menunjukkan tanda-tanda intoleransi.
3. Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
a. Manajemen Nyeri:
i. Identifikasi karakteristik nyeri (lokasi, kualitas, durasi, frekuensi)
ii. Kolaborasi pemberian analgetik yang tepat
iii. Ajarkan teknik manajemen nyeri nonfarmakologis (distraksi, relaksasi)
iv. Evaluasi efektivitas intervensi nyeri
b. Manajemen Nutrisi:
i. Asesmen status nutrisi pasien
ii. Kolaborasi pemberian nutrisi enteral/parenteral yang adekuat
iii. Edukasi pasien dan keluarga tentang kebutuhan nutrisi
iv. Monitoring intake dan output nutrisi
c. Manajemen Perfusi Jantung:
i. Monitor tanda-tanda vital dan irama jantung
ii. Kolaborasi pemberian obat-obatan kardiovaskuler
iii. Ajarkan aktivitas fisik yang aman dan bertahap
iv. Monitor hasil pemeriksaan diagnostik (EKG, tes stres, dll.)
d. Manajemen Toleransi Aktivitas:
i. Asesmen toleransi aktivitas pasien
ii. Berikan aktivitas fisik yang sesuai dan bertahap
iii. Monitor tanda-tanda intoleransi aktivitas
iv. Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen aktivitas
Dalam memberikan asuhan keperawatan untuk pasien dengan CABG, perawat perlu memperhatikan diagnosis keperawatan yang sesuai, menetapkan luaran yang diharapkan, dan mengimplementasikan intervensi keperawatan yang komprehensif untuk mencapai hasil yang optimal bagi pasien.