Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8073 | 06 Dec 2024
Klinis : Nyeri kronis mata merah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Kronis Mata Merah
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri Kronis Mata Merah adalah kondisi di mana pasien mengalami rasa sakit yang terus-menerus pada mata yang tampak merah.
- Penyebab umum dapat termasuk iritasi, infeksi, sindrom kering mata, atau penyakit lainnya.
- Tanda dan gejala dapat mencakup rasa sakit, sensasi terbakar, photophobia, dan perubahan penglihatan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tujuan utama pengelolaan nyeri kronis mata merah adalah mengurangi atau menghilangkan nyeri, meningkatkan fungsi visual, dan mencegah komplikasi.
- Luaran yang diharapkan meliputi pengurangan nyeri, peningkatan kemampuan dalam aktivitas sehari-hari, dan perbaikan fungsi visual.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup:
- Pengkajian nyeri secara komprehensif
- Pemberian analgesik atau obat tetes mata sesuai resep
- Kompres hangat/dingin pada mata
- Edukasi tentang penyebab dan manajemen nyeri mata
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (oftalmolog, dll) jika diperlukan
Sebagai pakar keperawatan, saya memberikan penjelasan singkat mengenai standar diagnosis, luaran, dan intervensi keperawatan yang dapat diterapkan untuk kondisi nyeri kronis mata merah sesuai dengan SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 8074 | 06 Dec 2024
Klinis : Pasien Post SC cito dengan infeksi luka operasi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk pasien post seksio sesarea (SC) cito dengan infeksi luka operasi:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
a. Diagnosa Keperawatan: Risiko infeksi
Penjelasan: Pasien post SC cito memiliki risiko tinggi mengalami infeksi luka operasi karena adanya insisi pada kulit dan jaringan yang mengakibatkan terbukanya akses bagi mikroorganisme untuk masuk dan berkolonisasi. Kondisi ini dapat menyebabkan tanda-tanda infeksi seperti kemerahan, pembengkakan, peningkatan suhu, dan nyeri pada luka operasi.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Luaran: Kontrol Infeksi
Penjelasan: Setelah diberikan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mengendalikan infeksi pada luka operasi. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur luaran ini antara lain:
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka operasi (seperti kemerahan, pembengkakan, peningkatan suhu, dan nyeri)
- Hasil pemeriksaan kultur bakteri negatif
- Tidak ada peningkatan leukosit
- Tidak ada demam
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Intervensi: Manajemen Infeksi
Penjelasan: Beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran kontrol infeksi pada pasien post SC cito dengan infeksi luka operasi antara lain:
- Observasi tanda-tanda infeksi pada luka operasi secara berkala (misalnya mengukur suhu tubuh, memeriksa adanya kemerahan, pembengkakan, dan nyeri)
- Melakukan perawatan luka operasi sesuai standar aseptik, termasuk membersihkan luka dan mengganti balutan secara teratur
- Memberikan antibiotik sesuai indikasi dan memantau efektivitasnya
- Mendorong pasien untuk menjaga kebersihan diri dan mobilisasi dini untuk mencegah komplikasi
- Memantau hasil pemeriksaan laboratorium (misalnya kultur bakteri, kadar leukosit) untuk mendeteksi adanya infeksi
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai tanda-tanda infeksi, pentingnya menjaga kebersihan, dan kepatuhan terhadap terapi
- Berkoordinasi dengan tim kesehatan lain (misalnya dokter, ahli gizi) untuk memberikan perawatan yang komprehensif.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan pasien post SC cito dengan infeksi luka operasi dapat mencapai luaran kontrol infeksi yang optimal. -
Article No. 8075 | 06 Dec 2024
Klinis : Pasien terpasang infus terjadi flebitis
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan terpasang infus yang mengalami flebitis adalah:
1. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, seperti yang diharapkan.
Penyebab: Aktivitas yang membatasi, seperti pembatasan pergerakan karena terpasang infus.
Luaran/Output yang Diharapkan SLKI
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan, diharapkan luaran/output yang akan dicapai adalah:
1. Toleransi Aktivitas Meningkat
Definisi: Kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin yang diinginkan tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
Kriteria hasil:
a. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
b. Pasien melaporkan peningkatan kemampuan untuk melakukan aktivitas.
c. Pasien menunjukkan peningkatan kapasitas fungsional.
Intervensi Keperawatan SIKI
Untuk mencapai tujuan luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang perlu dilakukan adalah:
1. Manajemen Aktivitas
Definisi: Pengaturan, pemberian, dan evaluasi aktivitas fisik untuk meningkatkan toleransi dan meminimalkan risiko.
Aktivitas Keperawatan:
a. Kaji tingkat keterbatasan aktivitas pasien dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
b. Kaji tanda-tanda vital pasien sebelum, selama, dan setelah aktivitas.
c. Buat rencana aktivitas yang sesuai dengan toleransi pasien.
d. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sesuai rencana.
e. Monitor respons pasien terhadap aktivitas dan laporkan perubahan.
f. Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya aktivitas dan manajemen aktivitas yang tepat.
Penjelasan Rinci
1. Diagnosa Keperawatan SDKI: Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, seperti yang diharapkan.
- Penyebab: Aktivitas yang membatasi, seperti pembatasan pergerakan karena terpasang infus. Pada kasus ini, pasien tidak dapat melakukan aktivitas secara optimal karena adanya infus yang terpasang, sehingga menyebabkan intoleransi aktivitas.
2. Luaran/Output yang Diharapkan SLKI: Toleransi Aktivitas Meningkat
- Definisi: Kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin yang diinginkan tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
- Kriteria hasil:
a. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
b. Pasien melaporkan peningkatan kemampuan untuk melakukan aktivitas.
c. Pasien menunjukkan peningkatan kapasitas fungsional.
- Dengan adanya intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat meningkatkan toleransi aktivitasnya dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
3. Intervensi Keperawatan SIKI: Manajemen Aktivitas
- Definisi: Pengaturan, pemberian, dan evaluasi aktivitas fisik untuk meningkatkan toleransi dan meminimalkan risiko.
- Aktivitas Keperawatan:
a. Kaji tingkat keterbatasan aktivitas pasien dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
b. Kaji tanda-tanda vital pasien sebelum, selama, dan setelah aktivitas.
c. Buat rencana aktivitas yang sesuai dengan toleransi pasien.
d. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sesuai rencana.
e. Monitor respons pasien terhadap aktivitas dan laporkan perubahan.
f. Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya aktivitas dan manajemen aktivitas yang tepat.
- Intervensi ini bertujuan untuk mengatur, memberikan, dan mengevaluasi aktivitas fisik pasien sehingga dapat meningkatkan toleransi aktivitas dan meminimalkan risiko yang mungkin terjadi.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan kondisi pasien dengan terpasang infus yang mengalami flebitis dapat ditangani secara komprehensif dan efektif. -
Article No. 8076 | 06 Dec 2024
Klinis : Pasien terpasang infus terjadi flebitis kemerahan bengkak
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci terkait kondisi pasien yang anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien yang mengalami flebitis dengan tanda-tanda kemerahan, bengkak, dan terpasang infus, maka diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Integritas Kulit Terganggu
Definisi: Kerusakan atau perubahan pada epidermis dan/atau dermis.
Batasan karakteristik: Kemerahan, bengkak, nyeri, hangat pada daerah pemasangan infus.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Integritas Kulit Membaik
Kriteria hasil:
a. Tidak ada perubahan warna kulit
b. Tidak ada bengkak
c. Tidak ada nyeri
d. Suhu normal
e. Tidak ada kerusakan lebih lanjut pada kulit
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, maka intervensi keperawatan yang perlu dilakukan antara lain:
1. Perawatan Luka
a. Membersihkan area infus dengan lembut menggunakan larutan saline
b. Melakukan observasi tanda-tanda infeksi seperti kemerahan, bengkak, nyeri, dan suhu
c. Mengganti balutan infus sesuai prosedur aseptik
d. Memantau tanda-tanda infiltrasi atau ekstravasasi
2. Manajemen Nyeri
a. Menilai lokasi, karakteristik, durasi, dan intensitas nyeri
b. Memberikan analgesik sesuai instruksi medis
c. Mengajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri seperti kompres hangat
3. Edukasi Pasien dan Keluarga
a. Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan area infus
b. Mengajarkan tanda-tanda infeksi yang harus dilaporkan
c. Memberikan informasi tentang perawatan luka dan manajemen nyeri
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berfokus pada perawatan luka, manajemen nyeri, serta edukasi pasien dan keluarga, diharapkan dapat meningkatkan integritas kulit pasien dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Evaluasi yang ketat terhadap hasil intervensi juga diperlukan untuk memastikan tercapainya luaran yang diharapkan. -
Article No. 8077 | 06 Dec 2024
Klinis : klien mengatakan mual dan nafsu makan berkurang, mampu menghabiskan makanan hanya 2-3 sendok makan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan gejala yang Anda sampaikan, yaitu klien mengatakan mual dan nafsu makan berkurang, serta mampu menghabiskan makanan hanya 2-3 sendok makan, maka dapat disimpulkan bahwa klien mengalami:
Diagnosa Keperawatan: Penurunan Berat Badan
Penjelasan singkat sesuai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Penurunan Berat Badan adalah keadaan di mana klien mengalami penurunan berat badan yang tidak disengaja dan tidak dapat dikontrol, yang ditandai dengan kehilangan berat badan tubuh yang berlebih.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari asuhan keperawatan pada klien dengan Penurunan Berat Badan adalah:
1. Klien mencapai berat badan yang diinginkan
2. Klien menunjukkan peningkatan nafsu makan
3. Klien menunjukkan peningkatan asupan nutrisi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada klien dengan Penurunan Berat Badan meliputi:
1. Pemantauan status nutrisi
2. Manajemen mual dan muntah
3. Peningkatan asupan nutrisi
4. Konseling gizi
5. Pemberian suplemen nutrisi
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan kondisi klien secara holistik, menjalin kerja sama dengan tim kesehatan lainnya, serta melibatkan keluarga dalam proses perawatan. -
Article No. 8078 | 06 Dec 2024
Klinis : keguguran berulang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Resiko Keguguran Berulang
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
Resiko Keguguran Berulang menunjukkan adanya kemungkinan keguguran yang terjadi berulang kali pada seorang wanita. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kelainan genetik, infeksi, kelainan hormonal, atau kondisi medis lainnya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari asuhan keperawatan pada kondisi resiko keguguran berulang adalah:
1. Pasien memahami faktor risiko dan komplikasi keguguran berulang.
2. Pasien dapat menerapkan upaya pencegahan keguguran berulang.
3. Pasien memiliki dukungan sosial yang adekuat.
4. Pasien menunjukkan tanda-tanda kehamilan yang sehat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani resiko keguguran berulang meliputi:
1. Edukasi tentang faktor risiko dan pencegahan keguguran berulang.
2. Pemantauan tanda-tanda kehamilan.
3. Pemberian dukungan emosional dan spiritual.
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (obstetrisi, genetika, dll) untuk menangani penyebab keguguran.
5. Penatalaksanaan komplikasi yang mungkin timbul.
Sebagai tenaga keperawatan, kami memiliki peran penting dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mencegah dan mengelola resiko keguguran berulang pada pasien. -
Article No. 8079 | 06 Dec 2024
Klinis : keguguran berulang abortus 5 kali
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perdarahan Vagina Berhubungan dengan Riwayat Abortus Berulang
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan kondisi yang diberikan, pasien mengalami keguguran berulang (abortus) sebanyak 5 kali. Hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya perdarahan vagina. Perdarahan vagina yang terjadi pada pasien dapat disebabkan oleh komplikasi dari riwayat abortus berulang.
Standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Risiko terjadinya perdarahan dari vagina yang dapat membahayakan kesehatan.
- Faktor Risiko: Riwayat abortus berulang, penyakit infeksi, gangguan pembekuan darah, cedera pada serviks atau vagina.
- Gejala dan Tanda: Perdarahan vagina, nyeri perut, rasa tidak nyaman di area panggul.
Standar SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Tidak terjadi perdarahan vagina, tanda-tanda vital stabil, tidak ada komplikasi.
- Kriteria Hasil: Perdarahan vagina terkontrol, tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda infeksi.
Standar SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Identifikasi faktor risiko, pemantauan tanda-tanda vital, pemantauan perdarahan, terapi farmakologis (jika diperlukan), edukasi mengenai kondisi dan pencegahan komplikasi. -
Article No. 8080 | 06 Dec 2024
Klinis : ansietas karena keguguran berulang abortus 5 kali
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi ansietas karena keguguran berulang (abortus 5 kali) dengan tone akademis dan persona pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Ansietas berhubungan dengan keguguran berulang
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ansietas adalah respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman yang tidak jelas atau tidak diketahui.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat ansietas menurun
2. Kemampuan koping meningkat
3. Pengetahuan tentang manajemen ansietas meningkat
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen ansietas
- Identifikasi penyebab dan faktor yang memengaruhi ansietas
- Berikan informasi tentang ansietas dan cara mengatasinya
- Latih teknik relaksasi
- Dukung dalam mengekspresikan perasaan
2. Terapi kognitif
- Bantu mengidentifikasi pikiran dan keyakinan yang tidak rasional
- Bantu merestrukturisasi pikiran yang tidak rasional
- Latih teknik distraksi dan visualisasi positif
3. Dukungan emosional
- Dengarkan dan beri empati pada pasien
- Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami ansietas terkait dengan keguguran berulang yang dialaminya. Perawat perlu membantu pasien dalam mengelola ansietas, meningkatkan kemampuan koping, serta memberikan dukungan emosional. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen ansietas, terapi kognitif, dan dukungan emosional. -
Article No. 8081 | 06 Dec 2024
Klinis : nomor diagnosa resiko cedera janin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Risiko Cedera Janin
Penjelasan:
1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Risiko Cedera Janin adalah "Rentan terjadi kerusakan struktural atau fungsional pada janin yang dapat menyebabkan efek yang merugikan pada pertumbuhan dan perkembangan janin."
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Luaran yang diharapkan pada kondisi Risiko Cedera Janin adalah:
- Tidak ada cedera pada janin
- Tidak ada perubahan perkembangan janin
- Tidak ada komplikasi kehamilan
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Risiko Cedera Janin antara lain:
- Pemantauan kehamilan
- Edukasi mengenai risiko cedera janin
- Manajemen aktivitas dan istirahat
- Intervensi untuk mencegah komplikasi kehamilan
Sebagai seorang perawat profesional, penanganan kondisi Risiko Cedera Janin harus dilakukan dengan teliti dan saksama, sesuai dengan standar praktik keperawatan yang berlaku di Indonesia. Kolaborasi yang erat dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter kandungan, sangat diperlukan untuk memastikan kesejahteraan ibu dan janin. -
Article No. 8082 | 06 Dec 2024
Klinis : nomor diagnosa resiko cedera janin
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang Anda minta.
1. Kode ICD-10:
- Kode: O36.6
- Deskripsi: Risiko cedera janin
Penjelasan:
Kode ICD-10 O36.6 merujuk pada kondisi risiko cedera janin. Hal ini dapat mencakup berbagai situasi di mana terdapat potensi bahaya atau ancaman terhadap kesejahteraan janin, seperti plasenta previa, solusio plasenta, trauma maternal, atau kondisi lainnya yang dapat memengaruhi perkembangan dan kesehatan janin.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode prosedur ICD-9-CM spesifik untuk "risiko cedera janin".
- Deskripsi: Pada kondisi risiko cedera janin, tindakan medis yang mungkin diperlukan dapat bervariasi bergantung pada penyebab dan kondisi yang mendasarinya. Tindakan yang mungkin dilakukan dapat meliputi pemantauan ketat maternal dan fetal, intervensi terapeutik (misalnya terapi kortikosteroid), atau dalam kasus yang lebih parah, pengakhiran kehamilan untuk melindungi kesehatan ibu dan janin.
Dalam praktik klinis, dokter atau perekam medis akan mempertimbangkan kode prosedur ICD-9-CM yang paling sesuai dengan tindakan medis yang dilakukan untuk mengelola risiko cedera janin pada kasus individu.