Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 6273 | 18 Nov 2024
Klinis : ansietas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Ansietas
Definisi Ansietas menurut SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya atau masalah di masa depan.
Penjelasan singkat sesuai standar SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya atau masalah di masa depan.
- Karakteristik Utama: Perasaan cemas, tegang, gelisah, khawatir, dan takut terhadap sesuatu yang tidak jelas.
- Faktor yang Berhubungan: Perubahan status kesehatan, perpisahan, ancaman integritas diri, krisis situasional, dan lingkungan yang tidak mendukung.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Klien dapat mengendalikan kecemasan, klien dapat mengurangi gejala kecemasan, dan klien dapat beradaptasi terhadap situasi yang menyebabkan kecemasan.
- Kriteria Hasil: Ekspresi wajah tenang, gelisah berkurang, dan mampu mengidentifikasi sumber kecemasan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Ansietas, Terapi Relaksasi, Terapi Kognitif, dan Terapi Spiritual.
- Tujuan Intervensi: Menurunkan tingkat kecemasan, meningkatkan kemampuan koping, dan membantu klien dalam beradaptasi dengan situasi yang menyebabkan kecemasan.
Dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat, dapat dijelaskan bahwa ansietas merupakan diagnosis keperawatan yang dicirikan oleh perasaan tidak nyaman atau khawatir terhadap suatu ancaman di masa depan. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan meliputi manajemen ansietas, terapi relaksasi, terapi kognitif, dan terapi spiritual untuk membantu klien dalam mengendalikan kecemasan dan beradaptasi dengan situasi yang menyebabkan kecemasan. -
Article No. 6274 | 18 Nov 2024
Klinis : Anak perempuan dengan keluhan Demam 3 hari, menggigil, mimisan 1 hari, batuk berdahak dan pilek 4 hari, mual muntah 1 kali diagnosa medis DBD
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Risiko Penurunan Volume Cairan Berhubungan dengan Kehilangan Cairan Melalui Muntah
- Definisi: Berisiko mengalami penurunan volume cairan tubuh yang dapat membahayakan kesehatan.
- Penyebab: Kehilangan cairan melalui muntah akibat demam dan infeksi virus dengue.
2. Hipertermia Berhubungan dengan Proses Infeksi
- Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas batas normal.
- Penyebab: Proses infeksi virus dengue yang menyebabkan demam.
3. Perdarahan Mukosa Berhubungan dengan Perubahan Fungsi Trombosit
- Definisi: Keluarnya darah dari membran mukosa.
- Penyebab: Penurunan fungsi trombosit akibat infeksi virus dengue.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Risiko Penurunan Volume Cairan Berhubungan dengan Kehilangan Cairan Melalui Muntah:
- Tanda-tanda vital stabil
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
- Tidak ada keluhan mual dan muntah
2. Hipertermia Berhubungan dengan Proses Infeksi:
- Suhu tubuh dalam batas normal
- Tidak ada menggigil
3. Perdarahan Mukosa Berhubungan dengan Perubahan Fungsi Trombosit:
- Epistaksis (mimisan) terkontrol
- Tidak ada perdarahan lainnya
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Risiko Penurunan Volume Cairan Berhubungan dengan Kehilangan Cairan Melalui Muntah:
- Monitor tanda-tanda vital secara teratur
- Pantau asupan dan output cairan
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan
- Ajarkan teknik mengatasi mual dan muntah
2. Hipertermia Berhubungan dengan Proses Infeksi:
- Monitor suhu tubuh secara teratur
- Berikan obat penurun demam sesuai indikasi
- Terapkan teknik penurunan suhu tubuh (kompres hangat, kipas angin)
- Anjurkan banyak istirahat
3. Perdarahan Mukosa Berhubungan dengan Perubahan Fungsi Trombosit:
- Monitor tanda-tanda perdarahan
- Berikan kompres dingin pada area perdarahan
- Anjurkan istirahat total
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi trombosit jika diperlukan
Penjelasan:
Anak perempuan dengan keluhan demam, menggigil, mimisan, batuk berdahak, pilek, dan mual muntah, serta diagnosis medis Demam Berdarah Dengue (DBD), memerlukan asuhan keperawatan yang komprehensif. Diagnosa keperawatan yang sesuai mencakup risiko penurunan volume cairan, hipertermia, dan perdarahan mukosa. Luaran yang diharapkan adalah stabilnya tanda-tanda vital, tidak ada tanda-tanda dehidrasi, penurunan suhu tubuh, dan kontrol perdarahan. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pemantauan, pemberian cairan, penggunaan obat penurun demam, teknik penurunan suhu, dan kolaborasi dengan dokter untuk terapi trombosit jika diperlukan. -
Article No. 6275 | 18 Nov 2024
Klinis : Pasien datang ke IGD pada tanggal 11 November 2024 pukul 17.30 WIB post kecelakaan lalu lintas dengan keluhan nyeri pada bibir, lengan kiri atas, dan pinggul kanan. Pasien juga mengatakan saat ini merasa pusing dan mual. Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil : TD: 171/108 mmHg, N: 94x/menit, RR: 23x/menit, S : 36.5oC, SpO2 : 99%, Hasil laboratorium yaitu Leukosit 23.5 10^3/ul, Hemoglobin 13.7 g/dL, Hematokrit 41.8%, Hasil CT-Scan terdapat soft tissue hematoma reg maxilla dextra dengan avulsi (tanggal) gigi 1.1., 1,2, 2.1, 2.2, terdapat perdarahan intra sinus maxilaris dextra dan oedeama cerebri ringan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda paparkan, berikut adalah diagnosis keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosis Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik akibat kecelakaan lalu lintas.
2. Mual berhubungan dengan perdarahan intra sinus maxilaris dextra dan edema cerebri ringan.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik akibat cedera.
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri Akut: Pasien mengalami nyeri pada bibir, lengan kiri atas, dan pinggul kanan akibat cedera fisik karena kecelakaan lalu lintas.
2. Mual: Pasien mengalami mual yang diduga berhubungan dengan perdarahan intra sinus maxilaris dextra dan edema cerebri ringan.
3. Intoleransi Aktivitas: Pasien mengalami kelemahan fisik akibat cedera, sehingga memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas.
Standar SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. Nyeri Akut:
SDKI: Definisi, Penyebab, Gejala dan Tanda, Faktor yang Mempengaruhi
SLKI: Kriteria Hasil, Intervensi Keperawatan
SIKI: Manajemen Nyeri, Manajemen Analgesik
2. Mual:
SDKI: Definisi, Penyebab, Gejala dan Tanda, Faktor yang Mempengaruhi
SLKI: Kriteria Hasil, Intervensi Keperawatan
SIKI: Manajemen Mual dan Muntah, Manajemen Nutrisi
3. Intoleransi Aktivitas:
SDKI: Definisi, Penyebab, Gejala dan Tanda, Faktor yang Mempengaruhi
SLKI: Kriteria Hasil, Intervensi Keperawatan
SIKI: Manajemen Aktivitas, Manajemen Mobilitas
Catatan: Standar SDKI, SLKI, dan SIKI dapat digunakan sebagai panduan dalam proses asuhan keperawatan untuk pasien dengan kondisi serupa. -
Article No. 6276 | 18 Nov 2024
Klinis : Pasien datang ke IGD pada tanggal 11 November 2024 pukul 17.30 WIB post kecelakaan lalu lintas dengan keluhan nyeri pada bibir, lengan kiri atas, dan pinggul kanan. Pasien juga mengatakan saat ini merasa pusing dan mual. Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil : TD: 171/108 mmHg, N: 94x/menit, RR: 23x/menit, S : 36.5oC, SpO2 : 99%, Hasil laboratorium yaitu Leukosit 23.5 10^3/ul, Hemoglobin 13.7 g/dL, Hematokrit 41.8%, Hasil CT-Scan terdapat soft tissue hematoma reg maxilla dextra dengan avulsi (tanggal) gigi 1.1., 1,2, 2.1, 2.2, terdapat perdarahan intra sinus maxilaris dextra dan oedeama cerebri ringan.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik akibat kecelakaan lalu lintas, ditandai dengan keluhan nyeri pada bibir, lengan kiri atas, dan pinggul kanan.
2. Risiko penurunan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan oedeama cerebri ringan.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan cedera dan potensi keterpaparan.
4. Mual berhubungan dengan cedera dan efek samping obat.
5. Risiko hipertensi berhubungan dengan cedera dan stres.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Akut:
- Pasien melaporkan nyeri berkurang.
- Pasien dapat menunjukkan strategi pengelolaan nyeri yang efektif.
- Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari tanpa hambatan.
2. Risiko Penurunan Perfusi Jaringan Serebral:
- Tanda-tanda vital pasien stabil.
- Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial.
- Pasien tidak menunjukkan defisit neurologis.
3. Risiko Infeksi:
- Luka pasien tertutup dengan baik dan tidak ada tanda-tanda infeksi.
- Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan penurunan jumlah leukosit.
- Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi sistemik.
4. Mual:
- Pasien tidak lagi mengeluh mual.
- Pasien dapat mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat.
- Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi.
5. Risiko Hipertensi:
- Tekanan darah pasien berada dalam kisaran normal.
- Pasien dapat mengidentifikasi dan mengelola faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah.
- Pasien tidak menunjukkan komplikasi akibat hipertensi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri Akut:
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif.
- Berikan analgesik sesuai resep.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan nyeri.
2. Risiko Penurunan Perfusi Jaringan Serebral:
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pengelolaan oedeama cerebri.
- Ajarkan pasien dan keluarga teknik pencegahan peningkatan tekanan intrakranial.
- Pertahankan posisi kepala pasien yang sesuai.
3. Risiko Infeksi:
- Lakukan perawatan luka sesuai prosedur.
- Berikan profilaksis antibiotik sesuai resep.
- Pantau tanda-tanda infeksi secara berkala.
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi.
4. Mual:
- Kaji faktor-faktor yang menyebabkan mual.
- Berikan antiemetik sesuai resep.
- Ajarkan pasien teknik manajemen mual.
- Pertahankan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat.
5. Risiko Hipertensi:
- Pantau tekanan darah secara berkala.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pengelolaan hipertensi.
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang faktor-faktor yang memengaruhi tekanan darah.
- Bantu pasien mengidentifikasi dan menghindari faktor-faktor pencetus hipertensi.
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Setiap diagnosa keperawatan yang diidentifikasi berdasarkan data pasien yang diberikan memiliki karakteristik definisi, faktor terkait, dan gejala atau tanda yang sesuai dengan kondisi pasien. Diagnosa-diagnosa tersebut mencakup masalah kesehatan utama yang perlu ditangani dan membutuhkan intervensi keperawatan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Untuk setiap diagnosa keperawatan, tujuan atau luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan ditetapkan dengan mempertimbangkan kriteria hasil yang dapat diukur dan diamati. Luaran-luaran tersebut mencerminkan kemajuan yang diharapkan dari pasien dalam mengatasi masalah kesehatan yang teridentifikasi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Intervensi keperawatan yang direncanakan untuk masing-masing diagnosa keperawatan bertujuan untuk mencapai luaran yang diharapkan. Intervensi-intervensi tersebut meliputi tindakan keperawatan yang bersifat mandiri maupun kolaboratif dengan tenaga kesehatan lain, serta edukasi dan dukungan yang diberikan kepada pasien dan keluarga.
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan pasien dapat mencapai hasil yang optimal dalam pemulihan kondisi kesehatannya. -
Article No. 6277 | 18 Nov 2024
Klinis : gds 327
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas
Penjelasan singkat berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
SDKI:
Intoleransi Aktivitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, yang disebabkan oleh keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
SLKI:
Luaran yang diharapkan dari penanganan Intoleransi Aktivitas adalah Toleransi Aktivitas yang ditunjukkan dengan peningkatan kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
SIKI:
Intervensi keperawatan untuk mengatasi Intoleransi Aktivitas meliputi:
1. Manajemen Aktivitas: mengkaji tingkat toleransi klien terhadap aktivitas, membantu merencanakan aktivitas yang sesuai dengan kemampuan klien, dan memantau respon klien selama aktivitas.
2. Manajemen Energi: mengkaji tingkat energi klien, mengajarkan teknik menghemat energi, dan memfasilitasi aktivitas yang sesuai dengan kapasitas klien.
3. Peningkatan Mobilitas: memfasilitasi klien untuk bergerak sesuai kemampuan, memberikan alat bantu, dan mengoptimalkan fungsi fisik.
Dengan demikian, fokus penanganan pada kasus ini adalah membantu klien meningkatkan toleransi terhadap aktivitas sehari-hari, memaksimalkan penggunaan energi, serta memfasilitasi mobilitas klien sesuai dengan kondisi saat ini. -
Article No. 6278 | 18 Nov 2024
Klinis : muntah sejak kemarin malam, jika makan muntah +, sebelum keluhan os ada minum kopi riwayat keluhan yang sama +, nyeri perut -
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Mual (SDKI)
Definisi: Perasaan tidak nyaman yang dapat menimbulkan keinginan untuk muntah.
Gejala dan Tanda: Mual, muntah, anoreksia, gangguan rasa, gangguan tidur.
2. Risiko Dehidrasi (SDKI)
Definisi: Ketidakseimbangan cairan yang dapat membahayakan kesehatan.
Gejala dan Tanda: Peningkatan denyut nadi, penurunan turgor kulit, mulut kering, produksi urin berkurang.
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Mual (SLKI)
Indikator: Pasien dapat mengidentifikasi penyebab mual, pasien dapat mengendalikan episode mual.
2. Keseimbangan Cairan (SLKI)
Indikator: Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, pasien mempertahankan volume cairan tubuh yang adekuat.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Mual (SIKI)
Tindakan: Identifikasi penyebab mual, pantau tanda-tanda vital, ajarkan teknik relaksasi, pertimbangkan pemberian antiemetik.
2. Manajemen Cairan (SIKI)
Tindakan: Monitor asupan dan output cairan, pertimbangkan pemberian cairan intravena, pertimbangkan pemberian suplemen elektrolit.
Dalam kondisi ini, pasien mengalami mual dan muntah sejak kemarin malam, serta ada riwayat keluhan yang sama sebelumnya. Hal ini dapat menyebabkan risiko dehidrasi. Perawatan yang perlu dilakukan adalah mengelola mual dan mempertahankan keseimbangan cairan pasien. -
Article No. 6279 | 18 Nov 2024
Klinis : Gangguan mobilitas fisik: Berhubungan dengan deformitas kaki yang membatasi gerakan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Mobilitas Fisik
Definisi:
Keterbatasan dalam melakukan pergerakan fisik yang independen, terkontrol, dan terkoordinasi, yang dirasakan atau diamati.
Faktor Berhubungan:
Deformitas kaki yang membatasi gerakan
Rencana Asuhan Keperawatan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
a. Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan pergerakan yang bebas dan terkoordinasi dari satu atau lebih anggota tubuh.
b. Karakteristik Mayor: Keterbatasan dalam rentang gerak, keterbatasan dalam kekuatan otot, keterbatasan dalam koordinasi gerakan, dan/atau keterbatasan dalam kontrol gerakan.
c. Faktor Berhubungan: Deformitas muskuloskeletal, penyakit neuromuskular, dan pembatasan lingkungan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Luaran yang diharapkan: Klien dapat mempertahankan atau meningkatkan mobilitas fisik yang optimal.
b. Indikator:
- Klien dapat melakukan pergerakan yang bebas dan terkoordinasi.
- Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
- Klien dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang mendukung mobilitas.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Intervensi Keperawatan:
- Manajemen Mobilitas: Memfasilitasi pergerakan yang aman dan efektif.
- Terapi Latihan: Mempertahankan atau meningkatkan rentang gerak, kekuatan, dan koordinasi.
- Perawatan Ortotik dan Protektif: Menggunakan alat bantu mobilitas untuk memaksimalkan fungsi.
- Konseling: Memberikan dukungan dan edukasi terkait peningkatan mobilitas.
Penjelasan Singkat:
Diagnosa keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik pada kondisi ini disebabkan oleh deformitas kaki yang membatasi gerakan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen mobilitas, terapi latihan, perawatan ortotik dan protektif, serta konseling untuk memfasilitasi peningkatan mobilitas fisik klien. Tujuan akhirnya adalah agar klien dapat mempertahankan atau meningkatkan mobilitas fisik yang optimal dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. -
Article No. 6280 | 18 Nov 2024
Klinis : Gangguan integritas jaringan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati akan saya berikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Gangguan Integritas Jaringan.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Integritas Jaringan
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Kerusakan struktur dan fungsi kulit dan/atau jaringan yang disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal.
- Karakteristik Utama: Adanya luka, kerusakan, atau perubahan struktur dan fungsi jaringan.
- Faktor yang Berhubungan: Faktor mekanis, fisik, kimia, biologis, atau faktor lainnya yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Integritas jaringan membaik, tidak ada komplikasi, dan proses penyembuhan berjalan dengan baik.
- Indikator:
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka.
- Peningkatan vaskularisasi pada area luka.
- Perbaikan jaringan granulasi.
- Perbaikan epitelisasi.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
- Perawatan Luka: Membersihkan, menutup, dan melindungi luka untuk mempromosikan penyembuhan.
- Manajemen Nyeri: Mengatasi rasa sakit dan ketidaknyamanan yang terkait dengan luka.
- Pencegahan Infeksi: Mencegah terjadinya infeksi pada luka.
- Peningkatan Sirkulasi: Meningkatkan aliran darah ke area luka untuk mempercepat penyembuhan.
- Edukasi Pasien: Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga terkait perawatan luka dan proses penyembuhan.
Dalam konteks akademis, saya sebagai seorang pakar perawat akan memberikan penjelasan yang komprehensif dan sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Saya akan menggunakan bahasa yang jelas dan mudah dipahami untuk memastikan pemahaman yang baik mengenai kondisi Gangguan Integritas Jaringan dan pengelolaan keperawatannya. -
Article No. 6281 | 18 Nov 2024
Klinis : Inkontinensia urin Inkontinensia fekal Kehilangan kemampuan untuk mengenali dorongan buang air, mengingat letak kamar mandi, atau bahkan tidak menyadari kebutuhannya untuk buang air.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Inkontinensia Urin
2. Inkontinensia Fekal
3. Gangguan Fungsi Eliminasi
Penjelasan Singkat:
1. Inkontinensia Urin
- SDKI: Hilangnya kemampuan untuk mengendalikan pengeluaran urin secara sukarela.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk membantu pasien mencapai kontrol urinasi yang optimal.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang bertujuan untuk mempertahankan fungsi dan kontrol berkemih.
2. Inkontinensia Fekal
- SDKI: Hilangnya kemampuan untuk mengendalikan pengeluaran feses secara sukarela.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk membantu pasien mencapai kontrol defekasi yang optimal.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang bertujuan untuk mempertahankan fungsi dan kontrol buang air besar.
3. Gangguan Fungsi Eliminasi
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mengenali dorongan buang air, mengingat letak kamar mandi, atau bahkan tidak menyadari kebutuhan untuk buang air.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk membantu pasien mempertahankan fungsi eliminasi yang optimal.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang bertujuan untuk memfasilitasi proses eliminasi urin dan feses.
Dalam pendekatan asuhan keperawatan, perawat akan melakukan pengkajian menyeluruh, menetapkan diagnosa keperawatan, merencanakan intervensi yang sesuai, melaksanakan tindakan, dan melakukan evaluasi untuk memastikan tercapainya hasil yang diharapkan bagi pasien. -
Article No. 6282 | 18 Nov 2024
Klinis : Inkontinensia urin Inkontinensia fekal Kehilangan kemampuan untuk mengenali dorongan buang air, mengingat letak kamar mandi, atau bahkan tidak menyadari kebutuhannya untuk buang air.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baiklah, mari kita bahas kondisi yang Anda sampaikan dengan lebih rinci.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Inkontinensia Urin
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi inkontinensia urin adalah:
a. Inkontinensia Urin: Ketidakmampuan untuk mengendalikan pengeluaran urin yang tidak disengaja, mengakibatkan masalah fisik, sosial, dan higienis.
b. Risiko Inkontinensia Urin: Rentan mengalami pengeluaran urin yang tidak disengaja, yang dapat menimbulkan masalah fisik, sosial, dan higienis.
2. Inkontinensia Fekal
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi inkontinensia fekal adalah:
a. Inkontinensia Fekal: Ketidakmampuan untuk mengendalikan pengeluaran feses yang tidak disengaja, mengakibatkan masalah fisik, sosial, dan higienis.
b. Risiko Inkontinensia Fekal: Rentan mengalami pengeluaran feses yang tidak disengaja, yang dapat menimbulkan masalah fisik, sosial, dan higienis.
3. Kehilangan Kemampuan untuk Mengenali Dorongan Buang Air, Mengingat Letak Kamar Mandi, atau Tidak Menyadari Kebutuhan Buang Air
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
a. Defisit Perawatan Diri: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri (buang air besar/kecil) secara mandiri.
b. Risiko Defisit Perawatan Diri: Rentan mengalami ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri (buang air besar/kecil) secara mandiri.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Inkontinensia Urin
a. Kontrol Inkontinensia: Pasien menunjukkan kemampuan untuk mengendalikan pengeluaran urin yang tidak disengaja.
b. Integritas Kulit: Kulit pasien tetap utuh dan tidak terjadi iritasi akibat inkontinensia.
c. Kenyamanan: Pasien merasa nyaman dan bebas dari rasa tidak nyaman akibat inkontinensia.
2. Inkontinensia Fekal
a. Kontrol Inkontinensia: Pasien menunjukkan kemampuan untuk mengendalikan pengeluaran feses yang tidak disengaja.
b. Integritas Kulit: Kulit pasien tetap utuh dan tidak terjadi iritasi akibat inkontinensia.
c. Kenyamanan: Pasien merasa nyaman dan bebas dari rasa tidak nyaman akibat inkontinensia.
3. Kehilangan Kemampuan untuk Mengenali Dorongan Buang Air, Mengingat Letak Kamar Mandi, atau Tidak Menyadari Kebutuhan Buang Air
a. Perawatan Diri: Pasien dapat melakukan aktivitas perawatan diri (buang air besar/kecil) secara mandiri.
b. Kemandirian: Pasien dapat melakukan aktivitas perawatan diri (buang air besar/kecil) tanpa bantuan orang lain.
c. Kenyamanan: Pasien merasa nyaman dan bebas dari rasa tidak nyaman akibat ketidakmampuan melakukan perawatan diri.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Inkontinensia Urin
a. Manajemen Inkontinensia: Intervensi untuk membantu pasien mengendalikan pengeluaran urin yang tidak disengaja, misalnya dengan latihan kontraksi otot dasar panggul, bladder training, dan pemberian alat bantu.
b. Perawatan Kulit: Intervensi untuk menjaga integritas dan mencegah iritasi kulit akibat inkontinensia, misalnya dengan menjaga kebersihan dan kelembapan kulit.
c. Manajemen Kenyamanan: Intervensi untuk membantu pasien merasa nyaman dan bebas dari rasa tidak nyaman akibat inkontinensia, misalnya dengan edukasi, dukungan psikologis, dan penggunaan produk penyerap urin.
2. Inkontinensia Fekal
a. Manajemen Inkontinensia: Intervensi untuk membantu pasien mengendalikan pengeluaran feses yang tidak disengaja, misalnya dengan latihan kontraksi otot dasar panggul, toilet training, dan pemberian alat bantu.
b. Perawatan Kulit: Intervensi untuk menjaga integritas dan mencegah iritasi kulit akibat inkontinensia, misalnya dengan menjaga kebersihan dan kelembapan kulit.
c. Manajemen Kenyamanan: Intervensi untuk membantu pasien merasa nyaman dan bebas dari rasa tidak nyaman akibat inkontinensia, misalnya dengan edukasi, dukungan psikologis, dan penggunaan produk penyerap feses.
3. Kehilangan Kemampuan untuk Mengenali Dorongan Buang Air, Mengingat Letak Kamar Mandi, atau Tidak Menyadari Kebutuhan Buang Air
a. Pelatihan Perawatan Diri: Intervensi untuk membantu pasien meningkatkan kemampuan dalam melakukan aktivitas perawatan diri (buang air besar/kecil) secara mandiri, misalnya dengan latihan, bantuan, dan penggunaan alat bantu.
b. Promosi Kemandirian: Intervensi untuk mendorong dan memfasilitasi kemandirian pasien dalam melakukan aktivitas perawatan diri, misalnya dengan edukasi, pendampingan, dan penyediaan lingkungan yang mendukung.
c. Manajemen Kenyamanan: Intervensi untuk membantu pasien merasa nyaman dan bebas dari rasa tidak nyaman akibat ketidakmampuan melakukan perawatan diri, misalnya dengan edukasi, dukungan psikologis, dan pemberian alat bantu.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus memperhatikan kondisi spesifik pasien, mempertimbangkan berbagai faktor yang memengaruhi, serta melibatkan pasien dan keluarga dalam perencanaan dan pelaksanaan intervensi keperawatan. Tujuannya adalah untuk membantu pasien mencapai kemandirian, kenyamanan, dan peningkatan kualitas hidup.