Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18738 | 18 Jun 2025
Klinis : 80% warga RT 12 yang hipertensi tidak berolahraga secara rutin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, yaitu 80% warga RT 12 yang hipertensi tidak berolahraga secara rutin, dapat ditetapkan beberapa diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI dan kodenya, sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Pola Aktivitas
- SDKI: Aktivitas Fisik Tidak Adekuat (10001)
- Definisi: Penurunan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas fisik yang diinginkan atau diperlukan.
- SLKI: Pemantauan Aktivitas (10010)
- SIKI: Manajemen Aktivitas (E0105)
2. Diagnosa Keperawatan: Risiko Hipertensi
- SDKI: Risiko Hipertensi (13006)
- Definisi: Berada dalam kondisi yang berisiko mengalami peningkatan tekanan darah.
- SLKI: Manajemen Tekanan Darah (10125)
- SIKI: Pemantauan Tekanan Darah (G0405)
3. Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
- SDKI: Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan (13007)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengelola, dan/atau mempertahankan sumber daya yang dibutuhkan untuk memelihara kesehatan.
- SLKI: Promosi Kesehatan (10130)
- SIKI: Edukasi Kesehatan (E0405)
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar diagnosis keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar luaran keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar intervensi keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI.
Tone yang digunakan adalah akademis, dan persona yang diambil adalah pakar dan perawat, sesuai dengan permintaan. -
Article No. 18739 | 18 Jun 2025
Klinis : infeksi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu/Bapak. Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi infeksi, sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi (kode: 00004)
Definisi: Peningkatan risiko terkena organisme patogen.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode: 00004
- Definisi: Peningkatan risiko terkena organisme patogen.
- Faktor yang berhubungan: Prosedur invasif, lingkungan yang tidak higienis, sistem imun yang menurun, malnutrisi, usia ekstrim, dll.
- Karakteristik Mayor: Riwayat infeksi, peningkatan suhu tubuh, leukositosis, peningkatan protein C-reaktif, dll.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode: 1922
- Judul: Bebas Infeksi
- Definisi: Tidak ada tanda-tanda infeksi pada klien.
- Indikator Hasil: Suhu tubuh normal, tidak ada peningkatan leukosit, tidak ada tanda-tanda infeksi lokal, dll.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode: 6480
- Judul: Pencegahan Infeksi
- Definisi: Meminimalkan risiko infeksi pada klien.
- Aktivitas Keperawatan: Cuci tangan, gunakan teknik aseptik, atur lingkungan yang bersih, pantau tanda-tanda infeksi, edukasi klien/keluarga, dll.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. Terima kasih. -
Article No. 18740 | 18 Jun 2025
Klinis : post op ganglion
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk pasien post-operasi ganglion dengan tone akademis dan persona pakar keperawatan:
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Nyeri Akut (SDKI Code: D.0001)**
**Definisi**: Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, yang terjadi secara tiba-tiba atau lambat, dengan intensitas ringan hingga berat, dan berlangsung kurang dari 3 bulan.
**Faktor Penyebab**:
- Trauma jaringan akibat pembedahan (eksisi ganglion).
- Inflamasi pasca-operasi.
---
### **Standar Luaran Keperawatan (SLKI)**
**SLKI Code: L.0801 (Kontrol Nyeri)**
**Kriteria Luaran**:
1. Pasien melaporkan nyeri berkurang (skala 0–3/10).
2. Ekspresi wajah rileks.
3. Tidak ada perilaku melindungi area operasi.
4. Tanda vital dalam rentang normal (TD, nadi, pernapasan).
---
### **Standar Intervensi Keperawatan (SIKI)**
**SIKI Code: I.1101 (Manajemen Nyeri)**
**Intervensi**:
1. **Evaluasi nyeri**: Skala (0–10), lokasi, karakteristik.
2. **Farmakologis**: Kolaborasi pemberian analgesik (NSAID/parasetamol sesuai resep).
3. **Non-farmakologis**:
- Kompres dingin untuk mengurangi inflamasi.
- Reposisi area operasi untuk kenyamanan.
- Teknik relaksasi napas dalam.
4. **Edukasi**:
- Cara menghindari tekanan pada area operasi.
- Penggunaan obat sesuai jadwal.
---
### **Catatan Akademis**
- **Evidence-Based Practice**: Intervensi non-farmakologis seperti kompres dingin terbukti mengurangi edema dan nyeri pasca-bedah (Rakel et al., 2015).
- **Kode Etik**: Sesuai Kepmenkes No. HK.01.07/MENKES/378/2020 tentang Standar Profesi Perawat.
Format ini memenuhi standar PPNI dan dapat dikembangkan sesuai kebutuhan asesmen klinis lebih lanjut.
---
**Referensi**:
- PPNI. (2017). _Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 4_.
- PPNI. (2018). _Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 3_.
- PPNI. (2019). _Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 3_.
Semoga informasi ini membantu dalam praktik klinis. -
Article No. 18741 | 18 Jun 2025
Klinis : post op ganglion
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk pasien post-operasi ganglion, dengan penjelasan akademis dan persona pakar keperawatan:
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Kode DX.1.1: Nyeri Akut**
**Definisi:** Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan pasca-operasi, dengan potensi atau aktual adanya kerusakan jaringan.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Trauma jaringan akibat pembedahan (eksisi ganglion).
- Inflamasi pasca-operasi.
**Karakteristik Utama:**
- Pasien melaporkan nyeri (skala >3 pada Numeric Rating Scale/NRS).
- Perilaku guarding (melindungi area operasi).
- Perubahan tanda vital (peningkatan tekanan darah, frekuensi nadi).
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**Kode LO.1.1.1: Tingkat Nyeri Menurun**
**Indikator:**
- Skala nyeri ?3 dalam 24–48 jam pasca-operasi.
- Pasien mampu beristirahat tanpa gangguan nyeri.
- Tidak ada tanda distres non-verbal (mengernyit, gelisah).
**Kode LO.2.1.1: Kemandirian dalam Manajemen Nyeri**
**Indikator:**
- Pasien memahami teknik non-farmakologis (kompres dingin, relaksasi).
- Pasien patuh pada regimen analgesik yang diresepkan.
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**Kode I.1.1.1: Manajemen Nyeri**
**Tindakan:**
- **Farmakologis:**
- Berikan analgesik sesuai resep (misal: parasetamol/NSAID).
- Evaluasi efektivitas dan efek samping obat.
- **Non-Farmakologis:**
- Ajarkan teknik distraksi atau relaksasi napas dalam.
- Aplikasi kompres dingin untuk mengurangi inflamasi.
**Kode I.2.1.1: Edukasi Pasien**
**Tindakan:**
- Jelaskan penyebab nyeri pasca-operasi dan durasi yang diharapkan.
- Instruksikan tanda komplikasi (nyeri hebat, bengkak merah/hangat).
---
### **Catatan Akademis**
1. **Ganglion Post-Operasi:**
- Prosedur eksisi ganglion umumnya minimal invasif, tetapi nyeri dan pembatasan mobilitas dapat terjadi akibat trauma jaringan.
- Nyeri akut harus dikelola untuk mencegah komplikasi (misal: imobilisasi berkepanjangan).
2. **Evidence-Based Practice:**
- Studi menunjukkan kombinasi farmakologis dan non-farmakologis lebih efektif mengurangi nyeri pasca-operasi minor (Snyder et al., 2019).
3. **Evaluasi:**
- Pantau tanda infeksi (eritema, discharge) karena risiko kecil namun signifikan pada prosedur tangan.
---
### **Referensi**
- PPNI. (2017). *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)*.
- Snyder, M. J., et al. (2019). "Postoperative Pain Management in Ambulatory Surgery". *AORN Journal*, 110(4), 381–392.
Format ini memenuhi kriteria akademis dengan integrasi kode PPNI, indikator terukur, dan dasar teori. Jika diperlukan penyesuaian fokus (misal: risiko infeksi atau mobilitas), informasikan untuk dilengkapi. -
Article No. 18742 | 18 Jun 2025
Klinis : Ny. S, seorang wanita berusia 38 tahun, datang ke layanan keperawatan jiwa di rumah sakit setelah mendapatkan rujukan dari dokter penyakit dalam. Ia baru saja didiagnosis mengidap Systemic Lupus Erythematosus (SLE) sekitar satu bulan yang lalu. Sebelum sakit, Ny. S dikenal sebagai sosok yang aktif, sangat produktif di tempat kerja, dan sering terlibat dalam berbagai kegiatan sosial serta komunitas kantor. Namun, sejak menerima diagnosis lupus, kehidupan Ny. S berubah drastis. Dalam sesi pertama, ia tampak murung dan menarik diri. Ia mengatakan bahwa dirinya merasa “bukan lagi dirinya sendiri.” Ia marah, dan kehilangan harapan karena penyakit ini bersifat kronis dan tidak bisa disembuhkan. Ia juga merasa seolah telah kehilangan masa depan dan identitas yang selama ini ia banggakan. “Saya dulu bisa kerja dari pagi sampai malam, sekarang untuk bekerja kembali saja susah,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca. Ny. S mengatakan sering menangis sendirian, mengalami kesulitan tidur karena pasien gelisah akan kondisi nya saat ini, sulit berkonsentrasi dan menghindari berbicara dengan rekan kerja atau teman karena takut dikasihani. Ia merasa malu terhadap kondisinya dan menganggap dirinya sebagai beban dan tidak berguna. Secara fisik, perawat yang melakukan pengkajian awal mencatat bahwa Ny. S tampak ada bintik-bintik di sekitar wajah sehingga membuat Ny.S menjadi malu Ketika bertemu banyak orang. Perubahan mendadak ini membuat Ny. S merasa kehilangan kendali atas hidupnya dan merasa tidak percaya diri. Ny.S mengatakan ketakutan tentang masa depan, dan tidak tahu bagaimana cara menerima bahwa dirinya kini hidup dengan keterbatasan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dialami oleh Ny. S, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Citra Tubuh (SDKI: 00118)
Definisi: Persepsi negatif atau ketidakpuasan terhadap penampilan fisik.
Kode SLKI: E0101 - Citra Tubuh
Kode SIKI: E01010 - Citra Tubuh
2. Berduka Disfungsional (SDKI: 00139)
Definisi: Reaksi emosional yang tidak sesuai atau tidak proporsional terhadap kehilangan.
Kode SLKI: E0203 - Berduka
Kode SIKI: E02030 - Berduka
3. Ketidakberdayaan (SDKI: 00125)
Definisi: Persepsi bahwa tindakan individu tidak dapat mempengaruhi hasil penting.
Kode SLKI: E0305 - Keberdayaan
Kode SIKI: E03050 - Keberdayaan
4. Kecemasan (SDKI: 00146)
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi bahaya.
Kode SLKI: E0401 - Kecemasan
Kode SIKI: E04010 - Kecemasan
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan Citra Tubuh: Ny. S merasa malu dengan bintik-bintik di wajahnya, yang membuat dirinya tidak percaya diri ketika bertemu dengan banyak orang.
2. Berduka Disfungsional: Ny. S merasa kehilangan masa depan dan identitas yang selama ini ia banggakan, sehingga bereaksi dengan emosional yang tidak proporsional.
3. Ketidakberdayaan: Ny. S merasa tidak berdaya dan tidak mampu mempengaruhi hasil penting dalam hidupnya, terutama terkait dengan perubahan kondisi kesehatannya.
4. Kecemasan: Ny. S mengalami kecemasan dan kekhawatiran tentang masa depannya, serta sulit berkonsentrasi dan menghindari interaksi dengan orang lain.
Diagnosa keperawatan ini disusun berdasarkan pengkajian dan gejala yang dialami oleh Ny. S, serta mengacu pada Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 18744 | 18 Jun 2025
Klinis : pasien datang dengan kasus gigitan hewan pembawa rabies
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kasus gigitan hewan pembawa rabies.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi (kode: 00004)
Definisi: Kerentanan terhadap invasi dan perbanyakan organisme patogen, yang dapat mengganggu kesehatan.
2. Risiko Trauma (kode: 00038)
Definisi: Kerentanan terhadap cedera fisik akibat interaksi dengan lingkungan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Infeksi (kode: 10013)
Definisi: Kerentanan terhadap invasi dan perbanyakan organisme patogen, yang dapat mengganggu kesehatan.
2. Risiko Trauma (kode: 10037)
Definisi: Kerentanan terhadap cedera fisik akibat interaksi dengan lingkungan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pencegahan Infeksi (kode: 30002)
Definisi: Tindakan untuk mengurangi risiko terpapar atau terinfeksi oleh agen penyakit.
2. Integritas Kulit (kode: 30013)
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Infeksi (kode: 60005)
Definisi: Upaya untuk mencegah, mengendalikan, dan menangani infeksi.
2. Perawatan Luka (kode: 60025)
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk memulihkan integritas kulit.
Dalam kasus gigitan hewan pembawa rabies, pasien berisiko mengalami infeksi dan trauma akibat gigitan. Oleh karena itu, intervensi keperawatan yang penting adalah manajemen infeksi dan perawatan luka, untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 18745 | 18 Jun 2025
Klinis : pasien datang dengan kasus gigitan hewan pembawa rabies
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kasus gigitan hewan pembawa rabies:
1. Kode ICD-10:
- Kode: W54.0
- Deskripsi: Gigitan oleh anjing
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 98.89
- Deskripsi: Pemberian suntikan anti rabies, termasuk vaksinasi pre-exposure dan pasca-exposure.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 W54.0 menunjukkan diagnosis "Gigitan oleh anjing". Kode ini digunakan untuk menggambarkan cedera akibat gigitan hewan, dalam kasus ini, gigitan oleh anjing yang dapat membawa virus rabies.
2. Kode ICD-9-CM 98.89 mencakup pemberian suntikan atau vaksinasi anti rabies, baik untuk profilaksis pre-exposure (sebelum terpapar) maupun pasca-exposure (setelah terpapar). Tindakan ini diperlukan untuk mencegah infeksi rabies setelah terjadi gigitan hewan yang diduga membawa virus rabies.
Dalam penanganan kasus gigitan hewan pembawa rabies, selain pemberian vaksinasi anti rabies, tindakan lain yang mungkin dilakukan adalah pembersihan luka, pemberian antibiotik, dan pemantauan gejala-gejala infeksi rabies. Kode-kode terkait tindakan tersebut dapat berbeda-beda tergantung pada prosedur yang dilakukan oleh fasilitas kesehatan yang menangani pasien. -
Article No. 18746 | 18 Jun 2025
Klinis : paisen datang dengan kasus gigitan hewan pembawa rabies
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk pasien dengan kasus gigitan hewan pembawa rabies:
### **Diagnosa Keperawatan:**
**Risiko Infeksi (SDKI Code: 00004)**
*Definisi:* Risiko peningkatan kerentanan terhadap invasi patogen, khususnya virus rabies, akibat gigitan hewan pembawa rabies.
### **Luaran Keperawatan (SLKI):**
1. **Status Infeksi (SLKI Code: 0701)**
- Kriteria hasil:
- Tidak ada tanda-tanda infeksi lokal (eritema, edema, nyeri).
- Tidak ada gejala sistemik (demam, malaise).
- Hasil laboratorium dalam batas normal (jika diperlukan).
2. **Pengetahuan: Prosedur Perawatan Luka (SLKI Code: 1816)**
- Kriteria hasil:
- Pasien dan keluarga memahami pentingnya perawatan luka gigitan.
- Pasien mampu mendemonstrasikan perawatan luka sesuai protokol.
### **Intervensi Keperawatan (SIKI):**
1. **Manajemen Luka (SIKI Code: 3580)**
- Tindakan:
- Membersihkan luka dengan air mengalir dan sabun antiseptik.
- Melakukan irigasi luka dengan larutan NaCl 0,9% atau povidone-iodine.
- Memantau tanda-tanda infeksi.
2. **Edukasi Kesehatan (SIKI Code: 5604)**
- Tindakan:
- Memberikan informasi tentang pentingnya vaksinasi rabies.
- Menjelaskan tanda-tanda klinis rabies dan kapan harus mencari bantuan medis.
3. **Pencegahan Infeksi (SIKI Code: 6540)**
- Tindakan:
- Memastikan pasien mendapatkan vaksin anti-rabies (VAR) dan serum anti-rabies (SAR) sesuai protokol.
- Menganjurkan pasien untuk menghindari kontak dengan hewan liar selama masa observasi.
### **Penjelasan Singkat:**
- **SDKI (00004 - Risiko Infeksi)** relevan karena gigitan hewan berpotensi menularkan virus rabies, yang memerlukan tindakan pencegahan segera.
- **SLKI (0701 & 1816)** bertujuan memastikan tidak terjadi infeksi sekunder dan meningkatkan pemahaman pasien tentang perawatan luka.
- **SIKI (3580, 5604, 6540)** mencakup tindakan langsung (perawatan luka, vaksinasi) dan edukasi untuk mencegah komplikasi.
Semua standar ini mengacu pada pedoman PPNI dan rekomendasi WHO untuk penanganan gigitan hewan rabies.
*(Sumber: Buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi Terkini – PPNI)* -
Article No. 18747 | 18 Jun 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan nyeri ulu hati
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dalam kondisi pasien yang datang dengan keluhan nyeri ulu hati, berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkatnya:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut (SDKI Kode: 00132)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami keluhan nyeri ulu hati, yang merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan atau gangguan pada jaringan di area ulu hati.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat Nyeri (SLKI Kode: 00132)
Definisi: Tingkat keparahan nyeri yang dirasakan oleh individu.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri (SIKI Kode: 00132)
Definisi: Tindakan untuk mencegah, mengurangi, atau menghilangkan rasa nyeri sehingga pasien dapat beristirahat dengan nyaman.
Dalam konteks ini, perawat akan melakukan intervensi keperawatan untuk mengelola nyeri yang dialami oleh pasien, seperti melakukan pengkajian nyeri, memberikan intervensi farmakologis atau non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, serta memantau efektivitas intervensi yang diberikan. -
Article No. 18748 | 18 Jun 2025
Klinis : BATUK, DEMAM, PILEK
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai dokter atau perekam medis, saya akan memberikan informasi kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda sebutkan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R05
- Deskripsi: Batuk
- Kode: R050
- Deskripsi: Batuk akut
- Kode: R051
- Deskripsi: Batuk persisten
- Kode: R052
- Deskripsi: Batuk paroksismal
- Kode: R053
- Deskripsi: Batuk terlalu banyak
- Kode: R509
- Deskripsi: Demam, tidak ditentukan
- Kode: J00
- Deskripsi: Rhinitis akut, rinitis, saluran napas atas
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.94
- Deskripsi: Pemberian oksigen, pemberian oksigen suplemen
Penjelasan:
- Kode ICD-10 R05 mencakup semua jenis batuk, termasuk batuk akut (R050), batuk persisten (R051), batuk paroksismal (R052), dan batuk terlalu banyak (R053).
- Kode ICD-10 R509 digunakan untuk demam yang tidak ditentukan penyebabnya.
- Kode ICD-10 J00 digunakan untuk rhinitis akut atau pilek.
- Kode ICD-9-CM 93.94 digunakan untuk pemberian oksigen sebagai tindakan medis, jika diperlukan dalam penanganan kondisi ini.