Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8167 | 07 Dec 2024
Klinis : kode luaran Nyeri akut berhubungan dengan iskemia miokard
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut berhubungan dengan Iskemia Miokard
Penjelasan:
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
Iskemia Miokard: Ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen pada otot jantung yang dapat menyebabkan nyeri dada.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Tujuan utama dari penanganan nyeri akut akibat iskemia miokard adalah untuk menurunkan intensitas nyeri, meningkatkan kemampuan pasien dalam mengatasi nyeri, dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Manajemen Nyeri: Mengkaji nyeri secara komprehensif, memberikan analgesik sesuai instruksi, dan mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri.
2. Pemantauan Hemodinamik: Memantau tanda-tanda vital, EKG, dan profil laboratorium terkait fungsi jantung.
3. Edukasi: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyebab, gejala, dan penanganan nyeri akibat iskemia miokard.
Dengan penerapan standar asuhan keperawatan SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan perawat dapat memberikan intervensi yang tepat untuk mengatasi nyeri akut yang dialami pasien dengan iskemia miokard. -
Article No. 8168 | 07 Dec 2024
Klinis : kode luaran Nyeri akut berhubungan dengan iskemia miokard
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kode luaran yang diberikan, yaitu "Nyeri akut berhubungan dengan iskemia miokard", maka diagnosa keperawatan yang sesuai berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah-istilah tersebut (International Association for the Study of Pain).
Kode: 00132
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Kontrol Nyeri
Definisi: Kemampuan untuk mengatur atau mengurangi nyeri ke tingkat yang dapat diterima.
Kriteria Hasil:
- Melaporkan penurunan intensitas nyeri
- Menggunakan teknik pengelolaan nyeri yang efektif
- Menunjukkan perilaku untuk mengatasi nyeri
- Melaporkan kepuasan dengan pengelolaan nyeri
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Manajemen Nyeri
Definisi: Tindakan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan penyebab, durasi, intensitas, dan faktor-faktor yang memengaruhi nyeri seorang pasien.
Aktivitas Keperawatan:
- Kaji nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor pencetus nyeri.
- Berikan analgesik sesuai indikasi dan pantau efektivitasnya.
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, atau terapi panas/dingin.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengevaluasi dan mengelola nyeri.
- Dokumentasikan respon pasien terhadap intervensi nyeri.
2. Manajemen Perfusi Jaringan
Definisi: Tindakan untuk menjaga kecukupan aliran darah dan oksigen ke jaringan.
Aktivitas Keperawatan:
- Kaji tanda-tanda vital dan identifikasi perubahan yang mungkin terjadi.
- Pantau hasil pemeriksaan diagnostik terkait perfusi jaringan, seperti EKG, enzim jantung, atau pemeriksaan lainnya.
- Berikan oksigen sesuai indikasi untuk meningkatkan oksigenasi jaringan.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengoptimalkan perfusi jaringan.
- Edukasikan pasien dan keluarga tentang pentingnya pemantauan tanda-tanda vital dan gejala yang terkait dengan gangguan perfusi jaringan.
Penjelasan Rinci:
Diagnosa keperawatan "Nyeri Akut" dipilih karena pasien mengalami nyeri yang disebabkan oleh iskemia miokard. Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
Luaran yang diharapkan adalah "Kontrol Nyeri", yaitu kemampuan pasien untuk mengatur atau mengurangi nyeri ke tingkat yang dapat diterima. Kriteria hasil yang diharapkan adalah pasien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri, menggunakan teknik pengelolaan nyeri yang efektif, menunjukkan perilaku untuk mengatasi nyeri, dan melaporkan kepuasan dengan pengelolaan nyeri.
Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah "Manajemen Nyeri" dan "Manajemen Perfusi Jaringan". Manajemen Nyeri bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan penyebab, durasi, intensitas, dan faktor-faktor yang memengaruhi nyeri pasien. Sedangkan Manajemen Perfusi Jaringan bertujuan untuk menjaga kecukupan aliran darah dan oksigen ke jaringan, termasuk ke jaringan miokard yang mengalami iskemia.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu mampu mengendalikan nyeri yang dialami akibat iskemia miokard. -
Article No. 8169 | 07 Dec 2024
Klinis : Intoleransi aktivitas intervensi Observasi : Terapeutik : Edukasi : Kolaborasi : -
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci mengenai asuhan keperawatan untuk kondisi Intoleransi aktivitas:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, perubahan status kardiovaskular, dan kelelahan sebagaimana ditandai dengan mudah lelah, napas pendek, dan peningkatan denyut jantung saat aktivitas.
Terapeutik:
Intervensi terapeutik yang dapat dilakukan antara lain:
1. Atur aktivitas dan istirahat: Bantu pasien merencanakan aktivitas harian dan waktu istirahat yang sesuai untuk menghindari kelelahan berlebih.
2. Monitor tanda-tanda vital: Pantau denyut nadi, tekanan darah, laju napas, dan suhu saat aktivitas untuk mendeteksi intoleransi.
3. Berikan oksigen: Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk membantu memenuhi kebutuhan oksigen saat aktivitas.
4. Berikan bantuan mobilisasi: Berikan bantuan dalam mobilisasi dan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan pasien untuk mencegah kelelahan.
Edukasi:
Edukasi yang dapat diberikan antara lain:
1. Ajarkan teknik manajemen energi: Ajarkan pasien teknik-teknik untuk mengatur penggunaan energi saat beraktivitas, misalnya membagi aktivitas menjadi beberapa tahap.
2. Edukasi terkait aktivitas: Berikan edukasi tentang jenis, frekuensi, durasi, dan intensitas aktivitas yang sesuai dengan kondisi pasien.
3. Edukasi terkait istirahat: Berikan edukasi tentang pentingnya istirahat yang cukup serta teknik relaksasi untuk memulihkan tenaga.
Kolaborasi:
Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain seperti fisioterapis dapat dilakukan untuk membantu mengevaluasi kemampuan fungsional pasien dan menyusun program latihan yang sesuai.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Toleransi Aktivitas Meningkat: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan berlebih, dengan tanda-tanda vital yang stabil.
2. Manajemen Energi Efektif: Pasien dapat mengatur penggunaan energi saat beraktivitas untuk mencegah kelelahan.
3. Kemampuan Mobilisasi Meningkat: Pasien dapat melakukan mobilisasi secara mandiri atau dengan bantuan minimal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan (SIKI):
1. Manajemen Aktivitas: Membantu pasien dalam merencanakan, melakukan, dan mengevaluasi aktivitas harian untuk mencegah kelelahan.
2. Terapi Oksigen: Memberikan oksigen sesuai kebutuhan pasien untuk memenuhi kebutuhan oksigen saat aktivitas.
3. Latihan Mobilisasi: Membantu pasien berlatih melakukan mobilisasi yang sesuai dengan kemampuannya.
4. Edukasi Manajemen Energi: Mengajarkan teknik-teknik manajemen energi untuk mengatur penggunaan energi saat beraktivitas.
5. Kolaborasi Fisioterapi: Berkolaborasi dengan fisioterapis untuk mengevaluasi kemampuan fungsional pasien dan menyusun program latihan yang sesuai.
Diharapkan dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif, pasien dapat meningkatkan toleransi aktivitas, kemampuan manajemen energi, dan kemampuan mobilisasi sehingga dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara optimal. -
Article No. 8170 | 07 Dec 2024
Klinis : Intoleransi aktivitas intervensi Observasi : Terapeutik : Edukasi : Kolaborasi : -
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi "Intoleransi aktivitas" berdasarkan standar diagnosa dan klasifikasi SDKI, SLKI, serta SIKI.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi "Intoleransi aktivitas" adalah "Intoleransi Aktivitas". Intoleransi Aktivitas didefinisikan sebagai "Keterbatasan pada kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau dibutuhkan karena adanya ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen".
Observasi:
Observasi yang perlu dilakukan dalam mengevaluasi Intoleransi Aktivitas meliputi:
1. Tanda-tanda vital (denyut nadi, tekanan darah, frekuensi pernapasan, suhu tubuh)
2. Toleransi aktivitas (kelelahan, sesak napas, nyeri dada, palpitasi)
3. Kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari (makan, mandi, berpakaian, berjalan, naik tangga)
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi intoleransi aktivitas (penyakit fisik, kelainan kardiovaskular, anemia, gangguan psikologis)
Terapeutik:
Intervensi terapeutik yang dapat dilakukan untuk mengatasi Intoleransi Aktivitas meliputi:
1. Atur aktivitas dan istirahat secara seimbang
2. Lakukan latihan fisik secara bertahap dan teratur
3. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
4. Manajemen nyeri dan gejala terkait penyakit dasar
5. Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres
Edukasi:
Edukasi yang perlu diberikan kepada pasien dan keluarga terkait Intoleransi Aktivitas meliputi:
1. Penjelasan tentang kondisi intoleransi aktivitas dan penyebabnya
2. Pentingnya mengatur aktivitas dan istirahat secara seimbang
3. Teknik latihan fisik yang aman dan sesuai kemampuan
4. Penggunaan oksigen dan manajemen gejala terkait penyakit dasar
5. Manajemen stres dan teknik relaksasi untuk mengatasi kelelahan
Kolaborasi:
Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain yang diperlukan dalam penanganan Intoleransi Aktivitas dapat meliputi:
- Dokter: untuk konsultasi dan penatalaksanaan medis terkait penyakit dasar
- Fisioterapis: untuk evaluasi dan pemberian latihan fisik yang sesuai
- Ahli gizi: untuk konsultasi terkait kebutuhan nutrisi dan status gizi pasien
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat:
1. Mempertahankan toleransi aktivitas sesuai kemampuan
2. Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri atau dengan bantuan minimal
3. Mengelola gejala-gejala yang terkait dengan intoleransi aktivitas
4. Menunjukkan peningkatan kemampuan fisik dan psikologis dalam melakukan aktivitas
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan meliputi:
1. Manajemen aktivitas: mengatur jadwal aktivitas dan istirahat, memonitor toleransi aktivitas
2. Terapi aktivitas: memberikan latihan fisik secara bertahap sesuai kemampuan pasien
3. Manajemen gejala: mengelola gejala-gejala yang terkait dengan intoleransi aktivitas
4. Edukasi kesehatan: memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga terkait intoleransi aktivitas
5. Kolaborasi: berkoordinasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penatalaksanaan komprehensif
Semoga penjelasan ini membantu Anda dalam memahami dan memberikan asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien dengan kondisi Intoleransi Aktivitas. Saya akan senang untuk memberikan penjelasan lebih lanjut jika Anda membutuhkan. -
Article No. 8171 | 07 Dec 2024
Klinis : Pasien mengatakan sesak dan batuk
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien yang mengeluhkan sesak dan batuk.
Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
Pola Napas Tidak Efektif adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan perubahan dalam frekuensi, kedalaman, atau usaha pernapasan yang dapat mengakibatkan pertukaran gas yang tidak adekuat.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola Napas Tidak Efektif ditandai dengan gejala-gejala seperti sesak napas, napas dangkal, cepat, atau lambat, penggunaan otot bantu pernapasan, serta batuk produktif atau tidak produktif.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Pola Napas Tidak Efektif adalah tercapainya pola napas yang efektif, ditandai dengan frekuensi napas dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda distres pernapasan, dan adanya kemampuan pasien dalam mengelola pola napasnya.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan untuk mengatasi Pola Napas Tidak Efektif antara lain pemantauan tanda-tanda vital, oksigenasi, manajemen jalan napas, manajemen batuk, serta edukasi dan konseling kepada pasien tentang strategi pengelolaan pola napas.
Dengan pendekatan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk membantu pasien mengatasi permasalahan pola napas yang tidak efektif. -
Article No. 8172 | 07 Dec 2024
Klinis : Pasien mengatakan batuk
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi pasien yang mengeluhkan batuk, maka berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), dapat diberikan informasi sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
- Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- Tanda dan gejala yang muncul pada pasien dengan kondisi ini adalah batuk.
- Penyebab umum dapat berupa infeksi, alergi, atau kondisi lain yang menyebabkan akumulasi sekret di saluran napas.
Luaran Keperawatan (SLKI):
- Bersihan Jalan Napas
- Fungsi Pernapasan
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Manajemen Jalan Napas
- Terapi Oksigen
- Manajemen Batuk
Penjelasan Singkat Intervensi:
- Manajemen Jalan Napas: Mempertahankan dan membersihkan jalan napas pasien agar tetap terbuka.
- Terapi Oksigen: Pemberian oksigen untuk memenuhi kebutuhan oksigen pasien.
- Manajemen Batuk: Mengontrol dan mengelola batuk pasien agar dapat mengeluarkan sekresi dengan efektif.
Tujuan utama dari intervensi keperawatan ini adalah untuk mempertahankan bersihan jalan napas dan fungsi pernapasan pasien sehingga dapat mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 8173 | 07 Dec 2024
Klinis : Pasien mengatakan batuk
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang mengeluhkan batuk.
Diagnosa Keperawatan:
Batuk (SDKI)
Definisi:
Batuk adalah respons fisiologis untuk membersihkan jalan napas dari benda asing, sekret, atau iritasi.
Karakteristik Definisi:
1. Batuk produktif atau non-produktif
2. Batuk berdahak atau kering
3. Batuk dengan suara serak atau normal
4. Adanya peningkatan frekuensi batuk
Faktor yang Berhubungan:
1. Iritasi saluran napas
2. Produksi sekret yang berlebihan
3. Infeksi saluran napas
Rencana Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Batuk
2. Pemantauan Respirasi
3. Terapi Inhalasi
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Batuk
- Identifikasi penyebab batuk
- Anjurkan teknik batuk efektif
- Berikan bronkodilator dan mukolitik sesuai indikasi
- Monitor tanda-tanda vital
2. Pemantauan Respirasi
- Pantau frekuensi, kedalaman, dan irama napas
- Pantau warna, jumlah, dan karakteristik sputum
- Pantau tanda-tanda distress pernapasan
3. Terapi Inhalasi
- Berikan terapi inhalasi sesuai indikasi
- Monitor respons pasien terhadap terapi inhalasi
- Ajarkan teknik inhalasi yang benar
Penjelasan singkat:
Batuk merupakan respons fisiologis untuk membersihkan jalan napas dari benda asing, sekret, atau iritasi. Diagnosa keperawatan ini berfokus pada pengelolaan batuk, pemantauan respirasi, dan pemberian terapi inhalasi yang tepat sesuai kondisi pasien. Tujuan utamanya adalah untuk membantu pasien mengatasi batuk dan mencegah komplikasi yang mungkin timbul. -
Article No. 8174 | 07 Dec 2024
Klinis : Pasien mengatakan batuk dan sesak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat senior, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang mengeluhkan batuk dan sesak.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang bersih dan terbuka.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Karakteristik Utama: Sumbatan jalan napas, Suara napas abnormal, Perubahan pola napas
- Faktor Berhubungan: Produksi sekret yang berlebih, Obstruksi jalan napas, Kelemahan otot pernapasan
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Bersihan jalan napas yang efektif, Pola napas yang efektif, Fungsi ventilasi yang adekuat
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen jalan napas, Pemberian oksigen, Fisioterapi dada, Manajemen sekresi.
Dengan penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat melakukan pengkajian yang komprehensif, merumuskan diagnosa keperawatan yang tepat, menetapkan luaran yang diharapkan, serta merancang intervensi keperawatan yang efektif untuk mengatasi masalah bersihan jalan napas yang tidak efektif pada pasien. -
Article No. 8175 | 07 Dec 2024
Klinis : DS: • “Ketika saya membaca kadang-kadang harus pake kaca mata supaya terlihat bacaannya.” • “Saya harus jalan pelan-pelan agar tidak jatuh karena penglihatan saya kurang jelas”. • “saya pernah jatuh dikamar mandi 3 bulan yang lalu”. • “Saya tidak sanggup mengangkat beban yang terlalu berat & tidak sanggup jalan jauh”. DO: • Pasien terlihat berhati-hati Ketika berjalan karena penglihatan nya kurang jelas. • Pasien memiliki Riwayat rhemathoid artrithis (asam urat). • Pasien terlihat kesulitan berdiri setelah duduk lama. • Mata klien terlihat berkabut (katarak). • Kekuatan otot ekstermitas pada skala 4: melawan gravitasi dengan tahanan sedikit. • Tingkat resiko jatuh tinggi berdasarkan pengkajian MFS pada skor 55 yakni masuk dalam kategori resiko jatuh tinggi. buatkan intervensi untuk diagnosa Resiko jatuh b.d Penurunan fungsi penglihatan & Riwayat jatuh dari analisa data diatas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, sebagai perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai dengan kondisi pasien dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran/output yang diharapkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Jatuh berhubungan dengan Penurunan Fungsi Penglihatan dan Riwayat Jatuh
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Keamanan Diri: Risiko Jatuh
- Kriteria Hasil:
a. Pasien mengenali faktor risiko jatuh
b. Pasien menggunakan alat bantu berjalan sesuai kebutuhan
c. Pasien dapat berpindah dengan aman
d. Pasien bebas dari cedera akibat jatuh
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Risiko Jatuh
- Tindakan:
a. Identifikasi faktor risiko jatuh pada pasien (penurunan penglihatan, riwayat jatuh, keterbatasan mobilitas)
b. Kaji lingkungan untuk mengurangi potensi bahaya jatuh (penerangan yang cukup, lantai tidak licin, dll.)
c. Anjurkan pasien menggunakan alat bantu berjalan (walker, tongkat, dll.) sesuai kebutuhan
d. Ajarkan pasien teknik berjalan yang aman
e. Latih pasien melakukan transfer dan mobilisasi dengan aman
f. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program latihan penguatan otot dan keseimbangan
g. Pantau tanda-tanda vital pasien secara berkala
h. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang faktor risiko jatuh dan pencegahannya
Penjelasan:
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, pasien memiliki risiko jatuh yang tinggi karena adanya penurunan fungsi penglihatan dan riwayat jatuh sebelumnya. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Risiko Jatuh berhubungan dengan Penurunan Fungsi Penglihatan dan Riwayat Jatuh.
Luaran/output yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan adalah pasien dapat mengenali faktor risiko jatuh, menggunakan alat bantu berjalan sesuai kebutuhan, dapat berpindah dengan aman, dan bebas dari cedera akibat jatuh. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup manajemen risiko jatuh, seperti identifikasi faktor risiko, penilaian lingkungan, penggunaan alat bantu, latihan berjalan dan mobilisasi, serta edukasi kepada pasien dan keluarga.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lain, silakan tanyakan. -
Article No. 8176 | 07 Dec 2024
Klinis : DS: • “Ketika saya membaca kadang-kadang harus pake kaca mata supaya terlihat bacaannya.” • “Saya harus jalan pelan-pelan agar tidak jatuh karena penglihatan saya kurang jelas”. • “saya pernah jatuh dikamar mandi 3 bulan yang lalu”. • “Saya tidak sanggup mengangkat beban yang terlalu berat & tidak sanggup jalan jauh”. DO: • Pasien terlihat berhati-hati Ketika berjalan karena penglihatan nya kurang jelas. • Pasien memiliki Riwayat rhemathoid artrithis (asam urat). • Pasien terlihat kesulitan berdiri setelah duduk lama. • Mata klien terlihat berkabut (katarak). • Kekuatan otot ekstermitas pada skala 4: melawan gravitasi dengan tahanan sedikit. • Tingkat resiko jatuh tinggi berdasarkan pengkajian MFS pada skor 55 yakni masuk dalam kategori resiko jatuh tinggi. buatkan intervensi untuk diagnosa Resiko jatuh b.d Penurunan fungsi penglihatan & Riwayat jatuh dari analisa data diatas serta buatkan evaluasi nya atau berupa SOAP
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan data objektif yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Diagnosa Keperawatan: Risiko Jatuh
a. Definisi: Rentan terhadap terjatuh yang dapat menyebabkan cidera, yang disebabkan oleh faktor intrinsik dan/atau ekstrinsik.
b. Faktor Risiko: Penurunan fungsi penglihatan, riwayat jatuh.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Lingkungan: Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan risiko jatuh.
a. Mengidentifikasi dan menghilangkan bahaya di lingkungan.
b. Menyediakan penerangan yang adekuat di lingkungan pasien.
c. Menyediakan alat bantu jalan yang sesuai.
2. Manajemen Risiko Jatuh
a. Mengkaji faktor risiko jatuh pada pasien.
b. Menyusun rencana pencegahan jatuh berdasarkan hasil pengkajian.
c. Menerapkan strategi pencegahan jatuh sesuai kondisi pasien.
d. Memantau insiden jatuh dan menganalisis penyebabnya.
3. Edukasi Pencegahan Jatuh
a. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai risiko jatuh dan cara pencegahannya.
b. Mengajarkan pasien dan keluarga teknik berjalan yang aman.
c. Mengajarkan penggunaan alat bantu jalan yang tepat.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Risiko Jatuh Terkendali
a. Pasien tidak mengalami jatuh selama perawatan.
b. Pasien dapat berpindah dengan aman.
c. Pasien dan keluarga dapat melakukan tindakan pencegahan jatuh.
Evaluasi Asuhan Keperawatan (SOAP):
S (Subjective): Pasien menyatakan memahami pentingnya pencegahan jatuh dan dapat melakukan tindakan pencegahan dengan benar.
O (Objective): Pasien tidak mengalami insiden jatuh selama perawatan, dapat berpindah dengan aman, dan tidak ada tanda-tanda peningkatan risiko jatuh.
A (Assessment): Risiko jatuh terkendali.
P (Plan): Lanjutkan intervensi pencegahan jatuh dan evaluasi secara berkala.