Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8142 | 07 Dec 2024
Klinis : Sirkumsisi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Selamat pagi. Sebagai seorang perawat profesional, izinkan saya memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi sirkumsisi.
Diagnosa Keperawatan:
1. Integritas Kulit Terganggu
Definisi: Perubahan pada kulit dan membran mukosa.
Faktor yang berhubungan: Prosedur Pembedahan (Sirkumsisi).
Penjelasan Singkat:
Integritas Kulit Terganggu adalah diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi sirkumsisi. Sirkumsisi adalah prosedur bedah yang melibatkan pemotongan sebagian atau seluruh kulit penutup glans penis. Hal ini dapat menyebabkan perubahan pada integritas kulit dan membran mukosa di area genital. Perawat harus memantau tanda-tanda infeksi, perdarahan, dan penyembuhan luka untuk memastikan pemulihan yang optimal.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode Diagnosis: 00046
Definisi: Perubahan pada kulit dan membran mukosa.
Karakteristik Mayor: Kerusakan pada struktur kulit, Perubahan warna kulit, Perubahan tekstur kulit.
Faktor yang Berhubungan: Prosedur pembedahan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode Luaran: 1102
Judul Luaran: Integritas Jaringan: Kulit dan Membran Mukosa
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dan membran mukosa.
Kriteria Hasil: Tidak ada tanda-tanda infeksi, Luka sembuh dengan baik, Tidak ada perubahan warna kulit.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode Intervensi: 6480
Judul Intervensi: Perawatan Luka
Definisi: Memfasilitasi penyembuhan luka dan mencegah komplikasi.
Aktivitas Keperawatan: Observasi tanda-tanda infeksi, Lakukan perawatan luka secara aseptik, Ajarkan pasien/keluarga perawatan luka di rumah.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. Terima kasih. -
Article No. 8143 | 07 Dec 2024
Klinis : Implementasi keperawatan manajemen nyeri kompres hangat pada pasien gastritis dengan masalah nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi implementasi keperawatan manajemen nyeri kompres hangat pada pasien gastritis dengan masalah nyeri akut.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri akut
Penjelasan:
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut. Nyeri akut merupakan respon fisiologis yang terjadi secara tiba-tiba dan disebabkan oleh stimulasi spesifik, seperti cedera atau penyakit.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Domain: Kenyamanan
- Kelas: Nyeri
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran: Kontrol Nyeri
- Definisi: Derajat kenyamanan individu yang dapat dicapai melalui manajemen nyeri.
- Indikator:
1. Melaporkan nyeri terkontrol
2. Menunjukkan ekspresi wajah rileks
3. Mempertahankan aktivitas sehari-hari
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen Nyeri
- Definisi: Serangkaian aktivitas yang dilakukan untuk mengurangi atau meminimalkan nyeri yang dirasakan oleh pasien.
- Aktivitas Keperawatan:
1. Identifikasi karakteristik nyeri (lokasi, jenis, durasi, frekuensi, dan keparahan)
2. Pilih modalitas tatalaksana nyeri yang sesuai, seperti kompres hangat
3. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penatalaksanaan nyeri yang komprehensif
Dalam kondisi ini, dimana pasien gastritis mengalami nyeri akut, maka intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri dengan kompres hangat. Kompres hangat dapat membantu mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien. -
Article No. 8144 | 07 Dec 2024
Klinis : Sirkumsisi
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai seorang dokter atau perekam medis, berikut adalah informasi yang saya berikan terkait dengan kode ICD-10 dan ICD-9-CM untuk kondisi sirkumsisi:
1. Kode ICD-10:
- Kode: N30.3
- Deskripsi: Sirkumsisi
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 64.0
- Deskripsi: Sirkumsisi
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 N30.3 merupakan kode untuk diagnosis "sirkumsisi". Sirkumsisi adalah prosedur bedah yang melibatkan penghapusan sebagian atau keseluruhan kulit yang menutupi glans penis.
2. Kode ICD-9-CM 64.0 adalah kode untuk prosedur "sirkumsisi". Prosedur ini dilakukan untuk berbagai alasan, seperti higienis, agama, atau alasan medis, seperti fimosis (ketidakmampuan untuk menarik prepusium) atau infeksi.
Pengkodean yang tepat dalam rekam medis sangat penting untuk memastikan dokumentasi yang akurat, tagihan yang sesuai, dan analisis epidemiologi yang efektif. -
Article No. 8145 | 07 Dec 2024
Klinis : KASUS ESRD BLOK ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF Ny. Werda wanita berusia 52 tahun dirawat di ruang perawatan bedah RS. A sejak 4 jam yang lalu. Klien sedang menjalani peritoneal dialisis (PD) karena end stage renal disease. PD dilakukan secara rutin setiap 2 minggu sekali sejak 6 bulan yang lalu di RS A ini. Saat ini, Klien mengeluh nyeri abdomen, nyeri periumbilical dan demam sejak 4 hari yang lalu dan muntah 1 hari yang lalu. Nyeri terasa terus menerus di seluruh abdomen, skala 6-7, nyeri bertambah bila bergerak (bangun dari posisi tidur, duduk, berjalan), nyeri berkurang jika posisi setengah duduk dan diusap-usap. Demamnya pun tidak pernah turun, selalu > 38⁰C setiap hari. Klien juga merasa lemas, cepat lelah, pusing, tidak bisa tidur, tidak nafsu makan, tidak bisa beraktifitas apapun, semuanya dibantu anak/keluarganya, dan dilakukan diatas tempat tidur. Makan hanya 4-5 sendok setiap makan, minum 2-3 gelas (@200-300 cc). Klien mengatakan tidak tau lagi harus berbuat apa untuk mengurangi kondisinya. Klien mengatakan ia hanya bisa menjalani terapi saat ini yg diberikan dokter dan tetap berdoa sama Tuhan. Klien selalu menggunakan kursi roda jika ingin keluar dari kamar atau berjalan. Ny. Werda sebelumnya didiagnosis glomerulonefritis kronis lima tahun lalu dan berkembang menjadi ESRD selama satu tahun lalu. Klien mengalami hipertensi, anemia, restless leg sejak saat itu. Orangtuanya telah meninggal dunia karena stroke dan hipertensi. Klien tinggal bersama suaminya (Tn. Romo usia 55 th) dan dua anaknya. Setiap kali dirawat, klien didampingi anaknya. Klien mengatakan ingin sehat lagi, tidak mau menyusahkan orang lain. Anaknya mengatakan ibunya tidak lagi bekerja seperti dulu. Klien tinggal di rumah sejak setahun yang lalu. Klien selalu marah-marah, menangis di rumah, sering tidak tidur seharian dan makan apa saja yang dia mau. Padahal anak-anak sudah menyiapkan makan/minum diet khusus ibunya tetapi tidak mau dimakan. Keluarga menjadi bingung mengatur ibunya. Klien ditemani pembantu jika anak-anaknya bekerja. Hasil pemeriksaan saat ini: SaO2 97%,T 39,1 °C, HR 104 kali/menit, RR 16 kali/menit ireguler dan dangkal, TD 145/87 mmHg. BB: 66,8 Kg TB=149 cm. Kesadaran compos mentis. Tampak sakit berat, lemah, tidak ada kejang, seluruh tubuh teraba hangat dan pucat. Kepala dan wajah simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada edema wajah atau periorbital atau anasarka, tidak ada hematoma. Rambut tipis berwarna coklat. Mata simetris, konjungtiva anemis, sklera ikterik, palpebra tidak edema, refleks pupil positif, refleks mengedip positif. Hidung simetris, tidak ada kelainan, tidak terdapat, tidak terdapat pernafasan cuping hidung. Bibir dan membran mukosa mulut pucat, simetris, tidak ada stomatitis, saliva positif, gigi utuh, halitosis, refleks menelan positif, refleks muntah positif. Telinga bersih dan simetris, refleks startle positif. Leher simetris, tidak ada kelaianan, pergerakan leher aktif. Denyut nadi karotis teraba kencang dan reguler. Dada simetris, terdapat retraksi dada minimal, bentuk dada silindris. Mamae tidak ada kelainan. Bunyi paru terdengar ronchi pada lobus paru bawah dextra, jenis pernafasan yaitu dada, abdomen. Tidak terdapat krepitasi. BJ I lub, BJ II tunggal, tidak ada bunyi jantung tambahan.. Detak jantung apeks terdapat di ICS 3 sinistra garis midclavicular. Abdomen tegang, ada Nyeri tekan periumbilikal, tidak tampak pembuluh darah, bising usus 6 kali/menit, tidak ada splenomegali dan hepatomegali, terdapat striae. Eritema dan eksudat kuning krem di sekitar tempat keluarnya kateter peritoneal dialisis . Efluen dialisat berwarna kuning keruh. Genitalia bersih dan tidak ada kelainan. Ekstrimitas atas dan bawah lengkap. Kekuatan otot seluruh ekstrimitas 3. Tidak Terdapat clubbing finger pada seluruh estrimitas. CRT 4 detik. Restless legs syndrom positif pada ekstrmitas bawah. Tidak ada hematoma, edema dan trombhoplebitis. Punggung dan Vertebra utuh dan simetris. Kulit kering, bersisik dan tampak pruritus pada esktrimitas bawah. Anal bersih dan tidak ada kelaianan. Refleks anal positif. Refleks patela positif, refleks bruzinkzi negarif, refleks babinski negatif, Denyut nadi popliteal teraba kecil dan ireguler. Terpasang IVFD D5 18 tpm, terpasang kanul nasal 3 liter/menit, Hasil Kultur efluen peritoneal : Lab Results Reference range BUN 46 mg/dL 10-20 mg/dL Creatinine (Serum) 10.7 mg/dL 0.9 to 1.4 mg/dL C-reactive protein 61.5 mg/L. < 1.0 mg/dL Albumin 3.7 g/L 3.4 to 5.4 g/dL Potassium (serum) 5.86 mEq/L 3.5 to 5 mEq/L Sodium (serum) 144 mEq/L 135 to 145 mEq/L Calcium 7.9 mg/dL 8.6 to 10.3 mg/dL Phosphorous 5.8 mg/dL 2.8 to 4.5 mg/dL Hemoglobin 10.6 g/dL Females:12-16 g/dL Hematocrit 31% Females: 35-47% Serum WBC 14.22 × 109 cells/L 4.5 – 10.5 x 103 cells/mm3 Serum Neutrophils 89.8% 55-70% Dialysate WBC 483 cells/μL Few Dialysate polymorphonuclear cells 63% Few Selama dirawat, klien diukur BB dan IMT setiap hari, ukur tanda-tanda vital setiap 4 jam sekali, perawatan tempat kateter peritoneal dialysis setiap hari, penggantian dialysate, terapi Gentamicin intraperitoneal, Epoetin alfa injections, dan Calcium carbonate pada makanan. Klien dan keluarga juga diberi edukasi, pendampingan spiritual, konseling.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi ESRD pada blok asuhan keperawatan paliatif:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri kronis berhubungan dengan proses penyakit ESRD
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, kelelahan, dan penurunan fungsi tubuh akibat ESRD
3. Risiko infeksi berhubungan dengan proses penyakit ESRD dan prosedur dialisis
4. Gangguan tidur berhubungan dengan nyeri, kecemasan, dan ketidaknyamanan akibat ESRD
5. Defisit volume cairan berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal dan proses dialisis
6. Risiko malnutrisi berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah, dan keterbatasan asupan nutrisi akibat ESRD
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri kronis berhubungan dengan proses penyakit ESRD
- SDKI: Nyeri Kronis
- SLKI: Kontrol Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, kelelahan, dan penurunan fungsi tubuh akibat ESRD
- SDKI: Intoleransi Aktivitas
- SLKI: Peningkatan Aktivitas
- SIKI: Manajemen Aktivitas
3. Risiko infeksi berhubungan dengan proses penyakit ESRD dan prosedur dialisis
- SDKI: Risiko Infeksi
- SLKI: Pencegahan Infeksi
- SIKI: Manajemen Infeksi
4. Gangguan tidur berhubungan dengan nyeri, kecemasan, dan ketidaknyamanan akibat ESRD
- SDKI: Gangguan Tidur
- SLKI: Peningkatan Tidur
- SIKI: Manajemen Tidur
5. Defisit volume cairan berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal dan proses dialisis
- SDKI: Defisit Volume Cairan
- SLKI: Keseimbangan Cairan
- SIKI: Manajemen Cairan
6. Risiko malnutrisi berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah, dan keterbatasan asupan nutrisi akibat ESRD
- SDKI: Risiko Malnutrisi
- SLKI: Pemenuhan Nutrisi
- SIKI: Manajemen Nutrisi
Pada kasus ini, pasien mengalami ESRD dengan berbagai komplikasi yang memerlukan asuhan keperawatan paliatif untuk mengelola gejala, meningkatkan kualitas hidup, dan memberikan dukungan spiritual serta psikologis bagi pasien dan keluarga. -
Article No. 8146 | 07 Dec 2024
Klinis : Resiko infeksi luka operasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi "Risiko Infeksi Luka Operasi":
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi Luka Operasi
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Infeksi Luka Operasi adalah kerentanan terhadap invasi dan perkembangbiakan mikroorganisme patogen yang dapat mengganggu penyembuhan luka operasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan pada pasien dengan risiko infeksi luka operasi adalah tidak terjadi infeksi luka operasi, yang dapat diukur dengan indikator seperti luka operasi tetap kering, tidak ada tanda-tanda infeksi (bengkak, kemerahan, nyeri, hangat, dan nanah), dan pasien dapat menjalani proses penyembuhan luka operasi dengan baik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengelola risiko infeksi luka operasi meliputi:
1. Perawatan luka operasi: mempertahankan kebersihan dan kekeringan luka, menggunakan teknik aseptik, mengobservasi tanda-tanda infeksi.
2. Edukasi: memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang perawatan luka operasi yang benar.
3. Manajemen infeksi: melakukan identifikasi faktor risiko infeksi, memantau tanda-tanda infeksi, dan melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk penanganan infeksi.
Dengan penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang komprehensif, perawat dapat membantu mencegah dan mengelola risiko infeksi luka operasi pada pasien secara efektif. -
Article No. 8147 | 07 Dec 2024
Klinis : Menejemen kesehatan keluarga
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan untuk kondisi "Manajemen Kesehatan Keluarga" berdasarkan standar keperawatan Indonesia.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi "Manajemen Kesehatan Keluarga" adalah "Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Keluarga". Diagnosa ini menggambarkan situasi di mana keluarga mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi, merencanakan, dan melaksanakan strategi untuk mempertahankan atau meningkatkan kesehatan anggota keluarganya. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kurangnya pengetahuan, keterampilan, atau sumber daya yang dimiliki keluarga.
Luaran/Output SLKI:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, luaran/output yang diharapkan adalah:
1. Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Kesehatan: Keluarga menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang kesehatan, baik dalam aspek pencegahan penyakit, promosi kesehatan, maupun manajemen penyakit kronis.
2. Kemampuan Keluarga Dalam Manajemen Kesehatan: Keluarga mampu mengidentifikasi, merencanakan, dan melaksanakan strategi untuk mempertahankan atau meningkatkan kesehatan anggota keluarganya.
3. Perilaku Kesehatan Keluarga: Keluarga menunjukkan peningkatan perilaku kesehatan yang sesuai, seperti pola makan sehat, aktivitas fisik yang teratur, manajemen stres, dan penggunaan layanan kesehatan secara optimal.
4. Stabilitas Kesehatan Keluarga: Anggota keluarga menunjukkan peningkatan atau pemeliharaan status kesehatan yang optimal.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Edukasi Kesehatan Keluarga: Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga terkait dengan topik-topik seperti pola hidup sehat, pencegahan penyakit, manajemen penyakit kronis, dan pemanfaatan layanan kesehatan.
2. Fasilitasi Pengambilan Keputusan Kesehatan Keluarga: Membantu keluarga dalam mengidentifikasi masalah kesehatan, mengevaluasi alternatif solusi, dan membuat keputusan yang tepat untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
3. Peningkatan Keterampilan Keluarga dalam Manajemen Kesehatan: Melatih keluarga dalam keterampilan praktis seperti pemantauan tanda vital, pemberian obat, perawatan anggota keluarga yang sakit, dan penggunaan alat bantu kesehatan.
4. Koordinasi Pelayanan Kesehatan Keluarga: Membantu keluarga dalam mengakses dan mengkoordinasikan layanan kesehatan yang dibutuhkan, baik di lingkungan keluarga maupun di fasilitas kesehatan.
5. Dukungan Emosional dan Sosial Keluarga: Memberikan dukungan emosional dan sosial kepada keluarga, serta memfasilitasi hubungan dan interaksi yang positif antar anggota keluarga.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan dapat membantu keluarga dalam meningkatkan manajemen kesehatan dan mencapai kondisi kesehatan yang optimal bagi seluruh anggota keluarga. -
Article No. 8148 | 07 Dec 2024
Klinis : Menejemen kesehatan komunitas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosis keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi "Manajemen Kesehatan Komunitas" dalam konteks akademis.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi "Manajemen Kesehatan Komunitas" adalah "Manajemen Kesehatan Komunitas". Diagnosis ini mencerminkan kemampuan komunitas dalam mengidentifikasi, memprioritaskan, dan mengelola masalah kesehatan yang memengaruhi anggota komunitas. Diagnosis ini mencakup aspek-aspek seperti pemantauan kesehatan komunitas, koordinasi dengan sumber daya kesehatan, dan pemberdayaan komunitas untuk mencapai tujuan kesehatan bersama.
Luaran/Output SLKI:
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan untuk "Manajemen Kesehatan Komunitas" adalah:
1. Partisipasi Komunitas: Komunitas terlibat aktif dalam upaya identifikasi, prioritas, dan penanganan masalah kesehatan.
2. Koordinasi Layanan Kesehatan: Koordinasi yang efektif antara komunitas dan sumber daya kesehatan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan komunitas.
3. Pemberdayaan Komunitas: Komunitas memiliki kemampuan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk mengelola masalah kesehatan mereka secara mandiri.
4. Peningkatan Status Kesehatan: Terjadi peningkatan status kesehatan pada anggota komunitas sebagai hasil dari upaya manajemen kesehatan komunitas.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran "Manajemen Kesehatan Komunitas" meliputi:
1. Asesmen Kesehatan Komunitas: Melakukan pengumpulan data dan analisis untuk mengidentifikasi masalah kesehatan, sumber daya, dan kebutuhan komunitas.
2. Perencanaan Intervensi Kesehatan: Mengembangkan rencana intervensi yang komprehensif dan sesuai dengan kebutuhan komunitas, termasuk tujuan, strategi, dan alokasi sumber daya.
3. Mobilisasi Sumber Daya Komunitas: Mengidentifikasi dan mengaktifkan sumber daya komunitas (seperti kelompok masyarakat, organisasi, dan individu) untuk mendukung upaya manajemen kesehatan.
4. Koordinasi dengan Penyedia Layanan Kesehatan: Menjalin kerjasama dan koordinasi yang efektif dengan penyedia layanan kesehatan (rumah sakit, klinik, pusat kesehatan masyarakat, dll.) untuk memastikan kontinuitas dan integrasi layanan kesehatan.
5. Pendidikan Kesehatan Komunitas: Memberikan edukasi dan informasi kesehatan yang relevan kepada anggota komunitas untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan mereka dalam mengelola masalah kesehatan.
6. Monitoring dan Evaluasi: Melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala untuk menilai efektivitas intervensi, mengidentifikasi area perbaikan, dan mengadaptasi strategi jika diperlukan.
Melalui diagnosis keperawatan yang tepat, luaran/output yang terukur, dan intervensi keperawatan yang komprehensif, perawat dapat berperan aktif dalam memfasilitasi manajemen kesehatan komunitas yang efektif dan berkelanjutan. -
Article No. 8149 | 07 Dec 2024
Klinis : NYERI MENELAN, DEMAM 2 HARI
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Nyeri Menelan dan Demam 2 Hari.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Menelan berhubungan dengan peradangan pada tenggorokan.
2. Hipertermia berhubungan dengan respons tubuh terhadap infeksi.
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri Menelan
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Nyeri Menelan adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan atau potensi kerusakan jaringan pada tenggorokan yang dirasakan saat menelan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien dapat melaporkan pengurangan nyeri saat menelan, dapat menelan makanan dan cairan dengan nyaman, dan tidak menunjukkan tanda-tanda komplikasi.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen nyeri, pemberian analgesik, terapi es/hangat, dan edukasi tentang manajemen nyeri menelan.
2. Hipertermia
- SDKI: Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas 37,5°C yang disebabkan oleh respons tubuh terhadap infeksi.
- SLKI: Pasien dapat mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal, menunjukkan tanda-tanda perbaikan kesehatan, dan tidak mengalami komplikasi.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan tanda vital, pemberian antipiretik, manajemen lingkungan, dan edukasi tentang penanganan demam.
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan pengkajian komprehensif, menetapkan diagnosa keperawatan, dan merencanakan intervensi keperawatan yang sesuai dengan standar PPNI untuk mengatasi masalah kesehatan pasien. Tujuan akhirnya adalah membantu pasien mencapai hasil yang optimal dan memulihkan kondisinya. -
Article No. 8150 | 07 Dec 2024
Klinis : Klien datang ke IGD RSJ dengan keluhan tidak bisa tidur dan masih sering mendengar suara-suara. Suara-suara yang di dengar tidak menentu terkadang suara seperti mengajak ngobrol, memberi petunjuk seperti saat pakde masuk RS suara terdengar memberi petunjuk untuk mencari obat herbal untuk menyembuhkan penyakitnya, menanyakan kegiatan yang dilakukan dan ajakan berbuat sesuatu misal menyuruh segera mengambil wudhu untuk solat. Tn. A mengatakan terkadang suara muncul saat kabar buruk, saat sedang tertekan atau stress. Suara hilang biasanya jika pasien sudah merasa tenang.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosis keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Halusinasi auditorik berhubungan dengan kecemasan, stres, dan respon terhadap stimulus internal". Pasien Tn. A mengalami gejala halusinasi auditorik berupa suara-suara yang tidak menentu, terkadang berupa ajakan, petunjuk, dan pertanyaan. Suara-suara ini muncul saat pasien merasa tertekan atau stres, dan hilang saat pasien merasa tenang.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Klien dapat mengenali dan mengidentifikasi halusinasi auditorik yang dialami.
2. Klien dapat mengelola halusinasi auditorik yang dialami dengan cara yang tepat.
3. Klien dapat menunjukkan peningkatan kemampuan dalam mengatasi kecemasan dan stres.
4. Klien dapat menunjukkan peningkatan kualitas tidur.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Observasi:
- Identifikasi frekuensi, durasi, dan karakteristik halusinasi auditorik yang dialami klien.
- Identifikasi faktor-faktor pencetus munculnya halusinasi auditorik.
- Identifikasi tanda-tanda kecemasan dan stres yang dialami klien.
- Identifikasi pola tidur klien.
2. Terapeutik:
- Berikan edukasi kepada klien dan keluarga mengenai halusinasi auditorik, termasuk penyebab, cara mengelola, dan dampaknya.
- Latih klien untuk mengenali tanda-tanda awal munculnya halusinasi auditorik dan melakukan teknik pengalihan perhatian yang tepat.
- Berikan terapi relaksasi, seperti napas dalam, meditasi, atau terapi musik, untuk membantu mengurangi kecemasan dan stres.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti psikiater atau psikolog, untuk memberikan terapi tambahan jika diperlukan.
3. Kolaboratif:
- Kolaborasi dengan psikiater untuk mempertimbangkan pemberian obat-obatan antipsikotik atau anxiolitik jika diperlukan.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti terapis okupasi atau fisioterapi, untuk membantu meningkatkan kualitas tidur klien.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan klien dapat mengelola halusinasi auditorik yang dialami, mengurangi kecemasan dan stres, serta meningkatkan kualitas tidur, sehingga luaran yang diharapkan dapat tercapai. -
Article No. 8151 | 07 Dec 2024
Klinis : demam sejak tadi malam , kejang 1x, muntah +, diare 2x
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan akibat demam, muntah, dan diare.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit didefinisikan sebagai kondisi di mana individu berisiko mengalami ketidakseimbangan antara asupan dan kehilangan cairan dan elektrolit yang dapat menyebabkan dehidrasi atau kelebihan cairan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosis ini adalah pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang adekuat, dengan indikator seperti tanda-tanda vital stabil, turgor kulit normal, dan tidak terjadi dehidrasi atau kelebihan cairan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan adalah memonitor status cairan dan elektrolit, memberikan cairan intravena atau oral sesuai kebutuhan, mengatur asupan dan pengeluaran cairan, serta mengevaluasi efektivitas intervensi yang diberikan.
Dengan menggunakan pendekatan berbasis standar SDKI-SLKI-SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstruktur untuk mengatasi risiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada pasien dengan gejala demam, kejang, muntah, dan diare.