Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 6187 | 18 Nov 2024
Klinis : Demam, post kejang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi demam, post kejang.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakseimbangan Suhu Tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Ketidakseimbangan Suhu Tubuh didefinisikan sebagai keadaan di mana individu berisiko mengalami peningkatan atau penurunan suhu tubuh di atas atau di bawah rentang normal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
- Pantau suhu tubuh secara berkala
- Lakukan tindakan penurunan demam, seperti kompres dingin dan pemberian antipiretik
- Hindari pajanan lingkungan yang dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga suhu tubuh
Dengan demikian, diagnosa keperawatan yang tepat untuk kondisi demam, post kejang adalah Risiko Ketidakseimbangan Suhu Tubuh, dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI terkait diagnosa tersebut. -
Article No. 6190 | 18 Nov 2024
Klinis : Pemeliharaan Kesehatan Komunitas Tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi "Pemeliharaan Kesehatan Komunitas Tidak efektif":
Diagnosa Keperawatan:
Pemeliharaan Kesehatan Komunitas Tidak efektif
Definisi:
Ketidakmampuan komunitas untuk mengidentifikasi, mencegah, dan/atau mengelola masalah kesehatan secara efektif.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Ketidakberdayaan Komunitas
2. Pengetahuan Kesehatan Komunitas Kurang
3. Partisipasi Komunitas Tidak Optimal
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pemberdayaan Komunitas
2. Pengetahuan Komunitas tentang Kesehatan
3. Partisipasi Komunitas dalam Pemeliharaan Kesehatan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Fasilitasi Pemberdayaan Komunitas
2. Edukasi Kesehatan Komunitas
3. Pengembangan Partisipasi Komunitas
Penjelasan Singkat:
Diagnosa keperawatan "Pemeliharaan Kesehatan Komunitas Tidak efektif" menggambarkan ketidakmampuan komunitas dalam mengidentifikasi, mencegah, dan mengelola masalah kesehatan secara efektif. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti ketidakberdayaan komunitas, kurangnya pengetahuan kesehatan, dan partisipasi komunitas yang tidak optimal.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi fasilitasi pemberdayaan komunitas, edukasi kesehatan komunitas, dan pengembangan partisipasi komunitas. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan komunitas dalam memelihara kesehatan secara efektif, meningkatkan pengetahuan kesehatan, dan mendorong partisipasi aktif komunitas dalam upaya pemeliharaan kesehatan. -
Article No. 6191 | 18 Nov 2024
Klinis : Pemeliharaan Kesehatan Komunitas Tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan penjelasan rinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi "Pemeliharaan Kesehatan Komunitas Tidak Efektif" dengan nada akademis.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI: Pemeliharaan Kesehatan Komunitas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan komunitas untuk mengidentifikasi, mengatasi, dan mempertahankan praktik kesehatan yang dibutuhkan.
Karakteristik Definisi:
a. Komunitas tidak mampu mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada.
b. Komunitas tidak mampu mengambil tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada.
c. Komunitas tidak mampu mempertahankan praktik kesehatan yang telah diterapkan.
d. Komunitas tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk memelihara kesehatan.
e. Komunitas tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang pemeliharaan kesehatan.
f. Komunitas tidak memiliki motivasi untuk memelihara kesehatan.
2. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI)
a. Komunitas Mampu Mengidentifikasi Masalah Kesehatan
- Komunitas dapat menjelaskan masalah kesehatan yang ada di lingkungannya.
- Komunitas dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan.
b. Komunitas Mampu Mengatasi Masalah Kesehatan
- Komunitas dapat merencanakan tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan.
- Komunitas dapat melaksanakan tindakan yang telah direncanakan.
- Komunitas dapat mengevaluasi efektivitas tindakan yang dilakukan.
c. Komunitas Mampu Mempertahankan Praktik Kesehatan
- Komunitas dapat mengidentifikasi praktik kesehatan yang sudah diterapkan.
- Komunitas dapat mempertahankan praktik kesehatan yang sudah diterapkan.
- Komunitas dapat mengembangkan praktik kesehatan yang sudah diterapkan.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI)
a. Peningkatan Kesadaran Komunitas
- Memberikan edukasi kepada komunitas tentang masalah kesehatan yang ada.
- Membantu komunitas mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan.
- Mendorong komunitas untuk aktif terlibat dalam upaya pemeliharaan kesehatan.
b. Pengembangan Kapasitas Komunitas
- Memfasilitasi komunitas dalam merencanakan tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan.
- Membantu komunitas melaksanakan tindakan yang telah direncanakan.
- Mendampingi komunitas dalam mengevaluasi efektivitas tindakan yang dilakukan.
c. Pemberdayaan Komunitas
- Membantu komunitas mengidentifikasi praktik kesehatan yang sudah diterapkan.
- Mendorong komunitas untuk mempertahankan praktik kesehatan yang sudah diterapkan.
- Memfasilitasi komunitas dalam mengembangkan praktik kesehatan yang sudah diterapkan.
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan komunitas dapat meningkatkan kesadaran, mengembangkan kapasitas, dan berdaya dalam memelihara kesehatan secara efektif. -
Article No. 6192 | 18 Nov 2024
Klinis : diabetes militus pada stroke hemoragik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi diabetes melitus pada stroke hemoragik, dengan nada akademis dan persona sebagai seorang perawat ahli.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Berhubungan dengan Proses Penyakit Stroke Hemoragik
2. Mobilitas Fisik Terganggu Berhubungan dengan Kelemahan Fisik Akibat Stroke Hemoragik
3. Risiko Cidera Berhubungan dengan Perubahan Sensasi dan Fungsi Motorik Akibat Stroke Hemoragik
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah: Keadaan di mana seseorang berisiko mengalami perubahan kadar glukosa darah yang abnormal.
2. Mobilitas Fisik Terganggu: Keterbatasan dalam melakukan pergerakan yang disengaja dan terarah, baik mandiri maupun dengan menggunakan alat bantu.
3. Risiko Cidera: Keadaan di mana seseorang berisiko mengalami kerusakan struktural atau fungsional pada jaringan tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Glukosa Darah: Kemampuan individu dalam mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal.
2. Mobilitas: Kemampuan individu dalam melakukan pergerakan yang terarah dan terkontrol.
3. Pencegahan Cedera: Kemampuan individu dalam mencegah terjadinya kerusakan struktur atau fungsi tubuh.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Kadar Glukosa Darah, Manajemen Diabetes, Edukasi Kesehatan tentang Diabetes.
2. Mobilisasi Dini, Terapi Latihan, Pemberian Alat Bantu.
3. Pencegahan Risiko Jatuh, Manajemen Lingkungan, Perawatan Kulit.
Dalam penanganan kondisi diabetes melitus pada stroke hemoragik, perawat perlu mempertimbangkan masalah keperawatan yang terkait dengan risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah, mobilitas fisik yang terganggu, serta risiko cedera. Intervensi keperawatan yang tepat, seperti pemantauan kadar glukosa darah, edukasi kesehatan, mobilisasi dini, dan pencegahan risiko jatuh, akan membantu dalam memperbaiki kondisi pasien dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 6193 | 18 Nov 2024
Klinis : KASUS KEPERAWATAN KELUARGA Pengkajian dilakukan pada keluarga Tn. S (47 tahun) yang tinggal di Cimahi Tengah, Kp Sukanampa Rt04 Rw19 No.38. Tn. S merupakan kepala keluarga yang bekerja sebagai PNS dengan pendidikan terakhir Magister Pendidikan. Keluarga terdiri dari 5 anggota: ● Tn. S (47 tahun) sebagai kepala keluarga ● Ny. S (56 tahun) sebagai istri ● Nn. L (20 tahun) sebagai anak pertama ● Tn. A (17 tahun) sebagai anak kedua ● Nn. A (15 tahun) sebagai anak ketiga Saat pengkajian, ditemukan bahwa keluarga memiliki riwayat penyakit keturunan yaitu asma dari pihak ayah dan diabetes dari pihak ibu. Hal ini menyebabkan Tn. S merasa khawatir dengan kondisi kesehatan keluarganya. Kekhawatiran ini semakin meningkat seiring bertambahnya usia dan adanya faktor risiko penyakit keturunan tersebut.Dalam upaya menjaga kesehatan, keluarga telah menggunakan fasilitas BPJS kesehatan dan berusaha menjaga pola hidup dengan baik. Namun, kekhawatiran akan risiko penyakit keturunan membuat mereka cenderung terlalu berhati-hati dan kadang menimbulkan kecemasan berlebih. Keluarga menunjukkan kesadaran yang baik dalam mengenal masalah kesehatan anggotanya dan memberikan perawatan ketika ada yang sakit. Mereka juga aktif mencari informasi tentang kesehatan dan berpartisipasi dalam kegiatan yang mendukung gaya hidup sehat.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, saya dapat menyusun beberapa diagnosa keperawatan keluarga beserta penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan: Kecemasan keluarga berhubungan dengan risiko penyakit keturunan
- SDKI: Kecemasan keluarga adalah perasaan tidak nyaman atau khawatir yang dialami oleh keluarga terkait dengan masalah kesehatan atau kondisi yang sedang dihadapi.
- SLKI: Hasil yang diharapkan adalah keluarga dapat mengelola kecemasan terkait risiko penyakit keturunan dengan baik.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah memberikan edukasi tentang penyakit keturunan, mengajarkan teknik relaksasi, dan melibatkan keluarga dalam perencanaan asuhan keperawatan.
2. Diagnosa Keperawatan: Manajemen kesehatan keluarga kurang efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengelola risiko penyakit keturunan
- SDKI: Manajemen kesehatan keluarga kurang efektif adalah ketidakmampuan keluarga dalam mengidentifikasi, mengelola, dan mengambil tindakan yang tepat untuk mempertahankan atau meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
- SLKI: Hasil yang diharapkan adalah keluarga dapat mengelola risiko penyakit keturunan secara efektif.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah memberikan edukasi tentang penyakit keturunan, membantu keluarga menyusun rencana perawatan kesehatan, dan memfasilitasi keluarga untuk mengakses sumber daya kesehatan yang sesuai.
3. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keterbatasan fisik akibat penyakit keturunan
- SDKI: Intoleransi aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan karena adanya masalah kesehatan.
- SLKI: Hasil yang diharapkan adalah keluarga dapat mempertahankan atau meningkatkan toleransi aktivitas anggota keluarga yang terdampak oleh penyakit keturunan.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah memberikan edukasi tentang manajemen penyakit keturunan, mengajarkan teknik konservasi energi, dan merekomendasikan modifikasi lingkungan yang mendukung aktivitas.
Dengan memahami diagnosa keperawatan keluarga, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada keluarga untuk membantu mereka mengelola risiko penyakit keturunan secara efektif. -
Article No. 6194 | 18 Nov 2024
Klinis : KASUS KEPERAWATAN KELUARGA Pengkajian dilakukan pada keluarga Tn. S (47 tahun) yang tinggal di Cimahi Tengah, Kp Sukanampa Rt04 Rw19 No.38. Tn. S merupakan kepala keluarga yang bekerja sebagai PNS dengan pendidikan terakhir Magister Pendidikan. Keluarga terdiri dari 5 anggota: ● Tn. S (47 tahun) sebagai kepala keluarga ● Ny. S (56 tahun) sebagai istri ● Nn. L (20 tahun) sebagai anak pertama ● Tn. A (17 tahun) sebagai anak kedua ● Nn. A (15 tahun) sebagai anak ketiga Saat pengkajian, ditemukan bahwa keluarga memiliki riwayat penyakit keturunan yaitu asma dari pihak ayah dan diabetes dari pihak ibu. Hal ini menyebabkan Tn. S merasa khawatir dengan kondisi kesehatan keluarganya. Kekhawatiran ini semakin meningkat seiring bertambahnya usia dan adanya faktor risiko penyakit keturunan tersebut.Dalam upaya menjaga kesehatan, keluarga telah menggunakan fasilitas BPJS kesehatan dan berusaha menjaga pola hidup dengan baik. Namun, kekhawatiran akan risiko penyakit keturunan membuat mereka cenderung terlalu berhati-hati dan kadang menimbulkan kecemasan berlebih. Keluarga menunjukkan kesadaran yang baik dalam mengenal masalah kesehatan anggotanya dan memberikan perawatan ketika ada yang sakit. Mereka juga aktif mencari informasi tentang kesehatan dan berpartisipasi dalam kegiatan yang mendukung gaya hidup sehat.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan Keluarga:
1. Risiko Kecemasan Keluarga Berhubungan Dengan Riwayat Penyakit Keturunan
Penjelasan singkat:
Berdasarkan pengkajian, ditemukan bahwa keluarga Tn. S memiliki riwayat penyakit keturunan, yaitu asma dari pihak ayah dan diabetes dari pihak ibu. Hal ini menyebabkan Tn. S merasa khawatir dengan kondisi kesehatan keluarganya, dan kekhawatiran ini semakin meningkat seiring bertambahnya usia dan adanya faktor risiko penyakit keturunan tersebut. Kondisi ini dapat menimbulkan kecemasan berlebih pada keluarga, sehingga perlu adanya intervensi keperawatan untuk mengurangi risiko kecemasan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00146
Definisi: Kekhawatiran yang berlebihan terhadap masalah kesehatan atau ancaman yang dirasakan saat ini atau di masa depan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 1211
Luaran: Tingkat Kecemasan Menurun
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 6680
Intervensi: Manajemen Kecemasan -
Article No. 6195 | 18 Nov 2024
Klinis : ● Keluarga menggunakan fasilitas BPJS kesehatan untuk pemeriksaan rutin ● Tn. S dan Ny. S menyatakan selalu menjaga pola hidup dengan baik ● Keluarga aktif mencari informasi tentang pencegahan penyakit keturunan DO: ● Adanya riwayat penyakit asma dari pihak ayah ● Adanya riwayat penyakit diabetes dari pihak ibu ● Keluarga menunjukkan kesadaran akan pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Selamat Pagi. Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, diagnosa keperawatan yang dapat diberikan adalah:
1. Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
- Definisi: Berisiko mengalami perubahan kadar glukosa darah yang tidak stabil dari rentang normal.
- Faktor Risiko: Riwayat penyakit diabetes dari pihak ibu.
2. Risiko Terjadinya Serangan Asma
- Definisi: Berisiko mengalami gangguan pada saluran pernapasan yang menyebabkan kesulitan bernapas.
- Faktor Risiko: Riwayat penyakit asma dari pihak ayah.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan diagnosa keperawatan berdasarkan pengkajian dan analisis data pasien.
- Tujuannya adalah untuk menciptakan keseragaman dalam praktek keperawatan di Indonesia.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan hasil atau luaran yang diharapkan dari tindakan keperawatan yang diberikan.
- Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Tujuannya adalah untuk meningkatkan keamanan dan efektivitas tindakan keperawatan.
Dalam kondisi ini, keluarga telah menunjukkan kesadaran akan pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin. Saya sebagai perawat akan memberikan edukasi terkait pentingnya monitoring gula darah dan pencegahan serangan asma, serta mendorong keluarga untuk secara aktif memanfaatkan fasilitas BPJS kesehatan untuk pemeriksaan rutin. Semoga informasi ini bermanfaat. Terima kasih. -
Article No. 6196 | 18 Nov 2024
Klinis : ● Keluarga menggunakan fasilitas BPJS kesehatan untuk pemeriksaan rutin ● Tn. S dan Ny. S menyatakan selalu menjaga pola hidup dengan baik ● Keluarga aktif mencari informasi tentang pencegahan penyakit keturunan DO: ● Adanya riwayat penyakit asma dari pihak ayah ● Adanya riwayat penyakit diabetes dari pihak ibu ● Keluarga menunjukkan kesadaran akan pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI), dan intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Penyakit Kardiovaskular
- Definisi: Kondisi di mana individu berisiko mengalami penyakit kardiovaskular, seperti penyakit jantung koroner, stroke, atau penyakit pembuluh darah lainnya.
- Faktor risiko yang ada pada kasus ini adalah adanya riwayat penyakit diabetes dari pihak ibu.
2. Risiko Penyakit Paru
- Definisi: Kondisi di mana individu berisiko mengalami penyakit paru, seperti asma, PPOK, atau gangguan paru lainnya.
- Faktor risiko yang ada pada kasus ini adalah adanya riwayat penyakit asma dari pihak ayah.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Risiko Penyakit Kardiovaskular
- Definisi: Kemampuan individu dan keluarga untuk mengelola faktor-faktor risiko penyakit kardiovaskular.
- Kriteria hasil: Individu dan keluarga memahami faktor risiko penyakit kardiovaskular, dapat mengendalikan faktor risiko, dan rutin melakukan pemeriksaan kesehatan.
2. Kontrol Risiko Penyakit Paru
- Definisi: Kemampuan individu dan keluarga untuk mengelola faktor-faktor risiko penyakit paru.
- Kriteria hasil: Individu dan keluarga memahami faktor risiko penyakit paru, dapat mengendalikan faktor risiko, dan rutin melakukan pemeriksaan kesehatan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Risiko Penyakit Kardiovaskular
- Identifikasi faktor risiko penyakit kardiovaskular pada keluarga.
- Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakit kardiovaskular dan cara pencegahannya.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan, jika diperlukan.
- Monitor dan evaluasi status kesehatan kardiovaskular keluarga secara berkala.
2. Manajemen Risiko Penyakit Paru
- Identifikasi faktor risiko penyakit paru pada keluarga.
- Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakit paru dan cara pencegahannya.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan, jika diperlukan.
- Monitor dan evaluasi status kesehatan paru keluarga secara berkala.
Pada kasus ini, karena keluarga sudah menunjukkan kesadaran akan pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin dan aktif mencari informasi tentang pencegahan penyakit keturunan, intervensi keperawatan yang dilakukan dapat berfokus pada edukasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan, serta monitor dan evaluasi status kesehatan keluarga secara berkala. Tujuannya adalah agar keluarga dapat mempertahankan dan meningkatkan kemampuan mereka dalam mengelola faktor risiko penyakit kardiovaskular dan paru. -
Article No. 6197 | 18 Nov 2024
Klinis : diare
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi diare.
Diagnosa Keperawatan:
1. Diare
Penjelasan Singkat:
Diare merupakan kondisi di mana seseorang mengalami buang air besar yang encer, tidak terkontrol, dan terjadi lebih dari 3 kali dalam sehari. Diare dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi bakteri, virus, atau parasit, serta faktor lainnya seperti asupan makanan yang tidak sehat.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Dalam SDKI, diare dapat diklasifikasikan sebagai diagnosis keperawatan dengan kode 00013. Definisi dari diare adalah "Pengeluaran feses yang tidak normal, berlebihan dalam jumlah, konsistensi, dan/atau frekuensi".
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran keperawatan yang terkait dengan diare berdasarkan SLKI adalah:
1. Perilaku hidup bersih dan sehat
2. Keseimbangan elektrolit
3. Pemulihan fungsi gastrointestinal
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani diare berdasarkan SIKI antara lain:
1. Manajemen diare
2. Edukasi perawatan diare
3. Pemberian cairan intravena
4. Terapi nutrisi
5. Pemantauan tanda-tanda vital
Dalam praktik keperawatan, perawat harus melakukan pengkajian yang komprehensif, menetapkan diagnosa keperawatan, merencanakan intervensi yang sesuai, serta melakukan evaluasi untuk memastikan hasil yang diharapkan dapat tercapai. -
Article No. 6198 | 18 Nov 2024
Klinis : cacingan keremi
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan hormat, untuk kondisi cacingan keremi, berikut adalah informasi kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: B82.0
- Deskripsi: Enterobiasis (infeksi cacing keremi)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 86.94
- Deskripsi: Pemeriksaan mikroskopis tinja untuk mendeteksi telur cacing atau parasit lainnya
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 B82.0 digunakan untuk mendiagnosis infeksi oleh cacing keremi (Enterobius vermicularis), yang merupakan salah satu jenis cacing yang paling umum menginfeksi manusia, terutama anak-anak.
2. Kode ICD-9-CM 86.94 adalah kode untuk prosedur pemeriksaan mikroskopis tinja, yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi adanya telur cacing keremi atau parasit lainnya. Prosedur ini merupakan langkah penting dalam konfirmasi diagnosis cacingan keremi.
Pemilihan kode yang tepat dalam sistem klasifikasi ICD-10 dan ICD-9-CM sangat penting untuk dokumentasi medis yang akurat, serta untuk proses penagihan dan klaim asuransi yang sesuai.