Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8226 | 08 Dec 2024
Klinis : LEUKEMIA Tn. E, 28 tahun, dirawat diruangan penyakit dalam dengan keluhan badan terasa lemas dan demam. Sejak 3 bulan sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh badanya terasa menjadi mudah lelah dan demam, demam naik turun. Pasien juga merasa linu-linu pada kaki dan tangan kanan maupun kiri. Linu-linu sering terasa pada pagi hari. Pasien sering merasa demam sumer-sumer sepanjang hari. Sejak 1 bulan SMRS pasien mengeluh sakit gigi dan gusi membengkak. Sejak 15 hari sebelum masuk rumah sakit muncul bintik-bintik merah pada wajah pasien kemudian timbul pada tangan dan kaki, bintik-bintik yang timbul pada wajah pasien dirasakan perih dan panas, awalnya sebelum muncul bintik merah wajah pasien bengkak dan berwarna biru-biru. Pasien juga mengeluh kedua matanya merah. Pasien mengatakan nafsu makannya berkurang hingga badanya terlihat lebih kurus dari sebelumnya. Status gizi kurang (BB saat ini 46 kg, tinggi badan 155 cm, indeks massa tubuh 19,1 kg/m2) Saat rawatan hari-1 mata pasien kemerahan tampak berdarah dan gusi pasien membengkak. Kemudian pasien pilek dan batuk, tidak berdahak. Pasien tidak pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya. Pasien pernah periksa ke puskesmas dan diberi obat penurun panas. Tidak ada keluarga pasien yang mengalami gejala penyakit seperti yang dialami oleh pasien saat ini. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum lemah, kesadaran composmentis. Pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan TD : 100/60 mmHg, HR: 100x/menit, RR 20x/menit dan suhu 39.50 C. Pemeriksaan kepala pada konjungtiva anemis dan pada pemeriksaan umum didapatkan purpura pada wajah, tangan dan kaki. Selain itu didapatkan edema palpebra pada kedua mata serta terdapat pembengkakan gusi. Tidak tampak pembesaran dan tidak teraba KGB leher. Pemeriksaan jantung; inspeksi : iktus kordis tidak terlihat, palpasi : iktus kordis tidak teraba, perkusi: dalam batas normal, auskultasi : bunyi jantung regular S1 = S2. Pemeriksaan paru; inspeksi: simetris, tidak terdapat retraksi, palpasi: fremitus kiri = kanan, perkusi: sonor di seluruh lapang paru, auskultasi: suara nafas vesikuler, suara nafas tambahan tidak ada. Pemeriksaan abdomen; inspeksi: cembung, ausklutasi : bising usus normal, palpasi : hepar tidak teraba, perkusi: timpani Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin didapatkan hemoglobin 6,6 gr/dl, leukositosis 231.600/mm3, trombositopenia 24.000/mm3. Hasil evaluasi apusan darah tepi didapatkan: • Eritrosit : Hipokrom normositter, anisositosis, sel polikromasia (+), normoblast + 1 -2% • Leukosit : kesan jumlah meningkat, didominasi sel-sel mononuclear, bentuk inti irregular dan berlekuk, nucleolus (+), blast (+) +/- 10% • Trombosit : kesan jumlah menurun, anisotosis. Kesan leukimia akut (AML M5-M6). Hasil pemeriksaan urinalisa didapatkan hasil pH 6,0, protein (+), sedimen leukosit negatif, sedimen eritrosit positif, dan terdapat kristal oksalat. Terapi : Infus RL 20 tpm Cefotaxime 3 x 1 gr (IV) Kalnex 3 x 1 amp (IV) Sotatik 3 x 1 amp (IV) Aspar 3 x 1 tab (PO) Tranfusi PRC 1 kolf/hr Pasien direncanakan untuk mendapatkan regimen kemoterapi dengan Daunorubisin dan Sitarabin. cari kan diagnosa beserta dengan data objektif data subjectif dari kasus diatas dan diagram panah etiologinya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Leukemia pada pasien Tn. E.
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan anemia yang ditandai dengan pasien mengatakan badan terasa lemas dan mudah lelah.
2. Penurunan Nutrisi berhubungan dengan anoreksia yang ditandai dengan pasien mengatakan nafsu makan berkurang dan tampak kurus.
3. Perdarahan berhubungan dengan trombositopenia yang ditandai dengan pasien mengalami gusi bengkak dan berdarah, serta tampak bintik-bintik merah di wajah, tangan, dan kaki.
4. Nyeri akut berhubungan dengan infiltrasi sel-sel leukemia yang ditandai dengan pasien mengeluh linu-linu pada kaki dan tangan.
5. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun yang ditandai dengan pasien mengalami demam, pilek, dan batuk.
Penjelasan Singkat:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan anemia
- Data Subjektif: Pasien mengatakan badan terasa lemas dan mudah lelah.
- Data Objektif: Pemeriksaan fisik menunjukkan keadaan umum lemah, Hb 6,6 g/dL.
- Etiologi: Anemia, infiltrasi sel-sel leukemia.
2. Penurunan Nutrisi berhubungan dengan anoreksia
- Data Subjektif: Pasien mengatakan nafsu makan berkurang.
- Data Objektif: Pasien tampak kurus, BB saat ini 46 kg, IMT 19,1 kg/m2.
- Etiologi: Anoreksia, efek samping pengobatan.
3. Perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
- Data Subjektif: Pasien mengalami gusi bengkak dan berdarah, serta tampak bintik-bintik merah di wajah, tangan, dan kaki.
- Data Objektif: Pemeriksaan laboratorium menunjukkan trombositopenia 24.000/mm3.
- Etiologi: Penurunan produksi trombosit oleh sel-sel leukemia.
4. Nyeri akut berhubungan dengan infiltrasi sel-sel leukemia
- Data Subjektif: Pasien mengeluh linu-linu pada kaki dan tangan.
- Data Objektif: Pasien menunjukkan ekspresi wajah kesakitan.
- Etiologi: Infiltrasi sel-sel leukemia ke dalam jaringan.
5. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun
- Data Subjektif: Pasien mengalami demam, pilek, dan batuk.
- Data Objektif: Pemeriksaan laboratorium menunjukkan leukositosis 231.600/mm3.
- Etiologi: Penurunan jumlah dan fungsi sel-sel darah putih akibat sel-sel leukemia.
Diagram Panah Etiologi:
Leukemia Akut
|
|
v
Infiltrasi sel-sel leukemia
|
|
v
Anemia, Trombositopenia, Penurunan sistem imun
|
|
v
Intoleransi Aktivitas, Perdarahan, Risiko Infeksi, Nyeri Akut, Penurunan Nutrisi -
Article No. 8227 | 08 Dec 2024
Klinis : Ny. S, 36 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan keputihan yang tidak biasa selama dua bulan terakhir. Keputihan yang dialaminya berwarna kekuningan, berbau tidak sedap, dan terkadang disertai rasa gatal serta nyeri ringan di bagian bawah perut. Selain itu, Ny. S juga melaporkan bahwa siklus menstruasinya menjadi tidak teratur, dengan perdarahan yang lebih lama dari biasanya dan terkadang bercak darah muncul di luar siklus haid. Ny. S tampak cemas dan khawatir dengan kondisinya, terutama karena ia mendengar bahwa beberapa gejala ini dapat berkaitan dengan masalah serius pada organ reproduksi. Ny. S memiliki dua anak dan tidak menggunakan kontrasepsi hormonal dalam dua tahun terakhir. Setelah mendengarkan keluhan Ny. S, dokter merekomendasikan agar ia menjalani pemeriksaan fisik untuk mengidentifikasi penyebab dari gejala keputihan abnormal dan gangguan menstruasi yang dialaminya. Rencana pemeriksaan meliputi pemeriksaan panggul, USG transvaginal, serta tes laboratorium untuk mengetahui ada tidaknya infeksi atau kelainan pada organ reproduksi. Hasil pemeriksaan tanda vital menunjukkan Ny. S dalam kondisi stabil, dengan tekanan darah 112/74 mmHg, nadi 76 kali/menit, suhu tubuh 36,8°C, dan pernapasan 18 kali/menit.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dialami oleh Ny. S, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat, serta SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Terkait Keputihan Abnormal
Penjelasan Singkat:
Ny. S mengalami keluhan keputihan yang tidak biasa selama dua bulan terakhir. Keputihan yang dialaminya berwarna kekuningan, berbau tidak sedap, dan terkadang disertai rasa gatal serta nyeri ringan di bagian bawah perut. Kondisi ini meningkatkan risiko Ny. S terinfeksi, terutama infeksi pada organ reproduksi.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode: 00004
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat mengganggu kesehatan.
- Faktor Risiko: Perubahan pada integritas kulit/membran mukosa.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode: 1803
- Judul: Kontrol Infeksi
- Definisi: Pencegahan dan pengendalian penyebaran infeksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode: 3440
- Judul: Perawatan Luka
- Definisi: Tindakan untuk mempertahankan integritas kulit/membran mukosa dan mencegah komplikasi. -
Article No. 8228 | 08 Dec 2024
Klinis : LEUKEMIA Tn. E, 28 tahun, dirawat diruangan penyakit dalam dengan keluhan badan terasa lemas dan demam. Sejak 3 bulan sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh badanya terasa menjadi mudah lelah dan demam, demam naik turun. Pasien juga merasa linu-linu pada kaki dan tangan kanan maupun kiri. Linu-linu sering terasa pada pagi hari. Pasien sering merasa demam sumer-sumer sepanjang hari. Sejak 1 bulan SMRS pasien mengeluh sakit gigi dan gusi membengkak. Sejak 15 hari sebelum masuk rumah sakit muncul bintik-bintik merah pada wajah pasien kemudian timbul pada tangan dan kaki, bintik-bintik yang timbul pada wajah pasien dirasakan perih dan panas, awalnya sebelum muncul bintik merah wajah pasien bengkak dan berwarna biru-biru. Pasien juga mengeluh kedua matanya merah. Pasien mengatakan nafsu makannya berkurang hingga badanya terlihat lebih kurus dari sebelumnya. Status gizi kurang (BB saat ini 46 kg, tinggi badan 155 cm, indeks massa tubuh 19,1 kg/m2) Saat rawatan hari-1 mata pasien kemerahan tampak berdarah dan gusi pasien membengkak. Kemudian pasien pilek dan batuk, tidak berdahak. Pasien tidak pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya. Pasien pernah periksa ke puskesmas dan diberi obat penurun panas. Tidak ada keluarga pasien yang mengalami gejala penyakit seperti yang dialami oleh pasien saat ini. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum lemah, kesadaran composmentis. Pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan TD : 100/60 mmHg, HR: 100x/menit, RR 20x/menit dan suhu 39.50 C. Pemeriksaan kepala pada konjungtiva anemis dan pada pemeriksaan umum didapatkan purpura pada wajah, tangan dan kaki. Selain itu didapatkan edema palpebra pada kedua mata serta terdapat pembengkakan gusi. Tidak tampak pembesaran dan tidak teraba KGB leher. Pemeriksaan jantung; inspeksi : iktus kordis tidak terlihat, palpasi : iktus kordis tidak teraba, perkusi: dalam batas normal, auskultasi : bunyi jantung regular S1 = S2. Pemeriksaan paru; inspeksi: simetris, tidak terdapat retraksi, palpasi: fremitus kiri = kanan, perkusi: sonor di seluruh lapang paru, auskultasi: suara nafas vesikuler, suara nafas tambahan tidak ada. Pemeriksaan abdomen; inspeksi: cembung, ausklutasi : bising usus normal, palpasi : hepar tidak teraba, perkusi: timpani Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin didapatkan hemoglobin 6,6 gr/dl, leukositosis 231.600/mm3, trombositopenia 24.000/mm3. Hasil evaluasi apusan darah tepi didapatkan: • Eritrosit : Hipokrom normositter, anisositosis, sel polikromasia (+), normoblast + 1 -2% • Leukosit : kesan jumlah meningkat, didominasi sel-sel mononuclear, bentuk inti irregular dan berlekuk, nucleolus (+), blast (+) +/- 10% • Trombosit : kesan jumlah menurun, anisotosis. Kesan leukimia akut (AML M5-M6). Hasil pemeriksaan urinalisa didapatkan hasil pH 6,0, protein (+), sedimen leukosit negatif, sedimen eritrosit positif, dan terdapat kristal oksalat. Terapi : Infus RL 20 tpm Cefotaxime 3 x 1 gr (IV) Kalnex 3 x 1 amp (IV) Sotatik 3 x 1 amp (IV) Aspar 3 x 1 tab (PO) Tranfusi PRC 1 kolf/hr Pasien direncanakan untuk mendapatkan regimen kemoterapi dengan Daunorubisin dan Sitarabin. diagnosa beserta kodenya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus Tn. E dengan leukemia yang dideskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat, serta kodenya sesuai dengan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perdarahan (00206)
Penjelasan: Pasien dengan leukemia memiliki risiko perdarahan yang tinggi akibat trombositopenia (penurunan jumlah trombosit). Hal ini dapat menyebabkan perdarahan pada gusi, mata, atau kulit.
2. Intoleransi Aktivitas (00092)
Penjelasan: Pasien mengalami kelelahan dan kelemahan yang signifikan akibat anemia dan efek penyakit leukemia, sehingga memiliki intoleransi terhadap aktivitas.
3. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002)
Penjelasan: Pasien mengalami penurunan berat badan dan status gizi kurang akibat penurunan nafsu makan yang merupakan salah satu gejala leukemia.
4. Nyeri Akut (00132)
Penjelasan: Pasien mengeluh nyeri atau rasa linu pada kaki dan tangan, yang merupakan gejala umum pada leukemia.
5. Infeksi (00004)
Penjelasan: Pasien mengalami tanda-tanda infeksi, seperti demam, pilek, dan batuk, yang dapat disebabkan oleh penurunan sistem imun akibat leukemia.
6. Gangguan Penglihatan (00059)
Penjelasan: Pasien mengalami mata merah dan berdarah, yang dapat disebabkan oleh infiltrasi sel-sel leukemia pada area mata.
7. Resiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral (00201)
Penjelasan: Pasien dengan leukemia berisiko mengalami gangguan perfusi jaringan serebral akibat perubahan hematologis, seperti anemia, trombositopenia, dan kemungkinan terjadi infiltrasi sel-sel leukemia pada otak.
Kode Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perdarahan (00206)
2. Intoleransi Aktivitas (00092)
3. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002)
4. Nyeri Akut (00132)
5. Infeksi (00004)
6. Gangguan Penglihatan (00059)
7. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral (00201) -
Article No. 8229 | 08 Dec 2024
Klinis : cemas dengan penyakitnya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kasus "cemas dengan penyakitnya" dalam format akademis dan dari sudut pandang seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi "cemas dengan penyakitnya" berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Kecemasan". Kecemasan didefinisikan sebagai respon emosional dan psikologis individu terhadap ancaman yang tidak jelas dan nonspesifik. Dalam kasus ini, pasien mengalami kecemasan terkait dengan penyakit yang dideritanya. Kecemasan yang dialami dapat menyebabkan gejala seperti perasaan takut, khawatir, gelisah, sulit berkonsentrasi, dan gangguan tidur.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Tingkat kecemasan menurun
Kriteria hasil:
a. Pasien melaporkan tingkat kecemasan yang menurun
b. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil (TD, nadi, respirasi, suhu)
c. Pasien dapat beristirahat dan tidur dengan nyenyak
2. Pasien mampu mengenali dan mengungkapkan penyebab kecemasan
Kriteria hasil:
a. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab kecemasan
b. Pasien dapat mengungkapkan perasaan cemasnya dengan baik
c. Pasien menunjukkan ekspresi wajah yang lebih tenang
3. Pasien mampu menerapkan strategi koping yang efektif
Kriteria hasil:
a. Pasien dapat mempraktikkan teknik relaksasi (napas dalam, visualisasi, dst)
b. Pasien dapat mengalihkan perhatian dari sumber kecemasan
c. Pasien menunjukkan perilaku yang lebih tenang dan terkendali
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Lakukan pengkajian komprehensif terhadap kecemasan pasien
- Kaji penyebab, gejala, dan dampak kecemasan yang dialami pasien
- Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien
- Evaluasi respons fisiologis dan psikologis pasien terhadap kecemasan
2. Berikan informasi dan edukasi terkait penyakit dan proses perawatannya
- Jelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami mengenai diagnosis, prognosis, dan rencana perawatan
- Dorong pasien untuk mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan kekhawatirannya
- Berikan umpan balik yang positif dan berikan rasa aman kepada pasien
3. Latih pasien dalam menggunakan teknik relaksasi dan manajemen koping
- Ajarkan teknik relaksasi seperti napas dalam, visualisasi, dan distraksi
- Dorong pasien untuk menggunakan teknik-teknik tersebut secara rutin
- Bantu pasien mengidentifikasi dan menerapkan strategi koping yang efektif
4. Lakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain
- Berkoordinasi dengan psikolog/psikiater untuk intervensi psikologis yang lebih komprehensif
- Konsultasikan obat-obatan yang dapat membantu menurunkan tingkat kecemasan
- Libatkan keluarga sebagai bagian dari sistem pendukung pasien
Melalui penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu penurunan tingkat kecemasan, kemampuan mengenali dan mengungkapkan penyebab kecemasan, serta kemampuan menerapkan strategi koping yang efektif. -
Article No. 8230 | 08 Dec 2024
Klinis : integritas jaringan kulit paska operasi ada luka
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, mari saya berikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi integritas jaringan kulit pasca operasi dengan ada luka adalah "Kerusakan Integritas Kulit". Diagnosa ini menggambarkan adanya perubahan struktur dan fungsi kulit yang dapat menyebabkan terjadinya luka akibat intervensi pembedahan. Diagnosa ini mencakup adanya gangguan pada lapisan kulit, kerusakan pada lapisan dermis dan epidermis, serta kemungkinan terjadinya infeksi.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pemulihan Integritas Kulit: Luaran ini menggambarkan proses penyembuhan luka pasca operasi dengan indikator seperti perubahan warna kulit, terbentuknya jaringan granulasi, dan berkurangnya eksudat pada luka.
2. Bebas Infeksi: Luaran ini menggambarkan kondisi bebas dari tanda-tanda infeksi pada luka, seperti tidak ada erythema, edema, nyeri, atau peningkatan suhu di sekitar luka.
3. Manajemen Nyeri: Luaran ini menggambarkan kemampuan pasien dalam mengelola nyeri yang mungkin dirasakan akibat luka operasi, dengan indikator seperti intensitas nyeri yang menurun dan pasien dapat beristirahat dengan nyaman.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Perawatan Luka: Intervensi ini mencakup berbagai tindakan untuk memfasilitasi penyembuhan luka, seperti membersihkan luka, mengganti balutan, dan mengaplikasikan agen topikal yang sesuai.
2. Pencegahan Infeksi: Intervensi ini bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi pada luka, seperti mengedukasi pasien tentang tanda-tanda infeksi, memantau tanda vital, dan menerapkan teknik aseptik saat merawat luka.
3. Manajemen Nyeri: Intervensi ini bertujuan untuk membantu pasien dalam mengelola nyeri yang mungkin dirasakan, seperti memberikan analgesik, mengajarkan teknik relaksasi, dan memantau efektivitas pengelolaan nyeri.
4. Edukasi Pasien: Intervensi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pasien dalam merawat luka, mengenali tanda-tanda infeksi, dan mengelola nyeri.
5. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain: Intervensi ini bertujuan untuk melibatkan tenaga kesehatan lain, seperti dokter dan ahli gizi, dalam memberikan asuhan yang komprehensif untuk mendukung proses penyembuhan luka.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dapat mengalami pemulihan integritas kulit, bebas dari infeksi, dan dapat mengelola nyeri dengan baik pasca operasi. -
Article No. 8231 | 08 Dec 2024
Klinis : Ny. S, 36 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan keputihan yang tidak biasa selama dua bulan terakhir. Keputihan yang dialaminya berwarna kekuningan, berbau tidak sedap, dan terkadang disertai rasa gatal serta nyeri ringan di bagian bawah perut. Selain itu, Ny. S juga melaporkan bahwa siklus menstruasinya menjadi tidak teratur, dengan perdarahan yang lebih lama dari biasanya dan terkadang bercak darah muncul di luar siklus haid. Ny. S tampak cemas dan khawatir dengan kondisinya, terutama karena ia mendengar bahwa beberapa gejala ini dapat berkaitan dengan masalah serius pada organ reproduksi. Ny. S memiliki dua anak dan tidak menggunakan kontrasepsi hormonal dalam dua tahun terakhir. Setelah mendengarkan keluhan Ny. S, dokter merekomendasikan agar ia menjalani pemeriksaan fisik untuk mengidentifikasi penyebab dari gejala keputihan abnormal dan gangguan menstruasi yang dialaminya. Rencana pemeriksaan meliputi pemeriksaan panggul, USG transvaginal, serta tes laboratorium untuk mengetahui ada tidaknya infeksi atau kelainan pada organ reproduksi. Hasil pemeriksaan tanda vital menunjukkan Ny. S dalam kondisi stabil, dengan tekanan darah 112/74 mmHg, nadi 76 kali/menit, suhu tubuh 36,8°C, dan pernapasan 18 kali/menit.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dialami oleh Ny. S, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Infeksi berhubungan dengan perubahan pada vagina dan serviks.
Kondisi Ny. S dengan keluhan keputihan abnormal, bau tidak sedap, dan gatal-gatal menunjukkan adanya risiko infeksi pada organ reproduksinya.
2. Gangguan Pola Menstruasi berhubungan dengan perubahan hormon.
Ny. S mengalami perubahan pada siklus menstruasinya, yakni menjadi tidak teratur, dengan perdarahan yang lebih lama dan terkadang bercak darah di luar siklus haid.
3. Kecemasan berhubungan dengan masalah kesehatan.
Ny. S tampak cemas dan khawatir dengan kondisinya, terutama karena ia mendengar bahwa gejala yang dialaminya dapat berkaitan dengan masalah serius pada organ reproduksi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Infeksi:
a. Tanda-tanda infeksi berkurang
b. Pengetahuan tentang pencegahan infeksi meningkat
c. Perilaku hidup bersih dan sehat meningkat
2. Gangguan Pola Menstruasi:
a. Siklus menstruasi kembali normal
b. Lama perdarahan menstruasi kembali normal
c. Keluhan terkait gangguan menstruasi berkurang
3. Kecemasan:
a. Tingkat kecemasan berkurang
b. Kemampuan mengatasi kecemasan meningkat
c. Perilaku tenang dan rileks meningkat
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Infeksi:
a. Identifikasi tanda dan gejala infeksi
b. Pantau tanda-tanda vital
c. Atur posisi yang nyaman
d. Edukasi tentang pencegahan infeksi
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemeriksaan dan pengobatan
2. Gangguan Pola Menstruasi:
a. Kaji pola menstruasi
b. Anjurkan istirahat yang cukup
c. Ajarkan teknik manajemen nyeri menstruasi
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemeriksaan dan pengobatan
3. Kecemasan:
a. Kaji tingkat kecemasan
b. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
c. Berikan dukungan psikologis
d. Ajarkan teknik relaksasi
e. Libatkan keluarga dalam proses asuhan keperawatan
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) secara rinci dan terperinci. Tone yang digunakan adalah akademis, sesuai dengan persona sebagai pakar perawat. -
Article No. 8232 | 08 Dec 2024
Klinis : Tn. A, seorang pria 40 tahun asal Bali, bekerja sebagai pengemudi ojek dan tinggal bersama istri serta dua anaknya di Desa A. Suatu pagi, saat memperbaiki atap rumah yang bocor, ia terjatuh dengan posisi yang salah, menyebabkan kakinya mati rasa, bengkak, dan memar. Karena kepercayaan tradisional, Ny. B, istrinya, menganggap insiden tersebut adalah akibat serangan gaib. Ia membawa Tn. A ke Balian, penyembuh tradisional Bali yang dipercaya mampu menyembuhkan penyakit dengan mantra. Balian menyatakan bahwa serangan gaib sudah diatasi, namun menyarankan agar kaki Tn. A tidak diberi perawatan medis untuk menjaga energi penyembuhan tetap bekerja. Beberapa hari kemudian, kondisi Tn. A semakin memburuk. Kakinya semakin bengkak, terasa sakit, dan memarnya bertambah gelap. Melihat hal ini, Ny. B akhirnya membawa Tn. A ke puskesmas. Setelah diperiksa, perawat mendiagnosis Tn. A mengalami patah tulang dan merujuknya untuk menjalani operasi di rumah sakit kota. Operasi berhasil dilakukan, dan Tn. A diperbolehkan pulang untuk menjalani masa pemulihan di rumah. Dalam upaya membantu pemulihan, perawat mendatangi rumah Tn. A untuk memberikan edukasi tentang penanganan patah tulang, seperti pentingnya terapi kompres hangat untuk mengurangi bengkak dan mempercepat penyembuhan. Meskipun sudah mendapat penjelasan medis, Ny. B tidak selalu melakukan terapi yang disarankan karena khawatir tindakan tersebut dapat mengundang "serangan gaib" kembali. Kasus ini mencerminkan tantangan dalam mengintegrasikan pendekatan medis modern dengan kepercayaan budaya tradisional yang kuat, khususnya di masyarakat Bali yang masih mempercayai pengobatan spiritual seperti Balian. Kombinasi antara edukasi kesehatan dan pendekatan budaya diperlukan untuk menjembatani perbedaan ini.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang Anda deskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, serta rekomendasi terkait kondisi Tn. A:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan patah tulang pada kaki.
2. Kesiapan Peningkatan Pengetahuan berhubungan dengan perbedaan perspektif budaya dalam penanganan patah tulang.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Gangguan Mobilitas Fisik:
- SDKI: Keterbatasan dalam pergerakan bebas dan terkontrol dari bagian tubuh atau keseluruhan tubuh.
- SLKI: Kemampuan individu untuk melakukan gerakan tubuh secara bebas dan terkontrol.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah Terapi Latihan, Manajemen Nyeri, Perawatan Luka, dan Edukasi Kesehatan.
2. Kesiapan Peningkatan Pengetahuan:
- SDKI: Keadaan dimana individu/keluarga/masyarakat menunjukkan keinginan dan motivasi untuk meningkatkan pengetahuan.
- SLKI: Proses perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang terjadi pada individu/keluarga/masyarakat.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah Edukasi Kesehatan, Konseling, dan Kolaborasi Interprofesional.
Rekomendasi:
1. Perawat harus memahami dan menghargai kepercayaan budaya tradisional Tn. A dan Ny. B, serta berusaha menjembatani perbedaan perspektif antara pendekatan medis modern dan kepercayaan spiritual.
2. Perawat perlu memberikan edukasi kesehatan yang komprehensif tentang penanganan patah tulang, termasuk manfaat terapi kompres hangat, secara berulang dan dengan pendekatan yang sensitif budaya.
3. Perawat dapat melibatkan Balian sebagai pemuka adat setempat untuk mendiskusikan dan mencari solusi kolaboratif yang dapat diterima oleh kedua belah pihak.
4. Perawat harus terus memantau perkembangan kondisi Tn. A dan memberikan dukungan serta motivasi kepada Ny. B agar dapat lebih terbuka menerima perawatan medis.
5. Dengan pendekatan yang holistik dan komunikasi yang efektif, diharapkan Tn. A dapat memperoleh perawatan yang optimal dan Ny. B dapat memahami pentingnya perawatan medis modern. -
Article No. 8233 | 08 Dec 2024
Klinis : Tn. A, seorang pria 40 tahun asal Bali, bekerja sebagai pengemudi ojek dan tinggal bersama istri serta dua anaknya di Desa A. Suatu pagi, saat memperbaiki atap rumah yang bocor, ia terjatuh dengan posisi yang salah, menyebabkan kakinya mati rasa, bengkak, dan memar. Karena kepercayaan tradisional, Ny. B, istrinya, menganggap insiden tersebut adalah akibat serangan gaib. Ia membawa Tn. A ke Balian, penyembuh tradisional Bali yang dipercaya mampu menyembuhkan penyakit dengan mantra. Balian menyatakan bahwa serangan gaib sudah diatasi, namun menyarankan agar kaki Tn. A tidak diberi perawatan medis untuk menjaga energi penyembuhan tetap bekerja. Beberapa hari kemudian, kondisi Tn. A semakin memburuk. Kakinya semakin bengkak, terasa sakit, dan memarnya bertambah gelap. Melihat hal ini, Ny. B akhirnya membawa Tn. A ke puskesmas. Setelah diperiksa, perawat mendiagnosis Tn. A mengalami patah tulang dan merujuknya untuk menjalani operasi di rumah sakit kota. Operasi berhasil dilakukan, dan Tn. A diperbolehkan pulang untuk menjalani masa pemulihan di rumah. Dalam upaya membantu pemulihan, perawat mendatangi rumah Tn. A untuk memberikan edukasi tentang penanganan patah tulang, seperti pentingnya terapi kompres hangat untuk mengurangi bengkak dan mempercepat penyembuhan. Meskipun sudah mendapat penjelasan medis, Ny. B tidak selalu melakukan terapi yang disarankan karena khawatir tindakan tersebut dapat mengundang "serangan gaib" kembali. Kasus ini mencerminkan tantangan dalam mengintegrasikan pendekatan medis modern dengan kepercayaan budaya tradisional yang kuat, khususnya di masyarakat Bali yang masih mempercayai pengobatan spiritual seperti Balian. Kombinasi antara edukasi kesehatan dan pendekatan budaya diperlukan untuk menjembatani perbedaan ini.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dialami oleh Tn. A, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan patah tulang dan trauma pada kaki.
2. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan berhubungan dengan kepercayaan budaya tradisional.
3. Risiko Infeksi berhubungan dengan patah tulang terbuka.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Akut:
a. Penurunan tingkat nyeri
b. Peningkatan kemampuan mengontrol nyeri
c. Peningkatan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari
2. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan:
a. Peningkatan pemahaman klien dan keluarga tentang penanganan patah tulang
b. Peningkatan kepatuhan klien dan keluarga dalam mengikuti tatalaksana medis
c. Peningkatan kepercayaan klien dan keluarga terhadap pendekatan medis modern
3. Risiko Infeksi:
a. Tidak terjadi infeksi pada luka patah tulang
b. Penyembuhan luka yang optimal
c. Tidak terjadi komplikasi akibat infeksi
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Nyeri Akut:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
b. Berikan tindakan analgesik sesuai resep medis
c. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri, seperti kompres hangat
d. Libatkan keluarga dalam upaya mengatasi nyeri
2. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan:
a. Berikan edukasi tentang pentingnya perawatan medis modern untuk patah tulang
b. Diskusikan dan dapatkan komitmen keluarga untuk mengikuti tatalaksana medis
c. Kaji kepercayaan budaya tradisional yang memengaruhi perilaku perawatan kesehatan
d. Kolaborasi dengan tenaga medis tradisional (Balian) untuk memperoleh pemahaman dan integrasi pendekatan
3. Risiko Infeksi:
a. Pantau tanda-tanda infeksi pada daerah patah tulang
b. Lakukan perawatan luka sesuai prosedur aseptik
c. Berikan antibiotik sesuai indikasi medis
d. Ajarkan klien dan keluarga tentang perawatan luka yang benar
Dalam kasus ini, dibutuhkan pendekatan holistik yang mengintegrasikan aspek medis dan budaya. Peran perawat sangat penting dalam memberikan edukasi, memfasilitasi kolaborasi, dan membangun kepercayaan klien serta keluarga terhadap tatalaksana medis modern, sehingga dapat mencapai hasil pemulihan yang optimal. -
Article No. 8234 | 08 Dec 2024
Klinis : Tn. A, seorang pria 40 tahun asal Bali, bekerja sebagai pengemudi ojek dan tinggal bersama istri serta dua anaknya di Desa A. Suatu pagi, saat memperbaiki atap rumah yang bocor, ia terjatuh dengan posisi yang salah, menyebabkan kakinya mati rasa, bengkak, dan memar. Karena kepercayaan tradisional, Ny. B, istrinya, menganggap insiden tersebut adalah akibat serangan gaib. Ia membawa Tn. A ke Balian, penyembuh tradisional Bali yang dipercaya mampu menyembuhkan penyakit dengan mantra. Balian menyatakan bahwa serangan gaib sudah diatasi, namun menyarankan agar kaki Tn. A tidak diberi perawatan medis untuk menjaga energi penyembuhan tetap bekerja. Beberapa hari kemudian, kondisi Tn. A semakin memburuk. Kakinya semakin bengkak, terasa sakit, dan memarnya bertambah gelap. Melihat hal ini, Ny. B akhirnya membawa Tn. A ke puskesmas. Setelah diperiksa, perawat mendiagnosis Tn. A mengalami patah tulang dan merujuknya untuk menjalani operasi di rumah sakit kota. Operasi berhasil dilakukan, dan Tn. A diperbolehkan pulang untuk menjalani masa pemulihan di rumah. Dalam upaya membantu pemulihan, perawat mendatangi rumah Tn. A untuk memberikan edukasi tentang penanganan patah tulang, seperti pentingnya terapi kompres hangat untuk mengurangi bengkak dan mempercepat penyembuhan. Meskipun sudah mendapat penjelasan medis, Ny. B tidak selalu melakukan terapi yang disarankan karena khawatir tindakan tersebut dapat mengundang "serangan gaib" kembali. Kasus ini mencerminkan tantangan dalam mengintegrasikan pendekatan medis modern dengan kepercayaan budaya tradisional yang kuat, khususnya di masyarakat Bali yang masih mempercayai pengobatan spiritual seperti Balian. Kombinasi antara edukasi kesehatan dan pendekatan budaya diperlukan untuk menjembatani perbedaan ini.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik (Ketidakmampuan)
Berhubungan dengan patah tulang dan pembatasan pergerakan kaki.
Penjelasan:
Pasien mengalami patah tulang pada kaki akibat terjatuh saat memperbaiki atap rumah. Hal ini menyebabkan gangguan pada mobilitas fisik dan kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
2. Ketidakpatuhan
Berhubungan dengan kepercayaan budaya tradisional dan penolakan terhadap perawatan medis.
Penjelasan:
Istri pasien menolak untuk melakukan terapi kompres hangat yang direkomendasikan oleh perawat karena khawatir akan mengundang "serangan gaib" kembali. Hal ini menunjukkan adanya ketidakpatuhan terhadap rencana perawatan medis yang diberikan.
3. Risiko Infeksi
Berhubungan dengan pembatasan mobilitas dan penundaan perawatan medis.
Penjelasan:
Penundaan perawatan medis yang tepat dan pembatasan mobilitas kaki dapat meningkatkan risiko infeksi pada area luka atau patah tulang.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Gangguan Mobilitas Fisik (Ketidakmampuan)
- Ketidakpatuhan
- Risiko Infeksi
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Mobilitas Fisik Meningkat
- Kepatuhan Terhadap Regimen Terapeutik
- Tidak Terjadi Infeksi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Peningkatan Mobilitas Fisik
- Manajemen Perilaku: Fasilitasi Kepatuhan
- Pencegahan Infeksi
Dalam kasus ini, diperlukan pendekatan yang mengintegrasikan aspek medis dan budaya. Perawat dapat memberikan edukasi kesehatan dengan mempertimbangkan kepercayaan budaya pasien, serta mencari solusi yang dapat menjembatani perbedaan tersebut. Upaya kolaborasi antara tim kesehatan dan pemuka adat/spiritual juga dapat menjadi strategi yang efektif. -
Article No. 8235 | 08 Dec 2024
Klinis : pasien muntah
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi pasien yang mengalami muntah.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang mengalami muntah adalah "Mual" (Nausea). Mual didefinisikan sebagai perasaan tidak nyaman di lambung yang dapat menimbulkan keinginan untuk muntah. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti pengobatan, infeksi, atau gangguan gastrointestinal.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Mual: Pasien mampu mengontrol sensasi mual yang dirasakan.
2. Toleransi terhadap Makanan: Pasien dapat menerima dan mentoleransi asupan makanan dan cairan sesuai kebutuhan.
3. Manajemen Muntah: Pasien mampu mengelola gejala muntah yang terjadi.
4. Tingkat Kenyamanan: Pasien menunjukkan peningkatan kenyamanan secara umum.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Mual dan Muntah:
a. Identifikasi faktor penyebab mual dan muntah (misalnya: pengobatan, infeksi, gangguan gastrointestinal).
b. Berikan antiemetik (obat anti-mual) sesuai resep untuk mengurangi sensasi mual.
c. Anjurkan pasien untuk mengonsumsi makanan dan cairan dalam jumlah kecil tapi sering.
d. Identifikasi dan hindari makanan atau bau yang dapat memicu mual.
e. Ajarkan teknik relaksasi untuk mengatasi mual, seperti napas dalam dan meditasi.
2. Monitoring dan Evaluasi:
a. Pantau tanda-tanda vital dan status hidrasi pasien.
b. Catat frekuensi, durasi, dan karakteristik muntah.
c. Evaluasi efektivitas intervensi yang diberikan.
d. Modifikasi intervensi sesuai dengan respon pasien.
3. Edukasi dan Dukungan:
a. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyebab, pencegahan, dan penanggulangan mual dan muntah.
b. Dorong pasien untuk mengkonsumsi makanan dan cairan sesuai toleransi.
c. Libatkan keluarga dalam perawatan dan dukung mereka untuk membantu pasien.
Dengan diagnosa keperawatan yang tepat, luaran yang jelas, dan intervensi yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mengelola kondisi mual dan muntah dengan baik, sehingga dapat meningkatkan kenyamanan dan status kesehatannya secara keseluruhan.