Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 6443 | 19 Nov 2024
Klinis : Mual muntah tidak nafsu makan sejak 2 minggu
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi mual muntah dan tidak nafsu makan sejak 2 minggu.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, yaitu mual muntah dan tidak nafsu makan sejak 2 minggu, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh". Diagnosa ini merupakan kondisi di mana intake nutrisi tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Asupan nutrisi meningkat: Pasien dapat mengonsumsi makanan dan cairan sesuai dengan kebutuhan tubuhnya.
2. Berat badan stabil: Pasien dapat mempertahankan berat badan dalam rentang normal atau mendekati berat badan ideal.
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi: Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, seperti mulut kering, turgor kulit buruk, dan urin pekat.
4. Mual dan muntah terkontrol: Pasien dapat mengendalikan gejala mual dan muntah sehingga tidak mengganggu asupan nutrisi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang perlu dilakukan:
1. Manajemen nutrisi:
a. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi asupan nutrisi, seperti mual, muntah, atau rasa tidak nyaman saat makan.
b. Kolaborasi dengan tim gizi untuk menyusun diet yang sesuai dengan kondisi pasien, misalnya diet lunak atau diet rendah residu.
c. Beri edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya asupan nutrisi yang adekuat dan strategi untuk meningkatkan asupan.
d. Pantau dan catat asupan nutrisi pasien secara rutin.
2. Manajemen mual dan muntah:
a. Identifikasi penyebab mual dan muntah, misalnya efek samping obat atau kondisi medis lainnya.
b. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antiemetik atau terapi lain yang sesuai.
c. Ajarkan teknik manajemen mual dan muntah, seperti relaksasi, distraksi, atau pengaturan diet.
d. Pantau tanda-tanda dehidrasi dan segera tangani jika ditemukan.
3. Edukasi dan dukungan:
a. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi yang adekuat untuk pemulihan.
b. Dorong pasien dan keluarga untuk aktif terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan asuhan keperawatan.
c. Sediakan dukungan emosional dan psikologis bagi pasien dan keluarga dalam menghadapi kondisi ini.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif dengan tim kesehatan lain, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan dan memulihkan kondisi nutrisinya. -
Article No. 6444 | 19 Nov 2024
Klinis : Pasien mengeluh pusing, mual, dan begah Tanda vital dalam batas normal
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien dengan keluhan pusing, mual, dan begah dengan tanda vital dalam batas normal.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang paling sesuai untuk kondisi ini adalah "Mual". Mual didefinisikan sebagai sensasi ketidaknyamanan yang tidak menyenangkan di perut bagian atas yang dapat menyebabkan keinginan untuk muntah. Tanda dan gejala yang menyertai kondisi ini antara lain pusing, mual, dan perasaan begah.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Mual: Pasien mampu mengendalikan sensasi mual yang dirasakan. Indikator keberhasilan dapat dilihat dari pasien yang melaporkan penurunan frekuensi dan intensitas mual yang dirasakan.
2. Kenyamanan: Pasien mampu merasakan kenyamanan secara fisik dan psikologis. Indikator keberhasilan dapat dilihat dari pasien yang melaporkan berkurangnya ketidaknyamanan yang dirasakan.
3. Manajemen Gejala: Pasien mampu mengelola gejala-gejala yang menyertai mual, seperti pusing dan begah. Indikator keberhasilan dapat dilihat dari pasien yang melaporkan penurunan intensitas gejala-gejala yang dialami.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Mual
- Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan mual
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan terkait untuk pemberian antiemetik jika diperlukan
- Anjurkan pasien untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang dapat mengurangi mual
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi sensasi mual
2. Manajemen Kenyamanan
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman bagi pasien
- Berikan intervensi untuk mengurangi rasa pusing dan begah
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan terkait untuk pengelolaan gejala yang dialami
- Ajarkan teknik manajemen stres dan koping yang efektif
3. Manajemen Gejala
- Identifikasi gejala-gejala yang dialami pasien, seperti pusing dan begah
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan terkait untuk pemberian terapi yang sesuai
- Ajarkan pasien teknik manajemen gejala, seperti relaksasi dan pengaturan istirahat
- Pantau perkembangan gejala-gejala yang dialami pasien
Penjelasan rinci di atas diharapkan dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi kondisi pasien dengan keluhan pusing, mual, dan begah dengan tanda vital dalam batas normal. Jangan ragu untuk menanyakan lebih lanjut jika Anda membutuhkan penjelasan tambahan. -
Article No. 6445 | 19 Nov 2024
Klinis : Pasien mengeluh pusing, mual, dan begah Tanda vital dalam batas normal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan:
Diagnosa Keperawatan:
Mual (00134)
Definisi SDKI:
Sensasi tidak nyaman di perut yang dapat menimbulkan keinginan untuk muntah.
Faktor yang Berhubungan (SDKI):
1. Ketidakseimbangan elektrolit
2. Obstruksi saluran cerna
3. Efek samping pengobatan
4. Perubahan fisiologis
Tujuan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien melaporkan mengalami penurunan rasa mual.
2. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam rentang normal.
3. Pasien mampu mengidentifikasi faktor penyebab mual.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen mual
2. Monitor tanda-tanda vital
3. Edukasi tentang faktor penyebab mual
Penjelasan singkat:
Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, pasien mengalami gejala mual yang merupakan sensasi tidak nyaman di perut yang dapat menimbulkan keinginan untuk muntah. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti ketidakseimbangan elektrolit, obstruksi saluran cerna, efek samping pengobatan, atau perubahan fisiologis. Tujuan keperawatan adalah agar pasien melaporkan penurunan rasa mual, menunjukkan tanda-tanda vital dalam rentang normal, dan mampu mengidentifikasi faktor penyebab mual. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen mual, monitor tanda-tanda vital, dan edukasi tentang faktor penyebab mual. -
Article No. 6446 | 19 Nov 2024
Klinis : Pasien mengeluh Pusing, demam, nyeri pinggang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia
Definisi: Suhu tubuh di atas batas normal, yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas atau penurunan kehilangan panas.
Faktor Penyebab: Infeksi, dehidrasi, lingkungan yang panas.
2. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
Faktor Penyebab: Inflamasi, penyakit muskuloskeletal.
3. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau diperlukan.
Faktor Penyebab: Kelemahan, nyeri, demam.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi dan merumuskan diagnosis keperawatan berdasarkan pengkajian data pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang diberikan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang perlu dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Ketiga standar ini (SDKI, SLKI, SIKI) merupakan panduan bagi perawat dalam melakukan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas, sesuai dengan standar praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 6297 | 19 Nov 2024
Klinis : gangguan perlekatan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi gangguan perlekatan.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Perlekatan
Definisi:
Gangguan Perlekatan adalah ketidakmampuan individu untuk membentuk atau mempertahankan ikatan emosional yang aman dan hangat dengan orang lain.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Dalam SDKI, gangguan perlekatan termasuk ke dalam domain Interaksi Sosial dengan kelas Hubungan. Diagnosa ini memiliki karakteristik utama yaitu ketidakmampuan individu untuk membentuk atau mempertahankan ikatan emosional yang aman dan hangat dengan orang lain.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran keperawatan yang terkait dengan gangguan perlekatan dalam SLKI adalah Keterlibatan Sosial, yang meliputi kemampuan individu untuk terlibat dalam interaksi sosial dan membangun hubungan yang positif dengan orang lain.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan perlekatan antara lain Terapi Perlekatan, Terapi Keluarga, Terapi Kelompok, dan Bimbingan Orang Tua. Tujuan dari intervensi ini adalah untuk membantu individu dalam membentuk dan mempertahankan ikatan emosional yang aman dan hangat dengan orang lain.
Harapan saya penjelasan ini dapat memberikan pemahaman yang jelas mengenai diagnosa keperawatan dan standar-standar terkait yang digunakan oleh perawat profesional di Indonesia. Jangan ragu untuk menanyakan hal lain yang belum jelas. -
Article No. 6298 | 19 Nov 2024
Klinis : etidakmampuan bayi melakukan perlekatan yang efektif berhubungan dengan kurangnya keterampilan refleks hisap bayi.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan serta penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakmampuan menyusu (00104) berhubungan dengan kurangnya keterampilan refleks hisap bayi.
Penjelasan:
1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Ketidakmampuan menyusu (00104) adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan ketidakmampuan bayi untuk mengisap, menghisap, dan menelan ASI secara efektif.
- Penyebab utamanya adalah kurangnya keterampilan refleks hisap bayi yang dapat disebabkan oleh imaturitas, gangguan neurologis, atau masalah anatomis.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Luaran yang diharapkan adalah bayi dapat menyusu dengan efektif, ditandai dengan perlekatan yang baik, isapan yang kuat dan konsisten, serta peningkatan berat badan yang adekuat.
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi yang dapat dilakukan adalah Manajemen Laktasi (I-12020), yang mencakup edukasi teknik menyusui yang benar, stimulasi refleks hisap bayi, serta monitoring dan evaluasi perkembangan proses menyusu.
- Tujuannya adalah untuk memfasilitasi proses menyusu yang efektif dan memastikan kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi.
Dengan pendekatan berbasis standar SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas untuk mengatasi masalah ketidakmampuan menyusu pada bayi. -
Article No. 6299 | 19 Nov 2024
Klinis : kekerasan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kasus kekerasan dari perspektif keperawatan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang paling tepat untuk kasus kekerasan adalah "Risiko Kekerasan Fisik" (SDKI, 2017). Diagnosa ini menggambarkan kondisi individu yang berisiko mengalami atau melakukan tindakan kekerasan fisik yang dapat menyebabkan cedera atau bahaya. Risiko kekerasan fisik dapat disebabkan oleh faktor internal (seperti riwayat kekerasan masa lalu, penyakit mental, kemarahan yang tidak terkontrol) maupun faktor eksternal (seperti lingkungan yang tidak aman, konflik interpersonal, penyalahgunaan zat).
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah mendapatkan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan klien dapat menunjukkan beberapa luaran atau hasil, antara lain:
1. Tingkat Risiko Kekerasan Fisik Menurun: Klien menunjukkan penurunan tingkat risiko untuk melakukan atau menjadi korban kekerasan fisik, yang dapat dievaluasi melalui instrumen penilaian risiko kekerasan.
2. Kontrol Perilaku Meningkat: Klien dapat menunjukkan peningkatan kemampuan dalam mengendalikan perilaku dan emosi yang dapat memicu tindakan kekerasan.
3. Dukungan Sosial Meningkat: Klien dapat memanfaatkan sumber-sumber dukungan sosial yang tersedia untuk mencegah terjadinya kekerasan.
4. Pengetahuan tentang Kekerasan Meningkat: Klien dapat menunjukkan peningkatan pemahaman tentang isu kekerasan, penyebab, dan strategi pencegahan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Risiko Kekerasan: Melakukan penilaian risiko kekerasan, mengidentifikasi faktor-faktor risiko, dan menyusun rencana pencegahan kekerasan yang melibatkan klien dan significant others.
2. Terapi Perilaku: Memberikan terapi perilaku, seperti pelatihan keterampilan manajemen kemarahan, strategi pengendalian impuls, dan teknik relaksasi untuk membantu klien mengelola emosi dan perilaku yang berisiko.
3. Terapi Kelompok: Memfasilitasi terapi kelompok bagi klien yang mengalami atau berisiko melakukan kekerasan, untuk meningkatkan dukungan sosial dan keterampilan interpersonal.
4. Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi kepada klien dan keluarga terkait isu kekerasan, penyebab, dampak, serta strategi pencegahan dan penanganannya.
5. Koordinasi Pelayanan: Berkoordinasi dengan profesional lain (misalnya psikolog, pekerja sosial) untuk memberikan intervensi komprehensif bagi klien dan keluarga.
Dengan pendekatan yang holistik dan kolaboratif, diharapkan asuhan keperawatan dapat membantu klien mencapai luaran yang diharapkan dan menurunkan risiko kekerasan. -
Article No. 6300 | 19 Nov 2024
Klinis : Pasien hisprung dengan bb, pb tidak sesuai dengan usia.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkatnya berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien Hirschsprung dengan berat badan dan panjang badan tidak sesuai dengan usia.
Diagnosa Keperawatan:
1. Konstipasi
Definisi: Pola defekasi yang tidak teratur atau sulit, disertai penimbunan feses di kolon.
Faktor Risiko: Hirschsprung's disease, disfungsi otot polos usus.
2. Pertumbuhan tidak efektif
Definisi: Pola pertumbuhan yang tidak sesuai dengan potensi individu atau rentang usia yang diharapkan.
Faktor Risiko: Gangguan gastrointestinal, asupan nutrisi yang tidak adekuat.
3. Resiko Kekurangan Volume Cairan
Definisi: Berisiko mengalami penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
Faktor Risiko: Pengeluaran cairan yang berlebihan, intake cairan tidak adekuat.
Penjelasan Singkat:
1. Konstipasi:
Pada pasien Hirschsprung, terdapat gangguan pada fungsi otot polos usus yang menyebabkan kesulitan dalam defekasi dan penimbunan feses di kolon. Hal ini dapat mengakibatkan konstipasi.
2. Pertumbuhan Tidak Efektif:
Pasien Hirschsprung dengan berat badan dan panjang badan yang tidak sesuai dengan usia menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan. Hal ini dapat disebabkan oleh malabsorbsi nutrisi akibat gangguan gastrointestinal serta asupan nutrisi yang tidak adekuat.
3. Risiko Kekurangan Volume Cairan:
Pasien Hirschsprung berisiko mengalami kekurangan volume cairan akibat pengeluaran cairan yang berlebihan melalui diare atau muntah, serta intake cairan yang tidak adekuat.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus memperhatikan standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Hal ini bertujuan untuk menjamin kualitas dan keselamatan pasien serta meningkatkan standar praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 6301 | 19 Nov 2024
Klinis : Intervensi dari gangguan pertumbuhan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi "Intervensi dari gangguan pertumbuhan" dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pertumbuhan
Definisi:
Gangguan Pertumbuhan adalah keadaan penyimpangan dari pola pertumbuhan normal yang ditandai dengan ukuran fisik yang tidak sesuai dengan usia dan jenis kelamin.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Penyebab gangguan pertumbuhan dapat meliputi faktor genetik, gizi, endokrin, dan penyakit kronis. Diagnosa keperawatan ini memerlukan pengkajian komprehensif untuk mengidentifikasi faktor penyebab dan menentukan intervensi yang tepat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan pada gangguan pertumbuhan adalah tercapainya pertumbuhan fisik sesuai usia dan jenis kelamin, tidak ada komplikasi, serta peningkatan kualitas hidup pasien.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pemantauan pertumbuhan
2. Pemberian nutrisi adekuat
3. Konseling gizi
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (endokrinolog, ahli gizi, dll)
5. Edukasi dan dukungan keluarga
6. Manajemen nyeri dan gejala terkait
Penerapan intervensi ini harus disesuaikan dengan penyebab dan kondisi individual pasien untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 6302 | 19 Nov 2024
Klinis : Intervensi dari gangguan pertumbuhan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi gangguan pertumbuhan.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pertumbuhan
Definisi:
Gangguan Pertumbuhan adalah ketidaksesuaian antara usia kronologis dengan usia pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotor yang menyimpang dari rentang normal.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Karakteristik Definisi:
- Ukuran tubuh di bawah persentil normal untuk usia
- Perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotor di bawah usia kronologis
- Keterlambatan dalam mencapai tahap-tahap perkembangan
2. Faktor yang Berhubungan:
- Malnutrisi
- Penyakit kronis
- Kelainan hormonal
- Lingkungan yang tidak mendukung
- Faktor genetik
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Luaran yang Diharapkan:
- Pertumbuhan fisik sesuai usia kronologis
- Perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotor sesuai usia kronologis
- Tercapainya tahap-tahap perkembangan sesuai usia
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Intervensi Keperawatan:
- Evaluasi status gizi
- Pemberian nutrisi sesuai kebutuhan
- Stimulasi perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotor
- Modifikasi lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi, dll.)
Sebagai perawat, saya akan membantu klien dengan gangguan pertumbuhan melalui intervensi-intervensi keperawatan yang sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari PPNI. Tujuannya adalah untuk memulihkan dan memaksimalkan pertumbuhan fisik serta perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotor klien sesuai dengan usia kronologisnya.