Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 20720 | 13 Aug 2025
Klinis : ChatGPT Anda bilang: Kasus Skenario: Data Identitas Pasien Nama: Nn N Usia: 28 tahun Jenis Kelamin: Perempuan Pekerjaan: Karyawan swasta (Marketing) Status Pernikahan: Belum menikah Alasan Datang: Dirujuk oleh atasan di tempat kerja karena performa menurun drastis dan sering terlihat menangis di meja kerja. Ny N sering merasa "sudah tidak kuat lagi". Nn N datang ke psikolog dengan penampilan yang kurang terawat. la berbicara dengan suara pelan, kontak mata minimal, dan sering kali menangis saat menceritakan kondisinya. Keluhan Utama (Kondisi Saat Ini): Selama dua bulan terakhir, sejak putus hubungan dengan pacarnya, klien merasa hidupnya hampa dan tidak berarti. la kehilangan minat pada segala hal yang dulu ia nikmati, seperti melukis dan berkumpul dengan teman-temannya. Nafsu makannya menurun drastis hingga berat badannya turun 6 kg. Setiap malam ia sulit untuk tidur, sering terbangun, dan pikirannya dipenuhi oleh perasaan bersalah dan menyalahkan diri sendiri atas kegagalan hubungannya. Di kantor, ia sangat sulit berkonsentrasi, sering membuat kesalahan, dan merasa sangat lelah sepanjang waktu meskipun tidak melakukan aktivitas berat. Dalam beberapa minggu terakhir, ia mulai berpikir bahwa "lebih baik semuanya berakhir saja, meskipun belum memiliki rencana spesifik untuk bunuh diri. Riwayat dan Pola Perilaku (Kondisi Jangka Panjang): Saat digali lebih dalam, psikolog menemukan sebuah pola yang telah berlangsung sejak Bunga remaja. Bunga menggambarkan riwayat hubungannya sebagai serangkaian "drama la cenderung menjalin hubungan yang sangat intens dan penuh gairah di awal, di mana ia mengidealkan pasangannya sebagai "belahan jiwa". Namun, seiring waktu, ketakutan yang luar biasa akan ditinggalkan membuatnya menjadi sangat posesif dan menuntut. la sering mengalami perubahan suasana hati yang cepat dan drastis. Dalam satu hari, ia bisa merasa sangat bahagia, lalu tiba-tiba menjadi sangat marah atau sedih karena hal kecil, misalnya pasangannya telat membalas pesan. la sering mengancam akan putus saat bertengkar, sebagai cara untuk menguji kesetiaan pasangannya. Ketika pasangannya akhirnya benar-benar meninggalkannya, Nn N merasa dunianya hancur. Pola hubungan yang "panas-dingin" dan tidak stabil ini sudah terjadi berulang kali dengan beberapa pasangan sebelumnya.. Nn N juga sering merasa bingung dengan identitas dirinya. Terkadang ia merasa sangat percaya diri, namun di lain waktu merasa dirinya adalah orang yang paling buruk. Tujuan hidup, pilihan karier, dan bahkan lingkaran pertemanannya sering berubah-ubah. la juga mengakui memiliki kecenderungan impulsif, seperti tiba-tiba menghabiskan gajinya untuk belanja barang-barang yang tidak ia butuhkan saat merasa hampa, atau tiba-tiba menyetir mobil tanpa tujuan dengan kecepatan tinggi saat marah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, saya dapat menyimpulkan bahwa Nn N mengalami kondisi yang sesuai dengan Diagnosa Keperawatan Gangguan Identitas Diri (SDKI Kode: 10077) yang didefinisikan sebagai pola pengalaman diri yang tidak konsisten dan tidak terpadu, serta persepsi diri yang tidak akurat.
Penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI yang relevan dengan kasus ini:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode: 10077
- Nama Diagnosis: Gangguan Identitas Diri
- Definisi: Pola pengalaman diri yang tidak konsisten dan tidak terpadu, serta persepsi diri yang tidak akurat.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode: 10077.1
- Nama Luaran: Integritas Identitas Diri
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan keselarasan dan keutuhan konsep diri.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode: 10077.1
- Nama Intervensi: Terapi Identitas Diri
- Definisi: Upaya untuk membantu klien mengembangkan dan mempertahankan konsep diri yang realistis dan stabil.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kondisi Nn N meliputi:
- Membantu klien mengeksplorasi dan mengidentifikasi pola pengalaman dan persepsi diri yang tidak konsisten.
- Mendorong klien untuk mengembangkan pemahaman yang lebih realistis dan stabil tentang identitas dirinya.
- Membantu klien mengelola perubahan suasana hati yang drastis dan impulsivitas.
- Memberikan dukungan emosional dan memfasilitasi klien untuk mencapai stabilitas dalam hubungan interpersonal.
Tujuan utama dari intervensi ini adalah membantu Nn N untuk memperoleh pemahaman yang lebih kohesif dan stabil tentang identitas dirinya, sehingga dapat mengatasi permasalahan yang terkait dengan gangguan identitas diri yang dialaminya. -
Article No. 20721 | 13 Aug 2025
Klinis : ChatGPT Anda bilang: Kasus Skenario: Data Identitas Pasien Nama: Nn N Usia: 28 tahun Jenis Kelamin: Perempuan Pekerjaan: Karyawan swasta (Marketing) Status Pernikahan: Belum menikah Alasan Datang: Dirujuk oleh atasan di tempat kerja karena performa menurun drastis dan sering terlihat menangis di meja kerja. Ny N sering merasa "sudah tidak kuat lagi". Nn N datang ke psikolog dengan penampilan yang kurang terawat. la berbicara dengan suara pelan, kontak mata minimal, dan sering kali menangis saat menceritakan kondisinya. Keluhan Utama (Kondisi Saat Ini): Selama dua bulan terakhir, sejak putus hubungan dengan pacarnya, klien merasa hidupnya hampa dan tidak berarti. la kehilangan minat pada segala hal yang dulu ia nikmati, seperti melukis dan berkumpul dengan teman-temannya. Nafsu makannya menurun drastis hingga berat badannya turun 6 kg. Setiap malam ia sulit untuk tidur, sering terbangun, dan pikirannya dipenuhi oleh perasaan bersalah dan menyalahkan diri sendiri atas kegagalan hubungannya. Di kantor, ia sangat sulit berkonsentrasi, sering membuat kesalahan, dan merasa sangat lelah sepanjang waktu meskipun tidak melakukan aktivitas berat. Dalam beberapa minggu terakhir, ia mulai berpikir bahwa "lebih baik semuanya berakhir saja, meskipun belum memiliki rencana spesifik untuk bunuh diri. Riwayat dan Pola Perilaku (Kondisi Jangka Panjang): Saat digali lebih dalam, psikolog menemukan sebuah pola yang telah berlangsung sejak Bunga remaja. Bunga menggambarkan riwayat hubungannya sebagai serangkaian "drama la cenderung menjalin hubungan yang sangat intens dan penuh gairah di awal, di mana ia mengidealkan pasangannya sebagai "belahan jiwa". Namun, seiring waktu, ketakutan yang luar biasa akan ditinggalkan membuatnya menjadi sangat posesif dan menuntut. la sering mengalami perubahan suasana hati yang cepat dan drastis. Dalam satu hari, ia bisa merasa sangat bahagia, lalu tiba-tiba menjadi sangat marah atau sedih karena hal kecil, misalnya pasangannya telat membalas pesan. la sering mengancam akan putus saat bertengkar, sebagai cara untuk menguji kesetiaan pasangannya. Ketika pasangannya akhirnya benar-benar meninggalkannya, Nn N merasa dunianya hancur. Pola hubungan yang "panas-dingin" dan tidak stabil ini sudah terjadi berulang kali dengan beberapa pasangan sebelumnya.. Nn N juga sering merasa bingung dengan identitas dirinya. Terkadang ia merasa sangat percaya diri, namun di lain waktu merasa dirinya adalah orang yang paling buruk. Tujuan hidup, pilihan karier, dan bahkan lingkaran pertemanannya sering berubah-ubah. la juga mengakui memiliki kecenderungan impulsif, seperti tiba-tiba menghabiskan gajinya untuk belanja barang-barang yang tidak ia butuhkan saat merasa hampa, atau tiba-tiba menyetir mobil tanpa tujuan dengan kecepatan tinggi saat marah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan skenario kasus yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Risiko Perilaku Menyakiti Diri Sendiri (SDKI: 10.19)
Definisi: Berisiko mengalami perilaku yang dapat mengakibatkan cedera atau bahaya pada diri sendiri, termasuk keinginan untuk bunuh diri.
b. Gangguan Proses Pikir (SDKI: 11.08)
Definisi: Gangguan pada proses berpikir yang berdampak pada kemampuan untuk memproses informasi, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
c. Gangguan Pola Tidur (SDKI: 13.25)
Definisi: Perubahan dalam kualitas atau kuantitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
d. Gangguan Citra Tubuh (SDKI: 14.05)
Definisi: Gangguan persepsi atau sikap terhadap penampilan fisik.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Kontrol Diri (SLKI: 1.12)
Definisi: Kemampuan individu untuk mengatur dan mengarahkan perilakunya sendiri.
b. Fungsi Kognitif (SLKI: 1.17)
Definisi: Kemampuan individu untuk memproses informasi, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
c. Pola Tidur (SLKI: 2.09)
Definisi: Pola tidur yang teratur dan berkualitas.
d. Citra Tubuh (SLKI: 2.21)
Definisi: Persepsi dan sikap individu terhadap penampilan fisiknya.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Manajemen Risiko Bunuh Diri (SIKI: 10.19.1)
Definisi: Tindakan keperawatan untuk mencegah, mengurangi, atau mengelola risiko perilaku bunuh diri.
b. Terapi Kognitif (SIKI: 11.08.1)
Definisi: Tindakan keperawatan untuk mengubah pola pikir dan keyakinan maladaptif menjadi lebih adaptif.
c. Manajemen Pola Tidur (SIKI: 13.25.1)
Definisi: Tindakan keperawatan untuk memfasilitasi tidur yang berkualitas.
d. Terapi Citra Tubuh (SIKI: 14.05.1)
Definisi: Tindakan keperawatan untuk membantu individu dalam mengembangkan persepsi dan sikap yang lebih positif terhadap penampilan fisiknya.
Kode-kode tersebut dan definisinya sesuai dengan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 20722 | 13 Aug 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan lemah sejak seminggu terakhir
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan lemah sejak seminggu terakhir.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan lemah sejak seminggu terakhir adalah "Intoleransi Aktivitas". Intoleransi Aktivitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau dibutuhkan, akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis. Pada kasus ini, pasien mengalami kelemahan yang terjadi dalam seminggu terakhir, yang dapat menyebabkan keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
2. Pasien dapat mempertahankan toleransi terhadap aktivitas.
3. Pasien dapat mendemonstrasikan strategi untuk meningkatkan toleransi aktivitas.
4. Pasien dapat melaporkan peningkatan energi dan pengurangan kelelahan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat diberikan:
1. Pengkajian Aktivitas: Melakukan pengkajian menyeluruh terhadap kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari, tingkat energi, dan toleransi terhadap aktivitas.
2. Manajemen Energi: Membantu pasien dalam mengatur aktivitas dan istirahat untuk meningkatkan toleransi aktivitas. Memberikan edukasi tentang penjadwalan aktivitas dan istirahat yang seimbang.
3. Peningkatan Aktivitas: Mengembangkan dan menerapkan rencana peningkatan aktivitas secara bertahap, disesuaikan dengan kemampuan pasien. Memantau tanda-tanda vital dan tingkat kelelahan selama aktivitas.
4. Edukasi Pasien: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang faktor-faktor yang mempengaruhi intoleransi aktivitas, pentingnya istirahat yang cukup, dan strategi untuk meningkatkan toleransi aktivitas.
5. Dukungan Emosional: Memberikan dukungan emosional kepada pasien dalam menghadapi keterbatasan aktivitas dan membantu pasien untuk tetap termotivasi dalam meningkatkan toleransi aktivitas.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dapat mengoptimalkan kemampuan aktivitas, meningkatkan toleransi, dan mencapai kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari. -
Article No. 20723 | 13 Aug 2025
Klinis : persepsi sensori
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, berikut adalah informasi yang rinci dan terperinci mengenai asuhan keperawatan untuk kondisi persepsi sensori:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi persepsi sensori adalah "Gangguan Persepsi Sensori" (SDKI, 2017). Definisi dari diagnosa ini adalah "Pengalaman panca indera yang tidak akurat atau terdistorsi". Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti perubahan fisiologis, efek samping obat, atau gangguan psikologis.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, luaran/output yang diharapkan adalah:
1. Pasien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi persepsi sensorik.
2. Pasien dapat mendemonstrasikan strategi untuk meningkatkan persepsi sensorik yang akurat.
3. Pasien dapat melaporkan peningkatan kemampuan untuk menginterpretasikan input sensorik.
4. Pasien dapat mendemonstrasikan peningkatan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan persepsi sensorik.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut, antara lain:
1. Manajemen Persepsi Sensori
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi persepsi sensorik pasien
- Berikan edukasi kepada pasien tentang gangguan persepsi sensorik dan strategi penanganannya
- Bantu pasien mengembangkan strategi untuk meningkatkan persepsi sensorik yang akurat
- Ciptakan lingkungan yang mendukung peningkatan persepsi sensorik pasien
2. Terapi Stimulasi Sensorik
- Lakukan stimulasi sensorik yang sesuai dengan kebutuhan pasien (misalnya, sentuhan, suara, aroma, atau visual)
- Pantau respons pasien terhadap stimulasi sensorik dan lakukan penyesuaian jika diperlukan
- Libatkan keluarga atau orang terdekat dalam pemberian terapi stimulasi sensorik
3. Manajemen Nyeri
- Identifikasi penyebab nyeri yang memengaruhi persepsi sensorik pasien
- Berikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri
4. Peningkatan Koping
- Bantu pasien mengembangkan strategi koping yang efektif dalam menghadapi perubahan persepsi sensorik
- Berikan dukungan emosional dan psikolologis kepada pasien
Penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien diharapkan dapat membantu pasien dalam meningkatkan persepsi sensorik yang akurat, meningkatkan kemampuan beradaptasi, dan mencapai hasil luaran yang diharapkan. -
Article No. 20724 | 13 Aug 2025
Klinis : bersihan jalan nafas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "bersihan jalan nafas":
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi "bersihan jalan nafas" berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif". Diagnosa ini didefinisikan sebagai "Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka".
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan, luaran/output yang diharapkan berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah:
1. Bersihan Jalan Napas: Klien mampu mempertahankan jalan napas yang terbuka dan bebas dari obstruksi.
2. Pola Napas: Klien menunjukkan pola napas yang efektif.
3. Oksigenasi: Klien menunjukkan oksigenasi yang adekuat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran yang diharapkan pada kondisi "bersihan jalan nafas tidak efektif" adalah:
1. Manajemen Jalan Napas
- Memantau pola napas dan karakteristik sekresi
- Mengajarkan teknik batuk efektif
- Melakukan suction untuk mengeluarkan sekret
- Memberikan posisi semi-fowler untuk memfasilitasi ventilasi
2. Pemberian Oksigen
- Memantau status oksigenasi
- Mengatur aliran oksigen sesuai kebutuhan
- Mengajarkan teknik bernapas dengan oksigen
3. Manajemen Hidrasi
- Memantau intake dan output cairan
- Memfasilitasi asupan cairan yang adekuat
- Memberikan cairan melalui infus, jika diperlukan
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" menggambarkan kondisi di mana klien mengalami ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas, sehingga mempengaruhi kemampuan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Luaran yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan meliputi:
1. Bersihan Jalan Napas: Memastikan klien mampu mempertahankan jalan napas yang terbuka dan bebas dari obstruksi, sehingga memfasilitasi ventilasi yang adekuat.
2. Pola Napas: Memastikan klien menunjukkan pola napas yang efektif, seperti kedalaman, irama, dan frekuensi yang sesuai.
3. Oksigenasi: Memastikan klien menunjukkan oksigenasi yang adekuat, dengan parameter seperti saturasi oksigen yang dalam batas normal.
Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup manajemen jalan napas, pemberian oksigen, dan manajemen hidrasi. Tujuannya adalah untuk memfasilitasi pembersihan jalan napas, mempertahankan ventilasi yang adekuat, dan memastikan oksigenasi yang baik. -
Article No. 20725 | 13 Aug 2025
Klinis : stroke
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan analisis yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi stroke.
Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Kondisi Stroke:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi stroke berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Gangguan Mobilitas Fisik (00085): Keterbatasan dalam satu atau lebih gerakan fisik yang dilakukan secara mandiri, yang bertujuan untuk perpindahan (mobilitas) dan koordinasi.
Karakteristik utama: Keterbatasan dalam rentang gerak, kelemahan, ketidakseimbangan, tremor, dan kekakuan.
2. Risiko Jatuh (00155): Peningkatan kerentanan untuk terjatuh yang dapat menyebabkan cedera fisik.
Karakteristik utama: Kelemahan, gangguan keseimbangan, gangguan sensorik, riwayat jatuh, dan penggunaan alat bantu jalan.
3. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral (00027): Penurunan aliran darah ke otak, yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan otak.
Karakteristik utama: Perubahan status mental, defisit sensorik, dan perubahan tanda-tanda vital.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Mobilitas Fisik Membaik (0208):
- Indikator: Rentang gerak sendi, kekuatan otot, dan koordinasi gerak meningkat.
- Target: Pasien dapat melakukan aktivitas fisik secara mandiri dengan bantuan minimal dalam 3-5 hari.
2. Bebas Jatuh (1safety):
- Indikator: Tidak terjadi insiden jatuh selama perawatan.
- Target: Pasien tidak mengalami jatuh selama perawatan.
3. Perfusi Jaringan Serebral Membaik (0404):
- Indikator: Status mental, fungsi sensorik, dan tanda-tanda vital stabil.
- Target: Pasien menunjukkan peningkatan status mental, fungsi sensorik, dan stabilitas tanda-tanda vital dalam 2-3 hari.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Untuk Diagnosa Keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik (00085):
- Latihan Mobilitas (4556): Membantu pasien untuk meningkatkan pergerakan dan kemampuan mobilitas.
- Terapi Aktivitas (4310): Menggunakan aktivitas yang terstruktur untuk mempertahankan atau meningkatkan fungsi fisik.
- Perawatan Luka (3660): Membantu menjaga integritas kulit dan mencegah komplikasi akibat imobilitas.
2. Untuk Diagnosa Keperawatan Risiko Jatuh (00155):
- Manajemen Risiko Jatuh (6490): Mengidentifikasi dan mengelola faktor risiko jatuh pada pasien.
- Pencegahan Jatuh (6490): Menerapkan intervensi untuk mencegah terjadinya jatuh pada pasien.
- Pengaturan Lingkungan: Memodifikasi lingkungan untuk meminimalkan risiko jatuh.
3. Untuk Diagnosa Keperawatan Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral (00027):
- Pemantauan Tanda-Tanda Vital (6680): Memantau tanda-tanda vital pasien secara berkala.
- Manajemen Perfusi Serebral (4310): Mempertahankan aliran darah dan oksigenasi ke otak.
- Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial (6680): Mencegah dan mengelola peningkatan tekanan intrakranial yang dapat terjadi pada pasien stroke.
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan kondisi stroke, perawat harus mempertimbangkan kondisi klinis pasien secara holistik, memantau perkembangan, dan melakukan evaluasi secara berkala untuk memastikan tercapainya luaran yang diharapkan. Kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya juga sangat penting untuk mengoptimalkan pemulihan pasien. -
Article No. 20726 | 13 Aug 2025
Klinis : Batuk 2 minggu, demam, sesak. batuk sulit berhenti, tiap bicara batuk, dahak sulit keluar, pilek, tenggorokan gatal Anak dirawat karena pneumonia
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kasus anak yang dirawat karena pneumonia dengan gejala batuk 2 minggu, demam, sesak, batuk sulit berhenti, tiap bicara batuk, dahak sulit keluar, pilek, dan tenggorokan gatal.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Berhubungan dengan produksi sekret yang berlebihan, ditandai dengan batuk yang sulit berhenti, batuk saat bicara, dahak sulit keluar, dan sesak napas.
2. Hipertermia
Berhubungan dengan proses infeksi, ditandai dengan demam.
3. Gangguan Pola Napas
Berhubungan dengan proses infeksi pernapasan, ditandai dengan sesak napas.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Frekuensi batuk menurun
- Produksi sekret menurun
- Tidak ada tanda-tanda distres pernapasan
2. Suhu Tubuh dalam Rentang Normal
- Suhu tubuh berada dalam rentang normal
3. Pola Napas Efektif
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- Irama napas teratur
- Tidak ada tanda-tanda distres pernapasan
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas
- Auskultasi suara napas dan identifikasi adanya suara napas tambahan
- Lakukan tindakan batuk efektif dan latihan napas dalam
- Berikan humidifikasi oksigen sesuai kebutuhan
- Berikan mukolitik dan ekspektoran sesuai indikasi medis
- Posisikan pasien untuk memfasilitasi drainase sekret
2. Manajemen Demam
- Pantau tanda-tanda vital secara rutin
- Berikan antipiretik sesuai indikasi medis
- Pertahankan lingkungan yang nyaman
3. Manajemen Jalan Napas
- Pantau frekuensi, kedalaman, dan irama napas
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Ajarkan teknik napas dalam dan batuk efektif
- Fasilitasi mobilisasi dan latihan fisik sesuai toleransi
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas diidentifikasi karena adanya gejala batuk yang sulit berhenti, batuk saat bicara, dahak sulit keluar, dan sesak napas. Hal ini menunjukkan adanya produksi sekret yang berlebihan dan menghambat bersihan jalan napas.
Diagnosa keperawatan Hipertermia diidentifikasi karena adanya gejala demam, yang merupakan tanda adanya proses infeksi dalam tubuh.
Diagnosa keperawatan Gangguan Pola Napas diidentifikasi karena adanya gejala sesak napas, yang menunjukkan adanya gangguan dalam proses pernapasan.
Luaran/output yang diharapkan adalah Bersihan Jalan Napas Efektif, Suhu Tubuh dalam Rentang Normal, dan Pola Napas Efektif. Hal ini menunjukkan bahwa setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat menunjukkan perbaikan pada bersihan jalan napas, suhu tubuh, dan pola napas.
Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup manajemen bersihan jalan napas, manajemen demam, dan manajemen jalan napas. Tindakan-tindakan tersebut bertujuan untuk memfasilitasi bersihan jalan napas, menurunkan suhu tubuh, dan mempertahankan pola napas yang efektif pada pasien.
Secara keseluruhan, penanganan yang komprehensif terhadap kondisi pneumonia pada anak ini diharapkan dapat membantu mencapai hasil yang optimal bagi pasien. -
Article No. 20727 | 13 Aug 2025
Klinis : hipertermia
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi hipertermia, dengan tone akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Hipertermia:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi hipertermia adalah "Hipertermia", berdasarkan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia). Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas 37,5°C yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, dehidrasi, paparan lingkungan yang panas, atau gangguan termoregulasi. Kondisi ini memerlukan intervensi keperawatan yang tepat untuk mengembalikan suhu tubuh ke dalam rentang normal.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan untuk hipertermia berdasarkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah:
1. Suhu Tubuh: Suhu tubuh pasien kembali ke dalam rentang normal (36,5°C - 37,5°C).
2. Kenyamanan: Pasien menunjukkan tanda-tanda kenyamanan, seperti tidak merasakan sensasi panas yang berlebihan.
3. Pengetahuan: Pasien dan/atau keluarga memahami tentang hipertermia, penyebab, dan penatalaksanaannya.
4. Perilaku Perawatan Diri: Pasien dan/atau keluarga mampu melakukan tindakan-tindakan yang dapat membantu menurunkan suhu tubuh.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia), intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan pada pasien dengan hipertermia adalah:
1. Manajemen Suhu:
- Pantau suhu tubuh pasien secara berkala.
- Berikan kompres dingin atau es pada area tubuh tertentu untuk menurunkan suhu.
- Atur lingkungan agar suhu dan kelembaban tetap optimal.
- Berikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan untuk menjaga keseimbangan cairan.
2. Manajemen Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Berikan analgesik sesuai indikasi untuk mengurangi sensasi panas yang tidak nyaman.
- Ajarkan teknik-teknik non-farmakologis untuk mengatasi nyeri, seperti relaksasi.
3. Edukasi Kesehatan:
- Jelaskan penyebab, tanda-tanda, dan dampak hipertermia kepada pasien dan keluarga.
- Ajarkan tindakan-tindakan yang dapat dilakukan di rumah untuk menurunkan suhu tubuh.
- Berikan informasi tentang gejala-gejala yang perlu diwaspadai dan kapan harus segera meminta bantuan tenaga kesehatan.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan kondisi hipertermia pada pasien dapat segera teratasi dan pasien dapat kembali ke kondisi optimal. -
Article No. 20728 | 13 Aug 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan nyeri ulu hati dan perut terasa panas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI sesuai dengan kondisi pasien yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut (NYKA)
Kode SDKI: 00132
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
2. Risiko Ketidakseimbangan Cairan (RKCD)
Kode SDKI: 00028
Definisi: Berisiko mengalami pengurangan, penambahan atau ketidakseimbangan serum, cairan interstisial dan/atau cairan intraseluler yang dapat mengancam kesehatan.
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien yang membutuhkan intervensi keperawatan. Kode diagnosa keperawatan terdiri dari 5 digit angka.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. Kode luaran keperawatan terdiri dari 4 digit angka.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. Kode intervensi keperawatan terdiri dari 4 digit angka.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) bertanggung jawab dalam menetapkan dan mengembangkan SDKI, SLKI, dan SIKI di Indonesia. -
Article No. 20729 | 13 Aug 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan nyeri ulu hati dan perut terasa panas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien dengan keluhan nyeri ulu hati dan perut terasa panas:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Nyeri akut" (SDKI Kode: 00132). Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut. Dalam kasus ini, pasien mengeluhkan nyeri ulu hati dan perut terasa panas, yang merupakan gejala dari nyeri akut.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Kontrol Nyeri (SLKI Kode: 1605)
- Tujuan: Pasien dapat mengontrol nyeri yang dirasakan.
- Kriteria Hasil:
1) Melaporkan nyeri berkurang sesuai dengan skala nyeri yang digunakan.
2) Menunjukkan perilaku yang mengarah pada pengurangan nyeri.
3) Menggunakan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
4) Mengenali dan melaporkan faktor-faktor yang memperberat atau meringankan nyeri.
b. Kesejahteraan Fisik (SLKI Kode: 2004)
- Tujuan: Pasien dapat mencapai tingkat kesejahteraan fisik yang optimal.
- Kriteria Hasil:
1) Melaporkan tidak ada atau minimal gejala fisik yang mengganggu.
2) Menunjukkan perilaku yang mengarah pada pemeliharaan kesehatan.
3) Mengungkapkan perasaan nyaman secara fisik.
4) Mempertahankan fungsi fisiologis yang optimal.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Manajemen Nyeri (SIKI Kode: 1400)
- Tujuan: Pasien dapat mengelola nyeri yang dirasakan.
- Intervensi:
1) Lakukan pengkajian nyeri komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, keparahan, dan faktor pencetus.
2) Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk menentukan intervensi farmakologis yang tepat.
3) Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat.
4) Monitor efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri dan evaluasi respon pasien.
b. Manajemen Gejala (SIKI Kode: 3600)
- Tujuan: Pasien dapat mengelola gejala yang dirasakan.
- Intervensi:
1) Kaji karakteristik dan tingkat keparahan gejala, termasuk perut terasa panas.
2) Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk menentukan intervensi farmakologis yang tepat.
3) Ajarkan pasien teknik manajemen gejala non-farmakologis, seperti pengaturan posisi dan pengaturan lingkungan.
4) Monitor efektivitas intervensi dalam mengurangi gejala dan evaluasi respon pasien.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mengelola nyeri yang dirasakan dan mencapai tingkat kesejahteraan fisik yang optimal.