Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 6426 | 19 Nov 2024
Klinis : kasus yang akan paling menarik bagi kami adalah Jung Da-eun sendiri yaitu seorang perawat di unit psikiatri, yang mengalami perjalanan emosional yang mendalam ketika dia menghadapi penyakit demensia disosiatif setelah kehilangan pasien yang sangat dekat dengannya yaitu Kim Seo-Wan. Da Eun awalnya berusaha keras untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru di unit psikiatri. Dia memiliki ketulusan dalam merawat pasien dan berinteraksi dengan mereka. Namun, ketika salah satu pasien yang dekat dengannya, Kim Seo-Wan melakukan bunuh diri setelah dirawat dan menunjukkan tanda-tanda pemulihan, Da-Eun mengalami trauma yang mendalam. Kejadian ini menghancurkan semangatnya dan membuatnya sulit untuk memproses rasa kehilangan tersebut. Setelah kematian Seo-Wan, Da-Eun mulai menunjukkan tanda-tanda amnesia disosiatif, dimana dia secara mental menolak kenyataan akan kematian pasiennya. Dia berusaha untuk mengabaikan perasaannya dan berpura-pura baik-baik saja, tetapi perlahan-lahan kondisi mentalnya memburuk. Dia mengalami depresi berat dan bahkan mencoba bunuh diri tanpa menyadari sepenuhnya apa yang sedang terjadi padanya. Da-Eun kemudian dipaksa untuk dirawat di unit tertutup rumah sakit Hayan oleh ibunya dan juga rekan kerjanya yaitu dr. Dong Go-Eun, meskipun awalnya dia menolak untuk menerima pengobatan dan menganggap masalahnya tidak serius. Selama perawatan, Da-Eun menolak untuk mengakui bahwa dia mengalami masalah kesehatan mental dan bahkan berusaha berpura-pura menjadi pasien yang baik baik saja dengan menjawab tes psikologi dengan cepat. Dia juga menolak untuk meminum obat-obatan yang diberikan kepadanya, menunjukkan penolakan yang kuat terhadap statusnya sebagai pasien. Setelah dilakukan terapi, Da-Eun mulai mengingat bahwa dirinya telah melakukan percobaan bunuh diri. Da-Eun mulai menyadari bahwa dia perlu mendapat perawatan. Dia mulai menerima kenyataan bahwa dia juga membutuhkan perawatan mental sebagai seorang perawat psikiatri. Melalui terapi dan dukungan dari ibu dan teman-temannya, Da-Eun belajar untuk menghadapi rasa sakitnya dan memproses kesedihannya. Proses pemulihan Da-Eun tidak mudah, dia harus melewati berbagai tahap penolakan sebelum akhirnya menerima bahwa dia adalah seorang pasien yang juga berhak mendapatkan perawatan. Dengan bantuan dr. Go-Eun dan teman-temannya serta ibunya, Da-Eun berhasil menemukan kembali tujuan hidupnya sebagai perawat dan memahami pentingnya menjaga kesehatan mentalnya sendiri. Setelah menjalani perawatan yang intensif, Da-Eun kembali bekerja sebagai perawat di rumah sakit dengan dukungan penuh rekan-rekannya. Meskipun ada tantangan dari keluarga pasien yang menentang kembalinya dia bekerja, Da-Eun mampu membuktikan kemampuannya dan melanjutkan karirnya dengan semangat baru
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko cedera diri (ICNP: 10015994) berhubungan dengan depresi dan percobaan bunuh diri.
2. Koping tidak efektif (ICNP: 10026001) berhubungan dengan kehilangan pasien yang dekat.
3. Gangguan proses pikir (ICNP: 10015977) berhubungan dengan amnesia disosiatif.
Penjelasan Singkat:
1. Risiko Cedera Diri (ICNP: 10015994)
- SDKI: Kemungkinan individu untuk melukai dirinya sendiri secara sengaja.
- SLKI: Intervensi untuk mencegah, mengurangi, atau menghentikan perilaku yang dapat menyebabkan cedera fisik pada diri sendiri.
- SIKI: Pemberian dukungan emosional, pengawasan yang ketat, dan intervensi farmakologis jika diperlukan untuk mengatasi risiko cedera diri.
2. Koping Tidak Efektif (ICNP: 10026001)
- SDKI: Ketidakmampuan individu untuk beradaptasi secara konstruktif terhadap stressor atau mengubah situasi.
- SLKI: Intervensi untuk membantu individu mengembangkan strategi koping yang efektif dalam menghadapi stressor.
- SIKI: Pemberian dukungan emosional, terapi kognitif-perilaku, dan kolaborasi dengan tim interdisipliner untuk membantu individu memproses rasa kehilangan dan mengembangkan koping yang sehat.
3. Gangguan Proses Pikir (ICNP: 10015977)
- SDKI: Perubahan dalam proses berpikir yang mempengaruhi kemampuan individu untuk memahami realitas.
- SLKI: Intervensi untuk membantu individu mengatasi gangguan dalam proses berpikir dan memulihkan kemampuan untuk memahami realitas.
- SIKI: Terapi realitas, terapi reminiscence, dan kolaborasi dengan tim interdisipliner untuk membantu individu mengatasi amnesia disosiatif dan memproses kenyataan.
Dalam kasus Da-Eun, pendekatan keperawatan harus berfokus pada penanganan risiko cedera diri, pengembangan koping yang efektif, dan pemulihan proses berpikir yang terganggu. Kolaborasi dengan tim interdisipliner, terapi individual, dan dukungan dari keluarga serta rekan kerja akan sangat membantu dalam proses pemulihan Da-Eun. -
Article No. 6427 | 19 Nov 2024
Klinis : kasus yang akan paling menarik bagi kami adalah Jung Da-eun sendiri yaitu seorang perawat di unit psikiatri, yang mengalami perjalanan emosional yang mendalam ketika dia menghadapi penyakit demensia disosiatif setelah kehilangan pasien yang sangat dekat dengannya yaitu Kim Seo-Wan. Da Eun awalnya berusaha keras untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru di unit psikiatri. Dia memiliki ketulusan dalam merawat pasien dan berinteraksi dengan mereka. Namun, ketika salah satu pasien yang dekat dengannya, Kim Seo-Wan melakukan bunuh diri setelah dirawat dan menunjukkan tanda-tanda pemulihan, Da-Eun mengalami trauma yang mendalam. Kejadian ini menghancurkan semangatnya dan membuatnya sulit untuk memproses rasa kehilangan tersebut. Setelah kematian Seo-Wan, Da-Eun mulai menunjukkan tanda-tanda amnesia disosiatif, dimana dia secara mental menolak kenyataan akan kematian pasiennya. Dia berusaha untuk mengabaikan perasaannya dan berpura-pura baik-baik saja, tetapi perlahan-lahan kondisi mentalnya memburuk. Dia mengalami depresi berat dan bahkan mencoba bunuh diri tanpa menyadari sepenuhnya apa yang sedang terjadi padanya. Da-Eun kemudian dipaksa untuk dirawat di unit tertutup rumah sakit Hayan oleh ibunya dan juga rekan kerjanya yaitu dr. Dong Go-Eun, meskipun awalnya dia menolak untuk menerima pengobatan dan menganggap masalahnya tidak serius. Selama perawatan, Da-Eun menolak untuk mengakui bahwa dia mengalami masalah kesehatan mental dan bahkan berusaha berpura-pura menjadi pasien yang baik baik saja dengan menjawab tes psikologi dengan cepat. Dia juga menolak untuk meminum obat-obatan yang diberikan kepadanya, menunjukkan penolakan yang kuat terhadap statusnya sebagai pasien. Setelah dilakukan terapi, Da-Eun mulai mengingat bahwa dirinya telah melakukan percobaan bunuh diri. Da-Eun mulai menyadari bahwa dia perlu mendapat perawatan. Dia mulai menerima kenyataan bahwa dia juga membutuhkan perawatan mental sebagai seorang perawat psikiatri. Melalui terapi dan dukungan dari ibu dan teman-temannya, Da-Eun belajar untuk menghadapi rasa sakitnya dan memproses kesedihannya. Proses pemulihan Da-Eun tidak mudah, dia harus melewati berbagai tahap penolakan sebelum akhirnya menerima bahwa dia adalah seorang pasien yang juga berhak mendapatkan perawatan. Dengan bantuan dr. Go-Eun dan teman-temannya serta ibunya, Da-Eun berhasil menemukan kembali tujuan hidupnya sebagai perawat dan memahami pentingnya menjaga kesehatan mentalnya sendiri. Setelah menjalani perawatan yang intensif, Da-Eun kembali bekerja sebagai perawat di rumah sakit dengan dukungan penuh rekan-rekannya. Meskipun ada tantangan dari keluarga pasien yang menentang kembalinya dia bekerja, Da-Eun mampu membuktikan kemampuannya dan melanjutkan karirnya dengan semangat baru DIAGNOSA SDKI YANG TERJADI PADA KASUS TERSEBUT
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah beberapa diagnosa keperawatan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) yang dapat terjadi pada Da-Eun:
1. Gangguan Koping Individu
Definisi: Ketidakmampuan secara terus-menerus untuk membentuk atau menggunakan mekanisme koping yang efektif untuk menghadapi stresor.
Karakteristik Utama: Perilaku yang menyimpang atau tidak adaptif, ekspresi emosi yang tidak sesuai, serta kegagalan menggunakan strategi koping yang efektif.
2. Risiko Bunuh Diri
Definisi: Adanya pikiran, rencana, atau niatan untuk melukai diri sendiri hingga kematian.
Karakteristik Utama: Ekspresi verbalisasi keinginan untuk bunuh diri, perilaku berisiko tinggi, dan riwayat upaya bunuh diri.
3. Depresi
Definisi: Suasana hati yang berkepanjangan dan disertai dengan perubahan fisiologis yang signifikan.
Karakteristik Utama: Perasaan sedih atau putus asa yang berkepanjangan, perubahan pola tidur dan nafsu makan, serta penarikan diri dari aktivitas sosial.
4. Kecemasan
Definisi: Respon emosional dan fisiologis terhadap ancaman yang dipersepsikan atau tidak diketahui.
Karakteristik Utama: Perasaan tegang, khawatir, dan takut yang tidak proporsional dengan pemicu, serta respons fisiologis.
5. Trauma Psikososial
Definisi: Pengalaman atau peristiwa yang mengancam atau merusak integritas psikologis individu.
Karakteristik Utama: Perasaan takut, marah, sedih, atau tidak berdaya yang berkepanjangan, serta gangguan fungsi psikososial.
Dalam proses pemulihan Da-Eun, perawat perlu memberikan intervensi yang komprehensif, melibatkan dukungan dari keluarga dan tim kesehatan lainnya, serta memfasilitasi Da-Eun untuk dapat kembali bekerja sebagai perawat dengan baik. -
Article No. 6428 | 19 Nov 2024
Klinis : kasus yang akan paling menarik bagi kami adalah Jung Da-eun sendiri yaitu seorang perawat di unit psikiatri, yang mengalami perjalanan emosional yang mendalam ketika dia menghadapi penyakit demensia disosiatif setelah kehilangan pasien yang sangat dekat dengannya yaitu Kim Seo-Wan. Da Eun awalnya berusaha keras untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru di unit psikiatri. Dia memiliki ketulusan dalam merawat pasien dan berinteraksi dengan mereka. Namun, ketika salah satu pasien yang dekat dengannya, Kim Seo-Wan melakukan bunuh diri setelah dirawat dan menunjukkan tanda-tanda pemulihan, Da-Eun mengalami trauma yang mendalam. Kejadian ini menghancurkan semangatnya dan membuatnya sulit untuk memproses rasa kehilangan tersebut. Setelah kematian Seo-Wan, Da-Eun mulai menunjukkan tanda-tanda amnesia disosiatif, dimana dia secara mental menolak kenyataan akan kematian pasiennya. Dia berusaha untuk mengabaikan perasaannya dan berpura-pura baik-baik saja, tetapi perlahan-lahan kondisi mentalnya memburuk. Dia mengalami depresi berat dan bahkan mencoba bunuh diri tanpa menyadari sepenuhnya apa yang sedang terjadi padanya. Da-Eun kemudian dipaksa untuk dirawat di unit tertutup rumah sakit Hayan oleh ibunya dan juga rekan kerjanya yaitu dr. Dong Go-Eun, meskipun awalnya dia menolak untuk menerima pengobatan dan menganggap masalahnya tidak serius. Selama perawatan, Da-Eun menolak untuk mengakui bahwa dia mengalami masalah kesehatan mental dan bahkan berusaha berpura-pura menjadi pasien yang baik baik saja dengan menjawab tes psikologi dengan cepat. Dia juga menolak untuk meminum obat-obatan yang diberikan kepadanya, menunjukkan penolakan yang kuat terhadap statusnya sebagai pasien. Setelah dilakukan terapi, Da-Eun mulai mengingat bahwa dirinya telah melakukan percobaan bunuh diri. Da-Eun mulai menyadari bahwa dia perlu mendapat perawatan. Dia mulai menerima kenyataan bahwa dia juga membutuhkan perawatan mental sebagai seorang perawat psikiatri. Melalui terapi dan dukungan dari ibu dan teman-temannya, Da-Eun belajar untuk menghadapi rasa sakitnya dan memproses kesedihannya. Proses pemulihan Da-Eun tidak mudah, dia harus melewati berbagai tahap penolakan sebelum akhirnya menerima bahwa dia adalah seorang pasien yang juga berhak mendapatkan perawatan. Dengan bantuan dr. Go-Eun dan teman-temannya serta ibunya, Da-Eun berhasil menemukan kembali tujuan hidupnya sebagai perawat dan memahami pentingnya menjaga kesehatan mentalnya sendiri. Setelah menjalani perawatan yang intensif, Da-Eun kembali bekerja sebagai perawat di rumah sakit dengan dukungan penuh rekan-rekannya. Meskipun ada tantangan dari keluarga pasien yang menentang kembalinya dia bekerja, Da-Eun mampu membuktikan kemampuannya dan melanjutkan karirnya dengan semangat baru DIAGNOSA SDKI YANG TERJADI PADA KASUS TERSEBUT
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Gangguan Proses Pikir Berhubungan dengan Kehilangan Pasien dan Trauma
2. Resiko Bunuh Diri Berhubungan dengan Depresi Berat
3. Gangguan Konsep Diri Berhubungan dengan Penolakan terhadap Kondisi Psikologis
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Gangguan Proses Pikir Berhubungan dengan Kehilangan Pasien dan Trauma
- Pasien dapat mengidentifikasi pemikiran dan perasaan yang terkait dengan kematian pasien
- Pasien dapat mengatasi trauma terkait dengan kematian pasien
- Pasien dapat menemukan kembali tujuan hidup dan makna sebagai perawat
2. Resiko Bunuh Diri Berhubungan dengan Depresi Berat
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda depresi dan ide bunuh diri
- Pasien dapat menggunakan strategi koping yang efektif untuk mengatasi depresi
- Pasien dapat menjaga keselamatan diri dari risiko bunuh diri
3. Gangguan Konsep Diri Berhubungan dengan Penolakan terhadap Kondisi Psikologis
- Pasien dapat menerima kondisi psikologisnya sebagai seorang pasien yang membutuhkan perawatan
- Pasien dapat mengembangkan rasa harga diri dan percaya diri dalam menjalani perawatan
- Pasien dapat mempertahankan identitas dan peran sebagai perawat setelah pemulihan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Gangguan Proses Pikir Berhubungan dengan Kehilangan Pasien dan Trauma
- Terapi kognitif-perilaku untuk membantu pasien mengidentifikasi dan mengatasi pemikiran dan perasaan terkait dengan kematian pasien
- Terapi kelompok atau dukungan emosional untuk membantu pasien memproses trauma dan kehilangan
- Terapi psikoedukasi untuk membantu pasien menemukan kembali tujuan hidup dan makna sebagai perawat
2. Resiko Bunuh Diri Berhubungan dengan Depresi Berat
- Terapi anti-depresi dan pemantauan gejala depresi secara ketat
- Terapi kognitif-perilaku untuk meningkatkan strategi koping yang efektif
- Pemantauan dan intervensi keselamatan diri untuk mencegah risiko bunuh diri
3. Gangguan Konsep Diri Berhubungan dengan Penolakan terhadap Kondisi Psikologis
- Terapi penerimaan diri untuk membantu pasien menerima kondisi psikologisnya
- Terapi pengembangan harga diri dan rasa percaya diri
- Terapi peran untuk membantu pasien mempertahankan identitas dan peran sebagai perawat
Dalam proses pemulihan Da-Eun, pendekatan yang holistik dan kolaboratif antara tim kesehatan mental, keluarga, dan rekan kerja sangat penting untuk membantu pasien mencapai tujuan pemulihan yang optimal. -
Article No. 6429 | 19 Nov 2024
Klinis : kasus yang akan paling menarik bagi kami adalah Jung Da-eun sendiri yaitu seorang perawat di unit psikiatri, yang mengalami perjalanan emosional yang mendalam ketika dia menghadapi penyakit demensia disosiatif setelah kehilangan pasien yang sangat dekat dengannya yaitu Kim Seo-Wan. Da Eun awalnya berusaha keras untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru di unit psikiatri. Dia memiliki ketulusan dalam merawat pasien dan berinteraksi dengan mereka. Namun, ketika salah satu pasien yang dekat dengannya, Kim Seo-Wan melakukan bunuh diri setelah dirawat dan menunjukkan tanda-tanda pemulihan, Da-Eun mengalami trauma yang mendalam. Kejadian ini menghancurkan semangatnya dan membuatnya sulit untuk memproses rasa kehilangan tersebut. Setelah kematian Seo-Wan, Da-Eun mulai menunjukkan tanda-tanda amnesia disosiatif, dimana dia secara mental menolak kenyataan akan kematian pasiennya. Dia berusaha untuk mengabaikan perasaannya dan berpura-pura baik-baik saja, tetapi perlahan-lahan kondisi mentalnya memburuk. Dia mengalami depresi berat dan bahkan mencoba bunuh diri tanpa menyadari sepenuhnya apa yang sedang terjadi padanya. Da-Eun kemudian dipaksa untuk dirawat di unit tertutup rumah sakit Hayan oleh ibunya dan juga rekan kerjanya yaitu dr. Dong Go-Eun, meskipun awalnya dia menolak untuk menerima pengobatan dan menganggap masalahnya tidak serius. Selama perawatan, Da-Eun menolak untuk mengakui bahwa dia mengalami masalah kesehatan mental dan bahkan berusaha berpura-pura menjadi pasien yang baik baik saja dengan menjawab tes psikologi dengan cepat. Dia juga menolak untuk meminum obat-obatan yang diberikan kepadanya, menunjukkan penolakan yang kuat terhadap statusnya sebagai pasien. Setelah dilakukan terapi, Da-Eun mulai mengingat bahwa dirinya telah melakukan percobaan bunuh diri. Da-Eun mulai menyadari bahwa dia perlu mendapat perawatan. Dia mulai menerima kenyataan bahwa dia juga membutuhkan perawatan mental sebagai seorang perawat psikiatri. Melalui terapi dan dukungan dari ibu dan teman-temannya, Da-Eun belajar untuk menghadapi rasa sakitnya dan memproses kesedihannya. Proses pemulihan Da-Eun tidak mudah, dia harus melewati berbagai tahap penolakan sebelum akhirnya menerima bahwa dia adalah seorang pasien yang juga berhak mendapatkan perawatan. Dengan bantuan dr. Go-Eun dan teman-temannya serta ibunya, Da-Eun berhasil menemukan kembali tujuan hidupnya sebagai perawat dan memahami pentingnya menjaga kesehatan mentalnya sendiri. Setelah menjalani perawatan yang intensif, Da-Eun kembali bekerja sebagai perawat di rumah sakit dengan dukungan penuh rekan-rekannya. Meskipun ada tantangan dari keluarga pasien yang menentang kembalinya dia bekerja, Da-Eun mampu membuktikan kemampuannya dan melanjutkan karirnya dengan semangat baru DIAGNOSA SDKI YANG TERJADI PADA KASUS TERSEBUT
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) yang dapat terjadi pada Da-Eun:
1. Trauma Emosional Akut (00141)
Definisi: Respon psikologis yang berat dan tidak biasa terhadap peristiwa yang menyebabkan distres emosional yang signifikan dan gangguan fungsi.
Terkait dengan: Kematian pasien yang sangat dekat dengan Da-Eun, Kim Seo-Wan, yang mengalami bunuh diri setelah menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Hal ini menyebabkan trauma yang mendalam dan menghancurkan semangat Da-Eun.
2. Proses Berduka Terganggu (00136)
Definisi: Kemampuan untuk merasakan dan menerima kehilangan yang tidak memadai atau tidak efektif.
Terkait dengan: Da-Eun mengalami kesulitan untuk memproses rasa kehilangan atas kematian pasiennya. Dia berusaha mengabaikan perasaannya dan berpura-pura baik-baik saja, tetapi kondisi mentalnya semakin memburuk.
3. Depresi (00069)
Definisi: Perasaan sedih, putus asa, dan tidak berdaya yang berlangsung lama dan mengganggu fungsi harian.
Terkait dengan: Setelah kematian pasiennya, Da-Eun mengalami depresi berat dan bahkan mencoba bunuh diri tanpa menyadari sepenuhnya apa yang sedang terjadi padanya.
4. Gangguan Identitas Disosiatif (00125)
Definisi: Gangguan yang ditandai dengan dua atau lebih identitas atau kepribadian yang berbeda yang berganti-ganti dalam diri seseorang.
Terkait dengan: Da-Eun mengalami amnesia disosiatif, di mana dia secara mental menolak kenyataan akan kematian pasiennya. Dia berusaha mengabaikan perasaannya dan berpura-pura baik-baik saja, tetapi kondisi mentalnya semakin memburuk.
Dengan diagnosa keperawatan SDKI ini, perawat dapat mengembangkan rencana asuhan keperawatan yang sesuai untuk membantu Da-Eun dalam proses pemulihan dan memaksimalkan fungsi psikologisnya. -
Article No. 6430 | 19 Nov 2024
Klinis : penurunan aktivitas, murung, anoreksia, depresi kambuh setelah ayah meninggal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Gangguan Proses Pikir Kronis
Penjelasan singkat:
Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, pasien mengalami penurunan aktivitas, murung, anoreksia, dan depresi kambuh setelah ayah meninggal. Hal ini menunjukkan adanya risiko gangguan proses pikir kronis.
Menurut Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia (SDKI), Risiko Gangguan Proses Pikir Kronis adalah "Rentan mengalami gangguan kognitif atau persepsi yang berkepanjangan dan mempengaruhi fungsi sehari-hari".
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) yang terkait dengan diagnosa ini adalah:
1. Kognitif: Mempertahankan fungsi kognitif
2. Psikososial: Meningkatkan fungsi psikososial
3. Perilaku: Mengelola perilaku yang terganggu
Sedangkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah ini adalah:
1. Terapi Aktivitas
2. Terapi Kognitif
3. Dukungan Emosional
4. Manajemen Depresi
Dalam kondisi ini, peran perawat sebagai pakar adalah memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, termasuk melakukan assessment, merumuskan diagnosa keperawatan, menyusun rencana tindakan, serta melaksanakan dan mengevaluasi intervensi yang tepat untuk membantu pasien dalam mengatasi risiko gangguan proses pikir kronis. -
Article No. 6431 | 19 Nov 2024
Klinis : penurunan aktivitas, anoreksia, depresi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi penurunan aktivitas, anoreksia, dan depresi.
Diagnosa Keperawatan:
1. Defisit Perawatan Diri
2. Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
3. Risiko Perubahan Proses Pikir
Penjelasan Singkat:
1. Defisit Perawatan Diri
- SDKI: Kemampuan individu terbatas dalam melakukan aktivitas perawatan diri (mandi, berpakaian, berhias, makan, eliminasi) secara mandiri.
- SLKI: Tujuan utama adalah memulihkan atau mempertahankan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain membantu pasien dalam mandi, berpakaian, makan, dan eliminasi sesuai dengan kemampuan pasien.
2. Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI: Asupan makanan dan/atau cairan tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Tujuan utama adalah memulihkan atau mempertahankan status nutrisi pasien sesuai kebutuhan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain mengevaluasi asupan nutrisi, memberikan makanan atau suplemen sesuai kebutuhan, dan memantau berat badan pasien.
3. Risiko Perubahan Proses Pikir
- SDKI: Rentan mengalami perubahan dalam proses berpikir, menilai, mengingat, atau membuat keputusan.
- SLKI: Tujuan utama adalah mempertahankan atau meningkatkan proses pikir pasien sesuai kondisi optimal.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain memberikan lingkungan yang mendukung, memantau perubahan proses pikir, dan memberikan dukungan psikologis.
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan tim kesehatan lain untuk mengelola kondisi pasien secara komprehensif dan memberikan intervensi keperawatan yang sesuai berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 6432 | 19 Nov 2024
Klinis : anoreksia, kurang energi, penurunan aktivitas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi anoreksia, kurang energi, dan penurunan aktivitas.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan Perilaku Makan yang Terganggu.
2. Kelelahan berhubungan dengan Asupan Nutrisi yang Tidak Adekuat.
3. Keterbatasan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Penurunan Tenaga.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI adalah standar yang mengatur diagnosis keperawatan yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien. Dalam kasus ini, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh, Kelelahan, dan Keterbatasan Mobilitas Fisik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah standar yang mengatur hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. Untuk kasus ini, luaran yang diharapkan meliputi perbaikan status nutrisi, peningkatan energi, dan peningkatan mobilitas fisik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah standar yang mengatur tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. Intervensi keperawatan yang sesuai untuk kasus ini antara lain pemberian nutrisi enteral/parenteral, manajemen energi, dan latihan gerak.
Secara keseluruhan, diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai dengan kasus anoreksia, kurang energi, dan penurunan aktivitas telah dijelaskan berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari PPNI. Sebagai perawat, saya siap untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk menangani kondisi tersebut. -
Article No. 6433 | 19 Nov 2024
Klinis : pasien usia 75 th dengan diagnosa medis close fractur complete column femur dextra, mengeluh nyeri dari pinggan hingga kaki bawah sebelah kanan, akan dilakukan skin traksi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat cedera atau potensi cedera pada jaringan, atau dijelaskan dalam istilah seperti cedera.
Faktor yang berhubungan: Cedera fisik (fraktur femur).
Gejala dan Tanda: Pasien mengeluh nyeri dari pinggang hingga kaki bawah sebelah kanan.
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat cedera atau potensi cedera pada jaringan, atau dijelaskan dalam istilah seperti cedera.
- Penyebab: Cedera fisik (fraktur femur).
- Gejala dan Tanda: Pasien mengeluh nyeri dari pinggang hingga kaki bawah sebelah kanan.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Indikator Hasil: Nyeri berkurang, Ekspresi wajah menunjukkan kenyamanan, Kemampuan aktivitas fisik meningkat.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi: Manajemen Nyeri, Mobilisasi Terkendali, Perawatan Fraktur.
- Tujuan: Mengurangi nyeri, Mempertahankan atau meningkatkan mobilitas, Mencegah komplikasi. -
Article No. 6434 | 19 Nov 2024
Klinis : pasien usia 75 th dengan diagnosa medis close fractur complete column femur dextra, mengeluh kaki kanan tidak bisa digerakan, nyeri dari pinggang hingga kaki bawah sebelah kanan, akan dilakukan skin traksi.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamu'alaikum. Saya akan menyampaikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien usia 75 tahun dengan diagnosa medis close fractur complete column femur dextra, mengeluh kaki kanan tidak bisa digerakkan, nyeri dari pinggang hingga kaki bawah sebelah kanan, dan akan dilakukan skin traksi.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan fraktur femur dextra.
2. Nyeri akut berhubungan dengan fraktur femur dextra.
3. Risiko cidera berhubungan dengan prosedur skin traksi.
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
1. Gangguan mobilitas fisik:
- SDKI: Keterbatasan dalam pergerakan bebas atau yang diinginkan dari tubuh atau satu atau lebih ekstremitas.
- SLKI: Mempertahankan atau meningkatkan rentang gerak sendi, kekuatan otot, dan koordinasi gerak.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi dan mempertahankan mobilitas fisik pasien.
2. Nyeri akut:
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- SLKI: Mengontrol nyeri untuk memaksimalkan kenyamanan pasien.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri yang dirasakan pasien.
3. Risiko cidera:
- SDKI: Kerentanan terhadap luka fisik atau psikologis yang dapat mengganggu integritas tubuh.
- SLKI: Mempertahankan atau meningkatkan keamanan dan keselamatan pasien.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mencegah atau mengurangi risiko cedera pada pasien.
Saya berharap penjelasan ini bermanfaat bagi Anda. Jika ada pertanyaan lain, silakan tanyakan. Wassalamu'alaikum. -
Article No. 6435 | 19 Nov 2024
Klinis : Ners Dian melakukan pengkajian untuk mengidentifikasi kebutuhan kesehatan kelompok orang dewasa di wilayah A. Hasil skrining tekanan darah, teridentifikasi sekitar 34% orang dewasa mengalami hipertensi dan sekitar 24% menyatakan banyak pikiran. Hasil survei menunjukkan bahwa sekitar 10% sering mengkonsumsi makanan asin dan 30% tidak melakukan aktivitas fisik. Hasil wawancara dengan ketua kader kesehatan, wilayah A belum memiliki Posbindu PTM.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R03.0
- Deskripsi: Hipertensi asimptomatik
2. Kode ICD-10:
- Kode: R45.8
- Deskripsi: Lain-lain gejala dan tanda emosional
Tidak terdapat kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang spesifik, karena kegiatan yang dilakukan oleh Ners Dian adalah pengkajian dan identifikasi kebutuhan kesehatan kelompok orang dewasa di wilayah A, yang merupakan kegiatan pengumpulan data dan survei, bukan tindakan medis.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R03.0 (Hipertensi asimptomatik) sesuai dengan hasil skrining yang menunjukkan bahwa sekitar 34% orang dewasa di wilayah A mengalami hipertensi, meskipun tidak disebutkan gejala atau komplikasi yang menyertainya.
2. Kode ICD-10 R45.8 (Lain-lain gejala dan tanda emosional) sesuai dengan hasil survei yang menunjukkan bahwa sekitar 24% orang dewasa di wilayah A menyatakan banyak pikiran, yang dapat dikategorikan sebagai gejala emosional.
3. Tidak ada tindakan medis yang spesifik yang dilakukan, sehingga tidak terdapat kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan. Kegiatan yang dilakukan adalah pengkajian dan identifikasi kebutuhan kesehatan masyarakat melalui skrining dan survei.