Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8278 | 09 Dec 2024
Klinis : Perempuan usia 76 tahun di rawat di ruang penyakit jantung dengan diagnosa medis gagal jantung. Hasil pengkajian: sesak dan sulit bernapas, pitting oedema, distensi vena jugularis, ektremitas dingin dan lembab, ronchi, TD 150/90 mmHg, nadi 95 x/menit, frekuensi napas 30 x/menit, dan suhu 380C. Apakah data penting selanjutnya yang perlu diidentifikasi? A. Nyeri dada B. Kelainan pernafasan C. Perubahan bentuk dada D. Distensi kandung kemih E. Bunyi jantung S3 Gallop
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan analisis komprehensif untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan dengan edema paru dan gagal jantung, ditandai dengan sesak napas, dispnea, dan frekuensi napas yang meningkat.
2. Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan gagal jantung, ditandai dengan edema perifer (pitting edema), distensi vena jugularis, dan berat badan yang meningkat.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan curah jantung dan kapasitas fungsional, ditandai dengan kelelahan, kelemahan, dan intoleransi terhadap aktivitas.
Data Penting yang Perlu Diidentifikasi:
E. Bunyi jantung S3 Gallop
Bunyi jantung S3 Gallop dapat menandakan gagal jantung kongestif dan penurunan fungsi ventrikel kiri. Ini merupakan data penting untuk mengevaluasi derajat keparahan gagal jantung.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif: Pasien menunjukkan frekuensi napas 12-20 kali/menit, tidak ada penggunaan otot bantu napas, dan saturasi oksigen dalam batas normal.
2. Keseimbangan Cairan: Pasien menunjukkan penurunan edema perifer, berat badan stabil, dan tidak ada tanda-tanda overload cairan.
3. Toleransi Aktivitas Meningkat: Pasien mampu berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan atau dispnea.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Atur posisi semi-fowler untuk memfasilitasi pernapasan
- Pantau tanda-tanda vital dan respon terhadap oksigenasi
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pemberian terapi oksigen
2. Manajemen Cairan
- Pantau intake dan output cairan
- Batasi asupan cairan sesuai rekomendasi
- Observasi tanda-tanda overload cairan
3. Manajemen Aktivitas
- Evaluasi toleransi aktivitas pasien
- Rencanakan aktivitas sesuai dengan kemampuan pasien
- Berikan edukasi tentang manajemen energi
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu perbaikan pola napas, keseimbangan cairan, dan peningkatan toleransi aktivitas. Hal ini akan membantu pasien mengelola kondisi gagal jantungnya secara efektif. -
Article No. 8279 | 09 Dec 2024
Klinis : Perempuan usia 40 tahun di rawat di ruang penyakit dalam dengan diagnosis medik demam berdarah. Hasil pengkajian: Demam selama 7 hari, nyeri kepala, ptekie, epistaksis, melena. TD 100/70 mmHg, frekuensi nadi 89 x/menit, frekuensi napas 24 x/menit, suhu 37,80C, trombosit 90.000/mm3. Apakah masalah utama pada kasus tersebut? A. Perdarahan B. Hipertermia C. Risiko syok D. Ketidakefektifan pola napas E. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan jawaban yang sesuai untuk kasus ini.
Masalah utama pada kasus ini adalah:
A. Perdarahan
Penjelasan:
Berdasarkan hasil pengkajian, pasien mengalami gejala-gejala perdarahan seperti epistaksis (pendarahan hidung) dan melena (pendarahan saluran cerna). Selain itu, pasien juga mengalami petekie (bintik-bintik merah di kulit) yang merupakan salah satu tanda perdarahan. Dengan trombosit yang rendah (90.000/mm3), hal ini menunjukkan adanya gangguan pembekuan darah yang mengakibatkan perdarahan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perdarahan terkendali
2. Tidak terjadi perdarahan lanjut
3. Tidak terjadi komplikasi akibat perdarahan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pantau tanda-tanda vital secara ketat
2. Pantau intake dan output cairan serta warna dan konsistensi urin
3. Lakukan pencegahan perdarahan, seperti penggunaan kompres dingin, tekanan pada daerah perdarahan, dan penggunaan obat antifibrinolitik
4. Kaji dan pantau perdarahan yang terjadi
5. Berikan dukungan nutrisi dan cairan yang adekuat
6. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pencegahan perdarahan dan tanda-tanda bahaya
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan luaran yang diinginkan dapat tercapai, yaitu perdarahan terkendali, tidak terjadi perdarahan lanjut, dan tidak terjadi komplikasi akibat perdarahan.
Semoga penjelasan ini dapat membantu. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan ditanyakan. -
Article No. 8280 | 09 Dec 2024
Klinis : Seorang Laki-laki usia 62 tahun di rawat karena sesak napas dan batuk berdahak. Hasil pengkajian: anoreksia, mual dan muntah, bunyi nafas ronchi, frekuensi napas 38x/menit, suhu: 38,20C, hasil swab nasofaring: Covid-19. Pasien terpasang oksigen dengan simple mask. Apa yang perlu di evaluasi berdasarkan kasus di atas…? A. Saturasi oksigen 95-100 % B. Nafsu makan meningkat C. Penurunan suhu tubuh D. Mual muntah berkurang E. Ekspansi dada menurun
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan analisis dan rekomendasi yang komprehensif berdasarkan kasus yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Ditandai dengan adanya sesak napas, batuk berdahak, dan bunyi napas ronchi.
- Disebabkan oleh infeksi virus COVID-19 yang menyebabkan peradangan pada saluran napas.
Evaluasi yang Perlu Dilakukan:
A. Saturasi Oksigen 95-100%
- Saturasi oksigen merupakan indikator penting untuk menilai efektivitas pertukaran gas.
- Nilai saturasi oksigen yang optimal (95-100%) menunjukkan bahwa oksigenasi jaringan sudah memadai.
E. Ekspansi Dada Menurun
- Ekspansi dada yang menurun dapat mengindikasikan adanya obstruksi, kekakuan paru, atau kelemahan otot pernapasan.
- Pemantauan ekspansi dada penting untuk mengevaluasi efektivitas ventilasi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
- Pasien dapat mempertahankan jalan napas yang bebas dari sekret.
- Frekuensi napas kembali normal (12-20 x/menit).
- Tanda-tanda vital stabil (suhu, nadi, respirasi).
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Lakukan pengisapan sekresi saluran napas, jika perlu.
- Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan.
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi bronkodilator dan mukolitik.
2. Manajemen Demam
- Monitor suhu tubuh secara teratur.
- Berikan terapi antipiretik, jika suhu tinggi.
- Pastikan asupan cairan yang adekuat.
3. Manajemen Nutrisi
- Pantau asupan dan output cairan.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk mengatasi anoreksia dan mual/muntah.
- Berikan nutrisi enteral atau parenteral, jika perlu.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif, mengatasi masalah nutrisi, dan mencapai kondisi klinis yang stabil. -
Article No. 8281 | 09 Dec 2024
Klinis : Seorang Laki-laki usia 62 tahun di rawat karena sesak napas dan batuk berdahak. Hasil pengkajian: anoreksia, mual dan muntah, bunyi nafas ronchi, frekuensi napas 38x/menit, suhu: 38,20C, hasil swab nasofaring: Covid-19. Pasien terpasang oksigen dengan simple mask. Apa yang perlu di evaluasi berdasarkan kasus di atas…? A. Saturasi oksigen 95-100 % B. Nafsu makan meningkat C. Penurunan suhu tubuh D. Mual muntah berkurang E. Ekspansi dada menurun
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya sebagai perawat akan memberikan penjelasan rinci berdasarkan kondisi pasien yang Anda sajikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan penumpukan sekret.
Berdasarkan kondisi pasien dengan sesak napas, batuk berdahak, dan bunyi napas ronchi, diagnosa ini sesuai untuk menggambarkan masalah pernapasan yang dialami pasien.
2. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus.
Pasien mengalami peningkatan suhu tubuh hingga 38,2°C, yang menunjukkan adanya proses infeksi, sehingga diagnosa ini tepat untuk ditegakkan.
3. Risiko Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan mual dan muntah.
Adanya gejala mual dan muntah pada pasien, meningkatkan risiko kekurangan volume cairan yang perlu diantisipasi.
Evaluasi:
A. Saturasi Oksigen 95-100%
Evaluasi yang tepat adalah E. Ekspansi dada menurun. Pasien terpasang oksigen dengan simple mask, menunjukkan adanya penurunan fungsi pernapasan. Oleh karena itu, evaluasi yang sesuai adalah memantau ekspansi dada, bukan saturasi oksigen.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
Indikator yang dapat digunakan adalah:
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- Tidak ada ronki/wheezing
- Tidak ada sianosis
2. Suhu Tubuh Terkendali
Indikator yang dapat digunakan adalah:
- Suhu tubuh dalam rentang normal
- Tidak ada tanda-tanda hipertermia
3. Volume Cairan Adekuat
Indikator yang dapat digunakan adalah:
- Intake dan output cairan seimbang
- Mukosa lembab
- Turgor kulit baik
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intervensi untuk Bersihan Jalan Napas Efektif:
- Pemantauan tanda-tanda vital
- Suction jalan napas
- Inhalasi bronkodilator/mukolitik
- Posisi semi-fowler
2. Intervensi untuk Suhu Tubuh Terkendali:
- Pemantauan tanda-tanda vital
- Pemberian antipiretik
- Kompres hangat/dingin
3. Intervensi untuk Volume Cairan Adekuat:
- Pemantauan intake dan output cairan
- Pemberian cairan intravena
- Manajemen mual dan muntah
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa, evaluasi, luaran, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kasus pasien ini. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk bertanya. -
Article No. 8282 | 09 Dec 2024
Klinis : Seorang perempuan, 17 tahun riwayat di rawat di RSJ karena suka menangis seharian dan mengurung diri. Saat dilakukan pengkajian pasien membenci semua orang, tidak ada yang bisa dimaafkan, jangan ganggu saya, Tuhan tidak sayang saya. Keluarga mengatakan hal ini terjadi semenjak pasien tidak lulus ujian nasional. Apakah masalah yang dialami?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan: Risiko Bunuh Diri
Definisi: Keadaan di mana seseorang menunjukkan tanda dan gejala yang mengindikasikan niat untuk melukai atau menghancurkan diri sendiri.
Karakteristik Definisius:
1. Pernyataan verbal tentang keinginan untuk bunuh diri
2. Perubahan perilaku yang mengarah pada bunuh diri
3. Riwayat percobaan bunuh diri sebelumnya
4. Penarikan diri dari orang lain
5. Perubahan suasana hati yang signifikan
Faktor Risiko:
1. Riwayat gangguan mental seperti depresi
2. Riwayat perilaku menyakiti diri sendiri
3. Kehilangan hubungan atau peristiwa traumatis
4. Akses yang mudah ke alat untuk bunuh diri
5. Gangguan dalam kemampuan mengatasi masalah
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien akan menunjukkan tanda-tanda menurunnya risiko bunuh diri, yang ditandai dengan:
a. Pasien dapat mengidentifikasi alasan untuk hidup
b. Pasien menunjukkan peningkatan harapan dan motivasi untuk hidup
c. Pasien dapat mengenali dan mengungkapkan perasaan negatif secara konstruktif
d. Pasien dapat menggunakan strategi koping yang adaptif untuk mengatasi masalah
2. Pasien akan menunjukkan perilaku yang mengarah pada keselamatan diri, yang ditandai dengan:
a. Pasien dapat mengidentifikasi faktor pencegah bunuh diri
b. Pasien dapat menyepakati kontrak keselamatan
c. Pasien dapat mempertahankan kontak dengan pemberi perawatan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Risiko Bunuh Diri
a. Kaji faktor risiko dan protektif bunuh diri
b. Tentukan tingkat risiko bunuh diri
c. Kolaborasi dengan profesional kesehatan mental untuk menentukan rencana perawatan
d. Berikan lingkungan yang aman dan dapat diawasi
e. Kolaborasi dengan keluarga/orang terdekat untuk memantau dan mendukung pasien
2. Terapi Suportif
a. Ciptakan hubungan saling percaya dengan pasien
b. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran
c. Bantu pasien mengidentifikasi dan mengekspresikan emosi secara konstruktif
d. Berikan dukungan emosional dan penerimaan tanpa syarat
3. Manajemen Stres
a. Bantu pasien mengidentifikasi sumber stres dan koping yang adaptif
b. Ajarkan teknik manajemen stres seperti relaksasi, meditasi, atau aktivitas rekreasi
c. Dorong pasien untuk terlibat dalam aktivitas yang menyenangkan dan bermakna
4. Edukasi Kesehatan Mental
a. Berikan informasi tentang gangguan mental, gejala, dan perawatannya
b. Edukasi pasien dan keluarga tentang risiko bunuh diri dan faktor pencegahnya
c. Dorong pasien dan keluarga untuk aktif berpartisipasi dalam perawatan
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, pasien menunjukkan tanda-tanda depresi dan risiko bunuh diri. Pasien mengalami perubahan suasana hati yang signifikan, penarikan diri, dan pernyataan verbal yang mengindikasikan niat untuk melukai diri sendiri. Faktor pemicu yang diidentifikasi adalah kegagalan dalam ujian nasional, yang dapat menjadi stressor besar bagi pasien.
Intervensi keperawatan yang diperlukan berfokus pada manajemen risiko bunuh diri, terapi suportif, manajemen stres, dan edukasi kesehatan mental. Tujuannya adalah untuk menurunkan risiko bunuh diri, meningkatkan harapan dan motivasi hidup, serta membantu pasien mengembangkan strategi koping yang adaptif. Kolaborasi dengan profesional kesehatan mental dan melibatkan keluarga dalam proses perawatan juga sangat penting. -
Article No. 8283 | 09 Dec 2024
Klinis : Seorang perempuan, 17 tahun riwayat di rawat di RSJ karena suka menangis seharian dan mengurung diri. Saat dilakukan pengkajian pasien membenci semua orang, tidak ada yang bisa dimaafkan, jangan ganggu saya, Tuhan tidak sayang saya. Keluarga mengatakan hal ini terjadi semenjak pasien tidak lulus ujian nasional. Apakah masalah yang dialami?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, masalah yang dialami oleh pasien perempuan berusia 17 tahun tersebut adalah:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Perilaku Kekerasan
Definisi: Perilaku yang dapat mengancam atau membahayakan diri sendiri dan orang lain, baik secara fisik, verbal, maupun psikologis, yang dapat terjadi secara tiba-tiba, episodik, atau terus-menerus.
Penyebab: Stres akibat kegagalan atau ketidakberhasilan, penilaian negatif terhadap diri sendiri, perasaan ditolak, dan kurangnya dukungan sosial.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Kontrol Perilaku
- Pasien dapat mengendalikan dorongan untuk berperilaku agresif atau melukai diri sendiri.
- Pasien dapat mengenali pemicu perilaku kekerasan dan menggunakan strategi yang efektif untuk mengelola emosi negatif.
- Pasien dapat menunjukkan perilaku yang konstruktif dalam menyelesaikan masalah.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Perilaku Kekerasan
- Kaji faktor-faktor pemicu perilaku kekerasan
- Bantu pasien mengidentifikasi perasaan dan penyebab perilaku kekerasan
- Ajarkan teknik relaksasi dan strategi koping untuk mengelola emosi
- Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan secara verbal atau tertulis
- Berikan lingkungan yang aman dan terapeutik
- Berikan dukungan psikososial dan spiritual
- Kolaborasi dengan tim kesehatan mental untuk terapi yang sesuai (misalnya psikofarmaka, konseling)
Penjelasan:
Pasien perempuan berusia 17 tahun ini menunjukkan perilaku yang mengindikasikan adanya risiko perilaku kekerasan. Hal ini terlihat dari gejala-gejala seperti suka menangis seharian, mengurung diri, membenci semua orang, dan merasa bahwa Tuhan tidak menyayanginya. Perilaku ini diduga dipicu oleh kegagalan dalam ujian nasional, yang dapat menyebabkan stres, penilaian negatif terhadap diri sendiri, dan perasaan ditolak.
Tujuan utama asuhan keperawatan adalah untuk membantu pasien dalam mengendalikan dorongan untuk berperilaku agresif, mengenali pemicu perilaku kekerasan, dan menggunakan strategi yang efektif untuk mengelola emosi negatif. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup manajemen perilaku kekerasan, seperti mengkaji faktor-faktor pemicu, membantu pasien mengidentifikasi perasaan dan penyebab, mengajarkan teknik relaksasi dan strategi koping, serta memberikan dukungan psikososial dan spiritual. Kolaborasi dengan tim kesehatan mental juga diperlukan untuk terapi yang sesuai, seperti psikofarmaka atau konseling.
Dengan intervensi yang tepat dan dukungan yang memadai, diharapkan pasien dapat mencapai kontrol perilaku yang lebih baik, sehingga dapat menyelesaikan masalah secara konstruktif dan mencapai pemulihan. -
Article No. 8284 | 09 Dec 2024
Klinis : Perempuan usia 60 tahun dirawat dengan keluhan batuk dan sesak napas berat. Hasil pemeriksaan fisik: palpitasi,suara napas ronchi, bibir sianosis, TD 80/60 mmHg, frekuensi nadi 95 x/menit, frekuensi napas 32 x/menit. Hasil AGD: pH: 7,5, PaO2: 89 mmHg, PaCO2: 30 mmHg, HCO3: 24 mEq/L, dan SaO2: 96%. Apakah masalah keperawatan utama pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah analisis komprehensif untuk kasus yang Anda berikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi klinis yang dijelaskan, diagnosa keperawatan utama yang sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Penurunan Curah Jantung
Ditandai dengan gejala palpitasi, tekanan darah rendah, dan frekuensi nadi cepat. Hal ini mengindikasikan adanya gangguan pada fungsi jantung untuk memompa darah secara efektif.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai beberapa luaran/output berikut:
1. Peningkatan Curah Jantung
Indikator keberhasilan:
- Tekanan darah membaik (TD 100/70 mmHg)
- Frekuensi nadi normal (60-100 x/menit)
- Perfusi jaringan adekuat (tidak ada tanda-tanda sianosis)
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, beberapa intervensi keperawatan yang dapat diberikan antara lain:
1. Manajemen Perfusi
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala
- Atur posisi pasien untuk memfasilitasi perfusi optimal
- Berikan oksigenasi sesuai indikasi untuk membantu meningkatkan oksigenasi jaringan
- Pertahankan intake cairan yang adekuat untuk mempertahankan volume darah
2. Manajemen Kardiovaskular
- Pantau irama dan frekuensi jantung
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi farmakologis yang sesuai (misal, diuretik, inotropik, dll.)
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai pentingnya istirahat dan pembatasan aktivitas
Penjelasan Rinci:
Diagnosa keperawatan "Penurunan Curah Jantung" dipilih karena kondisi klinis pasien menunjukkan adanya gangguan pada fungsi jantung untuk memompa darah secara efektif. Hal ini ditandai dengan gejala palpitasi, tekanan darah rendah, dan frekuensi nadi cepat. Luaran yang diharapkan adalah peningkatan curah jantung, yang dapat diindikasikan dengan membaikinya tanda-tanda vital, seperti tekanan darah, frekuensi nadi, serta tidak adanya tanda-tanda sianosis. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen perfusi dan manajemen kardiovaskular, seperti pemantauan tanda-tanda vital, pengaturan posisi, pemberian oksigen, serta kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi yang sesuai. -
Article No. 8285 | 09 Dec 2024
Klinis : Perempuan usia 75 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan sesak nafas dengan aktivitas fisik ringan. Hasil pemeriksaan fisik: oedema ekstremitas derajat IV, distensi vena jugularis, CVP: 17 cmH2O, ronkhi, capillary refill time > 2 detik, TD 130/90 mmHg, frekuensi nadi 80 x/menit, frekuensi napas 24 x/menit, PCO2: 38 mm/Hg, SaO2: 98%. Diagnosa medis: gagal jantung. Apakah masalah keperawatan utama kasus tersebut? A. Kelebihan volume cairan B. Gangguan pertukaran gas C. Penurunan curah jantung D. Ketidakefektifan perfusi jaringan E. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu. Berdasarkan informasi yang diberikan, masalah keperawatan utama pada kasus ini adalah:
A. Kelebihan volume cairan
Penjelasan:
Pasien berusia 75 tahun dengan diagnosis medis gagal jantung menunjukkan tanda-tanda kelebihan volume cairan, seperti edema ekstremitas derajat IV, distensi vena jugularis, dan CVP yang tinggi (17 cmH2O). Kondisi ini mengindikasikan adanya kelebihan cairan dalam tubuh pasien.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Hidrasi Cairan Terjaga
2. Tekanan Darah Terkendali
3. Pola Napas Membaik
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pantau intake dan output cairan
2. Atur pemberian cairan sesuai kebutuhan
3. Berikan diuretik sesuai indikasi
4. Monitor tanda-tanda vital secara berkala
5. Lakukan perawatan edema ekstremitas
6. Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen cairan
Dengan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mengatasi kelebihan volume cairan, sehingga kondisi klinis pasien dapat membaik dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Wassalamualaikum. -
Article No. 8286 | 09 Dec 2024
Klinis : Seorang wanita berusia 70 tahun mengalami nyeri dada berat selama 30 menit. Pada EKG dijumpai adanya ST elevasi miokardial infark pada lead V3, V4. Hasil pemeriksaan biomarker jantung menunjukkan adanya peningkatan Troponin T (cTn T) dan peningkatan CKMB. Intervensi keperawatan yang perlu dilakukan untuk mengurangi nyeri dada adalah…… A. Memberikan morfin B. Memberikan oksigen C. Mengistirahatkan pasien D. Memberikan nitrogliserin E. Mengkaji skala nyeri pasien
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, dan luaran yang diharapkan berdasarkan kasus yang diberikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, yaitu seorang wanita berusia 70 tahun mengalami nyeri dada berat selama 30 menit dengan adanya perubahan ST elevasi pada EKG dan peningkatan biomarker jantung, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Nyeri Akut (00132)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
Tanda dan Gejala: Pasien mengeluh nyeri dada berat, durasi nyeri 30 menit, adanya perubahan tanda vital (peningkatan tekanan darah, frekuensi nadi, dan pernafasan), ekspresi wajah menunjukkan kesakitan.
Intervensi Keperawatan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Untuk mengurangi nyeri dada pada pasien, intervensi keperawatan yang perlu dilakukan adalah:
1. Manajemen Nyeri (0203)
Tujuan: Pasien dapat mengontrol nyeri dada yang dirasakan.
Intervensi:
a. Mengkaji nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor yang mempengaruhi nyeri.
b. Mengobservasi tanda-tanda vital pasien.
c. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan pasien.
d. Memberikan nitrogliserin sublingal untuk membantu mengurangi nyeri.
e. Menganjurkan pasien untuk beristirahat.
f. Melakukan relaksasi dan teknik nonfarmakologis lainnya untuk mengurangi nyeri.
g. Mengevaluasi efektivitas intervensi untuk mengurangi nyeri.
Luaran/Output yang diharapkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Kontrol Nyeri (1605)
Kriteria Hasil:
a. Pasien dapat mengenali faktor penyebab nyeri.
b. Pasien dapat menggunakan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
c. Pasien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri.
d. Pasien dapat mendemonstrasikan perilaku untuk mengurangi nyeri.
e. Pasien dapat mengevaluasi keefektifan tindakan untuk mengurangi nyeri.
Semoga penjelasan ini dapat membantu anda memahami diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, dan luaran yang diharapkan untuk kasus nyeri dada pada wanita usia 70 tahun. Jika masih ada yang kurang jelas, silakan tanyakan. -
Article No. 8287 | 09 Dec 2024
Klinis : Perempuan usia 40 tahun di rawat di ruang penyakit dengan diagnosis medis demam berdarah. Hasil pengkajian: pasien gelisah, ekstremitas dingin dan pucat, turgor kulit buruk, TD 100/70 mmHg, frekuensi nadi 125 x/menit, frekuensi napas 24 x/menit. Hasil laboratorium: Hb 10 gr/dL, trombosit 200.000/mm3, hematokrit 65%. Apakah intervensi utama pada kasus tersebut? A. Memberikan terapi cairan dengan IVFD B. Anjurkan minum yang banyak C. Mengukur vital sign tiap 3 jam D. Melakukan transfusi darah E. Memberikan nutrisi TKTP
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan analisis yang rinci untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, yaitu perempuan usia 40 tahun dengan diagnosis medis demam berdarah, terdapat beberapa diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai, antara lain:
1. Hipovolemia
Ditandai dengan ekstremitas dingin dan pucat, turgor kulit buruk, tekanan darah rendah, dan frekuensi nadi tinggi. Hal ini menunjukkan adanya penurunan volume cairan tubuh akibat perdarahan atau kehilangan cairan yang berlebihan.
2. Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital
Ditandai dengan tekanan darah 100/70 mmHg, frekuensi nadi 125 x/menit, dan frekuensi napas 24 x/menit. Hal ini menunjukkan adanya ketidakstabilan tanda-tanda vital.
3. Kecemasan
Pasien gelisah, yang dapat disebabkan oleh rasa takut, cemas, atau tidak nyaman akibat kondisi penyakitnya.
Intervensi Utama:
Berdasarkan kondisi pasien, intervensi utama yang diperlukan adalah A. Memberikan terapi cairan dengan IVFD. Hal ini bertujuan untuk mengatasi hipovolemia dan menjaga stabilitas tanda-tanda vital pasien. Tindakan ini merupakan penanganan kritis yang harus segera dilakukan pada pasien demam berdarah untuk mencegah komplikasi yang lebih berat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Stabilitas Hemodinamik
Diharapkan setelah pemberian terapi cairan, kondisi hemodinamik pasien akan stabil, ditandai dengan peningkatan tekanan darah, perbaikan perfusi perifer, dan penurunan frekuensi nadi.
2. Peningkatan Volume Cairan
Diharapkan setelah pemberian terapi cairan, volume cairan tubuh pasien akan meningkat, ditandai dengan perbaikan turgor kulit dan perfusi perifer.
3. Penurunan Kecemasan
Diharapkan setelah mendapatkan penanganan yang sesuai, kecemasan pasien akan menurun, ditandai dengan pasien yang lebih tenang dan kooperatif.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Cairan dan Elektrolit
- Pantau intake dan output cairan
- Pantau tanda-tanda vital
- Pantau laboratorium (Hb, trombosit, hematokrit)
2. Manajemen Cairan
- Berikan cairan intravena (IVFD) sesuai dengan kebutuhan
- Pantau kecepatan dan volume infus
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan yang tepat
3. Manajemen Kecemasan
- Identifikasi penyebab kecemasan
- Berikan dukungan emosional
- Ajarkan teknik relaksasi
Dengan intervensi yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai stabilitas hemodinamik, peningkatan volume cairan, dan penurunan kecemasan, sehingga dapat mengatasi kondisi hipovolemia dan komplikasi demam berdarah.