Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 6543 | 20 Nov 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan bersin bersin setelah masuk ke pabrik pengolahan serbuk kayu, hidung tersumbat, muncul ruam di kulit
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi pasien yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan keluhan pasien, yaitu bersin-bersin, hidung tersumbat, dan munculnya ruam di kulit setelah masuk pabrik pengolahan serbuk kayu, maka dapat ditegakkan diagnosa keperawatan SDKI sebagai berikut:
1. Intoleransi aktivitas
Definisi: Keterbatasan dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
Faktor risiko: Paparan terhadap alergen.
2. Gangguan pola napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan mudah dan lancar.
Faktor penyebab: Obstruksi jalan napas.
3. Kerusakan integritas kulit
Definisi: Perubahan struktur dan fungsi kulit.
Faktor penyebab: Paparan agen iritasi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas
- Pasien dapat melakukan aktivitas rutin tanpa pembatasan.
- Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa kelelahan yang berlebihan.
- Pasien dapat beradaptasi terhadap paparan alergen.
2. Gangguan Pola Napas
- Pasien dapat bernapas dengan mudah dan lancar.
- Tidak terjadi obstruksi jalan napas.
- Pasien dapat mempertahankan status oksigenasi yang adekuat.
3. Kerusakan Integritas Kulit
- Tidak terjadi perubahan struktur dan fungsi kulit.
- Tidak terjadi iritasi kulit.
- Kulit kembali utuh dan sehat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas
- Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi intoleransi aktivitas.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk mengelola paparan alergen.
- Ajarkan teknik manajemen aktivitas untuk mencegah kelelahan.
- Bantu pasien menyusun program aktivitas yang sesuai dengan toleransinya.
2. Gangguan Pola Napas
- Pantau status pernapasan pasien secara berkala.
- Identifikasi penyebab obstruksi jalan napas.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan pasien.
- Ajarkan teknik relaksasi pernapasan.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan obstruksi jalan napas.
3. Kerusakan Integritas Kulit
- Identifikasi penyebab iritasi kulit.
- Berikan perawatan kulit yang sesuai untuk mengurangi iritasi.
- Ajarkan teknik perawatan kulit yang tepat.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan lesi kulit.
- Pantau perkembangan kondisi kulit pasien secara berkala.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan dan memulihkan kondisi kesehatannya. -
Article No. 6544 | 20 Nov 2024
Klinis : pasien bersin-bersin, hidung tersumbat, alergi bulu kucing
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami bersin-bersin, hidung tersumbat, dan alergi bulu kucing adalah "Intoleransi Aktivitas". Diagnosa ini terkait dengan gangguan pernafasan yang dialami pasien akibat reaksi alergi.
Intoleransi Aktivitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, disebabkan oleh keterbatasan fisik. Dalam kasus ini, pasien mengalami keterbatasan dalam beraktivitas akibat gejala alergi yang menyebabkan gangguan pernapasan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah mendapatkan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa merasa sesak napas atau terganggu oleh gejala alergi.
- Pasien mampu menyelesaikan aktivitas rutin tanpa kelelahan yang berlebihan.
2. Kontrol Gejala Meningkat
- Pasien dapat mengendalikan gejala alergi seperti bersin-bersin, hidung tersumbat, dan reaksi alergi lainnya.
- Pasien menunjukkan penurunan frekuensi dan intensitas gejala alergi.
3. Pengetahuan tentang Manajemen Alergi Meningkat
- Pasien memahami penyebab alergi dan faktor pemicu yang dialaminya.
- Pasien dapat menjelaskan strategi manajemen alergi yang tepat untuk mengatasi kondisinya.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Alergi
- Identifikasi faktor penyebab dan pemicu alergi, seperti bulu kucing.
- Ajarkan pasien teknik menghindari paparan terhadap alergen.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian pengobatan alergi yang tepat, seperti antihistamin, dekongestant, atau imunoterapi.
- Bantu pasien dalam mengelola gejala alergi, seperti pemberian kompres hangat untuk meredakan hidung tersumbat.
2. Peningkatan Toleransi Aktivitas
- Evaluasi tingkat keterbatasan aktivitas pasien akibat gejala alergi.
- Ajarkan teknik manajemen energi dan pacing dalam melakukan aktivitas.
- Berikan latihan fisik yang sesuai dengan kemampuan pasien untuk meningkatkan daya tahan.
- Identifikasi aktivitas yang dapat dilakukan pasien tanpa memperburuk gejala.
3. Edukasi Manajemen Alergi
- Berikan informasi tentang penyebab dan gejala alergi yang dialami pasien.
- Ajarkan strategi menghindari paparan alergen dan mengelola gejala alergi.
- Dorong pasien untuk aktif berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan perawatan.
- Libatkan keluarga dalam edukasi dan dukungan manajemen alergi pasien.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan dan meningkatkan kualitas hidupnya. -
Article No. 6545 | 20 Nov 2024
Klinis : tidak nyaman hidung meler
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi "tidak nyaman hidung meler" dengan tone akademis dan persona seorang perawat ahli.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi "tidak nyaman hidung meler" berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas". Kondisi ini ditandai dengan adanya sekresi di dalam hidung yang mengakibatkan rasa tidak nyaman pada pasien. Ketidakefektifan bersihan jalan napas dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti iritasi mukosa, alergi, atau infeksi.
Luaran/Output yang Diharapkan SLKI:
Berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran/output yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan untuk kondisi "tidak nyaman hidung meler" adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Kriteria hasil: Pasien dapat bernapas dengan mudah tanpa hambatan, mampu mengeluarkan sekret dengan efektif, dan tidak ada tanda-tanda pernapasan yang tidak efektif.
2. Kenyamanan Teratasi
- Kriteria hasil: Pasien melaporkan rasa nyaman pada area hidung, tidak ada lagi rasa tidak nyaman akibat hidung meler.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah:
1. Manajemen Jalan Napas
- Tujuan: Mempertahankan dan meningkatkan bersihan jalan napas.
- Kegiatan: Mengatur posisi pasien, memfasilitasi batuk efektif, memberikan inhalasi atau nebulizer, dan memantau status pernapasan.
2. Manajemen Kenyamanan
- Tujuan: Meningkatkan kenyamanan pasien.
- Kegiatan: Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan ketidaknyamanan, memberikan tindakan farmakologis (misalnya, dekongestant hidung) atau nonfarmakologis (misalnya, kompres hangat), dan mengevaluasi efektivitas tindakan.
3. Edukasi Kesehatan
- Tujuan: Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pasien dalam perawatan diri.
- Kegiatan: Memberikan informasi tentang penyebab, pencegahan, dan penanganan kondisi "tidak nyaman hidung meler", serta mengajarkan teknik-teknik yang dapat dilakukan pasien untuk mengatasi masalah.
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu bersihan jalan napas yang efektif dan kenyamanan yang teratasi. Perawat perlu melakukan evaluasi secara berkala untuk memastikan keberhasilan asuhan keperawatan yang diberikan. -
Article No. 6547 | 20 Nov 2024
Klinis : rhinitis alergi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output SLKI, dan Intervensi Keperawatan SIKI untuk kondisi rhinitis alergi. Sebagai seorang perawat profesional, saya akan menggunakan tone akademis dalam menyampaikan penjelasan ini.
Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Rhinitis Alergi:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi rhinitis alergi adalah "Pola Napas Tidak Efektif". Rhinitis alergi dapat menyebabkan pembengkakan membran mukosa, produksi lendir yang berlebihan, dan penyumbatan hidung, yang mengakibatkan gangguan pada pola napas. Diagnosa ini menggambarkan kemampuan individu untuk bernapas yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
Luaran/Output yang Diharapkan SLKI:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Pola Napas: Pasien dapat menunjukkan pola napas yang efektif, dengan frekuensi napas dalam batas normal, irama napas teratur, dan tidak ada tanda-tanda kesulitan bernapas.
2. Fungsi Pernafasan: Pasien dapat menunjukkan fungsi pernafasan yang optimal, dengan tidak adanya sumbatan hidung, produksi lendir yang terkontrol, dan kemampuan untuk bernapas melalui hidung.
3. Pengetahuan Tentang Manajemen Gejala: Pasien dapat mendemonstrasikan pengetahuan yang baik tentang cara mengelola gejala rhinitis alergi, seperti menghindari pemicu alergi, menggunakan obat-obatan sesuai resep, dan melakukan tindakan perawatan diri yang tepat.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Jalan Napas:
- Pantau pola dan fungsi pernapasan pasien secara berkala.
- Anjurkan pasien untuk bernapas melalui hidung jika memungkinkan.
- Ajarkan teknik pernapasan yang benar, seperti pernapasan diafragma.
- Berikan obat-obatan untuk mengatasi sumbatan hidung dan produksi lendir yang berlebihan, sesuai resep dokter.
2. Edukasi Manajemen Gejala:
- Identifikasi dan bantu pasien menghindari faktor pemicu alergi.
- Ajarkan pasien tentang penggunaan obat-obatan, termasuk waktu, dosis, dan cara pemberian yang tepat.
- Berikan informasi tentang tindakan perawatan diri yang dapat dilakukan untuk mengurangi gejala, seperti penggunaan kompres dingin di hidung.
- Dorong pasien untuk melakukan pemantauan gejala secara teratur dan segera melaporkan jika terjadi perubahan.
3. Dukungan dan Konseling:
- Berikan dukungan emosional dan psikologis kepada pasien dalam menghadapi kondisi rhinitis alergi.
- Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mengatasi stres atau kecemasan yang dapat memperburuk gejala.
- Kolaborasi dengan ahli gizi atau terapi komplementer jika diperlukan untuk mendukung penanganan yang komprehensif.
Melalui pendekatan yang komprehensif dan terpadu, diharapkan pasien dengan rhinitis alergi dapat mencapai hasil yang optimal dalam perawatannya. -
Article No. 6548 | 20 Nov 2024
Klinis : Do : kerusakan intelektual ringan, kerusakan aspek fungsi mental ringan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu "kerusakan intelektual ringan, kerusakan aspek fungsi mental ringan", maka Diagnosa Keperawatan yang sesuai adalah:
1. Diagnosis Keperawatan (SDKI):
Perubahan Proses Pikir
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi diagnosis keperawatan yang dikeluarkan oleh PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia).
- Perubahan Proses Pikir adalah diagnosis keperawatan yang menggambarkan perubahan dalam kemampuan berpikir secara logis, terstruktur, dan berorientasi pada realitas.
- Kondisi "kerusakan intelektual ringan, kerusakan aspek fungsi mental ringan" mengarah pada gangguan dalam proses berpikir, sehingga diagnosis Perubahan Proses Pikir sesuai dengan kondisi tersebut.
2. Hasil yang Diharapkan (SLKI):
Peningkatan Proses Pikir
Penjelasan:
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi luaran keperawatan yang dikeluarkan oleh PPNI.
- Peningkatan Proses Pikir adalah luaran keperawatan yang menggambarkan peningkatan kemampuan berpikir secara logis, terstruktur, dan berorientasi pada realitas.
- Dengan diagnosa Perubahan Proses Pikir, hasil yang diharapkan adalah Peningkatan Proses Pikir, sehingga pasien dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan fungsi mentalnya.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Terapi Realitas
- Stimulasi Kognitif
- Manajemen Lingkungan
Penjelasan:
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi intervensi keperawatan yang dikeluarkan oleh PPNI.
- Terapi Realitas bertujuan untuk membantu pasien dalam memperbaiki persepsi dan pemahaman terhadap realitas.
- Stimulasi Kognitif bertujuan untuk meningkatkan fungsi kognitif pasien, seperti memori, perhatian, dan kemampuan berpikir.
- Manajemen Lingkungan bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pemulihan dan peningkatan fungsi mental pasien.
Dengan pendekatan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur dan terarah untuk membantu pasien dengan kondisi "kerusakan intelektual ringan, kerusakan aspek fungsi mental ringan". -
Article No. 6549 | 20 Nov 2024
Klinis : Do : kerusakan intelektual ringan, kerusakan aspek fungsi mental ringan, depresi ringan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Penurunan Fungsi Kognitif
- Definisi: Gangguan fungsi intelektual dan/atau penurunan kemampuan belajar dan memecahkan masalah.
- Karakteristik Definitif: Kerusakan intelektual ringan, kerusakan aspek fungsi mental ringan.
- Faktor yang Berhubungan: Depresi ringan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Peningkatan Fungsi Kognitif
- Definisi: Tercapainya kondisi optimal dalam fungsi intelektual dan kemampuan belajar serta pemecahan masalah.
- Kriteria Hasil:
a. Klien menunjukkan peningkatan dalam kemampuan berpikir abstrak.
b. Klien menunjukkan peningkatan dalam kemampuan memecahkan masalah.
c. Klien menunjukkan peningkatan dalam kemampuan belajar dan mengingat.
d. Klien menunjukkan perbaikan dalam fungsi mental.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Terapi Orientasi Realitas
- Definisi: Tindakan untuk membantu klien mempertahankan orientasi terhadap realitas dengan meningkatkan kesadaran akan waktu, tempat, situasi, dan orang-orang di sekitarnya.
- Aktivitas:
a. Melakukan orientasi waktu, tempat, dan situasi saat pertemuan.
b. Menggunakan penanda waktu, tanggal, dan tempat yang jelas.
c. Mendiskusikan peristiwa dan informasi aktual.
d. Mendorong klien untuk menceritakan pengalaman harian.
2. Stimulasi Kognitif
- Definisi: Tindakan untuk merangsang fungsi intelektual dan kemampuan belajar klien.
- Aktivitas:
a. Melakukan latihan untuk meningkatkan fungsi kognitif (seperti permainan teka-teki, menyusun urutan, dll).
b. Mendorong klien untuk terlibat dalam aktivitas yang menantang kemampuan berpikir.
c. Memberikan umpan balik yang positif dan konstruktif pada upaya klien.
3. Terapi Aktivitas
- Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi partisipasi klien dalam aktivitas yang terstruktur guna meningkatkan fungsi fisik, psikologis, sosial, dan kognitif.
- Aktivitas:
a. Melibatkan klien dalam aktivitas yang menarik dan bermakna bagi klien.
b. Membantu klien mengidentifikasi dan memilih aktivitas yang sesuai dengan minat dan kemampuan.
c. Memantau dan mengevaluasi respons klien selama aktivitas.
Penerapan intervensi-intervensi ini secara komprehensif dan terpadu diharapkan dapat membantu meningkatkan fungsi kognitif klien serta mengatasi gejala depresi ringannya. Proses asuhan keperawatan ini perlu dilakukan secara kolaboratif dengan tim kesehatan lainnya untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 6550 | 20 Nov 2024
Klinis : tn.m masuk igd tgl 16 september mengeluhkan sakit saat bab keluar darah dan ditemukan adanya benjolan di anusnya, keluhan sudah dirasakan sejak 4 bulan yang lalu, sehari harinya pasien rajin jalan santai selama 30 menit. saat sakitnya sedang kambuh, pasien bisa sampai 10 kali ke kamar mandi untuk bab, volumenya sedikit dan encer. pasien pernah menggunakan obat pencahar saat sedang sembelit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, Tn. M, dengan gejala yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan yang mungkin sesuai dengan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Eliminasi Bowel (SDKI)
Definisi: Perubahan dalam frekuensi, konsistensi, dan/atau pengeluaran feses yang mengganggu kenyamanan dan kesejahteraan individu.
Tanda dan Gejala: Pasien mengalami sakit saat buang air besar, disertai darah dan benjolan di anus, frekuensi BAB meningkat, volume sedikit dan encer.
2. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan (SDKI)
Definisi: Ketidakmampuan dalam mengidentifikasi, mengendalikan, dan/atau mengelola masalah kesehatan yang mempengaruhi fungsi dan kesejahteraan.
Tanda dan Gejala: Pasien pernah menggunakan obat pencahar saat sembelit, namun keluhan masih berlanjut.
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Eliminasi Bowel Lancar (SLKI)
Kriteria Hasil: Frekuensi BAB normal, konsistensi feses normal, tidak ada nyeri/perdarahan saat BAB.
2. Manajemen Kesehatan Efektif (SLKI)
Kriteria Hasil: Pasien dapat mengidentifikasi masalah kesehatan, mengelola pengobatan, dan menerapkan gaya hidup yang sehat.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Eliminasi Bowel (SIKI)
Intervensi: Memantau pola BAB, mengevaluasi faktor-faktor yang memengaruhi eliminasi, mengajarkan teknik relaksasi saat BAB, menyediakan alat bantu eliminasi jika diperlukan.
2. Edukasi Manajemen Kesehatan (SIKI)
Intervensi: Mengidentifikasi masalah kesehatan, menjelaskan proses penyakit, mengajarkan perawatan diri, memfasilitasi perubahan gaya hidup yang sehat.
Dalam konteks ini, evaluasi dan penanganan medis akan sangat penting untuk menentukan penyebab dan rencana perawatan yang komprehensif. Peran perawat adalah memberikan asuhan keperawatan yang holistik, termasuk pemantauan, edukasi, dan dukungan kepada pasien. -
Article No. 6551 | 20 Nov 2024
Klinis : Seorang perempuan (50 tahun) dirawat di ruang penyakit dalam RS X dengan keluhan batuk berdarah. Hasil pengkajian didapatkan data, pasien mengatakan mengalami batuk berdahak sejak 2 bulan yang lalu, dan sejak 2 hari yang lalu batuk disertai dengan darah, pasien mengatakan merasa sesak napas dan demam, badan terasa lemas, nafsu makan menurun dan terjadi penurunan berat badan dari 50 kg menjadi 43 kg. TD 110/90 mmHg, frekuensi nadi 100x/m, frekuensi napas; 28x/m, suhu: 38.8°C. Hasil pemeriksaan BTA (+), klien didiagnosis mengalami suspek TB Paru. Keluarga mengatakan tidak tahu apa itu penyakit TB, penyebabnya, tanda dan gejala, penatalaksanaan dan komplikasi penyakit TB Paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum dan sesak napas, ditandai dengan pasien mengatakan merasa lemas dan sesak napas.
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan produksi sekret yang berlebihan, ditandai dengan batuk berdahak dan batuk berdarah.
3. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan penurunan asupan, ditandai dengan penurunan berat badan yang signifikan.
4. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit TB Paru, ditandai dengan keluarga yang tidak mengetahui penyebab, tanda-gejala, penatalaksanaan, dan komplikasi penyakit TB Paru.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas: Pasien akan meningkatkan toleransi terhadap aktivitas tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas: Pasien akan mempertahankan jalan napas yang efektif dengan batuk efektif dan mampu mengeluarkan sekret.
3. Kekurangan Volume Cairan: Pasien akan mempertahankan status hidrasi yang adekuat dengan asupan cairan yang sesuai.
4. Defisit Pengetahuan: Pasien dan keluarga akan menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang penyakit TB Paru, meliputi penyebab, tanda-gejala, penatalaksanaan, dan komplikasi.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Kaji tingkat aktivitas pasien dan toleransi terhadap aktivitas.
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya.
- Ajarkan teknik-teknik untuk menghemat energi saat beraktivitas.
- Dorong pasien untuk beristirahat secukupnya.
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas:
- Kaji pola napas, karakteristik batuk, dan kemampuan mengeluarkan sekret.
- Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan.
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan napas dalam.
- Lakukan suction jika diperlukan untuk membantu mengeluarkan sekret.
3. Kekurangan Volume Cairan:
- Kaji status hidrasi pasien, intake dan output cairan.
- Berikan asupan cairan yang adekuat sesuai kebutuhan.
- Pantau tanda-tanda dehidrasi dan ketidakseimbangan cairan.
- Kolaborasi dengan tim gizi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
4. Defisit Pengetahuan:
- Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit TB Paru.
- Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakit TB Paru, meliputi penyebab, tanda-gejala, penatalaksanaan, dan komplikasi.
- Fasilitasi diskusi dan tanya jawab untuk memastikan pemahaman pasien dan keluarga.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi, dll.) untuk memberikan informasi yang komprehensif.
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas telah diberikan dengan tone akademis dan persona pakar/nurse. -
Article No. 6552 | 20 Nov 2024
Klinis : Seorang ibu melahirkan spontan pervaginam 2 hari yang lalu. P1A0. Mengatakan kepada perawat, belum tahu bagaimana cara melakukan perawatan pada bayi baru lahir. Dari hasil pengkajian didapatkan ASI keluar dengan lancar, bayi tampak menyusu dengan sebagian areola tampak masuk kedalam mulut bayi. Frekuensi miksi bayi >8x/hari, tali pusat dibiarkan terbuka, kondisi tidak ada kemerahan, tidak berbau, tidak ada Cairan yang keluar, tali pusat tampak basah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu. Berdasarkan informasi yang Ibu sampaikan, saya dapat memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Ibu deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Defisit Pengetahuan Terkait Perawatan Bayi Baru Lahir
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Definisi: Kurangnya informasi atau kemampuan tentang perawatan bayi baru lahir yang diperlukan untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan.
Karakteristik Definisi: Pernyataan ibu/keluarga tentang kurangnya pengetahuan tentang perawatan bayi baru lahir.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan:
1. Ibu/keluarga mampu mendemonstrasikan perawatan tali pusat bayi.
2. Ibu/keluarga mampu mendemonstrasikan pemberian ASI yang benar.
3. Ibu/keluarga mampu mengenali tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan:
1. Berikan edukasi tentang perawatan tali pusat bayi.
2. Berikan edukasi tentang teknik menyusui yang benar.
3. Berikan edukasi tentang tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir.
4. Libatkan ibu/keluarga dalam perawatan bayi.
5. Berikan kesempatan ibu/keluarga untuk mempraktikkan perawatan bayi.
6. Berikan reinforcement positif saat ibu/keluarga melakukan perawatan bayi dengan benar.
Semoga informasi ini bermanfaat bagi Ibu. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, saya siap membantu. Wassalamualaikum. -
Article No. 6553 | 20 Nov 2024
Klinis : tn.m masuk igd tgl 16 september mengeluhkan sakit saat bab keluar darah dan ditemukan adanya benjolan di anusnya, keluhan sudah dirasakan sejak 4 bulan yang lalu, sehari harinya pasien rajin jalan santai selama 30 menit. saat sakitnya sedang kambuh, pasien bisa sampai 10 kali ke kamar mandi untuk bab, volumenya sedikit dan encer. pasien pernah menggunakan obat pencahar saat sedang sembelit
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan memperhatikan gejala dan kondisi yang Anda sampaikan, diagnosis yang sesuai adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K62.5
- Deskripsi: Perdarahan anorektal
Penjelasan:
Pasien Tn. M masuk ke IGD dengan keluhan utama perdarahan saat buang air besar dan adanya benjolan di anus. Gejala perdarahan anorektal ini telah dirasakan sejak 4 bulan yang lalu. Selain itu, pasien juga mengalami perubahan pola defekasi, dengan frekuensi yang meningkat hingga 10 kali sehari saat kambuh, dengan volume sedikit dan konsistensi encer. Riwayat penggunaan obat pencahar saat sembelit juga mendukung diagnosis ini.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 49.43
- Deskripsi: Prosedur diagnostik untuk mengevaluasi perdarahan rektum, seperti anoskopi atau sigmoidoskopi fleksibel.
Penjelasan:
Untuk menegakkan diagnosis dan menentukan tatalaksana yang tepat, diperlukan pemeriksaan lebih lanjut, seperti prosedur diagnostik anoskopi atau sigmoidoskopi fleksibel. Hal ini akan membantu mengidentifikasi penyebab perdarahan dan benjolan yang dikeluhkan pasien.