Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8425 | 10 Dec 2024
Klinis : pinggang sakit
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai seorang dokter atau perekam medik, saya akan memberikan kode-kode diagnosis dan tindakan medis yang sesuai untuk kondisi pinggang sakit berdasarkan sistem klasifikasi ICD-10 dan ICD-9-CM.
1. Kode ICD-10:
- Kode: M54.5
- Deskripsi: Sakit punggung bawah (low back pain)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 72.29
- Deskripsi: Prosedur terapeutik lainnya pada tulang belakang dan tulang keras, termasuk manipulasi punggung bawah
Penjelasan:
- Kode ICD-10 M54.5 (sakit punggung bawah) mencakup kondisi nyeri atau rasa tidak nyaman di area punggung bawah, termasuk sakit pinggang.
- Kode ICD-9-CM 72.29 (prosedur terapeutik lainnya pada tulang belakang dan tulang keras) dapat mencakup berbagai tindakan medis yang dilakukan untuk mengatasi nyeri punggung bawah, seperti manipulasi tulang belakang, terapi fisik, atau tindakan pembedahan jika diperlukan.
Penggunaan kode-kode ini penting untuk dokumentasi medis yang akurat dan memudahkan proses kodifikasi, tagihan, dan analisis epidemiologis terkait kondisi pinggang sakit. -
Article No. 8426 | 10 Dec 2024
Klinis : sesak nafas, batuk-batuk, nyeri dada pada saat batuk, nafsu makan menurun
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda deskripsikan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R05
- Deskripsi: Batuk
- Kode: R06.0
- Deskripsi: Dispnea (sesak nafas)
- Kode: R07.1
- Deskripsi: Nyeri dada saat bernafas
- Kode: R63.0
- Deskripsi: Anoreksia (penurunan nafsu makan)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.08
- Deskripsi: Observasi dan evaluasi medis lainnya
Penjelasan detail:
1. Kode ICD-10:
- R05 (Batuk): Kode ini digunakan untuk mendiagnosis kondisi batuk yang dialami pasien.
- R06.0 (Dispnea): Kode ini digunakan untuk mendiagnosis kondisi sesak nafas yang dialami pasien.
- R07.1 (Nyeri dada saat bernafas): Kode ini digunakan untuk mendiagnosis kondisi nyeri dada yang timbul saat pasien batuk.
- R63.0 (Anoreksia): Kode ini digunakan untuk mendiagnosis kondisi penurunan nafsu makan yang dialami pasien.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- 93.08 (Observasi dan evaluasi medis lainnya): Kode ini dapat digunakan untuk mencatat tindakan observasi dan evaluasi medis lainnya yang dilakukan untuk menangani kondisi pasien.
Dalam praktik klinis, kode-kode ini akan digunakan oleh dokter atau perekam medis untuk mencatat diagnosis dan tindakan medis yang sesuai dengan kondisi pasien. Pengkodean ini penting untuk dokumentasi medis, penagihan asuransi, dan penelitian epidemiologi. -
Article No. 8427 | 10 Dec 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan diagnosis awal tuberkulosis paru pada pasien pria usia 45 tahun tersebut, dapat diidentifikasi beberapa diagnosa keperawatan berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan atau mempertahankan jalan napas terbuka.
- Penyebab: Peningkatan produksi sekret, kelemahan otot pernapasan.
b. Intoleransi aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- Penyebab: Keterbatasan fisiologis, kelemahan umum.
c. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Penyebab: Anoreksia, penurunan selera makan.
2. Luaran Keperawatan (SLKI):
a. Bersihan jalan napas efektif
b. Toleransi aktivitas meningkat
c. Status nutrisi membaik
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
a. Manajemen jalan napas
- Tujuan: Mempertahankan jalan napas terbuka dan bersih.
- Tindakan: Suction, nebulizer, postural drainage.
b. Manajemen aktivitas
- Tujuan: Meningkatkan toleransi aktivitas.
- Tindakan: Istirahat yang cukup, aktivitas bertahap.
c. Manajemen nutrisi
- Tujuan: Memenuhi kebutuhan nutrisi.
- Tindakan: Edukasi diet, pemberian suplemen, konsultasi ahli gizi.
Dengan pendekatan holistik dan kolaboratif, perawat dapat membantu pasien untuk mengatasi masalah kesehatannya dan mencapai hasil yang optimal sesuai dengan standar praktik keperawatan yang berlaku di Indonesia. -
Article No. 8428 | 10 Dec 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan jawaban yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- Karakteristik Definisi: Batuk tidak efektif, suara napas bronkial, dan adanya lesi di paru.
b. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Karakteristik Definisi: Kehilangan nafsu makan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Definisi: Kemampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- Indikator:
- Frekuensi pernapasan dalam rentang normal
- Tidak ada pernafasan cuping hidung
- Tidak ada retraksi dinding dada
- Tidak ada suara napas bronkial
b. Status Nutrisi Membaik
- Definisi: Keadaan gizi yang memenuhi kebutuhan tubuh.
- Indikator:
- Berat badan dalam rentang normal
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
- Intake nutrisi adekuat
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Monitor status pernapasan (frekuensi, irama, kedalaman, dan penggunaan otot bantu napas)
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Lakukan suction jika diperlukan
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Berikan bronkodilator dan mukolitik sesuai resep
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan penyakit dasar (tuberkulosis)
b. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Kaji status nutrisi (berat badan, indeks massa tubuh, intake nutrisi)
- Berikan makanan bergizi sesuai kebutuhan
- Anjurkan makan sedikit tapi sering
- Berikan suplemen nutrisi jika diperlukan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk perencanaan diet yang tepat
- Pantau progress berat badan dan intake nutrisi
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif dan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh. Pasien mengalami gejala batuk berdahak, sesak napas, dan suara napas bronkial, yang menunjukkan adanya obstruksi pada jalan napas. Selain itu, pasien juga mengalami kehilangan nafsu makan, yang dapat menyebabkan malnutrisi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan adalah Bersihan Jalan Napas Efektif dan Status Nutrisi Membaik. Untuk Bersihan Jalan Napas Efektif, indikatornya adalah frekuensi pernapasan dalam rentang normal, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada retraksi dinding dada, dan tidak ada suara napas bronkial. Untuk Status Nutrisi Membaik, indikatornya adalah berat badan dalam rentang normal, tidak ada tanda-tanda malnutrisi, dan intake nutrisi yang adekuat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran adalah:
1. Untuk Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Monitor status pernapasan
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Lakukan suction jika diperlukan
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Berikan bronkodilator dan mukolitik sesuai resep
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan penyakit dasar (tuberkulosis)
2. Untuk Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Kaji status nutrisi
- Berikan makanan bergizi sesuai kebutuhan
- Anjurkan makan sedikit tapi sering
- Berikan suplemen nutrisi jika diperlukan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk perencanaan diet yang tepat
- Pantau progress berat badan dan intake nutrisi
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diinginkan, yaitu Bersihan Jalan Napas Efektif dan Status Nutrisi Membaik, sehingga dapat membantu dalam proses pemulihan dari penyakit tuberkulosis paru. -
Article No. 8429 | 10 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan bintik- bintik bernanah di badan kiri dan kanan sejak 3 hari
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan keluhan pasien yang datang dengan bintik-bintik bernanah di badan kiri dan kanan sejak 3 hari, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Risiko Infeksi
Definisi: Berisiko mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
Faktor Risiko: Kerusakan integritas kulit, paparan terhadap lingkungan, prosedur invasif.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Infeksi
- Ciri-ciri: Tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada peningkatan suhu tubuh, dan luka dalam proses penyembuhan.
- Kriteria Hasil:
a. Tanda-tanda infeksi tidak muncul.
b. Suhu tubuh dalam rentang normal.
c. Luka menunjukkan perbaikan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Perawatan Luka
- Tujuan: Mempertahankan integritas kulit dan mencegah komplikasi infeksi.
- Aktivitas:
a. Lakukan pengkajian luka secara komprehensif (lokasi, ukuran, warna, eksudat, dll.).
b. Bersihkan luka dengan larutan saline steril atau antiseptik sesuai indikasi.
c. Aplikasikan balutan luka yang sesuai untuk mempertahankan kelembaban dan mencegah infeksi.
d. Monitor tanda-tanda infeksi (peningkatan suhu, nyeri, kemerahan, pembengkakan, dll.).
e. Edukasikan pasien dan keluarga tentang perawatan luka yang tepat.
2. Manajemen Infeksi
- Tujuan: Mencegah dan mengendalikan infeksi.
- Aktivitas:
a. Identifikasi faktor risiko infeksi pada pasien.
b. Lakukan tindakan pencegahan infeksi, seperti cuci tangan dan penggunaan alat pelindung diri yang sesuai.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, farmasis, dll.) untuk pemberian terapi antibiotik atau antiviral yang sesuai.
d. Monitor tanda-tanda vital dan tanda-tanda infeksi secara teratur.
e. Edukasikan pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi dan tanda-tanda infeksi yang harus dilaporkan.
Penjelasan Rinci dan Terperinci:
Diagnosis keperawatan "Risiko Infeksi" dipilih karena pasien datang dengan keluhan bintik-bintik bernanah di badan, yang mengindikasikan adanya gangguan integritas kulit yang dapat menjadi pintu masuk bagi organisme patogen. Risiko infeksi perlu segera diatasi untuk mencegah komplikasi yang lebih serius.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah "Kontrol Infeksi", yang ditandai dengan tidak adanya tanda-tanda infeksi, suhu tubuh dalam rentang normal, dan luka menunjukkan perbaikan. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi keperawatan yang dilakukan efektif dalam mengatasi risiko infeksi pada pasien.
Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup perawatan luka dan manajemen infeksi. Perawatan luka bertujuan untuk mempertahankan integritas kulit dan mencegah komplikasi infeksi, sementara manajemen infeksi bertujuan untuk mencegah dan mengendalikan infeksi secara keseluruhan. Aktivitas-aktivitas dalam intervensi ini mencakup pengkajian luka, pembersihan dan perawatan luka, monitor tanda-tanda infeksi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, serta edukasi pasien dan keluarga.
Dengan pendekatan yang komprehensif ini, diharapkan risiko infeksi pada pasien dapat dikendalikan, sehingga luka dapat sembuh dengan baik dan tidak terjadi komplikasi yang lebih serius. -
Article No. 8430 | 10 Dec 2024
Klinis : Meningoensephalitis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Meningoensephalitis.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Penurunan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
Penjelasan:
Kondisi meningoensephalitis dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial, yang dapat mengakibatkan penurunan perfusi darah ke otak dan jaringan serebral. Hal ini dapat menimbulkan risiko terjadinya penurunan aliran darah ke otak dan kerusakan jaringan.
SLKI:
1. Perfusi Jaringan Serebral Membaik
2. Tekanan Intrakranial Terkendali
SIKI:
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
2. Pemantauan Tanda-Tanda Peningkatan Tekanan Intrakranial
3. Manajemen Tekanan Intrakranial
Sebagai perawat, saya akan fokus pada pemantauan tanda-tanda vital, pemantauan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial, dan manajemen tekanan intrakranial untuk mencegah penurunan perfusi jaringan serebral dan mempertahankan fungsi otak yang optimal. -
Article No. 8431 | 10 Dec 2024
Klinis : S: pasien mengatakan badan meriang
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan rekomendasi diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang mengeluhkan badan meriang.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang mengeluhkan badan meriang adalah "Hipertermia" (SDKI, 2017). Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas nilai normal, biasanya disertai dengan peningkatan denyut nadi, pernapasan, dan keringat. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, dehidrasi, atau reaksi terhadap obat-obatan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Suhu tubuh kembali normal (36,5-37,5°C) (SLKI, 2019).
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal, seperti denyut nadi 60-100 kali per menit, frekuensi napas 12-20 kali per menit (SLKI, 2019).
3. Pasien tidak merasa kedinginan atau menggigil (SLKI, 2019).
4. Pasien mampu mengidentifikasi faktor penyebab hipertermia (SLKI, 2019).
5. Pasien berpartisipasi aktif dalam upaya penurunan suhu tubuh (SLKI, 2019).
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara rutin, terutama suhu tubuh (SIKI, 2018).
2. Manajemen demam, seperti pemberian kompres dingin, obat penurun demam, dan menjaga intake cairan yang cukup (SIKI, 2018).
3. Identifikasi dan pengelolaan penyebab hipertermia, misalnya infeksi, dehidrasi, atau reaksi obat (SIKI, 2018).
4. Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan dan penanganan hipertermia (SIKI, 2018).
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti dokter, untuk penatalaksanaan medis yang tepat (SIKI, 2018).
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, perawat harus memperhatikan prinsip-prinsip keperawatan, seperti berpusat pada pasien, mempertahankan keamanan, dan menjaga komunikasi yang efektif dengan pasien dan keluarga. Perawat juga harus mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi kondisi pasien, seperti usia, riwayat medis, dan status nutrisi. -
Article No. 8432 | 10 Dec 2024
Klinis : Sebuah keluarga besar terdiri dari suami, istri, 3 orang anak, dan nenek. Nenek menderita stroke selama 2 tahun, sehingga keluarga harus membantu pemenuhan kebutuhan sehari-hari nenek. Keluarga mengeluh bingung, khawatir tidak mempu merawat nenek dan takut kalau nenek kembali dirawat di rumah sakit karena terkendala biaya perawatan, serta keluarga mengeluh tidak bisa pergi kemana-mana karena harus menjaga nenek di rumah. Diagnosis keperawatan yang utama pada kasus tersebut? Select one: a. Penurunan koping keluarga b. Perilaku cenderung berisiko c. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga d. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan e. Ketegangan peran pemberi perawatan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan utama yang sesuai adalah:
e. Ketegangan peran pemberi perawatan
Penjelasan:
Ketegangan peran pemberi perawatan adalah suatu diagnosa keperawatan yang didefinisikan sebagai kesulitan dalam melaksanakan peran perawatan yang biasanya disebabkan oleh perubahan kondisi kesehatan anggota keluarga yang membutuhkan perawatan, beban berlebih, kurangnya dukungan, dan perubahan dalam hubungan keluarga.
Dalam kasus ini, keluarga harus membantu pemenuhan kebutuhan sehari-hari nenek yang menderita stroke. Keluarga mengeluh bingung, khawatir tidak mampu merawat nenek, takut jika nenek harus kembali dirawat di rumah sakit karena terkendala biaya perawatan, serta tidak dapat pergi kemana-mana karena harus menjaga nenek di rumah. Hal ini menunjukkan adanya ketegangan yang dialami keluarga dalam menjalankan peran sebagai pemberi perawatan.
Diagnosa ini sesuai dengan standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 8433 | 10 Dec 2024
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yang menunjukkan gejala-gejala khas campak pada seorang anak perempuan berusia 5 tahun, maka dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: B05.9
- Deskripsi: Campak, tanpa komplikasi
Pada kasus ini, kode B05.9 dalam ICD-10 tepat digunakan untuk mendiagnosis penyakit campak tanpa adanya komplikasi yang terjadi pada pasien anak perempuan berusia 5 tahun tersebut. Campak merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus Measles (Morbillivirus) dengan gejala utama berupa demam tinggi, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode prosedur ICD-9-CM yang secara spesifik diperlukan dalam kasus ini.
Pada kasus ini, tidak ada tindakan medis khusus yang memerlukan kode ICD-9-CM. Penatalaksanaan utama pada pasien anak dengan dugaan campak umumnya bersifat suportif, yaitu memberikan perawatan simptomatik untuk meredakan gejala-gejala yang muncul, serta memantau perkembangan kondisi pasien secara ketat. -
Article No. 8434 | 10 Dec 2024
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya akan memberikan rincian yang diperlukan untuk menangani kondisi pasien anak perempuan usia 5 tahun yang menunjukkan gejala-gejala campak.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus campak, ditandai dengan demam tinggi selama 3 hari.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ditandai dengan pasien tampak lemah.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem kekebalan tubuh, ditandai dengan gejala-gejala klinis campak (ruam merah, bintik Koplik, dan konjungtivitis).
4. Gangguan pola nafas berhubungan dengan peradangan saluran pernapasan, ditandai dengan batuk kering.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Hipertermia teratasi, ditandai dengan suhu tubuh kembali normal.
2. Toleransi aktivitas meningkat, ditandai dengan pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik.
3. Tidak terjadi komplikasi infeksi, ditandai dengan tidak adanya tanda-tanda infeksi baru.
4. Pola napas kembali normal, ditandai dengan pasien dapat bernapas dengan mudah tanpa batuk kering.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Hipertermia:
- Monitor suhu tubuh pasien secara teratur.
- Berikan obat penurun demam sesuai instruksi dokter.
- Lakukan tindakan pendinginan tubuh (kompres hangat, kipas angin).
- Anjurkan pasien banyak minum air putih.
2. Manajemen Aktivitas dan Latihan:
- Kaji tingkat aktivitas dan toleransi pasien.
- Rencanakan aktivitas sesuai dengan kemampuan pasien.
- Ajarkan teknik istirahat dan konservasi energi.
- Dorong pasien untuk melakukan aktivitas ringan secara bertahap.
3. Manajemen Risiko Infeksi:
- Lakukan isolasi untuk mencegah penularan.
- Lakukan perawatan kulit dan mukosa yang baik.
- Berikan obat antivirus sesuai instruksi dokter.
- Pantau tanda-tanda infeksi dan komplikasi.
4. Manajemen Pola Napas:
- Monitor pola napas dan bunyi pernafasan.
- Berikan pengobatan untuk meredakan gejala batuk.
- Ajarkan teknik batuk efektif dan cara bernafas dalam.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penatalaksanaan respiratory support.
Dengan penerapan diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat pulih dengan baik dari kondisi campak dan tidak mengalami komplikasi yang serius.