Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8643 | 11 Dec 2024
Klinis : Seorang anak usia 3 tahun pasca operasi satu jam yang lalu. Sekarang dalam pemantauan perawat anak di ruang pemulihan. Hasil pemeriksaan: kesadaran apatis, nadi 90 x/m, pernapasan 50 x/m, suhu tubuh 37,5 oC, terpasang cairan infus 15 tt/m mikro, terapi oksigen 4 L. Apakah tindakan yang paling tepat perawat lakukan untuk mempertahankan jalan nafas pasien? a. Mempertahankan posisi kepala normal dan lebih miring b. Mempertahankan sirkulasi darah c. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit d. Mengkaji tanda mual dan muntah e. Mengatur posisi semi fowler
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan.
Faktor Berhubungan: Efek pembedahan, Nyeri.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
Kriteria Hasil:
- Jalan napas paten
- Tidak ada suara napas tambahan
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- Kedalaman napas dalam rentang normal
- Tidak ada retraksi dinding dada
- Saturasi oksigen dalam batas normal
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Mempertahankan Jalan Napas
- Posisikan kepala pasien lebih miring untuk mempertahankan jalan napas yang efektif.
- Pertahankan posisi semi-fowler untuk memfasilitasi ekspansi paru.
- Lakukan suction jika diperlukan untuk membersihkan saluran napas.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal.
2. Manajemen Nyeri
- Berikan analgetik sesuai instruksi medis untuk mengurangi nyeri.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam pengelolaan nyeri.
3. Monitor Tanda Vital
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala (nadi, pernapasan, suhu, tekanan darah) untuk mendeteksi perubahan kondisi.
- Dokumentasikan temuan dan laporkan hasil pemantauan kepada tenaga kesehatan lain.
4. Manajemen Cairan
- Pertahankan intake dan output cairan yang adekuat sesuai kebutuhan.
- Monitor tanda-tanda ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam pengelolaan cairan dan elektrolit.
Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, tindakan yang paling tepat untuk mempertahankan jalan napas pasien adalah mempertahankan posisi kepala normal dan lebih miring (pilihan a). Hal ini penting untuk menjaga jalan napas tetap terbuka dan mencegah obstruksi. Selain itu, intervensi lainnya seperti manajemen nyeri, pemantauan tanda vital, dan manajemen cairan juga perlu dilakukan untuk mendukung proses pemulihan pasien. -
Article No. 8644 | 11 Dec 2024
Klinis : Seorang anak berusia 8 tahun dirawat dengan keluhan mengalami bengkak pada kelopak mata dan kaki sejak 1 bulan yang lalu serta mudah lelah. Hasil pengkajian: kesadaran compos mentis, Nadi 80 x/menit, RR 30 x/menit, suhu 37,2 oC. Edema pada palpebra, wajah, dan ekstremitas bawah, Apakah intervensi keperawatan mandiri yang utama dilakukan pada anak tersebut a. Berikan terapi diuretik furosemid oral b. Ubah posisi per 2 jam dan tinggikan area edema c. Pembatasan intake cairan sesuai program d. Beri kompres hangat pada area bengkak e. Lindungi anak dari kontak dengan individu terinfeksi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, diagnosis keperawatan yang sesuai dengan SDKI adalah:
Diagnosa Keperawatan SDKI: Edema Perifer
Definisi: Akumulasi cairan berlebih di jaringan interstisial yang menyebabkan pembengkakan anggota tubuh.
Intervensi Keperawatan Mandiri yang Utama:
b. Ubah posisi per 2 jam dan tinggikan area edema
Rasional: Mengubah posisi tubuh dan mengelevasi ekstremitas dapat membantu drainase cairan dan mengurangi edema.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Luaran Keperawatan: Keseimbangan Cairan
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh yang adekuat.
Kriteria Hasil:
1. Tanda-tanda vital dalam batas normal
2. Tidak ada edema
3. Berat badan stabil
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Cairan
a. Pantau tanda-tanda vital
b. Timbang berat badan harian
c. Batasi asupan cairan sesuai kebutuhan
d. Elevasi ekstremitas untuk memfasilitasi drainase cairan
2. Manajemen Edema
a. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pengobatan diuretik
b. Aplikasikan kompres hangat pada area edema
c. Ajarkan pasien dan keluarga teknik elevasi ekstremitas
Penjelasan Rinci:
Kondisi yang ditunjukkan pada kasus ini, yaitu edema pada palpebra, wajah, dan ekstremitas bawah serta keluhan mudah lelah, mengarah pada diagnosis keperawatan Edema Perifer. Intervensi utama yang harus dilakukan adalah mengubah posisi pasien dan mengelevasi area edema untuk memfasilitasi drainase cairan, serta melakukan pembatasan intake cairan sesuai program.
Luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan adalah pasien dapat mencapai Keseimbangan Cairan, dengan tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada edema, dan berat badan stabil. Untuk mencapai luaran tersebut, diperlukan intervensi keperawatan seperti manajemen cairan (pantau tanda-tanda vital, timbang berat badan, batasi asupan cairan) dan manajemen edema (kolaborasi pengobatan diuretik, kompres hangat, elevasi ekstremitas). -
Article No. 8645 | 11 Dec 2024
Klinis : Pada anak dengan TOF darah yang dipompakan jantung ke sirkulasi sitemik merupakan darah yang bercampur dengan darah miskin oksigen. Hal ini terjadi karena: a. Adanya Defek septum ventrikel dan dekstroposisi aorta di sekat b. Adanya defek septum atrium dan dekstroposisi aorta di sekat c. Stenosis pulmunal dan obstruksi aliran darah ke paru d. Hipertropi ventrikel kanan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosis Keperawatan yang paling tepat untuk kondisi yang Anda gambarkan adalah "Pola Napas Tidak Efektif" (SDKI). Hal ini dikarenakan pada anak dengan Tetrologi Fallot (TOF), darah yang dipompakan jantung ke sirkulasi sistemik merupakan darah yang bercampur dengan darah miskin oksigen. Kondisi ini terjadi karena adanya stenosis pulmunal dan obstruksi aliran darah ke paru (opsi c), yang menyebabkan ketidakefektifan ventilasi dan pertukaran gas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perbaikan Pola Napas: Setelah diberikan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif, dengan parameter seperti frekuensi napas dalam rentang normal, irama napas teratur, serta penggunaan otot bantu napas yang minimal.
2. Peningkatan Pertukaran Gas: Luaran yang diharapkan adalah adanya peningkatan oksigenasi, yang ditandai dengan nilai saturasi oksigen (SpO2) dalam rentang normal dan tidak ada sianosis.
3. Penurunan Risiko Komplikasi: Dengan manajemen pola napas yang efektif, diharapkan dapat menurunkan risiko komplikasi seperti hipoksemia, asidosis, dan gangguan kardiovaskular.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Pemberian oksigen sesuai kebutuhan
- Pengisapan lendir/sekret jika perlu
- Posisioning untuk memfasilitasi ventilasi
2. Manajemen Ventilasi
- Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala
- Pemberian terapi pernapasan (misal: nebulizer, incentive spirometer)
- Edukasi pasien dan keluarga terkait teknik bernapas efektif
3. Manajemen Kardiovaskular
- Pemantauan tanda-tanda vital terkait fungsi kardiovaskular
- Pemberian terapi medikamentosa sesuai indikasi
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, fisioterapi, dll.)
Implementasi intervensi-intervensi tersebut diharapkan dapat membantu mencapai luaran yang diinginkan, yaitu perbaikan pola napas, peningkatan pertukaran gas, dan penurunan risiko komplikasi pada pasien anak dengan Tetrologi Fallot (TOF).
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. Wassalamualaikum. -
Article No. 8646 | 11 Dec 2024
Klinis : Pada anak dengan TOF darah yang dipompakan jantung ke sirkulasi sitemik merupakan darah yang bercampur dengan darah miskin oksigen. Hal ini terjadi karena: a. Adanya Defek septum ventrikel dan dekstroposisi aorta di sekat b. Adanya defek septum atrium dan dekstroposisi aorta di sekat c. Stenosis pulmunal dan obstruksi aliran darah ke paru d. Hipertropi ventrikel kanan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan analisis yang rinci dan terperinci terkait kondisi anak dengan Tetralogi Fallot (TOF) yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah "Intoleransi Aktivitas" yang disebabkan oleh Ketidakseimbangan antara Suplai dan Kebutuhan Oksigen.
Penjelasan:
Pada anak dengan TOF, darah yang dipompakan jantung ke sirkulasi sistemik merupakan darah yang bercampur dengan darah miskin oksigen. Hal ini terjadi karena adanya stenosis pulmonal dan obstruksi aliran darah ke paru, serta hipertrofi ventrikel kanan. Kondisi ini menyebabkan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, yang dapat menimbulkan intoleransi aktivitas pada anak.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Toleransi Aktivitas Meningkat
2. Perfusi Jaringan Membaik
3. Coping Anak dan Keluarga Efektif
Penjelasan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan anak dapat meningkatkan toleransi aktivitasnya, dengan perfusi jaringan yang membaik. Selain itu, diharapkan anak dan keluarga dapat mengembangkan coping yang efektif dalam menghadapi kondisi TOF.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Aktivitas
2. Manajemen Oksigenasi
3. Dukungan Emosional
4. Edukasi Kesehatan
5. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain
Penjelasan:
Manajemen aktivitas diperlukan untuk membantu anak menyesuaikan diri dengan tingkat aktivitas yang tepat. Manajemen oksigenasi bertujuan untuk memastikan kebutuhan oksigen anak terpenuhi. Dukungan emosional diberikan untuk membantu anak dan keluarga menghadapi kondisi TOF. Edukasi kesehatan diperlukan untuk meningkatkan pemahaman anak dan keluarga tentang TOF dan perawatannya. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter spesialis, diperlukan untuk memberikan perawatan komprehensif bagi anak.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan dapat membantu anak dengan TOF mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 8647 | 11 Dec 2024
Klinis : Seorang anak usia 3 tahun dirawat di ruang onkologi karena kanker. Hasil pengkajian hari ini; anak mengeluh nyeri karena penyakitnya, skala nyeri 5, anak kurang nafsu makan. Apa manajemen nyeri yang tepat untuk mengatasi masalah utama pada kasus tersebut? a. Meminta anak bercerita b. Memberikan imaginasi terbimbing c. Mengajak anak bermain game d. Memberikan sukrose e. Meminta anak menarik nafas dalam
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Nyeri Akut (00132)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
2. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002)
Definisi: Berisiko mengalami asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Manajemen nyeri yang tepat untuk mengatasi masalah utama pada kasus tersebut adalah:
b. Memberikan imaginasi terbimbing
Definisi: Memandu pasien untuk berimajinasi tentang situasi yang menyenangkan dan relaksasi untuk mengurangi persepsi nyeri.
Rasionale: Teknik ini dapat membantu mengalihkan perhatian anak dari nyeri yang dialaminya serta memicu respons relaksasi yang dapat menurunkan persepsi nyeri.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Nyeri (1605)
Indikator:
- Melaporkan nyeri terkontrol
- Menggunakan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
- Mengenali faktor-faktor yang memperberat/memperparah nyeri
2. Status Nutrisi: Asupan Makanan dan Cairan (1009)
Indikator:
- Asupan makanan dan cairan adekuat
- Tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi
- Berat badan sesuai usia
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri (1400)
- Evaluasi nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor pencetus
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan terapi farmakologis sesuai indikasi
- Ajarkan teknik nonfarmakologis, seperti imaginasi terbimbing, untuk mengurangi nyeri
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan modifikasi jika diperlukan
2. Peningkatan Nutrisi (1130)
- Kaji status nutrisi anak, termasuk asupan makanan dan cairan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai kebutuhan anak
- Dorong anak untuk makan makanan yang disukai dan bergizi
- Pantau asupan makanan dan cairan secara berkala
- Berikan dukungan emosional dan motivasi untuk meningkatkan nafsu makan anak
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Nyeri Akut (00132) dipilih karena anak mengeluh nyeri akibat penyakitnya, dengan skala nyeri yang cukup tinggi (5). Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002) dipilih karena anak mengalami penurunan nafsu makan, yang dapat berisiko menimbulkan masalah nutrisi.
Manajemen nyeri:
Memberikan imaginasi terbimbing adalah pilihan yang tepat karena teknik ini dapat membantu anak untuk beralih dari fokus pada nyeri yang dialaminya. Dengan membayangkan situasi yang menyenangkan, anak dapat mencapai relaksasi yang dapat menurunkan persepsi nyeri. Teknik ini juga sesuai untuk anak yang berusia 3 tahun karena mudah dipahami dan diikuti.
Luaran/Output yang diharapkan:
1. Kontrol Nyeri (1605) merupakan luaran yang tepat karena bertujuan untuk memastikan anak dapat mengendalikan nyerinya, baik melalui penggunaan teknik nonfarmakologis maupun pengurangan faktor-faktor yang dapat memperberat nyeri.
2. Status Nutrisi: Asupan Makanan dan Cairan (1009) dipilih karena anak mengalami penurunan nafsu makan, sehingga perlu dipantau status nutrisinya agar asupan makanan dan cairan tetap adekuat.
Intervensi Keperawatan:
1. Manajemen Nyeri (1400) mencakup evaluasi nyeri secara komprehensif, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk terapi farmakologis, dan pengajaran teknik nonfarmakologis seperti imaginasi terbimbing. Evaluasi efektivitas intervensi juga penting untuk modifikasi jika diperlukan.
2. Peningkatan Nutrisi (1130) bertujuan untuk memastikan anak mendapatkan asupan nutrisi yang adekuat melalui kaji status nutrisi, kolaborasi dengan ahli gizi, dorongan untuk makan makanan yang disukai, serta pemantauan asupan makanan dan cairan secara berkala. Dukungan emosional dan motivasi juga diperlukan untuk meningkatkan nafsu makan anak. -
Article No. 8648 | 11 Dec 2024
Klinis : Seorang perawat komunitas sedang melakukan kunjungan rumah. Perawat mengobservasi bahwa: anak usia 4 tahun, tindakan anak tidak dapat dikendalikan, tidak mau duduk tenang. Menurut ibunya, anak sering mengganggu temannya yang sedang bermain. Apa identifikasi dari anak tersebut? a. Autisme b. ADHD (Attention deficit hyperactivity disorder) c. Retardasi mental d. Keterbelakangan mental e. Siyndrom Down
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh perawat komunitas, gejala yang ditunjukkan oleh anak usia 4 tahun tersebut mengarah pada diagnosis Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Perilaku tidak terkendali (Impaired Impulse Control)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengendalikan reaksi, perasaan dan perilaku yang tidak tepat secara situasional.
Karakteristik: Gerakan yang tidak terkendali, tindakan atau pembicaraan yang impulsif, perilaku yang mengganggu.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kendali Perilaku (Behavior Self-Control)
Definisi: Kemampuan untuk mengendalikan reaksi, perasaan dan perilaku yang tidak tepat secara situasional.
Kriteria Hasil:
- Menunjukkan perilaku yang sesuai dengan situasi
- Menunjukkan kemampuan untuk menunda respon impulsif
- Menunjukkan kemampuan untuk mengikuti instruksi
- Menunjukkan kemampuan untuk mematuhi aturan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Perilaku (Behavior Management)
Definisi: Upaya untuk mengontrol, mengarahkan, atau mempengaruhi perilaku klien ke arah yang lebih baik.
Aktivitas:
- Mengidentifikasi faktor pemicu perilaku tidak terkendali
- Mengajarkan teknik relaksasi dan pengelolaan emosi
- Memberikan reinforcement positif untuk perilaku yang diharapkan
- Membantu klien menetapkan tujuan perilaku yang realistis
- Melibatkan keluarga dalam pengelolaan perilaku klien
Penjelasan rinci:
Anak usia 4 tahun yang menunjukkan gejala tidak dapat mengendalikan tindakan, sering mengganggu teman, dan sulit duduk tenang merupakan karakteristik dari ADHD. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Perilaku tidak terkendali (Impaired Impulse Control). Tujuan yang diharapkan adalah Kendali Perilaku (Behavior Self-Control), yang dicapai melalui intervensi Manajemen Perilaku. Intervensi ini akan membantu anak untuk mengontrol dan mengarahkan perilakunya ke arah yang lebih baik melalui berbagai strategi, seperti identifikasi faktor pemicu, teknik relaksasi, reinforcement positif, dan melibatkan keluarga. Dengan demikian, anak dapat menunjukkan perilaku yang sesuai dengan situasi dan dapat mematuhi aturan. -
Article No. 8448 | 10 Dec 2024
Klinis : Sebuah keluarga dengan seorang suami mengalami gagal ginjal kronis, kondisi sangat lemah dan sudah 5 tahun berhenti bekerja. Istri harus merawat suami dan berjualan di rumah untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Keluarga memutuskan untuk berhenti cuci darah karena tidak memiliki biaya. Istri tampak lelah dan mengeluh sering tidak bisa tidur karena memikirkan suami dan masa depan keluarganya. Apa masalah keperawatan pada keluarga tersebut? Select one: a. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga b. Ketegangan peran pemberi asuhan c. Koping keluarga tidak efektif d. Ketidakefektifan performa peran e. Gangguan proses keluarga
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, masalah keperawatan yang paling sesuai untuk kasus keluarga dengan anggota keluarga yang mengalami gagal ginjal kronis adalah:
b. Ketegangan peran pemberi asuhan
Penjelasan:
Ketegangan peran pemberi asuhan merupakan istilah dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) yang menggambarkan kondisi di mana pemberi asuhan mengalami keterbatasan dalam melaksanakan peran perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit, sehingga dapat menyebabkan stres dan kelelahan bagi pemberi asuhan.
Dalam kasus ini, istri harus menanggung beban berat sebagai pemberi asuhan utama bagi suami yang mengalami gagal ginjal kronis. Selain harus merawat suami, istri juga harus bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Kondisi ini dapat menyebabkan kelelahan fisik dan mental yang dialami oleh istri, serta rasa khawatir terhadap masa depan keluarganya.
Oleh karena itu, masalah keperawatan yang paling tepat adalah "Ketegangan peran pemberi asuhan", dengan penjelasan singkat sesuai Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang relevan. -
Article No. 8449 | 10 Dec 2024
Klinis : Sebuah keluarga dengan seorang suami mengalami gagal ginjal kronis, kondisi sangat lemah dan sudah 5 tahun berhenti bekerja. Istri harus merawat suami dan berjualan di rumah untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Keluarga memutuskan untuk berhenti cuci darah karena tidak memiliki biaya. Istri tampak lelah dan mengeluh sering tidak bisa tidur karena memikirkan suami dan masa depan keluarganya. Apa masalah keperawatan pada keluarga tersebut? Select one: a. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga b. Ketegangan peran pemberi asuhan c. Koping keluarga tidak efektif d. Ketidakefektifan performa peran e. Gangguan proses keluarga
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, masalah keperawatan pada keluarga tersebut adalah:
a. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga
Penjelasan:
Keluarga mengalami kesulitan dalam mengelola kesehatan anggota keluarga (suami) yang menderita gagal ginjal kronis. Mereka tidak lagi dapat membiayai terapi cuci darah, yang merupakan perawatan vital bagi pasien gagal ginjal kronis. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga belum mampu mengelola secara efektif masalah kesehatan yang dihadapi.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Keluarga mampu mengelola masalah kesehatan anggota keluarga
2. Keluarga mampu mengakses sumber daya yang dibutuhkan untuk perawatan kesehatan
3. Keluarga mampu membuat keputusan yang tepat terkait perawatan kesehatan
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Kaji pemahaman keluarga tentang kondisi kesehatan anggota keluarga
2. Berikan pendidikan kesehatan terkait penyakit gagal ginjal kronis dan manajemen perawatannya
3. Bantu keluarga mengidentifikasi sumber daya yang dapat diakses untuk mendukung perawatan kesehatan
4. Fasilitasi keluarga dalam membuat keputusan perawatan yang tepat sesuai dengan kondisi dan kemampuan keluarga
5. Evaluasi secara berkala kemampuan keluarga dalam mengelola masalah kesehatan anggota keluarga
b. Ketegangan peran pemberi asuhan
Penjelasan:
Istri harus menanggung beban tambahan sebagai pemberi asuhan bagi suami yang sakit, sementara juga harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Kondisi ini dapat menyebabkan kelelahan fisik dan mental yang berdampak pada kesejahteraan istri.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Istri dapat menjaga kesejahteraan dirinya sendiri
2. Istri dapat membagi peran dan tanggung jawab dengan anggota keluarga lain
3. Istri dapat memperoleh dukungan sosial yang cukup
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Kaji tingkat stres dan kelelahan yang dialami oleh istri
2. Bantu istri mengidentifikasi strategi untuk mengelola peran dan tanggung jawab sebagai pemberi asuhan
3. Libatkan anggota keluarga lain dalam pemberian asuhan kepada suami
4. Berikan informasi dan dukungan untuk memfasilitasi istri dalam memperoleh bantuan dari layanan sosial atau kesehatan
5. Evaluasi secara berkala kemampuan istri dalam menjaga kesejahteraan diri dan membagi peran -
Article No. 8450 | 10 Dec 2024
Klinis : Alloanamnesis dengan suami dan anak pertama pasien: Mengamuk sejak 1 bulanan ini. Biasanya yang bikin mengamuk adalah mengatakan ingin melahirkan, padahal pasien sedang tidak hamil. Pasien bicara terus menerus, susah diberhentikan. Pasien hanya tidur sebentar-sebentar. Seperti banyak energi. Pasien ke puskesmas tengah malam mengatakan akan melahirkan padahal tidak hamil. Pasien ingin mandi terus. Makan banyak. Autoanamnesis: Pasien meyakini dirinya hamil dan akan melahirkan.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan gejala yang dipaparkan, diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F22.0
- Deskripsi: Waham persisten
Penjelasan:
Pasien menunjukkan gejala-gejala yang khas untuk waham persisten, yaitu:
- Meyakini dirinya hamil dan akan melahirkan, padahal kondisi ini tidak sesuai dengan realita.
- Perilaku yang tidak sesuai dengan keyakinannya, seperti pergi ke puskesmas di tengah malam untuk mengatakan akan melahirkan.
- Bicara terus-menerus dan sulit diberhentikan, serta mengamuk jika dibantah.
- Peningkatan aktivitas dan energi, serta gangguan tidur.
Pada kondisi ini, tidak terdapat kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang spesifik. Penanganan yang mungkin dilakukan adalah:
- Evaluasi dan stabilisasi kondisi pasien.
- Pemberian terapi antipsikotik untuk mengatasi waham.
- Pemantauan dan pengawasan yang ketat untuk mencegah risiko bahaya.
- Konseling dan dukungan keluarga. -
Article No. 8451 | 10 Dec 2024
Klinis : Alloanamnesis dengan suami dan anak pertama pasien: Mengamuk sejak 1 bulanan ini. Biasanya yang bikin mengamuk adalah mengatakan ingin melahirkan, padahal pasien sedang tidak hamil. Pasien bicara terus menerus, susah diberhentikan. Pasien hanya tidur sebentar-sebentar. Seperti banyak energi. Pasien ke puskesmas tengah malam mengatakan akan melahirkan padahal tidak hamil. Pasien ingin mandi terus. Makan banyak. Autoanamnesis: Pasien meyakini dirinya hamil dan akan melahirkan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, saya dapat memberikan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tersebut.
Diagnosis Keperawatan:
Risiko Perilaku Kekerasan
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Kondisi ketika individu menunjukkan perilaku yang dapat menyebabkan bahaya fisik pada diri sendiri atau orang lain.
- Karakteristik Definisi: Perubahan emosi yang signifikan, agresi verbal atau fisik, perilaku impulsif, kebingungan, dan gangguan psikotik.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Klien dapat mengendalikan perilaku kekerasan, menunjukkan komunikasi efektif, dan tidak melukai diri sendiri atau orang lain.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
1. Ciptakan lingkungan yang aman
2. Lakukan manajemen agresi
3. Berikan terapi kognitif
4. Libatkan keluarga dalam perawatan
5. Berikan edukasi tentang manajemen stres
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien menunjukkan gejala-gejala yang terkait dengan risiko perilaku kekerasan, seperti mengamuk, pemikiran waham bahwa dirinya sedang hamil dan akan melahirkan, aktivitas yang berlebihan, dan kurang tidur. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah menciptakan lingkungan yang aman, melakukan manajemen agresi, memberikan terapi kognitif, melibatkan keluarga, dan memberikan edukasi tentang manajemen stres. Tujuannya adalah agar pasien dapat mengendalikan perilaku kekerasan, berkomunikasi secara efektif, dan tidak melukai diri sendiri atau orang lain.