Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 6769 | 22 Nov 2024
Klinis : pasien diagnosa medis ckd on HD, kemudian keluhan saat di kaji pasien mengeluh pusing dengan Tekanan darah 150/90, pasien juga mengeluh sesak saat di pertengahan proses cuci darah Dengan hasil lab - ureum : 87 - creatinine : 7.0 buatkan 3 diagnosa keperawatan dan Data subjektif dan data objektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal, ditandai dengan pasien mengeluh pusing dan sesak saat pertengahan proses cuci darah.
2. Ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan gangguan ginjal, ditandai dengan tekanan darah 150/90 mmHg.
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan fungsi ginjal, ditandai dengan hasil laboratorium ureum 87 mg/dL dan creatinine 7,0 mg/dL.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan sebuah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi dan merumuskan masalah kesehatan pasien berdasarkan respons tubuh terhadap proses penyakit atau kondisi kesehatan. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk merumuskan luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk merumuskan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Dalam kasus pasien dengan diagnosa medis CKD on HD, ketiga standar ini saling terkait dan digunakan oleh perawat untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien.
Data Subjektif:
- Pasien mengeluh pusing
- Pasien mengeluh sesak saat pertengahan proses cuci darah
Data Objektif:
- Tekanan darah 150/90 mmHg
- Hasil laboratorium: ureum 87 mg/dL, creatinine 7,0 mg/dL
Dengan menggunakan pendekatan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat mengidentifikasi masalah kesehatan pasien, menetapkan luaran yang diharapkan, dan merumuskan intervensi keperawatan yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. -
Article No. 6770 | 22 Nov 2024
Klinis : pasien hemodialisa dengan riwayat kesehatan diabetes
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Tentu, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien hemodialisa dengan riwayat kesehatan diabetes, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Penyebab: Penurunan nafsu makan, mual, dan muntah akibat uremia, efek samping obat-obatan, serta pembatasan cairan dan diet terkait hemodialisis.
- Tanda dan gejala: Penurunan berat badan, penurunan massa otot, dan kadar albumin serum yang rendah.
2. Kekurangan volume cairan
- Definisi: Pengurangan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular.
- Penyebab: Penurunan fungsi ginjal, asupan cairan yang tidak adekuat, dan kehilangan cairan selama proses hemodialisis.
- Tanda dan gejala: Hipotensi, cramping, kelelahan, dan edema.
3. Intoleransi aktivitas
- Definisi: Keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau dibutuhkan.
- Penyebab: Penurunan energi akibat anemia, efek uremia, dan keterbatasan fisik terkait komplikasi diabetes.
- Tanda dan gejala: Kelelahan, kelemahan, dan sesak napas saat beraktivitas.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Keseimbangan nutrisi: Adekuat
- Definisi: Keseimbangan antara asupan dan kebutuhan nutrisi untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan.
- Kriteria hasil:
- Berat badan stabil atau meningkat sesuai kebutuhan
- Kadar albumin serum dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
2. Keseimbangan cairan
- Definisi: Keseimbangan antara asupan dan pengeluaran cairan.
- Kriteria hasil:
- Tekanan darah stabil
- Tidak ada tanda-tanda kelebihan atau kekurangan cairan
- Intake dan output cairan seimbang
3. Toleransi aktivitas
- Definisi: Kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik tanpa disertai gejala yang tidak diinginkan.
- Kriteria hasil:
- Mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan
- Tidak ada sesak napas, nyeri, atau palpitasi saat beraktivitas
- Tidak ada penurunan kadar hemoglobin atau albumin
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen nutrisi
- Kaji status nutrisi pasien, termasuk berat badan, kadar albumin, dan riwayat asupan makanan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai dengan kebutuhan pasien
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang manajemen diet, seperti pemilihan dan penyiapan makanan
- Pantau asupan dan output nutrisi pasien secara berkala
2. Manajemen cairan
- Kaji intake dan output cairan pasien, serta tanda-tanda kelebihan atau kekurangan cairan
- Kolaborasi dengan tim medis untuk menetapkan batasan asupan cairan yang sesuai
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang pentingnya pembatasan cairan dan manajemen cairan yang baik
- Pantau tekanan darah, berat badan, dan tanda-tanda kelebihan atau kekurangan cairan secara berkala
3. Manajemen aktivitas
- Kaji toleransi aktivitas pasien, termasuk kemampuan, keterbatasan, dan pemicu kelelahan
- Rencanakan aktivitas sehari-hari yang sesuai dengan kemampuan pasien
- Ajarkan teknik penghematan energi dan manajemen kelelahan
- Dorong pasien untuk melakukan aktivitas fisik yang sesuai, seperti latihan ringan
- Kolaborasi dengan tim rehabilitasi untuk intervensi yang lebih komprehensif
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu keseimbangan nutrisi yang adekuat, keseimbangan cairan, dan peningkatan toleransi aktivitas. Hal ini akan berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup pasien dan meminimalkan komplikasi yang mungkin terjadi. -
Article No. 6771 | 22 Nov 2024
Klinis : pasien gagal ginjal dengan hipertensi kemudian keluhan saat di kaji pasien mengeluh pusing dengan Tekanan darah 150/90
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci terkait kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien yang mengalami gagal ginjal dengan hipertensi serta mengeluhkan pusing dengan tekanan darah 150/90, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Ketidakseimbangan volume cairan terkait gangguan fungsi ginjal, ditandai dengan edema, pusing, dan tekanan darah tinggi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Keseimbangan volume cairan yang membaik, ditandai dengan:
a. Tanda-tanda vital stabil (tekanan darah dalam rentang normal, nadi, respirasi, dan suhu tubuh normal)
b. Tidak ada edema
c. Tidak ada keluhan pusing
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang perlu dilakukan adalah:
1. Monitor status cairan:
a. Kaji tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu tubuh) secara rutin
b. Kaji adanya edema
c. Catat asupan dan pengeluaran cairan
2. Manajemen cairan:
a. Berikan cairan sesuai kebutuhan pasien dengan mempertimbangkan fungsi ginjal
b. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian diuretik, jika perlu
c. Anjurkan pasien untuk membatasi asupan cairan dan natrium sesuai rekomendasi
3. Edukasi pasien dan keluarga:
a. Jelaskan pentingnya menjaga keseimbangan cairan dan pembatasan asupan
b. Ajarkan teknik pemantauan tanda-tanda dehidrasi dan kelebihan cairan
c. Dorong pasien untuk aktif dalam manajemen perawatan diri
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaborasi yang baik dengan tim kesehatan lainnya, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu keseimbangan volume cairan yang membaik, sehingga dapat mengatasi gejala pusing dan mengendalikan tekanan darah. -
Article No. 6772 | 22 Nov 2024
Klinis : pasien hemodialisa dengan riwayat kesehatan sekarang diabetes dan hematokrit rendah 26
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci untuk kondisi pasien hemodialisis dengan riwayat diabetes dan hematokrit rendah:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Karakteristik Definisi: Berat badan di bawah rentang normal, penurunan berat badan, hematokrit rendah, kadar albumin rendah.
- Faktor yang Berhubungan: Faktor biologis (diabetes, penyakit ginjal kronis), faktor psikologis (anoreksia), faktor sosial-ekonomi (kemiskinan).
Luaran/Output yang diharapkan SLKI:
1. Keseimbangan Nutrisi
- Definisi: Keadaan di mana asupan dan penggunaan zat gizi seimbang untuk mendukung proses metabolisme.
- Kriteria Hasil:
a. Berat badan dalam rentang normal.
b. Kadar albumin dalam batas normal.
c. Hematokrit dalam batas normal.
d. Tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi.
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Manajemen Nutrisi
- Definisi: Tindakan memfasilitasi asupan makanan dan zat gizi yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Aktivitas Keperawatan:
a. Kaji status nutrisi pasien (berat badan, albumin, hematokrit).
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai dengan kondisi pasien.
c. Pantau asupan nutrisi pasien selama hemodialisis.
d. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi yang adekuat.
e. Motivasi pasien untuk meningkatkan asupan nutrisi.
f. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian suplemen nutrisi jika diperlukan.
Penjelasan:
Pasien hemodialisis dengan riwayat diabetes dan hematokrit rendah (26%) memiliki risiko tinggi mengalami masalah Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh. Hal ini disebabkan oleh faktor biologis, yaitu penyakit ginjal kronis dan diabetes yang dapat mengganggu proses metabolisme dan penyerapan nutrisi.
Tujuan asuhan keperawatan adalah untuk mencapai Keseimbangan Nutrisi, dengan kriteria hasil yang diharapkan yaitu berat badan dalam rentang normal, kadar albumin dan hematokrit yang normal, serta tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan intervensi Manajemen Nutrisi, yang meliputi pengkajian status nutrisi, kolaborasi dengan ahli gizi, pemantauan asupan nutrisi, edukasi kepada pasien dan keluarga, serta kolaborasi dengan dokter untuk pemberian suplemen nutrisi jika diperlukan.
Penerapan intervensi Manajemen Nutrisi secara komprehensif diharapkan dapat membantu pasien mencapai Keseimbangan Nutrisi, sehingga dapat mendukung proses penyembuhan dan mencegah komplikasi yang dapat terjadi akibat malnutrisi. -
Article No. 6773 | 22 Nov 2024
Klinis : pasien hemodialisa dengan riwayat kesehatan sekarang diabetes dan eritrosit 2,83 rendah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan:
- Pasien dengan riwayat diabetes dan eritrosit yang rendah (2,83) dapat mengalami masalah terkait dengan ketidakseimbangan nutrisi.
- Diabetes dapat menyebabkan gangguan dalam metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, sehingga dapat mempengaruhi kebutuhan nutrisi pasien.
- Anemia yang ditandai dengan rendahnya kadar eritrosit dapat menghambat transport oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh.
2. Intoleransi Aktivitas
Penjelasan:
- Pasien yang menjalani hemodialisis dapat mengalami kelelahan dan penurunan toleransi terhadap aktivitas.
- Proses hemodialisis dapat menyebabkan perubahan cairan dan elektrolit, serta dapat mempengaruhi kapasitas fungsional pasien.
- Anemia juga dapat menyebabkan intoleransi aktivitas karena keterbatasan transport oksigen ke jaringan.
3. Risiko Infeksi
Penjelasan:
- Pasien hemodialisis memiliki risiko infeksi yang tinggi, terutama terkait dengan akses vaskular untuk dialisis.
- Diabetes dapat melemahkan sistem imun, sehingga meningkatkan risiko infeksi pada pasien.
- Anemia juga dapat mempengaruhi sistem imun dan meningkatkan risiko infeksi.
Standar Dokumentasi Keperawatan (SDKI - SLKI - SIKI):
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) telah menetapkan 3 standar dokumentasi keperawatan, yaitu:
1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
Standar ini digunakan sebagai panduan bagi perawat dalam mengidentifikasi, merencanakan, dan melaksanakan asuhan keperawatan yang berkualitas dan terstandar. -
Article No. 6774 | 22 Nov 2024
Klinis : pasien hemodialisa dengan riwayat kesehatan sekarang diabetes dan eritrosit 2,83 rendah
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci mengenai kondisi pasien hemodialisis dengan riwayat diabetes dan eritrosit rendah:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Asupan nutrisi tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Karakteristik Definisi: Penurunan berat badan yang tidak disengaja, Kadar hemoglobin/hematokrit di bawah normal, Kadar albumin di bawah normal.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Status Nutrisi: Berat Badan
Kriteria Hasil:
- Indeks Massa Tubuh (IMT) dalam rentang normal
- Tidak ada penurunan berat badan yang tidak disengaja
- Perubahan berat badan sesuai dengan target
2. Status Nutrisi: Kadar Hemoglobin
Kriteria Hasil:
- Kadar hemoglobin dalam rentang normal
- Tidak ada anemia atau gejala anemia
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
- Kaji riwayat dan pola makan pasien
- Konsultasikan dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi yang sesuai
- Berikan edukasi tentang diet yang sesuai, termasuk jumlah kalori, protein, dan zat besi
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk memantau status nutrisi pasien
2. Terapi Nutrisi Parenteral atau Enteral
- Jika pasien tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi melalui asupan oral, berikan nutrisi parenteral atau enteral sesuai kebutuhan
- Monitor toleransi dan komplikasi terkait pemberian nutrisi parenteral atau enteral
3. Manajemen Anemia
- Kaji tanda-tanda anemia, seperti kelelahan, pusing, sesak napas
- Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan terapi penggantian zat besi atau eritropoetin sesuai indikasi
- Monitor nilai hemoglobin, hematokrit, dan parameter lain yang terkait
Penjelasan Rinci:
Pasien hemodialisis dengan riwayat diabetes dan eritrosit rendah memiliki risiko tinggi mengalami ketidakseimbangan nutrisi karena beberapa faktor, seperti penurunan nafsu makan, malabsorpsi, dan kebutuhan nutrisi yang meningkat akibat kondisi penyakit ginjal kronis dan diabetes. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh".
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah pasien dapat mencapai status nutrisi yang optimal, dengan berat badan yang stabil dan kadar hemoglobin yang normal. Untuk mencapai tujuan tersebut, intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen nutrisi, pemberian nutrisi parenteral atau enteral jika dibutuhkan, serta manajemen anemia dengan kolaborasi dengan tim kesehatan lain.
Penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif diharapkan dapat membantu pasien mencapai status nutrisi dan hematologi yang optimal, sehingga dapat mendukung proses penyembuhan dan kualitas hidup yang lebih baik. -
Article No. 6775 | 22 Nov 2024
Klinis : Pasien post op hthm Luka keluar pus Leukosit 70 Suhu 37.4
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu pasien post op hthm dengan luka keluar pus, leukosit 70, dan suhu 37.4, maka:
1. Kode ICD-10:
- Kode: T81.0
- Deskripsi: Komplikasi infeksi dari prosedur medis, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 86.04
- Deskripsi: Debridemen luka, artefak atau materi asing, terbuka
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 T81.0 menggambarkan komplikasi infeksi yang terjadi setelah prosedur medis, dalam kasus ini adalah pasca operasi (post op). Luka yang keluar pus, leukosit tinggi, dan suhu 37.4 mengindikasikan adanya infeksi pada luka operasi.
2. Kode ICD-9-CM 86.04 menunjukkan tindakan debridemen luka, yaitu pembersihan luka dari materi atau benda asing untuk mencegah penyebaran infeksi dan membantu proses penyembuhan. Tindakan ini mungkin perlu dilakukan untuk mengatasi infeksi pada luka pasca operasi.
Sebagai catatan, kodefikasi diagnosis dan tindakan medis menggunakan sistem ICD-10 dan ICD-9-CM membantu dalam dokumentasi medis, pembuatan laporan, dan penagihan biaya perawatan. Penggunaan kode yang tepat sangat penting untuk memastikan ketepatan data dan informasi kesehatan pasien. -
Article No. 6776 | 22 Nov 2024
Klinis : Pasien post op hthm Luka keluar pus Leukosit 70 Suhu 37.4
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Luka Operasi
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keadaan rentan terhadap masuknya organisme patogen ke dalam daerah luka operasi yang dapat menimbulkan peradangan.
- Faktor Risiko: Prosedur pembedahan, kurangnya pemenuhan kebutuhan nutrisi, perawatan luka yang tidak adekuat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Luka operasi tetap bersih dan kering, tidak ada tanda-tanda infeksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Perawatan luka, tindakan aseptik, pemantauan tanda-tanda infeksi, pemberian terapi antibiotik sesuai indikasi.
Persona: Sebagai perawat, saya akan memberikan penjelasan mengenai diagnosa keperawatan dan rencana intervensi yang akan dilakukan untuk mengelola risiko infeksi luka operasi pada pasien post-op HTHM dengan mengacu pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI. -
Article No. 6656 | 21 Nov 2024
Klinis : Seorang anak laki-laki usia 10 tahun dirujuk dari RSUD Musi Rawas ke IGD RSMH dengan keluhan utama adalah kulit kering dan terkelupas disertai rasa gatal hampir di seluruh tubuh. Keadaan tersebut terjadi sejak ± 4 hari yang lalu, sebelumnya 8 hari yang lalu kulit pada hampir seluruh tubuh melepuh seperti luka bakar dan nyeri. Kondisi ini berawal dari 2 minggu sebelumnya anak dibawa ke puskesmas karena tertusuk paku. Pengobatan yang dilakukan di puskesmas adalah pasien diberi obat antibiotik amoxicillin. Setelah 2 hari mengkonsumsi antibiotic tersebut, pasien mengeluh tubuhnya terasa panas disertai dengan demam, pusing, dan mual. ibu pasien mengatakan bahwa mulai timbul bintik-bintik merah di kaki pasien, kemudian setelah ± 3 hari bintik-bintik tersebut berisi cairan dan menyebar ke seluruh tubuh, termasuk sekitar mulut namun pada mata pasien masih tetap normal. Kemudian pada hari ke-6 bintik-bintik tersebut pecah, menghitam dan melepuh seperti luka bakar. Pasien juga menyampaikan bahwa ia merasa nyeri saat menelan sehingga membuat pasien tidak berselera untuk makan. Ibu pasien mengaku bahwa pasien belum pernah mengalami hal yang sama sebelumnya dan tidak mengetahui bagaimana riwayat alergi pasien tersebut sebelumnya. Ibu pasien juga mengatakan bahwa belum pernah ada anggota keluarga yang sebelumnya mengalami hal yang sama. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien adalah kompos mentis dengan GCS 15. kelainan kulit didapatkan pada hampir seluruh tubuh terdapat patch eritema kehitaman, generalisata dengan erosi yang membasah, krusta coklat dan deskuamasi, secret pada mata +/+. Tanda-tanda vital antara lain tekanan darah: 118/80 mmHg, frekuensi nadi: 101x/menit, frekuensi pernapasan: 28x/menit, suhu :38,8C. Hasil pemeriksaan laboratorium darah lengkap yaitu nilai leukosit dan eosinofil yang abnormal. Memberi terapi cairan dan elektrolit serta penggunaan kortikosteroid merupakan tindakan life-saving yang akan segera diambil dalam penanganan pasien ini.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien anak laki-laki berusia 10 tahun ini dapat didiagnosis sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: L51.1
- Deskripsi: Sindrom Stevens-Johnson
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.02
- Deskripsi: Pemberian kortikosteroid sistemik
Penjelasan:
Sindrom Stevens-Johnson adalah reaksi obat yang mengancam jiwa, yang ditandai dengan lesi kulit dan mukosa yang berkembang dengan cepat. Kasus ini sesuai dengan gambaran klinis Sindrom Stevens-Johnson, dengan gejala utama berupa kulit kering dan terkelupas disertai rasa gatal hampir di seluruh tubuh, diawali dengan lesi melepuh seperti luka bakar, dan komplikasi berupa nyeri saat menelan.
Pemberian kortikosteroid sistemik merupakan tindakan life-saving yang harus segera dilakukan dalam penanganan pasien dengan Sindrom Stevens-Johnson, selain dukungan cairan dan elektrolit. Kortikosteroid dapat membantu menekan reaksi inflamasi dan mempercepat penyembuhan lesi.
Riwayat pemberian amoxicillin sebelum timbulnya gejala mengarahkan ke diagnosis Sindrom Stevens-Johnson yang dipicu oleh reaksi obat. Pemantauan ketat pasien dan pemberian dukungan terapeutik yang komprehensif sangat penting dalam penanganan kasus ini. -
Article No. 6657 | 21 Nov 2024
Klinis : Seorang anak laki-laki usia 10 tahun dirujuk dari RSUD Musi Rawas ke IGD RSMH dengan keluhan utama adalah kulit kering dan terkelupas disertai rasa gatal hampir di seluruh tubuh. Keadaan tersebut terjadi sejak ± 4 hari yang lalu, sebelumnya 8 hari yang lalu kulit pada hampir seluruh tubuh melepuh seperti luka bakar dan nyeri. Kondisi ini berawal dari 2 minggu sebelumnya anak dibawa ke puskesmas karena tertusuk paku. Pengobatan yang dilakukan di puskesmas adalah pasien diberi obat antibiotik amoxicillin. Setelah 2 hari mengkonsumsi antibiotic tersebut, pasien mengeluh tubuhnya terasa panas disertai dengan demam, pusing, dan mual. ibu pasien mengatakan bahwa mulai timbul bintik-bintik merah di kaki pasien, kemudian setelah ± 3 hari bintik-bintik tersebut berisi cairan dan menyebar ke seluruh tubuh, termasuk sekitar mulut namun pada mata pasien masih tetap normal. Kemudian pada hari ke-6 bintik-bintik tersebut pecah, menghitam dan melepuh seperti luka bakar. Pasien juga menyampaikan bahwa ia merasa nyeri saat menelan sehingga membuat pasien tidak berselera untuk makan. Ibu pasien mengaku bahwa pasien belum pernah mengalami hal yang sama sebelumnya dan tidak mengetahui bagaimana riwayat alergi pasien tersebut sebelumnya. Ibu pasien juga mengatakan bahwa belum pernah ada anggota keluarga yang sebelumnya mengalami hal yang sama. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien adalah kompos mentis dengan GCS 15. kelainan kulit didapatkan pada hampir seluruh tubuh terdapat patch eritema kehitaman, generalisata dengan erosi yang membasah, krusta coklat dan deskuamasi, secret pada mata +/+. Tanda-tanda vital antara lain tekanan darah: 118/80 mmHg, frekuensi nadi: 101x/menit, frekuensi pernapasan: 28x/menit, suhu :38,8C. Hasil pemeriksaan laboratorium darah lengkap yaitu nilai leukosit dan eosinofil yang abnormal. Memberi terapi cairan dan elektrolit serta penggunaan kortikosteroid merupakan tindakan life-saving yang akan segera diambil dalam penanganan pasien ini.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Integritas Kulit Terganggu berhubungan dengan reaksi inflamasi kulit
Penjelasan berdasarkan SDKI, SLKI, SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Integritas Kulit Terganggu: Kerusakan pada epidermis, dermis, atau lapisan kulit yang mempengaruhi struktur dan fungsi kulit.
- Penyebab: Reaksi inflamasi kulit, trauma, gangguan vaskularisasi, dan penyakit kulit.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pemulihan Integritas Kulit: Proses pemulihan struktur dan fungsi kulit yang normal setelah terjadi kerusakan.
- Indikator: Kulit terbebas dari lesi, kulit kembali elastis, dan tidak ada perubahan warna pada kulit.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Perawatan Luka: Tindakan untuk menjaga dan meningkatkan penyembuhan luka.
- Intervensi: Pembersihan luka, aplikasi salep/krim, balutan luka, dan evaluasi perkembangan luka.
- Manajemen Nyeri: Tindakan untuk mengontrol atau mengurangi rasa nyeri.
- Intervensi: Pemberian analgetik, kompres hangat/dingin, dan terapi relaksasi.
Berdasarkan kondisi pasien, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Integritas Kulit Terganggu berhubungan dengan reaksi inflamasi kulit. Hal ini ditandai dengan adanya kerusakan pada epidermis, dermis, atau lapisan kulit yang mempengaruhi struktur dan fungsi kulit, seperti kulit kering, terkelupas, dan terdapat lesi pada hampir seluruh tubuh.