Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 6685 | 22 Nov 2024
Klinis : kejang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi kejang:
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Cedera (SDKI)
Penjelasan:
Risiko Cedera adalah diagnosa keperawatan yang berfokus pada kemungkinan terjadinya cedera fisik pada pasien, seperti luka, fraktur, atau trauma lainnya. Dalam kasus kejang, pasien berisiko mengalami cedera karena adanya kontraksi otot yang tidak terkontrol selama serangan kejang.
Outcome (SLKI):
1. Tidak terjadi cedera selama kejang
2. Pasien/keluarga mampu mengidentifikasi penyebab dan pencetus kejang
3. Pasien/keluarga mampu melakukan tindakan pertolongan pertama saat kejang
Intervensi (SIKI):
1. Observasi tanda-tanda vital dan status neurologis pasien
2. Atur posisi pasien agar aman selama kejang
3. Berikan oksigen dan pertolongan pertama sesuai prosedur
4. Identifikasi penyebab dan pencetus kejang
5. Edukasi pasien/keluarga tentang manajemen kejang
Standar ini dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas. Diagnosa, outcome, dan intervensi keperawatan ini dapat digunakan sebagai panduan bagi perawat dalam menangani kasus kejang. -
Article No. 6686 | 22 Nov 2024
Klinis : sop risiko hipovolemia
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi risiko hipovolemia berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Risiko Hipovolemia". Risiko Hipovolemia didefinisikan sebagai "Berisiko mengalami penurunan volume cairan intravaskuler yang dapat membahayakan kesehatan".
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Luaran/output yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan risiko hipovolemia berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah:
1. Perfusi Jaringan Efektif: Menunjukkan adanya suplai oksigen dan nutrisi yang adekuat ke seluruh jaringan tubuh.
2. Keseimbangan Cairan: Menunjukkan keseimbangan antara asupan dan pengeluaran cairan.
3. Tanda-Tanda Vital dalam Rentang Normal: Meliputi tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu tubuh yang berada dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran pada pasien dengan risiko hipovolemia adalah:
1. Manajemen Cairan:
- Kaji status cairan pasien, termasuk asupan dan pengeluaran cairan.
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala.
- Berikan terapi cairan intravena sesuai kebutuhan untuk mempertahankan volume cairan yang adekuat.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat-obatan atau intervensi lain yang diperlukan.
2. Pemantauan Tanda Vital:
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala, termasuk tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu tubuh.
- Catat dan dokumentasikan perubahan tanda-tanda vital yang terjadi.
- Laporkan segera kepada tenaga kesehatan jika terjadi perubahan tanda-tanda vital yang signifikan.
3. Manajemen Hipovolemia:
- Kaji tanda-tanda dan gejala hipovolemia, seperti kulit dingin, nadi lemah, penurunan turgor kulit, dll.
- Lakukan tindakan untuk mencegah dan mengatasi hipovolemia, seperti pemberian cairan intravena, obat-obatan, dll.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk menentukan intervensi yang tepat dalam mengatasi hipovolemia.
Penjelasan Rinci:
Risiko Hipovolemia merupakan kondisi yang mengancam jiwa karena dapat menyebabkan penurunan volume cairan intravaskuler yang dapat mempengaruhi perfusi jaringan. Oleh karena itu, intervensi keperawatan yang tepat sangat diperlukan untuk mempertahankan volume cairan yang adekuat, menjaga tanda-tanda vital dalam rentang normal, dan mencegah serta mengatasi hipovolemia yang dapat terjadi.
Melalui manajemen cairan yang tepat, pemantauan tanda vital yang ketat, dan intervensi yang kolaboratif dengan tim medis, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu perfusi jaringan yang efektif, keseimbangan cairan, serta tanda-tanda vital yang stabil dan dalam batas normal. -
Article No. 6687 | 22 Nov 2024
Klinis : pasien Ckd
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat sesuai dengan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk pasien dengan Chronic Kidney Disease (CKD).
Diagnosa Keperawatan:
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal, ditandai dengan edema, berat badan meningkat, dan peningkatan tekanan darah.
SLKI:
- Keseimbangan cairan: Pasien menunjukkan keseimbangan cairan yang adekuat, ditandai dengan tanda-tanda vital, berat badan, dan asupan-output cairan dalam batas normal.
SIKI:
- Manajemen cairan: Melakukan pemantauan asupan dan output cairan, pembatasan asupan cairan, dan pemberian diuretik sesuai indikasi.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, dan malabsorpsi, ditandai dengan penurunan berat badan dan kadar albumin serum yang rendah.
SLKI:
- Status nutrisi: Pasien menunjukkan status nutrisi yang adekuat, ditandai dengan berat badan, indeks massa tubuh, dan kadar albumin serum dalam batas normal.
SIKI:
- Manajemen nutrisi: Melakukan pengkajian status nutrisi, pemberian makanan yang sesuai dengan kebutuhan, dan kolaborasi dengan ahli gizi.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal dan anemia, ditandai dengan kelelahan dan dispnea saat aktivitas.
SLKI:
- Toleransi aktivitas: Pasien menunjukkan toleransi aktivitas yang adekuat, ditandai dengan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari tanpa disertai kelelahan yang berlebihan.
SIKI:
- Manajemen intoleransi aktivitas: Melakukan pengkajian toleransi aktivitas, pemberian program latihan fisik yang sesuai, dan kolaborasi dengan fisioterapis.
Penjelasan singkat:
Pasien dengan Chronic Kidney Disease (CKD) rentan mengalami berbagai masalah keperawatan, seperti kelebihan volume cairan, gangguan nutrisi, dan intoleransi aktivitas. Diagnosa keperawatan dan intervensi yang diberikan bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, sehingga dapat membantu pasien mencapai keseimbangan cairan, status nutrisi yang adekuat, dan toleransi aktivitas yang baik. -
Article No. 6688 | 22 Nov 2024
Klinis : Ny. N, 80 tahun, dirawat di rumah sakit karena stroke. Akibat stroke, Ny. N mengalami Kelumpuhan ekstremitas kanan dan kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan, mandi, dan berpakaian sendiri. Diagnosa keperawatan yang paling tepat untuk menggambarkan kondisi Ny. N adalah:
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang paling tepat untuk menggambarkan kondisi Ny. N adalah "Mobilitas Fisik Terganggu" (SDKI). Diagnosa ini menggambarkan keterbatasan kemampuan individu untuk melakukan pergerakan yang disengaja, terkontrol, dan terkoordinasi, yang dapat mengganggu kinerja peran dan fungsi sehari-hari.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Mobilitas Fisik: Individu dapat bergerak secara mandiri dengan aman dan efisien untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
2. Perawatan Diri: Individu dapat melakukan perawatan diri secara mandiri atau dengan bantuan minimal.
3. Aktivitas Sehari-hari: Individu dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri atau dengan bantuan minimal.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Mobilitas:
a. Kolaborasi dengan tim terapeutik untuk mengoptimalkan fungsi fisik dan mobilitas.
b. Memberi latihan mobilitas dan aktivitas fungsional sesuai kondisi pasien.
c. Memfasilitasi penggunaan alat bantu mobilitas yang sesuai.
d. Memantau respons pasien terhadap aktivitas.
2. Perawatan Diri:
a. Membantu pasien dalam melakukan perawatan diri (makan, mandi, berpakaian) sesuai kemampuan.
b. Mengajarkan keterampilan perawatan diri yang dapat dilakukan sendiri.
c. Mengevaluasi kemajuan pasien dalam melakukan perawatan diri.
3. Peningkatan Aktivitas Sehari-hari:
a. Mengidentifikasi aktivitas sehari-hari yang dapat dilakukan pasien.
b. Menyusun rencana aktivitas sehari-hari yang dapat dilakukan secara mandiri atau dengan bantuan minimal.
c. Memantau dan mencatat kemajuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
d. Melibatkan keluarga dalam membantu peningkatan aktivitas sehari-hari.
Penjelasan Rinci:
Diagnosa keperawatan "Mobilitas Fisik Terganggu" tepat untuk menggambarkan kondisi Ny. N karena stroke yang dialaminya menyebabkan kelumpuhan pada ekstremitas kanan dan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Luaran yang diharapkan adalah agar Ny. N dapat bergerak secara mandiri dengan aman dan efisien, melakukan perawatan diri secara mandiri atau dengan bantuan minimal, serta dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri atau dengan bantuan minimal. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen mobilitas, perawatan diri, dan peningkatan aktivitas sehari-hari, dengan melibatkan tim terapeutik, memfasilitasi alat bantu, memberikan latihan, dan memantau kemajuan pasien. -
Article No. 6689 | 22 Nov 2024
Klinis : Tn B, 76 tahun, dirawat di rumah sakit karena malnutrisi. Beliau mengalami penurunan berat badan yang signifikan dalam 6 bulan terakhir, nafsu makan menurun, dan kelemahan. Diagnosa keperawatan yang paling tepat berdasarkan kasus di atas adalah...
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi Tn B yang mengalami malnutrisi.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang paling tepat untuk kondisi Tn B adalah "Risiko Ketidakefektifan Nutrisi" (00002). Hal ini didasarkan pada gejala yang dialami Tn B, yaitu penurunan berat badan yang signifikan, nafsu makan menurun, dan kelemahan. Kondisi ini menunjukkan adanya risiko malnutrisi atau ketidakefektifan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Asupan Nutrisi: Peningkatan asupan makanan dan minuman yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan tubuh (0004).
2. Status Nutrisi: Perbaikan status nutrisi yang ditandai dengan peningkatan berat badan dan perbaikan parameter laboratorium terkait nutrisi (0002).
3. Kekuatan dan Ketahanan: Peningkatan kekuatan dan ketahanan fisik Tn B (0005).
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi:
a. Lakukan skrining dan penilaian status nutrisi secara komprehensif.
b. Terapkan diet yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi Tn B.
c. Tinjau dan monitor asupan nutrisi Tn B secara teratur.
d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana nutrisi yang tepat.
2. Peningkatan Asupan Nutrisi:
a. Berikan edukasi tentang pentingnya nutrisi yang adekuat.
b. Bantu Tn B dalam mengkonsumsi makanan dan minuman yang sesuai.
c. Modifikasi makanan dan minuman untuk meningkatkan nafsu makan.
d. Berikan suplemen nutrisi sesuai kebutuhan Tn B.
3. Manajemen Energi:
a. Bantu Tn B dalam mengatur aktivitas dan istirahat.
b. Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi kelelahan dan kelemahan.
c. Berikan aktivitas fisik yang sesuai dengan kemampuan Tn B.
d. Pantau tanda-tanda kelelahan dan berikan intervensi yang tepat.
Dengan menerapkan diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat membantu Tn B dalam meningkatkan status nutrisi, kekuatan, dan ketahanan fisiknya sehingga dapat mencapai hasil yang optimal dalam pemulihan kondisinya. -
Article No. 6690 | 22 Nov 2024
Klinis : pasien wanitA usia 26 tahun post sectio caesaria dengan keluhan kejang dan penurunan kesadaran
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien wanita usia 26 tahun post sectio caesaria dengan keluhan kejang dan penurunan kesadaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: O90.3
- Deskripsi: Kejang setelah persalinan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 75.5
- Deskripsi: Seksio Caesarea
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 O90.3 (Kejang setelah persalinan):
- Kode ini digunakan untuk mengklasifikasikan kejang yang terjadi setelah persalinan, termasuk kejang pascasesarea.
- Kejang setelah persalinan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti eklamsia, gangguan elektrolit, atau komplikasi lainnya.
- Penegakan diagnosis memerlukan evaluasi klinis dan pemeriksaan penunjang yang sesuai.
2. Kode ICD-9-CM Procedure 75.5 (Seksio Caesarea):
- Kode ini digunakan untuk mengklasifikasikan prosedur pembedahan seksio caesarea yang telah dilakukan sebelumnya pada pasien.
- Seksio caesarea adalah prosedur pembedahan untuk melahirkan bayi melalui insisi di dinding abdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histerotomi).
- Riwayat seksio caesarea dapat menjadi faktor predisposisi untuk komplikasi pascapersalinan, seperti kejang, yang perlu dipertimbangkan dalam manajemen pasien.
Dalam penanganan kasus ini, selain pengkodean diagnosis dan prosedur, perlu dilakukan evaluasi klinis yang komprehensif, pemeriksaan penunjang yang sesuai, dan tatalaksana medis yang tepat untuk mengatasi kejang dan menjaga stabilitas kondisi pasien. -
Article No. 6691 | 22 Nov 2024
Klinis : pasien wanitA usia 26 tahun post sectio caesaria dengan keluhan kejang dan penurunan kesadaran
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien wanita usia 26 tahun post sectio caesaria dengan keluhan kejang dan penurunan kesadaran.
1. Diagnosis Keperawatan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Diagnosis Keperawatan Utama: Risiko Kekurangan Volume Cairan (00028)
- Diagnosis Keperawatan Risiko Tinggi: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00031)
- Diagnosis Keperawatan Risiko Tinggi: Penurunan Cardiac Output (00030)
Penjelasan:
- Risiko Kekurangan Volume Cairan (00028): Pasien post sectio caesaria berisiko mengalami kekurangan volume cairan akibat perdarahan dan ketidakseimbangan input-output cairan.
- Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00031): Pasien dengan kejang dan penurunan kesadaran berisiko mengalami gangguan bersihan jalan napas yang tidak efektif.
- Penurunan Cardiac Output (00030): Pasien dengan kejang dan penurunan kesadaran berisiko mengalami penurunan cardiac output yang dapat menyebabkan gangguan perfusi jaringan.
2. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI - Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Stabilitas Hemodinamik (0802)
- Pemeliharaan Jalan Napas (0410)
- Perfusi Jaringan (0420)
Penjelasan:
- Stabilitas Hemodinamik (0802): Pasien mencapai stabilitas hemodinamik yang ditandai dengan tanda-tanda vital dalam batas normal, volume cairan yang adekuat, dan tidak ada tanda-tanda hipovolemia.
- Pemeliharaan Jalan Napas (0410): Pasien dapat mempertahankan jalan napas yang bersih dan bebas dari sumbatan, serta mampu batuk efektif.
- Perfusi Jaringan (0420): Pasien mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat, yang ditandai dengan nilai oksigenasi dan sirkulasi yang normal.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI - Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Cairan (4120)
- Manajemen Jalan Napas (3140)
- Pemantauan Hemodinamik (6680)
Penjelasan:
- Manajemen Cairan (4120): Intervensi untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan menghindari kekurangan volume cairan, termasuk pemberian cairan intravena, pemantauan intake dan output cairan, serta pemantauan tanda-tanda vital.
- Manajemen Jalan Napas (3140): Intervensi untuk mempertahankan jalan napas yang bebas dari sumbatan, termasuk suction, pemberian oksigen, dan perubahan posisi pasien.
- Pemantauan Hemodinamik (6680): Intervensi untuk memantau tanda-tanda vital, status sirkulasi, dan parameter hemodinamik lainnya untuk memastikan perfusi jaringan yang adekuat.
Dengan penerapan diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan dapat membantu mengatasi kondisi pasien wanita usia 26 tahun post sectio caesaria dengan keluhan kejang dan penurunan kesadaran. Perawat harus melakukan pemantauan yang ketat dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 6692 | 22 Nov 2024
Klinis : nausea
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi nausea.
Diagnosa Keperawatan:
Nausea
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nausea adalah sensasi tidak nyaman di perut yang dapat menyebabkan ingin muntah. Ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti pengobatan, stress, atau kondisi medis tertentu.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan nausea adalah pasien dapat mengendalikan rasa mual, tidak lagi merasa mual, dan dapat mempertahankan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan untuk mengatasi nausea dapat meliputi:
1. Observasi tanda-tanda vital, intake/output, dan faktor-faktor yang menyebabkan mual.
2. Pemberian antiemetik sesuai indikasi.
3. Pengaturan diet dan asupan cairan.
4. Teknik relaksasi dan distraksi.
5. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai manajemen mual.
Sebagai pakar keperawatan, saya menekankan pentingnya pendekatan holistik dalam menangani kondisi nausea. Kolaborasi tim kesehatan, pemantauan yang ketat, dan keterlibatan pasien serta keluarga merupakan kunci keberhasilan penanganan yang efektif. -
Article No. 6693 | 22 Nov 2024
Klinis : Seorang laki-laki mengeluh pusing, dada berdebar-debar, tidak nafsu makan, sering melamun, kurang konsentrasi. Keadaan ini terjadi setelah satu Minggu proses perceraian dengan istrinya. Sebutkan diagnosa ICD dan SDKI. Sertakan pula SLKI, SIKI dan kodenya. Sebutkan pemeriksaan penunjang dan obat-obatan yang sesuai untuk pasien.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan keluhan yang disampaikan oleh pasien laki-laki tersebut, maka dapat disimpulkan diagnosis dan rencana penanganannya sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F43.2
- Deskripsi: Gangguan penyesuaian, dengan gejala campuran kecemasan dan depresi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada tindakan medis yang spesifik diperlukan, penanganan utama adalah dengan terapi psikologis.
3. Diagnosis SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode: 00069
- Deskripsi: Ansietas
- Kode: 00094
- Deskripsi: Tidur terganggu
4. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode: 1211
- Deskripsi: Tingkat kecemasan
- Kode: 0004
- Deskripsi: Kualitas tidur
5. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode: 5820
- Deskripsi: Pengurangan Kecemasan
- Kode: 1850
- Deskripsi: Peningkatan Tidur
6. Pemeriksaan Penunjang:
- Pemeriksaan laboratorium darah rutin (untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit fisik)
- Pemeriksaan psikologis (tes kepribadian, tes kecemasan, tes depresi)
7. Penatalaksanaan:
- Obat-obatan:
- Antidepresan (SSRI atau SNRI) untuk mengatasi gejala depresi dan kecemasan
- Anxiolytic (benzodiazepine) untuk mengatasi gejala kecemasan akut
- Terapi psikologis:
- Konseling individual untuk membantu proses penyesuaian diri terhadap perceraian
- Terapi Kognitif-Perilaku (CBT) untuk mengatasi pola pikir negatif dan perilaku maladaptif
- Edukasi:
- Edukasi mengenai gangguan penyesuaian dan pentingnya manajemen stres
- Dukungan psikososial dari keluarga dan lingkungan sekitar
Penanganan komprehensif yang melibatkan aspek farmakologis dan non-farmakologis diharapkan dapat membantu pasien dalam proses penyesuaian diri terhadap situasi perceraian dan memulihkan kondisi kesehatannya. -
Article No. 6694 | 22 Nov 2024
Klinis : resiko infeksi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi risiko infeksi, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi
Definisi:
Rentan terhadap invasi dan perkembangan organisme patogen, yang dapat mengganggu kesehatan.
Faktor Risiko:
1. Ketidakadekuatan sistem pertahanan tubuh
2. Paparan terhadap agen infeksi
3. Prosedur diagnostik atau terapeutik yang invasif
4. Defisiensi nutrisi
5. Penurunan sensitivitas seluler
Intervensi Keperawatan (SDKI):
1. Manajemen Infeksi
2. Pencegahan Infeksi
3. Pemantauan Tanda Tanda Infeksi
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Bebas Infeksi
2. Pengendalian Infeksi
3. Perilaku Pencegahan Infeksi
Intervensi dan Aktivitas Keperawatan (SIKI):
1. Memantau tanda dan gejala infeksi
2. Memantau hasil pemeriksaan diagnostik terkait infeksi
3. Mempertahankan praktek higiene yang baik
4. Menjaga kebersihan lingkungan
5. Menggunakan teknik aseptik saat melakukan prosedur invasif
6. Mengkaji faktor risiko infeksi pada pasien
7. Meningkatkan daya tahan tubuh pasien
Dengan penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat melakukan pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mengelola risiko infeksi pada pasien.