Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8841 | 13 Dec 2024
Klinis : Seorang laki2 berusia 61 tahun yang didiagnosis dengan diabetes mellitus tipe-2 (DM2) sejak empat belas tahun yang lalu. Diagnosis ini awalnya disertai dengan neuropati perifer sensitif dan motorik, artropati metatarsophalangeal tanpa tanda -tanda osteomielitis dan artropati diabetes. Pasien mengatakan awalnya mengalami bisul di kedua kakinya selama 3 tahun sampai sekarang, di daerah metatarsophalangeal. Bisul tersebut tidak pernah sepenuhnya sembuh walau sudah berusaha diobati ke puskesmas dan ke rumah tenaga kesehatan. Pasien membutuhkan beberapa perawatan di rumah sakit karena infeksi berulang dan membutuhkan debridemen dan antibiotik IV dalam beberapa kali selama perawatan. Dokter menyarankan amputasi sebelumnya, tetapi pasien selalu menolaknya. Saat ini menurut pasien sendiri, meskipun ia menyadari pertimbangan utama dalam perawatan bisul kaki diabetes, kepatuhannya terhadap diet, obat, dan olahraga tidak konsisten seperti yang seharusnya, terutama juga yang berkaitan dengan penanganan kaki diabetik. Pasien tidak merokok dan tidak pernah merokok serta tidak melaporkan penggunaan alkohol. Pasien memiliki kontrol metabolik yang tepat atas penyakitnya dengan nilai hemoglobin glikasi atau HbA1C 7,4%. Perawatan medis pada saat masuk rumah sakit yaitu: a. Lantus® Insulin 28 Unit: sekali sehari b. Apidra® Insulin: Jika Hiperglikemia c. Atorvastatin® 10mg: sekali sehari d. Adiro® 100mg: sekali sehari e. Hidroxil B1-B6-B12®: sekali sehari f. Saat ini ia tidak mengeluhkan rasa sakit meskipun sebelumnya ia telah menggunakan Pregabalin® dan Tramadol® tetapi telah menghentikan pengobatan ini karena efek sekunder. g. Perawatan untuk Ulkus dengan menggunakan balutan dengan menggunakan obat topikal untuk menyembuhkan yaitu dengan madu terapeutik dan membersihkan dengan sabun lembut. h. Pasien juga menggunakan sepatu dengan bantalan setebal 1cm sebagai sol kaki. Pasien menggunakan tongkat untuk menghindari berat bertumpu pada kaki yang sakit. i. Senyawa asam lemak hiperoksigenasi (HFAC): tiga kali sehari di kedua kaki. j. Berpakaian untuk mendukung pad/ bantalan. Pemeriksaan Fisik Saat Penerimaan Pasien menyajikan borok tunggal pada kedua kaki: lebar 2x3 cm di kaki kanan dan lebar 4x3 cm di kaki kirinya, ini lebih parah. Luka terlihat memiliki sejumlah besar hiperkeratosis, edema tepi luka, bengkak dengan eksudasi dan bau yang buruk. Area di antara jari -jari juga lembab, lembut dan juga bau. Pedal dorsal dan pulsasi tibialis posterior di kaki kanan sangat lemah. Onychomycosis hadir di semua kuku. Pasien juga melaporkan kram di kedua kaki meskipun lebih sering di yang kiri, klaudikasi intermiten kurang dari 150 meter dan gatal -gatal dari daerah tibialis malleolar dan anterior, sebagian besar di kaki kiri. Pasien mengatakan luka terasa sakit pada malam hari dan mereda jika posisi kaki diturunkan. Di kaki kiri ia memiliki pigmentasi kulit di daerah malleolar dengan dua area lepuh tanpa ulserasi lebih lanjut dan edema tanpa lubang di daerah tibialis. Luka juga menunjukkan dermatitis di pangkal jari kaki tanpa tanda -tanda eksternal varises. Pasien memiliki artropati charcot moderat di kaki kirinya. Pasien mandiri untuk aktivitas kehidupan sehari -hari walaupun dalam kondisi luka.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosis Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Terkait Luka Kaki Diabetik
2. Gangguan Integritas Kulit Terkait Ulkus Kaki Diabetik
3. Gangguan Mobilitas Fisik Terkait Artropati Charcot
Penjelasan singkat:
1. Risiko Infeksi Terkait Luka Kaki Diabetik:
- SDKI: Risiko Infeksi
- SLKI: Peningkatan Risiko Infeksi
- SIKI: Manajemen Risiko Infeksi
Pasien memiliki luka kaki diabetik yang kronik dan berulang, serta menunjukkan tanda-tanda infeksi seperti eksudasi, bau yang buruk, dan edema. Kondisi ini meningkatkan risiko infeksi yang dapat menyebabkan komplikasi yang serius.
2. Gangguan Integritas Kulit Terkait Ulkus Kaki Diabetik:
- SDKI: Kerusakan Integritas Kulit
- SLKI: Penyembuhan Luka Kronis
- SIKI: Perawatan Luka
Pasien mengalami ulkus kaki diabetik yang kronik dengan hiperkeratosis, edema tepi luka, dan eksudasi. Kondisi ini mengganggu integritas kulit dan membutuhkan perawatan luka yang komprehensif untuk mempercepat penyembuhan.
3. Gangguan Mobilitas Fisik Terkait Artropati Charcot:
- SDKI: Gangguan Mobilitas Fisik
- SLKI: Peningkatan Mobilitas
- SIKI: Manajemen Mobilitas
Pasien mengalami artropati Charcot pada kaki kirinya, yang dapat mengganggu mobilitas dan keseimbangan. Kondisi ini membutuhkan intervensi untuk meningkatkan mobilitas dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Dalam menangani kondisi ini, perawat harus menerapkan intervensi keperawatan yang sesuai dengan SDKI, SLKI, dan SIKI, serta berkoordinasi dengan tim multidisiplin untuk mencapai hasil yang optimal bagi pasien. -
Article No. 8842 | 13 Dec 2024
Klinis : Seorang laki2 berusia 61 tahun yang didiagnosis dengan diabetes mellitus tipe-2 (DM2) sejak empat belas tahun yang lalu. Diagnosis ini awalnya disertai dengan neuropati perifer sensitif dan motorik, artropati metatarsophalangeal tanpa tanda -tanda osteomielitis dan artropati diabetes. Pasien mengatakan awalnya mengalami bisul di kedua kakinya selama 3 tahun sampai sekarang, di daerah metatarsophalangeal. Bisul tersebut tidak pernah sepenuhnya sembuh walau sudah berusaha diobati ke puskesmas dan ke rumah tenaga kesehatan. Pasien membutuhkan beberapa perawatan di rumah sakit karena infeksi berulang dan membutuhkan debridemen dan antibiotik IV dalam beberapa kali selama perawatan. Dokter menyarankan amputasi sebelumnya, tetapi pasien selalu menolaknya. Saat ini menurut pasien sendiri, meskipun ia menyadari pertimbangan utama dalam perawatan bisul kaki diabetes, kepatuhannya terhadap diet, obat, dan olahraga tidak konsisten seperti yang seharusnya, terutama juga yang berkaitan dengan penanganan kaki diabetik. Pasien tidak merokok dan tidak pernah merokok serta tidak melaporkan penggunaan alkohol. Pasien memiliki kontrol metabolik yang tepat atas penyakitnya dengan nilai hemoglobin glikasi atau HbA1C 7,4%. Perawatan medis pada saat masuk rumah sakit yaitu: a. Lantus® Insulin 28 Unit: sekali sehari b. Apidra® Insulin: Jika Hiperglikemia c. Atorvastatin® 10mg: sekali sehari d. Adiro® 100mg: sekali sehari e. Hidroxil B1-B6-B12®: sekali sehari f. Saat ini ia tidak mengeluhkan rasa sakit meskipun sebelumnya ia telah menggunakan Pregabalin® dan Tramadol® tetapi telah menghentikan pengobatan ini karena efek sekunder. g. Perawatan untuk Ulkus dengan menggunakan balutan dengan menggunakan obat topikal untuk menyembuhkan yaitu dengan madu terapeutik dan membersihkan dengan sabun lembut. h. Pasien juga menggunakan sepatu dengan bantalan setebal 1cm sebagai sol kaki. Pasien menggunakan tongkat untuk menghindari berat bertumpu pada kaki yang sakit. i. Senyawa asam lemak hiperoksigenasi (HFAC): tiga kali sehari di kedua kaki. j. Berpakaian untuk mendukung pad/ bantalan. Pemeriksaan Fisik Saat Penerimaan Pasien menyajikan borok tunggal pada kedua kaki: lebar 2x3 cm di kaki kanan dan lebar 4x3 cm di kaki kirinya, ini lebih parah. Luka terlihat memiliki sejumlah besar hiperkeratosis, edema tepi luka, bengkak dengan eksudasi dan bau yang buruk. Area di antara jari -jari juga lembab, lembut dan juga bau. Pedal dorsal dan pulsasi tibialis posterior di kaki kanan sangat lemah. Onychomycosis hadir di semua kuku. Pasien juga melaporkan kram di kedua kaki meskipun lebih sering di yang kiri, klaudikasi intermiten kurang dari 150 meter dan gatal -gatal dari daerah tibialis malleolar dan anterior, sebagian besar di kaki kiri. Pasien mengatakan luka terasa sakit pada malam hari dan mereda jika posisi kaki diturunkan. Di kaki kiri ia memiliki pigmentasi kulit di daerah malleolar dengan dua area lepuh tanpa ulserasi lebih lanjut dan edema tanpa lubang di daerah tibialis. Luka juga menunjukkan dermatitis di pangkal jari kaki tanpa tanda -tanda eksternal varises. Pasien memiliki artropati charcot moderat di kaki kirinya. Pasien mandiri untuk aktivitas kehidupan sehari -hari walaupun dalam kondisi luka.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Kerusakan Integritas Kulit
- Definisi: Kerusakan epidermis dan/atau dermis
- Karakteristik Utama: Adanya luka, ulkus, borok, dan dermatitis di kedua kaki pasien
2. Defisit Perawatan Diri
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri
- Karakteristik Utama: Pasien tidak konsisten dalam melakukan diet, obat, dan olahraga terkait perawatan kaki diabetik
3. Risiko Infeksi
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan
- Karakteristik Utama: Adanya infeksi berulang pada luka kaki pasien yang membutuhkan perawatan di rumah sakit, debridemen, dan antibiotik intravena
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Integritas Kulit Membaik
- Definisi: Menunjukkan kondisi kulit yang utuh
- Kriteria Hasil:
a. Luka sembuh
b. Tidak ada tanda-tanda infeksi
c. Tidak ada dermatitis
d. Onychomycosis terkendali
2. Kemandirian Perawatan Diri
- Definisi: Mampu melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri
- Kriteria Hasil:
a. Pasien patuh dalam mengikuti diet, obat, dan olahraga
b. Pasien mampu melakukan perawatan kaki diabetik secara mandiri
3. Bebas Infeksi
- Definisi: Tidak ada tanda-tanda infeksi
- Kriteria Hasil:
a. Tidak ada infeksi berulang pada luka kaki
b. Tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit, debridemen, dan antibiotik intravena
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Perawatan Luka:
- Bersihkan luka dengan sabun lembut dan cuci dengan air bersih
- Aplikasikan madu terapeutik dan balut luka dengan balutan yang sesuai
- Lakukan debridemen luka jika diperlukan
- Pantau tanda-tanda infeksi dan nutrisi pada luka
2. Edukasi Manajemen Diabetes:
- Edukasi pasien tentang pentingnya kepatuhan diet, obat, dan olahraga
- Ajarkan pasien teknik perawatan kaki diabetik yang tepat
- Dorong pasien untuk melakukan aktivitas perawatan kaki diabetik secara mandiri
3. Pencegahan Infeksi:
- Pantau tanda-tanda infeksi pada luka kaki
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk tatalaksana infeksi yang tepat
- Ajarkan pasien teknik pencegahan infeksi pada luka kaki
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat meningkatkan integritas kulit, kemandirian perawatan diri, dan mencegah infeksi berulang pada pasien dengan ulkus kaki diabetik ini. -
Article No. 8843 | 13 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan nyeri pada mata
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien dengan keluhan nyeri pada mata.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan nyeri pada mata adalah "Nyeri Akut". Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah tersebut.
Pada kondisi ini, pasien mengalami nyeri pada mata, yang merupakan gejala dari adanya kerusakan atau iritasi pada struktur mata. Nyeri akut biasanya memiliki onset yang tiba-tiba, durasi yang terbatas, dan intensitas yang dapat diprediksi.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Kontrol Nyeri: Pasien dapat mengendalikan dan mengelola nyeri pada mata dengan baik.
2. Kenyamanan: Pasien dapat merasakan kenyamanan yang memadai terkait nyeri pada mata.
3. Pengetahuan: Pasien memiliki pengetahuan yang memadai tentang penyebab, gejala, dan penatalaksanaan nyeri pada mata.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Manajemen Nyeri:
- Identifikasi karakteristik nyeri (lokasi, durasi, intensitas, kualitas)
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik yang sesuai
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti kompres hangat/dingin, relaksasi, distraksi
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan
2. Edukasi Kesehatan:
- Berikan penjelasan tentang penyebab nyeri pada mata
- Ajarkan pasien mengenali tanda-tanda dan gejala nyeri pada mata
- Instruksikan pasien tentang penatalaksanaan nyeri, termasuk penggunaan obat dan tindakan nonfarmakologis
- Dorong pasien untuk aktif terlibat dalam pengelolaan nyeri
3. Dukungan Emosional:
- Dengarkan dengan aktif dan tunjukkan empati terhadap keluhan pasien
- Bantu pasien mengidentifikasi strategi koping yang efektif untuk mengatasi nyeri
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan psikologis kepada pasien
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif dan terpusat pada pasien, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu mampu mengelola nyeri pada mata dengan baik, merasakan kenyamanan, dan memiliki pengetahuan yang memadai tentang kondisinya. -
Article No. 8844 | 13 Dec 2024
Klinis : Kesadaran composmentis, Pernafasan binasal 3 lpm. Hemodinamik TD : 131/86 mmHg, HR : 90x/menit, RR : 20 x/menit, Spo2 98 %. Terpasang IV line di VBD no 22 tgl 12/12/24 infus RL 1500 ml/24jam, Kelemahan tangan kiri. Terpasang NGT no 16 tanggal 11/12/24 diit tolerit. skala nyeri 0
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Risiko Perfusi Jaringan Cerebral Terganggu
Definisi: Berisiko mengalami penurunan aliran darah ke otak yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan otak.
Tanda dan Gejala: Kesadaran komposmentis, kelemahan pada tangan kiri (hemiparesis).
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Tanda dan Gejala: Pernapasan binasal 3 lpm.
3. Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik
Definisi: Berisiko mengalami perubahan pada tekanan darah, denyut nadi, dan pernapasan yang dapat mengganggu fungsi kardiovaskular.
Tanda dan Gejala: TD 131/86 mmHg, HR 90x/menit, RR 20x/menit, SpO2 98%.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Perfusi Jaringan Cerebral Membaik
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Tidak ada kelemahan atau paralisis pada ekstremitas
- Fungsi kognitif membaik
2. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Frekuensi pernapasan dalam batas normal
- Tidak ada suara napas tambahan
- Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan efektif
3. Stabilitas Hemodinamik Terpelihara
- Tekanan darah, nadi, dan pernapasan dalam batas normal
- Perfusi perifer adekuat
- Tidak ada tanda-tanda ketidakstabilan hemodinamik
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Risiko Perfusi Jaringan Cerebral Terganggu
- Observasi tanda-tanda vital secara berkala
- Lakukan tes fungsi motorik dan neurologis
- Pertahankan posisi tidur yang optimal untuk perfusi cerebral
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk evaluasi dan perawatan lanjut
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- Monitoring pernapasan dan bunyi napas
- Lakukan teknik batuk efektif dan suction jika diperlukan
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk intervensi terkait pernapasan
3. Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik
- Observasi tanda-tanda vital secara berkala
- Pertahankan posisi tidur yang optimal untuk stabilitas hemodinamik
- Pertahankan status cairan dan elektrolit yang adekuat
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk evaluasi dan perawatan lanjut
Saya telah memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta. Jika ada pertanyaan atau penjelasan tambahan yang dibutuhkan, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 8845 | 13 Dec 2024
Klinis : nyeri perut kanan bawah, susah tidur
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci sesuai dengan permintaan Anda.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut: nyeri perut kanan bawah, susah tidur
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
a. Nyeri Akut (Acute Pain)
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut. Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi secara tiba-tiba dan memiliki durasi yang terbatas.
b. Gangguan Pola Tidur (Sleep Disturbance)
Definisi: Perubahan dalam kualitas atau kuantitas tidur yang mengganggu fungsi normal individu.
Nyeri perut kanan bawah dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti apendisitis, divertikulitis, atau masalah gastrointestinal lainnya. Sementara itu, susah tidur dapat terjadi sebagai respon terhadap nyeri atau sebagai gejala dari kondisi medis lainnya.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
a. Untuk Diagnosa Nyeri Akut:
- Pasien melaporkan penurunan nyeri hingga tingkat yang dapat ditoleransi.
- Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam mengelola nyeri.
- Pasien menunjukkan perilaku yang sesuai untuk mengurangi nyeri.
b. Untuk Diagnosa Gangguan Pola Tidur:
- Pasien melaporkan peningkatan kualitas dan kuantitas tidur.
- Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam mengelola pola tidurnya.
- Pasien menunjukkan peningkatan energi dan fungsi sehari-hari.
Luaran yang diharapkan mencakup penurunan tingkat nyeri, peningkatan kemampuan pasien dalam mengelola nyeri dan pola tidur, serta peningkatan kualitas hidup pasien secara keseluruhan.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
a. Untuk Diagnosa Nyeri Akut:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri.
- Berikan analgesik sesuai dengan indikasi dan resep dokter.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, atau kompres hangat/dingin.
- Libatkan keluarga dalam proses manajemen nyeri.
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
b. Untuk Diagnosa Gangguan Pola Tidur:
- Lakukan pengkajian pola tidur secara komprehensif.
- Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pola tidur.
- Berikan edukasi tentang sleep hygiene (kebersihan tidur).
- Anjurkan penggunaan teknik relaksasi sebelum tidur.
- Atur lingkungan yang mendukung tidur, seperti suhu, pencahayaan, dan kebisingan.
- Libatkan keluarga dalam proses manajemen pola tidur.
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
Intervensi keperawatan yang dilakukan harus komprehensif, mencakup pengkajian, identifikasi faktor-faktor penyebab, pemberian intervensi farmakologis dan non-farmakologis, serta melibatkan keluarga. Evaluasi dan penyesuaian intervensi juga diperlukan untuk memastikan tercapainya tujuan luaran yang diharapkan. -
Article No. 8846 | 13 Dec 2024
Klinis : 6. Nn J 35 tahun, di rawat di rs jiwa sejak 3 bulan yang lalu, saat ini gejala yang tampak dari Nn J adalah rambut kotor dan kusut, kancing baju tidak sesuai, masalah keperawatan yang di tegakkan oleh perawat adalah defisit perawatan diri……. a.Penampilan diri b.Berpakaian c.Berhias d.Mandi e.Makan dan minum
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Nn J.
Diagnosa Keperawatan: Defisit Perawatan Diri
Penjelasan:
a. Penampilan Diri
- Karakteristik: Kemampuan individu untuk menjaga penampilan diri secara keseluruhan.
- Gejala yang tampak pada Nn J: Rambut kotor dan kusut, menunjukkan ketidakmampuan dalam merawat penampilan diri.
b. Berpakaian
- Karakteristik: Kemampuan individu untuk memilih, memakai, dan merawat pakaian.
- Gejala yang tampak pada Nn J: Kancing baju tidak sesuai, menunjukkan ketidakmampuan dalam berpakaian secara tepat.
c. Berhias
- Karakteristik: Kemampuan individu untuk menjaga dan merawat bagian tubuh tertentu seperti rambut, kuku, dan kulit.
- Gejala yang tampak pada Nn J: Rambut kotor dan kusut, menunjukkan ketidakmampuan dalam berhias.
d. Mandi
- Karakteristik: Kemampuan individu untuk membersihkan seluruh tubuh.
- Gejala yang tampak pada Nn J: Tidak disebutkan, namun dapat disimpulkan bahwa Nn J mengalami masalah dalam mandi.
e. Makan dan Minum
- Karakteristik: Kemampuan individu untuk memilih, menyiapkan, dan mengonsumsi makanan dan minuman.
- Gejala yang tampak pada Nn J: Tidak disebutkan, namun dapat disimpulkan bahwa Nn J mengalami masalah dalam makan dan minum.
Berdasarkan informasi yang diberikan, perawat telah menegakkan diagnosa keperawatan yang tepat, yaitu Defisit Perawatan Diri, yang ditandai dengan gejala-gejala yang tampak pada Nn J, seperti rambut kotor dan kusut, serta kancing baju yang tidak sesuai. -
Article No. 8847 | 13 Dec 2024
Klinis : gangguan mobilitas fisik
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai untuk Kondisi Gangguan Mobilitas Fisik:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi gangguan mobilitas fisik adalah "Hambatan Mobilitas Fisik". Hambatan Mobilitas Fisik didefinisikan sebagai "Keterbatasan dalam gerakan fisik yang independen dan terkoordinasi dari satu atau lebih ekstremitas tubuh". Karakteristik definisinya meliputi penurunan rentang gerak, penurunan kekuatan otot, dan/atau kekakuan sendi.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dengan gangguan mobilitas fisik dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Mobilitas Fisik: Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan kemampuan bergerak secara independen dan terkoordinasi.
2. Aktivitas Kehidupan Sehari-hari: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri atau dengan bantuan minimal.
3. Kenyamanan: Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan kenyamanan fisik selama pergerakan.
4. Pengetahuan: Pasien/keluarga memahami strategi untuk mempertahankan atau meningkatkan mobilitas fisik.
5. Partisipasi: Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang sesuai dengan kondisinya.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan pada pasien dengan gangguan mobilitas fisik, diperlukan intervensi keperawatan sebagai berikut:
1. Manajemen Aktivitas: Membantu pasien dalam melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan, memberikan bantuan atau alat bantu yang diperlukan, dan mengajarkan teknik mobilisasi yang aman.
2. Manajemen Nyeri: Mengelola nyeri yang mungkin dialami pasien selama aktivitas dan pergerakan, seperti pemberian analgesik, aplikasi kompres hangat/dingin, dan teknik relaksasi.
3. Terapi Fisik: Melakukan latihan fisik yang sesuai, seperti latihan rentang gerak, kekuatan otot, dan keseimbangan, untuk mempertahankan atau meningkatkan fungsi fisik.
4. Edukasi Pasien/Keluarga: Memberikan edukasi tentang pentingnya mobilitas fisik, strategi untuk meningkatkan kemandirian, dan penggunaan alat bantu yang tepat.
5. Kolaborasi Interprofesional: Berkoordinasi dengan tim kesehatan lain, seperti fisioterapis, okupasi terapis, dan ahli gizi, untuk memberikan perawatan yang komprehensif.
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI "Hambatan Mobilitas Fisik" menggambarkan kondisi pasien yang mengalami keterbatasan dalam gerakan fisik yang independen dan terkoordinasi dari satu atau lebih ekstremitas tubuh. Karakteristik definisinya, seperti penurunan rentang gerak, penurunan kekuatan otot, dan/atau kekakuan sendi, merupakan indikator utama dari diagnosa ini.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan mencakup lima aspek penting, yaitu:
a. Mobilitas Fisik: Meningkatkan atau mempertahankan kemampuan pasien untuk bergerak secara independen dan terkoordinasi, sesuai dengan kondisi kesehatan.
b. Aktivitas Kehidupan Sehari-hari: Memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri atau dengan bantuan minimal, sehingga meningkatkan kemandirian.
c. Kenyamanan: Mempertahankan atau meningkatkan kenyamanan fisik pasien selama melakukan pergerakan, untuk mengurangi potensi komplikasi.
d. Pengetahuan: Memastikan pasien dan keluarga memahami strategi yang dapat diterapkan untuk mempertahankan atau meningkatkan mobilitas fisik.
e. Partisipasi: Mendorong pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang sesuai dengan kondisinya, untuk meningkatkan kualitas hidup.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran meliputi:
a. Manajemen Aktivitas: Membantu pasien dalam melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya, memberikan alat bantu yang diperlukan, dan mengajarkan teknik mobilisasi yang aman. Tujuannya adalah mempertahankan atau meningkatkan kemampuan fisik pasien.
b. Manajemen Nyeri: Mengelola nyeri yang mungkin dialami pasien selama aktivitas dan pergerakan, dengan pemberian analgesik, aplikasi kompres hangat/dingin, dan teknik relaksasi. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan fisik pasien.
c. Terapi Fisik: Melakukan latihan fisik yang sesuai, seperti latihan rentang gerak, kekuatan otot, dan keseimbangan, untuk mempertahankan atau meningkatkan fungsi fisik pasien.
d. Edukasi Pasien/Keluarga: Memberikan edukasi tentang pentingnya mobilitas fisik, strategi untuk meningkatkan kemandirian, dan penggunaan alat bantu yang tepat. Tujuannya adalah meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga.
e. Kolaborasi Interprofesional: Berkoordinasi dengan tim kesehatan lain, seperti fisioterapis, okupasi terapis, dan ahli gizi, untuk memberikan perawatan yang komprehensif dan meningkatkan partisipasi pasien dalam aktivitas yang sesuai.
Keseluruhan intervensi keperawatan ini bertujuan untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, sehingga pasien dengan gangguan mobilitas fisik dapat mempertahankan atau meningkatkan kemampuan fisik, kemandirian, kenyamanan, pengetahuan, dan partisipasi dalam aktivitas sehari-hari. -
Article No. 8848 | 13 Dec 2024
Klinis : Pasien terdiagnosis CKD G5A3 e.c Hipoplasia ren Sinistra on CAPD, nafas clear, paten, room air, tidak sesak nafas, nadi kuat, akral hangat, CRT <2 detik, terpasang iv line hari ke-3, terpasang CAPD = macet, injeksi ampisulbac dengan rencana repair CAPD (menunggu advice urologi), dan persiapan pasang hd cath, hasil patologi klinik albumin 2,84, BUN 74, dan kreatinin 10,80
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Ginjal
Definisi: Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke ginjal yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan ginjal.
Faktor Risiko: Penyakit kronis ginjal (CKD), hipoplasia ginjal, dan gangguan fungsi ginjal.
2. Kesiapan Peningkatan Manajemen Diri
Definisi: Keinginan dan kemampuan pasien untuk meningkatkan pengelolaan kondisi kesehatan secara mandiri.
Faktor yang Mendukung: Motivasi pasien, pengetahuan, dan dukungan keluarga.
3. Risiko Infeksi
Definisi: Berisiko mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen.
Faktor Risiko: Terpasang CAPD, insersi kateter, dan prosedur pembedahan yang akan dilakukan.
4. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin.
Penyebab: Penurunan fungsi ginjal, retensi cairan, dan perubahan status nutrisi.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan penilaian komprehensif terhadap pasien, seperti riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan hasil pemeriksaan penunjang.
- Diagnosa keperawatan mengacu pada permasalahan kesehatan yang dapat diidentifikasi dan diatasi melalui intervensi keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran keperawatan menggambarkan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang diberikan.
- Luaran keperawatan dapat diukur untuk mengevaluasi efektivitas asuhan keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan merupakan tindakan yang dilakukan perawat untuk mengatasi masalah kesehatan pasien.
- Intervensi keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan dan luaran yang diharapkan. -
Article No. 8849 | 13 Dec 2024
Klinis : Tn M 21 tahun masuk rumah sakit jiwa untuk yang pertama kali diantar oleh keluarga dengan alasan mengurungdiri dikamar mandi selama 8 jam, tidak mau berinteraksi dengan anggota keluarga yang lain, menangis lama, analisa perawat dapat terjadi halusinasi pada pasien tersebut, core problem yan dapat di tegakkaan adalah….. a.Angguan konsep diri : harga diri rendah b. Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain c.Gangguan persepsi sensori : halusinasi dengar (bener ga si harusnya) d.Isolasi social menarik diri e. Deficit perawatan diri : mandi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi Tn M 21 tahun yang masuk rumah sakit jiwa untuk pertama kalinya dengan alasan mengurung diri di kamar mandi selama 8 jam, tidak mau berinteraksi dengan anggota keluarga lain, dan menangis lama, serta adanya analisa perawat bahwa pasien mengalami halusinasi, maka dapat ditegakkan diagnosis keperawatan sebagai berikut:
Diagnosis Keperawatan:
c. Gangguan persepsi sensori: Halusinasi dengar
Penjelasan:
Gangguan persepsi sensori: Halusinasi dengar merupakan diagnosis keperawatan yang paling sesuai dengan kondisi pasien. Halusinasi adalah persepsi sensorik palsu yang terjadi tanpa rangsangan eksternal yang nyata. Pada kasus ini, pasien mengalami halusinasi dengar, yang ditandai dengan perilaku mengurung diri dan tidak mau berinteraksi dengan anggota keluarga lain.
Penjelasan Singkat Standar SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Standar ini menyediakan definisi, karakteristik, faktor yang berhubungan, dan faktor yang berhubungan dengan hasil untuk masing-masing diagnosis keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Standar ini menyediakan definisi, kriteria hasil, dan indikator untuk masing-masing luaran keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Standar ini menyediakan definisi, aktivitas, dan rasional untuk masing-masing intervensi keperawatan.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) merupakan organisasi profesi yang bertanggung jawab dalam pengembangan dan penerapan standar-standar tersebut di Indonesia. -
Article No. 8850 | 13 Dec 2024
Klinis : Pasien perempuan berusia 13 tahun terdiagnosis CKD G5A3 e.c Hipoplasia ren Sinistra on CAPD, nafas clear, paten, room air, tidak sesak nafas, nadi kuat, akral hangat, CRT <2 detik, terpasang iv line hari ke-3, terpasang CAPD = macet, injeksi ampisulbac dengan rencana repair CAPD (menunggu advice urologi), dan persiapan pasang hd cath, hasil patologi klinik albumin 2,84, BUN 74, dan kreatinin 10,80
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan rekomendasi diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan Perfusi Ginjal berhubungan dengan penyakit ginjal kronik stadium 5 dan hipoplasia ginjal kiri, ditandai dengan peningkatan BUN, kreatinin, dan albumin yang rendah.
2. Risiko Ketidakseimbangan Cairan berhubungan dengan kegagalan CAPD, ditandai dengan terpasang IV line dan rencana pasang HD cath.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perfusi Ginjal Membaik, yang ditandai dengan:
- Nilai BUN, kreatinin, dan albumin mendekati normal
- Fungsi ginjal yang membaik
- Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda uremia
2. Keseimbangan Cairan Terjaga, yang ditandai dengan:
- Intake dan output cairan seimbang
- Tanda-tanda vital stabil
- Tidak ada edema atau dehidrasi
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Untuk Diagnosis Keperawatan Ketidakefektifan Perfusi Ginjal:
- Pantau nilai laboratorium (BUN, kreatinin, albumin) secara berkala
- Kaji fungsi ginjal pasien (laju filtrasi glomerulus, produksi urin, dan gejala uremia)
- Kolaborasi dengan tim medis untuk mengevaluasi dan mengoptimalkan terapi pengganti ginjal (CAPD)
- Berikan edukasi pada pasien dan keluarga tentang penyakit ginjal kronik, terapi pengganti ginjal, dan pentingnya kepatuhan dalam perawatan
- Pantau asupan dan pembatasan cairan serta natrium, kalium, dan protein sesuai kebutuhan pasien
2. Untuk Diagnosis Keperawatan Risiko Ketidakseimbangan Cairan:
- Pantau intake dan output cairan secara ketat
- Kaji tanda-tanda vital dan tanda dehidrasi atau overload cairan
- Kolaborasi dengan tim medis untuk mengevaluasi status cairan dan elektrolit pasien
- Berikan dukungan cairan sesuai kebutuhan pasien, termasuk penggantian CAPD
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga keseimbangan cairan
Penjelasan yang rinci:
Diagnosis keperawatan Ketidakefektifan Perfusi Ginjal dan Risiko Ketidakseimbangan Cairan sangat sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami penyakit ginjal kronik stadium 5, hipoplasia ginjal kiri, dan kegagalan CAPD. Luaran yang diharapkan adalah memulihkan perfusi ginjal dan menjaga keseimbangan cairan, yang dapat dicapai melalui intervensi keperawatan yang komprehensif, termasuk pemantauan laboratorium, evaluasi fungsi ginjal, kolaborasi dengan tim medis, dan edukasi pasien serta keluarga. Dengan penerapan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan kondisi pasien dapat membaik dan mencapai stabilitas klinis.