Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18849 | 20 Jun 2025
Klinis : Data Subjektif: • Klien mengeluh punggung terasa pegal-pegal saat bangun tidur • Klien menyatakan kasur tidak nyaman • Klien mengatakan pegal hilang setelah mandi pagi • Klien rutin minum obat hipertensi dan diabetes melitus Data Objektif: • Klien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus • Klien menunjukkan kepatuhan dalam pengobatan (rutin minum obat) • Klien mampu mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi kenyamanan (kasur tidak nyaman)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI – SLKI – SIKI**
**Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Kenyamanan: Nyeri Akut (00032)**
**Penjelasan Singkat:**
1. **Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) – Kode 00032**
- **Definisi:** Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, yang digambarkan dalam istilah seperti pegal, nyeri, atau ketidaknyamanan.
- **Faktor yang Berhubungan:**
- Faktor fisik (kasur tidak nyaman, posisi tidur).
- Kondisi kronis (hipertensi, diabetes melitus) yang dapat memengaruhi persepsi nyeri.
- **Karakteristik:**
- Keluhan pegal di punggung saat bangun tidur.
- Ketidaknyamanan berkurang setelah mandi pagi.
2. **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) – Kode 2101 (Nyeri Terkontrol)**
- **Indikator Luaran:**
- Klien melaporkan penurunan atau hilangnya nyeri/pegal.
- Klien mampu mengidentifikasi dan memodifikasi faktor penyebab ketidaknyamanan (misal: mengganti kasur).
- Klien menunjukkan perilaku adaptif (mandi pagi untuk mengurangi pegal).
3. **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) – Kode 5610 (Manajemen Nyeri)**
- **Intervensi Utama:**
- **Ajarkan teknik relaksasi** (peregangan ringan sebelum tidur).
- **Anjurkan modifikasi lingkungan tidur** (penggunaan kasur ergonomis).
- **Monitor respons nyeri** (skala, durasi, dan faktor pencetus).
- **Intervensi Pendukung:**
- **Edukasi manajemen penyakit kronis** (kontrol gula darah dan tekanan darah untuk mencegah komplikasi yang memperberat nyeri).
- **Kolaborasi dengan tim medis** jika diperlukan (evaluasi obat analgesik atau adjuvan).
**Catatan Akademis:**
- Diagnosa ini memenuhi kriteria **NANDA-I** (Domain 12: Kenyamanan, Kelas 1: Kenyamanan Fisik) dan telah diadaptasi dalam **SDKI PPNI**.
- **Hipertensi dan diabetes melitus** berperan sebagai faktor komorbid yang dapat memengaruhi sensitivitas nyeri melalui mekanisme neuropati atau vaskular.
- **Kepatuhan pengobatan** klien menjadi faktor protektif dalam manajemen nyeri kronis sekunder.
**Referensi:**
- Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2017). *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)*. Edisi Revisi.
- Herdman, T.H., & Kamitsuru, S. (2021). *NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions & Classification*. Edisi 12.
*(Format RTF tersedia sesuai permintaan)* -
Article No. 18850 | 20 Jun 2025
Klinis : Data Subjektif: • Klien mengeluh punggung terasa pegal-pegal saat bangun tidur • Klien menyatakan kasur tidak nyaman • Klien mengatakan pegal hilang setelah mandi pagi • Klien rutin minum obat hipertensi dan diabetes melitus Data Objektif: • Klien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus • Klien menunjukkan kepatuhan dalam pengobatan (rutin minum obat) • Klien mampu mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi kenyamanan (kasur tidak nyaman)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, saya sebagai perawat menyimpulkan bahwa diagnosa keperawatan yang paling sesuai adalah:
1. Gangguan Tidur (00198) (SDKI)
Definisi: Gangguan dalam kuantitas dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi normal individu.
Kode SLKI: TID-012 Gangguan Tidur
Definisi: Perubahan dalam durasi, kualitas, atau pola tidur yang mengganggu fungsi optimal.
Kode SIKI: I0143 Manajemen Tidur
Definisi: Intervensi untuk mengatur pola tidur dan memfasilitasi tidur yang adekuat.
Penjelasan:
Klien mengeluh punggung terasa pegal-pegal saat bangun tidur, kasur tidak nyaman, dan pegal hilang setelah mandi pagi, yang menggambarkan adanya gangguan tidur. Selain itu, klien juga memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus yang dapat mempengaruhi kualitas tidur.
2. Ketidaknyamanan (00214) (SDKI)
Definisi: Pengalaman tidak menyenangkan secara subyektif dan objektif yang mengganggu aktivitas normal individu.
Kode SLKI: KNY-021 Ketidaknyamanan
Definisi: Pengalaman subjektif dan objektif yang tidak menyenangkan dan mengganggu aktivitas normal.
Kode SIKI: I0151 Manajemen Kenyamanan
Definisi: Intervensi untuk meningkatkan kenyamanan fisik, psikologis, sosial, dan spiritual.
Penjelasan:
Klien mengeluhkan rasa pegal-pegal di punggung saat bangun tidur dan merasa kasur tidak nyaman, yang menunjukkan adanya ketidaknyamanan fisik. Ketidaknyamanan ini dapat mempengaruhi aktivitas normal klien.
Dengan menggunakan diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, dan intervensi yang sesuai, diharapkan dapat membantu klien mengatasi masalah gangguan tidur dan ketidaknyamanan yang dialaminya. -
Article No. 18851 | 20 Jun 2025
Klinis : Data Subjektif: • Klien mengeluh punggung terasa pegal-pegal saat bangun tidur • Klien menyatakan kasur tidak nyaman • Klien mengatakan pegal hilang setelah mandi pagi • Klien rutin minum obat hipertensi dan diabetes melitus Data Objektif: • Klien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus • Klien menunjukkan kepatuhan dalam pengobatan (rutin minum obat) • Klien mampu mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi kenyamanan (kasur tidak nyaman)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI – SLKI – SIKI**
**Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Kenyamanan: Nyeri Akut (00032)**
*Berdasarkan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)*
---
### **Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)**
**Kode: 00032 – Gangguan Kenyamanan: Nyeri Akut**
**Definisi:** Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, yang digambarkan dalam istilah seperti pegal, tertekan, atau tidak nyaman, dengan durasi kurang dari 3 bulan.
**Karakteristik Mayor:**
- Klien melaporkan nyeri/pegal (skala subjektif).
- Perilaku berhati-hati atau menghindari gerakan tertentu.
- Perubahan tonus otot (misalnya, kekakuan pada punggung).
**Karakteristik Minor:**
- Ekspresi wajah tidak nyaman.
- Gangguan tidur akibat ketidaknyamanan.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Faktor fisik: Kasur tidak ergonomis (data: "kasur tidak nyaman").
- Kondisi kronis: Hipertensi dan diabetes melitus dapat memengaruhi sirkulasi dan persarafan, memperberat keluhan pegal.
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**Kode: 1401 – Tingkat Kenyamanan**
**Indikator:**
1. **Nyeri/pegal berkurang (140101):** Skala nyeri menurun dari keluhan awal.
2. **Kualitas tidur membaik (140102):** Tidak terbangun akibat pegal.
3. **Kemampuan mobilisasi (140103):** Punggung tidak kaku saat bangun tidur.
**Kriteria Evaluasi:**
- Klien melaporkan pegal hilang setelah intervensi (misalnya, mandi atau perubahan posisi tidur).
- Klien mampu mengidentifikasi dan memodifikasi faktor penyebab (misalnya, mengganti kasur).
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**Kode: 0840 – Manajemen Nyeri**
**Intervensi Utama:**
1. **Ajarkan teknik relaksasi (084004):** Napas dalam dan peregangan ringan sebelum tidur.
2. **Modifikasi lingkungan (084008):** Rekomendasikan kasur dengan densitas sesuai kebutuhan ortopedi.
3. **Edukasi posisi tidur (084012):** Tidur miring dengan bantal penyangga lutut untuk mengurangi tekanan pada punggung.
**Intervensi Pendukung:**
- **Pantau efek obat kronis (DM & hipertensi) terhadap nyeri muskuloskeletal (misalnya, dehidrasi atau neuropati).**
- **Kolaborasi dengan ahli gizi untuk manajemen diet, mengingat diabetes dan hipertensi dapat memengaruhi recovery jaringan.**
---
### **Rasionalisasi**
1. **SDKI 00032:** Keluhan "pegal" dan "kasur tidak nyaman" memenuhi kriteria gangguan kenyamanan dengan faktor risiko terkait kondisi kronis dan lingkungan.
2. **SLKI 1401:** Fokus pada peningkatan kenyamanan fisik dan adaptasi perilaku.
3. **SIKI 0840:** Intervensi non-farmakologis diprioritaskan mengingat nyeri bersifat ringan dan terkait faktor eksternal (kasur).
---
**Catatan Akademis:**
- Diagnosis ini konsisten dengan *NANDA-I* (Domain 12: Kenyamanan, Kelas 1: Kenyamanan Fisik) dan diadaptasi ke konteks Indonesia melalui SDKI.
- Penting untuk menyingkirkan penyebab patologis (misalnya, neuropati diabetik) jika keluhan menetap meski intervensi dilakukan.
**Referensi:**
- PPNI. (2019). *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 6*.
- PPNI. (2019). *Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 5*.
- PPNI. (2019). *Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 5*.
Format RTF terlampir dapat digunakan untuk dokumentasi keperawatan. -
Article No. 18852 | 20 Jun 2025
Klinis : batuk
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi batuk.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi batuk adalah "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" (Impaired Airway Clearance). Diagnosis ini mencerminkan adanya ketidakmampuan individu untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan, sehingga dapat mengganggu ventilasi.
Luaran/Output yang Diharapkan SLKI:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Bersihan Jalan Napas Efektif: Pasien dapat mempertahankan jalan napas yang bebas dari obstruksi, dengan adanya kemampuan untuk mengontrol dan mengeluarkan sekresi pernapasan secara efektif.
2. Tidak Ada Komplikasi Pernapasan: Pasien tidak mengalami komplikasi pernapasan, seperti pneumonia, atelektasis, atau gagal napas.
3. Pengetahuan Perawatan Diri: Pasien dan/atau keluarga memiliki pengetahuan yang memadai tentang teknik-teknik untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pemantauan Jalan Napas:
- Pantau karakteristik batuk, produksi sputum, dan kesulitan bernapas.
- Pantau tanda-tanda vital, terutama frekuensi pernapasan dan saturasi oksigen.
- Pantau status mental dan kemampuan batuk efektif.
2. Manajemen Jalan Napas:
- Posisikan pasien untuk memudahkan drainase sekret.
- Berikan oksigen, jika diperlukan, untuk mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat.
- Berikan nebulizer atau terapi inhalasi, jika diperlukan, untuk melembapkan dan melicinkan sekresi.
- Bantu pasien dalam melakukan teknik batuk efektif, seperti batuk dalam, napas dalam, dan latihan pernapasan.
3. Edukasi Perawatan Diri:
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang teknik batuk efektif, drainase postural, dan latihan pernapasan.
- Berikan informasi tentang faktor-faktor yang dapat memperburuk kondisi pernapasan, seperti merokok, polusi udara, dan infeksi.
- Dorong pasien dan keluarga untuk aktif terlibat dalam perawatan diri dan mencegah komplikasi.
Dengan pemantauan yang ketat, manajemen jalan napas yang tepat, dan edukasi perawatan diri yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu bersihan jalan napas yang efektif, tidak ada komplikasi pernapasan, dan peningkatan pengetahuan perawatan diri. -
Article No. 18853 | 20 Jun 2025
Klinis : ga
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
D.0186 Gangguan Fungsi Sensorik Visual
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
D.0186 Gangguan Fungsi Sensorik Visual
Definisi: Pengurangan kemampuan penglihatan yang mengakibatkan penurunan dalam kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
L.1704 Pemulihan Fungsi Sensorik Visual
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan atau meningkatkan fungsi penglihatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
I.1201 Manajemen Gangguan Penglihatan
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan atau meningkatkan fungsi penglihatan.
Kode-kode tersebut merupakan standar yang ditetapkan oleh PPNI sebagai acuan dalam praktik keperawatan di Indonesia. Diagnosa keperawatan, luaran keperawatan, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien dapat digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar. -
Article No. 18854 | 20 Jun 2025
Klinis : gangguan citra tubuh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi gangguan citra tubuh, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Citra Tubuh (Kode: 00118)
Definisi:
Gangguan Citra Tubuh adalah persepsi negatif atau terganggu terhadap penampilan dan fungsi tubuh.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Kode: 00118
Definisi: Persepsi negatif atau terganggu terhadap penampilan dan fungsi tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: LS 0119
Judul: Citra Tubuh Positif
Definisi: Kemampuan individu untuk menerima, menghargai, dan merasa puas dengan penampilan dan fungsi tubuhnya.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: IP 0139
Judul: Peningkatan Citra Tubuh
Definisi: Upaya meningkatkan persepsi positif individu terhadap penampilan dan fungsi tubuhnya.
Penjelasan singkat:
Gangguan citra tubuh adalah persepsi negatif atau terganggu terhadap penampilan dan fungsi tubuh seseorang. Hal ini dapat mempengaruhi konsep diri, harga diri, dan interaksi sosial individu. Perawat berperan penting dalam membantu klien meningkatkan citra tubuh positif melalui intervensi keperawatan yang tepat, seperti memberikan dukungan emosional, edukasi, dan latihan untuk menerima dan menghargai kondisi tubuhnya. -
Article No. 18855 | 20 Jun 2025
Klinis : Pasien mual
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang mual, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Mual (Nausea) (00004)
Definisi: Sensasi tidak nyaman di perut yang mungkin mengarah pada keinginan untuk muntah.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Mual (Nausea) (00004)
Definisi: Sensasi tidak nyaman di perut yang mungkin mengarah pada keinginan untuk muntah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Mual (Nausea Control) (1617)
Definisi: Kemampuan untuk mengendalikan atau mengatasi sensasi tidak nyaman di perut yang mungkin mengarah pada keinginan untuk muntah.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Mual (Nausea Management) (6870)
Definisi: Tindakan untuk mengurangi atau mencegah sensasi tidak nyaman di perut yang mungkin mengarah pada keinginan untuk muntah.
Dalam konteks akademis dengan persona sebagai pakar perawat, penjelasan singkat untuk masing-masing komponen adalah sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan Mual (Nausea) (00004):
Sensasi tidak nyaman di perut yang dialami pasien dapat menjadi indikasi adanya masalah kesehatan yang perlu ditangani oleh perawat. Perawat harus melakukan pengkajian yang komprehensif untuk mengidentifikasi penyebab dan faktor-faktor yang memengaruhi mual pada pasien.
2. SDKI Mual (Nausea) (00004):
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) memberikan definisi yang jelas dan terstruktur terkait kondisi mual pada pasien. Perawat dapat menggunakan SDKI sebagai acuan dalam menentukan diagnosis keperawatan yang tepat dan menyusun rencana asuhan keperawatan yang sesuai.
3. SLKI Kontrol Mual (Nausea Control) (1617):
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) mencakup kemampuan pasien dalam mengendalikan atau mengatasi sensasi mual yang dialaminya. Perawat dapat menggunakan SLKI sebagai panduan dalam menetapkan tujuan dan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang diberikan.
4. SIKI Manajemen Mual (Nausea Management) (6870):
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) menyediakan panduan bagi perawat dalam melakukan tindakan-tindakan untuk mengurangi atau mencegah sensasi mual yang dialami pasien. Perawat dapat mengacu pada SIKI untuk menentukan intervensi keperawatan yang tepat dan efektif dalam mengatasi masalah mual pada pasien.
Dengan menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur, komprehensif, dan sesuai dengan standar praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 18856 | 20 Jun 2025
Klinis : BAB HITAM
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci berdasarkan kondisi "BAB Hitam" dari perspektif perawat profesional.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang paling sesuai untuk kondisi "BAB Hitam" adalah "Diare" berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Diare didefinisikan sebagai "Pengeluaran feses yang tidak normal, baik dari segi frekuensi, konsistensi, maupun volume, yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan/atau masalah kesehatan". Dalam kasus "BAB Hitam", hal ini mengindikasikan adanya perubahan warna dan konsistensi feses yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti konsumsi makanan tertentu, kondisi medis, atau efek samping obat-obatan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah memberikan asuhan keperawatan yang sesuai, luaran yang diharapkan adalah:
1. Pemulihan pola BAB: Pasien menunjukkan pola BAB yang normal, baik dari segi frekuensi, konsistensi, maupun volume.
2. Pemeliharaan kesehatan usus: Pasien dapat mempertahankan fungsi dan integritas saluran pencernaan.
3. Pencegahan komplikasi: Pasien tidak mengalami komplikasi yang dapat timbul akibat diare, seperti dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, atau malnutrisi.
4. Peningkatan kenyamanan: Pasien merasa nyaman dan terbebas dari gejala-gejala yang mengganggu akibat diare.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pemantauan tanda-tanda vital dan input-output cairan: Memantau tanda-tanda vital pasien, terutama suhu tubuh, denyut nadi, dan tekanan darah, serta memantau asupan dan pengeluaran cairan untuk mencegah dehidrasi.
2. Manajemen cairan dan elektrolit: Memberikan cairan dan elektrolit yang sesuai untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang akibat diare.
3. Pengaturan diet: Memberikan diet yang mudah dicerna dan kaya nutrisi, seperti BRAT (Banana, Rice, Applesauce, Toast), untuk mendukung pemulihan.
4. Manajemen gejala: Memberikan obat-obatan, seperti antidiare atau antiemetik, untuk mengurangi gejala diare dan memulihkan kondisi pasien.
5. Edukasi dan dukungan: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyebab, gejala, dan penanganan diare, serta memberikan dukungan emosional.
6. Pemantauan dan dokumentasi: Melakukan pemantauan yang ketat terhadap perkembangan kondisi pasien dan mendokumentasikan setiap tindakan yang dilakukan.
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan pasien dapat pulih dari diare dan mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 18857 | 20 Jun 2025
Klinis : BAB HITAM, LEMAS
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta, dengan nada akademis dan persona pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi BAB HITAM, LEMAS:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah "Defisiensi Volume Cairan" (00027). Kondisi BAB hitam dan lemas menunjukkan adanya gangguan pada sistem gastrointestinal yang dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit, sehingga menyebabkan defisiensi volume cairan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Cairan: Indikator yang diharapkan tercapai adalah Intake Cairan Adekuat (0601) dengan kriteria hasil:
- Intake cairan oral dan/atau parenteral sesuai kebutuhan
- Kualitas dan jumlah urin dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
2. Status Nutrisi: Indikator yang diharapkan tercapai adalah Status Nutrisi: Biokimia (1004) dengan kriteria hasil:
- Kadar albumin dalam batas normal
- Kadar hematokrit dalam batas normal
- Kadar elektrolit (natrium, kalium, klorida) dalam batas normal
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Cairan:
- Pantau intake dan output cairan secara akurat
- Pantau tanda-tanda dehidrasi, seperti turgor kulit, membran mukosa, dan berat badan
- Pantau kadar elektrolit (natrium, kalium, klorida) dalam darah
2. Terapi Cairan:
- Berikan cairan intravena (IV) sesuai kebutuhan untuk menggantikan cairan yang hilang
- Atur pemberian cairan IV untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
- Berikan suplemen elektrolit jika diperlukan
3. Manajemen Nutrisi:
- Kaji kebutuhan nutrisi pasien dan berikan makanan atau suplemen yang sesuai
- Pantau status nutrisi pasien, seperti kadar albumin dan hematokrit
- Koordinasikan dengan ahli gizi untuk memberikan intervensi nutrisi yang tepat
4. Edukasi Pasien dan Keluarga:
- Jelaskan pentingnya menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang gejala dehidrasi dan cara mencegahnya
- Berikan informasi tentang makanan dan cairan yang dianjurkan
Penjelasan rinci untuk setiap poin:
Diagnosa Keperawatan SDKI "Defisiensi Volume Cairan" (00027) dipilih karena kondisi BAB hitam dan lemas menunjukkan adanya gangguan pada sistem gastrointestinal yang dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit, sehingga menyebabkan defisiensi volume cairan. Diagnosa ini merupakan diagnosa yang tepat untuk menangani kondisi tersebut.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) meliputi Keseimbangan Cairan dan Status Nutrisi. Keseimbangan Cairan bertujuan untuk memastikan bahwa intake cairan pasien adekuat, kualitas dan jumlah urin dalam batas normal, serta tidak ada tanda-tanda dehidrasi. Status Nutrisi bertujuan untuk memastikan bahwa kadar albumin, hematokrit, dan elektrolit dalam batas normal, sehingga status nutrisi pasien dapat terjaga dengan baik.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) meliputi Pemantauan Cairan, Terapi Cairan, Manajemen Nutrisi, dan Edukasi Pasien dan Keluarga. Pemantauan Cairan bertujuan untuk memantau intake dan output cairan, serta tanda-tanda dehidrasi. Terapi Cairan bertujuan untuk memberikan cairan intravena (IV) dan suplemen elektrolit sesuai kebutuhan. Manajemen Nutrisi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien dan memantau status nutrisinya. Edukasi Pasien dan Keluarga bertujuan untuk memberikan informasi tentang pentingnya menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, serta makanan dan cairan yang dianjurkan.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang tepat, diharapkan kondisi pasien dengan BAB hitam dan lemas dapat ditangani secara komprehensif dan mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 18759 | 19 Jun 2025
Klinis : Lemas, sesak nafas sejak hari ini keterangan kakak : hari ini teraba demam disangkal : batuk lama Riw DM 4 bln terakhir sudah tidak pakai insulin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, yaitu kondisi lemas, sesak napas sejak hari ini, disertai demam, dan tidak ada riwayat batuk lama, serta riwayat Diabetes Melitus (DM) yang sudah tidak menggunakan insulin selama 4 bulan terakhir, dapat ditetapkan diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan:
Kode: 00092
Judul: Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakcukupan energi fisiologis untuk mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang direncanakan.
2. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Kode: 10006
Judul: Pola Napas
Definisi: Pola inspirasi dan ekspirasi yang tidak normal.
3. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Kode: 10005
Judul: Toleransi Aktivitas
Definisi: Kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
4. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Kode: 10019
Judul: Manajemen Energi
Definisi: Pemberian bantuan untuk mengatur, menggunakan, dan melestarikan energi fisik dan mental.
Penjelasan singkat:
Intoleransi Aktivitas merupakan diagnosa keperawatan yang menggambarkan ketidakcukupan energi fisiologis untuk mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang direncanakan. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kondisi medis seperti demam dan riwayat DM yang tidak terkontrol.
Pola Napas yang tidak normal, seperti sesak napas, merupakan salah satu komponen yang dapat diobservasi dalam diagnosa Intoleransi Aktivitas. Selanjutnya, Toleransi Aktivitas adalah luaran yang diharapkan untuk menilai kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Energi, yaitu pemberian bantuan untuk mengatur, menggunakan, dan melestarikan energi fisik dan mental pasien.