Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9021 | 15 Dec 2024
Klinis : Gangguan komunikasi verbal
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi gangguan komunikasi verbal, dengan tone akademis dan persona pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan SDKI: Gangguan Komunikasi Verbal
Gangguan komunikasi verbal adalah ketidakmampuan individu untuk menyampaikan ide, perasaan, dan kebutuhan secara verbal dengan efektif. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan neurologis, psikologis, atau faktor lingkungan. Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah:
1. Komunikasi Verbal Terganggu
Definisi: Ketidakmampuan untuk menyampaikan atau menerima pesan verbal dengan efektif.
Karakteristik Definisi:
- Kesulitan dalam menggunakan atau memahami bahasa verbal
- Ketidakmampuan untuk mengekspresikan ide, perasaan, atau kebutuhan secara lisan
- Kesulitan dalam memahami atau merespons pesan verbal dari orang lain
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI)
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat:
1. Mengungkapkan ide, perasaan, dan kebutuhan secara verbal dengan efektif
2. Memahami dan merespons pesan verbal dari orang lain dengan baik
3. Mendemonstrasikan komunikasi verbal yang lebih efektif dalam interaksi sehari-hari
4. Meningkatkan kemampuan bersosialisasi dan interaksi dengan lingkungan
Intervensi Keperawatan (SIKI)
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat diterapkan:
1. Terapi Wicara
- Mengevaluasi kemampuan komunikasi verbal pasien
- Memberikan latihan dan stimulasi untuk meningkatkan kemampuan artikulasi, pembentukan kalimat, dan pemahaman bahasa
- Mengajarkan teknik-teknik komunikasi verbal yang efektif
2. Terapi Perilaku Komunikasi
- Mengidentifikasi pola komunikasi verbal yang maladaptif
- Memberikan teknik-teknik modifikasi perilaku untuk meningkatkan komunikasi verbal yang efektif
- Memfasilitasi latihan komunikasi verbal yang tepat dalam berbagai situasi
3. Dukungan Lingkungan
- Melibatkan keluarga/significant other untuk mendukung dan mempraktikkan komunikasi verbal yang efektif
- Memodifikasi lingkungan fisik dan sosial untuk memfasilitasi komunikasi verbal yang efektif
- Memberikan edukasi dan konseling kepada keluarga/significant other mengenai strategi komunikasi verbal yang tepat
4. Kolaborasi Interdisipliner
- Melakukan konsultasi dengan terapis wicara atau spesialis komunikasi untuk evaluasi, intervensi, dan tindak lanjut yang tepat
- Berkoordinasi dengan profesi lain (misalnya neurolog, psikolog) untuk mengatasi faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi verbal
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan dalam mengatasi gangguan komunikasi verbal. -
Article No. 9022 | 15 Dec 2024
Klinis : Gambaran Kasus My. I usia 54 tahun datang ke rumah sakit tanggal 10 Desember 2024 dengan keluhan lemas dan demam selama 3 hari SMRS, Nyeri dada seperti ditusuk-tusuk, muntah 5x/hari, pusing, mulut terasa pahit, Sempat berobat namun keluhan semakin memburuk. My. I didiagnosa dermam thypoid. Pengkajian Fokus P: Q: Seperti difusuk-tusuk R: bagian dado 5:2/10 T: 2 menit TTV: TD: 151/81 mmHg N: 61x/menit RR: 20x/ment S: 38°C. Hasil lab: MCV = 77 FL (80-99) leukosit 4.200 (4.500-11.500), Eosinofll: 0,0% (1.0-3.0), monosit: 19,9% (2.0-11.0) Natrium: 132 mmol/L(135-147)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan gambaran kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
- SDKI: Nyeri Akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah tersebut (nyeri).
- SLKI: Tujuan utama adalah mengurangi/menghilangkan nyeri yang dialami pasien. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemberian analgesik, teknik relaksasi, kompres hangat/dingin, dan distraksi.
- SIKI: Manajemen Nyeri, yaitu tindakan yang dilakukan untuk mencegah, mengurangi, atau menghilangkan nyeri yang dialami pasien.
2. Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- SDKI: Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekret/material dari saluran napas untuk mempertahankan permeabilitas jalan napas.
- SLKI: Tujuan utama adalah mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pengisapan lendir, pemberian oksigen, dan latihan batuk efektif.
- SIKI: Manajemen Jalan Napas, yaitu tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki permeabilitas jalan napas.
3. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Intoleransi Aktivitas adalah keterbatasan dalam toleransi melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau dibutuhkan.
- SLKI: Tujuan utama adalah meningkatkan toleransi terhadap aktivitas. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain manajemen energi, latihan aktivitas, dan pemberian istirahat.
- SIKI: Manajemen Aktivitas, yaitu tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan atau meningkatkan kemampuan fisik pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Penjelasan singkat:
1. Nyeri Akut: Pasien mengalami nyeri dada seperti ditusuk-tusuk, yang merupakan gejala dari demam tifoid.
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas: Pasien mengalami muntah yang dapat menyebabkan terganggunya bersihan jalan napas.
3. Intoleransi Aktivitas: Pasien mengalami gejala lemas yang dapat membatasi kemampuannya dalam melakukan aktivitas sehari-hari. -
Article No. 9023 | 15 Dec 2024
Klinis : ASUS OBSESSIVE CONVULSIVE DISORDER BLOK ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF Ny. Runensia wanita berusia 43 berada di ruangan rawat penyakit dalam RS tipe B sejak satu hari yang lalu. Pasien didampingi oleh anaknya (Nn. Mahdania, 20 tahun). Nn. Mahdania mengatakan saat ini ibunya sangat gelisah, tidak bisa tenang, tidak bisa tidur, selalu melakukan satu kegiatan yang terus menerus tanpa henti sepanjang hari. Walaupun demikian kondisinya, pasien tidak pernah mengganggu pasien lain atau orang lain. saat kecapean, pasien hanya mau makan ½ porsi setiap kali makan dan minum satu gelas setiap kali minum. Dalam sehari, pasien makan 1 kali dan minum 6-7 gelas. Pasien juga terkadang tidak mau makan minum, tetapi ia tidur seharian saat kecapean. Pasien dapat tidur setelah diberi obat dan hanya tidur 2-3 jam. Nn. Mahdania mengatakan ibunya selalu menggunakan kursi roda kalau ke kamar mandi atau keluar dari kamar. Makan, minum, mandi, eliminasi dibantu oleh anaknya. Pasien mengatakan sakit kepala dan ingin diikat pake kain. Pasien juga jarang ngobrol dengan orang lain, ia hanya mau ngobrol dengan kakaknya yg ada diluar kota. Nn. Mahdania juga mengatakan bahwa kondisi ini ada sejak setelah ia mengalami kanker mamae. Dua bulan sebelumnya, pasien dirawat di unit perawatan paliatif RS tipe C juga karena anemia, nyeri area mamae dan dehidrasi ringan. Pasien mendapat transfusi darah wholeblood, IVFD RL dan terapi lainnya. Penilaian paliative performance scale 60%. Sekitar 3 hari perawatan di unit perawatan paliatif tersebut, pasien meminta agar ia diizinkan mandi setiap hari. Meskipun ia menghabiskan waktu selama 1 hingga 1,5 jam di kamar mandi, ketika perawat memeriksa kamar mandi setelah mandi, tidak terlihat tetesan air di bak mandi atau di lantai. Ketika perawat memeriksa pasien, pasien mengatakan bahwa ia telah mengeringkan area tersebut setelah mandi. Selain itu, pasien menjadi khawatir dengan rambut rontok di sekitar tempat tidur, jadi ia mengenakan handuk yang dililitkan di kepalanya untuk mencegah rambut rontok, dan membersihkan debu dan rambut dari tempat tidur sepanjang hari menggunakan selotip. Pasien juga menghabiskan waktu dengan berjongkok untuk membersihkan area di sekitar tempat tidurnya. Hal ini dilakukan setiap hari hingga pukul 2:00 dini hari. kondisi fisiknya semakin memburuk dan nyeri bertambah. Ketika perawat memperingatkan pasien tentang perilaku yang dilakukannya tersebut, pasien gelisah dan marah, sesekali histeris dan ia menolak untuk mendengarkan perawat. Nyeri pada area cancer mamae sinistra selalu muncul, nyeri skala 5 sampai 7 dan pasien sering menekan mamaenya tersebut dengan bantal atau kain tebal serta minta dipijat area vertebra. Setelah 2 minggu dirawat di RS tipe C tersebut, ia mulai sering berjongkok untuk membersihkan tepi tempat tidur dan setiap sudut di dekat roda tempat tidur dengan kain basah. Ketika ia dipanggil oleh tim medis atau perawat, pasien hanya mendongakkan kepalanya sejenak, tidak ada tatap mata, tidak ada ekspresi wajah, dan terus membersihkan tanpa membiarkan tangannya beristirahat. Setelah sekitar 3 minggu dirawat di RS tipe C tersebut, pasien lebih mengutamakan melakukan kegiatan bersih-bersih tersebut daripada perawatan dirinya sendiri. Pasien selalu mengatakan bahwa ia ingin menghentikan rehabilitasi tetapi ingin terus membersihkan. Karena gejala-gejala di atas berlanjut selama 4 minggu saat perawatan di RS tipe C tersebut, DPJP menetapkan diagnosis medis Obsessive convulsive disorder (OCD) dan depresi. DPJP memberikan terapi Mirtazapine 15 mg, dan pasien dirujuk ke tim medis psiko-onkologi RS tipe B saat ini.. Pasien memiliki riwayat medis yang tidak spesifik, tidak ada riwayat ketergantungan alkohol, merokok atau obat-obatan terlarang, dan tidak ada riwayat konsultasi psikiatri. Riwayat Ayah pasien mengalami stroke. Nenek pasien mengalami Ca nasopharing dan ibu pasien mengalami TB Paru. Selama di rumah, pasien tinggal bersama ketiga anaknya dan suaminya (Tn. Nando , 48 tahun). Tn. Nando perokok aktif dan pernah mengalami fraktur femur. Menurut ibu pasien (Ny. Karmina usia 66 tahun) pasien enggan membersihkan kamar tidur, rumah atau kamar mandi setiap hari sejak SMP, pasien lebih senang bermain sampai sore. ketika sakit ringan pun, pasien selalu bergantung pada keluarganya. Setelah bapaknya meninggal dunia saat pasien usia 17 tahun, pasien selalu merasa bersalah dan menjadi tulang punggung keluarga. Saat itu Pasien bekerja sebagai buruh di pabrik tekstil dan berdagang. Pasien didiagnosis Ca mamae sejak 7 tahun yg lalu dan telah menjalani kemoterapi neoadjuvant serta mastektomi dan radiasi pada rongga thorax. Dan pada 3 tahun yang lalu, pasien dinyatakan terdapat metastase tulang dan cancer recurrent. Pasien menjalani lagi kemoterapi sampai satu tahun terakhir, nn. Mahdania mengatakan tidak tahu harus berbuat apa untuk ibunya, paling hanya bisa menemani ibunya secara bergantian dengan adik dan bapaknya. Bapak juga tidak bisa menemani ibu karena harus bekerja. Nn. Mahdania berharap kondisi ibunya dapat normal lagi dan bisa pulang ke rumah. Hasil pemeriksaan didapatkan : GCS E=4, M=5 V=5, TD 102/60 mmHg, denyut nadi 96 kali/menit teraba kecil dan reguler, RR 22 kali/menit dangkal dan ireguler, suhu 36,6 C, SaO2 99% dalam udara ruangan, BB 52 kg, TB 157 cm. Tampak sakit sedang, gelisah, bergerak aktif, skala nyeri 5, sering meringis kesakitan. Tubuh lembab dan berkeringat, kulit lengket, CRT 3 detik, akral dingin, tidak ada clubbing finger. Badannya Tercium bau. Kepala dan wajah simetris, tidak ada kelainan, rambut kusut. Mata simetris, palpebra tampak lingkaran hitam, konjungtiva anemis, sklera anikterik, pupil kontriksi. Hidung simetris, Terdapat pernafasan cuping hidung saat pasien beraktifitas. Bibir kering, tercium halitosis, rongga mulut tidak ada kelainan. Telinga simetris dan todak ada kelaianan. Leher simetris dan tidak ada kelainan. Rongga dada simetris. Mamae sinistra tidak ada dan mamae dextra ada, tampak kehitaman area kulit sinistra dan terdapat bekas mastektomy sinistra. Terdapat retraksi dada mminimal saat beraktifitas. Pernafasan bronkhovesikuler, jenis pernafasan dada dan abdomen, tidak ada pernafasan tambahan. BJ I lub, BJ II dub, tidak ada bunyi jantung tambahan. Abdomen lunak, tampak kulit mengkerut, bising usus 8 kali/menit, tidak ada hepatosplenomegali. Genitalia utuh dan bersih. Ekstrimitas simetris, kekuatan otot 5, refleks patela positif, refleks babinski negatif, refleks bruzinksi negatif. Punggung simetris, vertebra lurus. Rektum dan anus utuh, refleks anal positif. Tidak ada edema, tidak ada hematoma, tidak ada luka maupun bekas fraktur. Pasien mendapat skor 21 pada Skala Obsesif-Kompulsif Yale-Brown (Y-BOCS), Obsesi-7, dan Kompulsi-14; hasil pemeriksaan mendapat skor 72 pada the Self-rating Anxiety Scale (SAS). Diagnosa medis dari psikiater Psikiater RS tipe B saat ini yaitu OCD dan insomnia. Psikiater memberikan fluvoxamine 200 mg/hari dan duloxetine 60 mg/hari.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi Ny. Runensia yang didiagnosis dengan Obsessive Compulsive Disorder (OCD) dan insomnia, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pola Tidur
- SDKI: Gangguan Pola Tidur
- SLKI: Peningkatan Kualitas Tidur
- SIKI: Manajemen Insomnia
Penjelasan:
Pasien mengalami kesulitan tidur, hanya dapat tidur 2-3 jam setelah diberikan obat. Hal ini mengganggu kualitas tidur dan istirahat pasien.
2. Ketidakefektifan Perawatan Diri
- SDKI: Ketidakefektifan Perawatan Diri
- SLKI: Peningkatan Kemandirian dalam Perawatan Diri
- SIKI: Manajemen Perawatan Diri
Penjelasan:
Pasien membutuhkan bantuan dari keluarga untuk melakukan aktivitas perawatan diri seperti makan, minum, mandi, dan eliminasi. Hal ini menunjukkan ketidakefektifan perawatan diri.
3. Ansietas
- SDKI: Ansietas
- SLKI: Penurunan Kecemasan
- SIKI: Manajemen Ansietas
Penjelasan:
Pasien menunjukkan gejala-gejala ansietas seperti gelisah, tidak bisa tenang, dan sering melakukan aktivitas berulang-ulang tanpa henti.
4. Gangguan Proses Berpikir
- SDKI: Gangguan Proses Berpikir
- SLKI: Peningkatan Fungsi Kognitif
- SIKI: Manajemen Gangguan Proses Berpikir
Penjelasan:
Pasien menunjukkan perilaku obsesif-kompulsif yang mengganggu fungsi kognitif dan aktivitas sehari-hari.
5. Nyeri Kronis
- SDKI: Nyeri Kronis
- SLKI: Penurunan Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
Penjelasan:
Pasien mengalami nyeri pada area kanker payudara yang semakin memburuk dan sering menekan payudaranya untuk mengurangi rasa nyeri.
Blok Asuhan Keperawatan Paliatif:
Asuhan keperawatan paliatif yang dapat diberikan meliputi:
1. Manajemen gejala: Pengelolaan nyeri, kecemasan, gangguan tidur, dan gangguan proses berpikir.
2. Dukungan psikologis: Pemberian dukungan emosional dan pendampingan bagi pasien dan keluarga.
3. Edukasi dan konseling: Memberikan edukasi mengenai kondisi pasien, manajemen gejala, dan peran keluarga dalam perawatan.
4. Koordinasi dengan tim interdisipliner: Kolaborasi dengan dokter, psikiater, dan ahli lainnya untuk memberikan perawatan komprehensif.
Tujuan asuhan keperawatan paliatif adalah untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga serta memfasilitasi perawatan yang sesuai dengan nilai, preferensi, dan kebutuhan pasien. -
Article No. 9024 | 15 Dec 2024
Klinis : ketidakefektipan pemberian asi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi ketidakefektifan pemberian ASI.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan Pemberian ASI
Definisi:
Ketidakmampuan ibu untuk menyediakan/memberikan ASI yang cukup untuk bayi.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Pola Nutrisi Tidak Adekuat
- Perubahan Nutrisi: Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
- Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Keefektifan Pemberian ASI
- Perilaku Pemberian Makan yang Adekuat
- Status Nutrisi: Terpenuhi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Laktasi
- Konseling Nutrisi
- Dukungan Pemberian ASI
Penjelasan Singkat:
Ketidakefektifan pemberian ASI dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti masalah dengan produksi ASI, perlekatan yang tidak tepat, serta kendala psikologis dan sosial ibu. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen laktasi, konseling nutrisi, dan dukungan pemberian ASI untuk membantu ibu dalam menyusui secara efektif. Tujuannya adalah untuk memastikan bayi mendapatkan nutrisi yang cukup dari ASI dan mencapai status nutrisi yang optimal. -
Article No. 9025 | 15 Dec 2024
Klinis : Gangguan orientasi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, berikut adalah penjelasan rinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi "Gangguan Orientasi":
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi "Gangguan Orientasi" berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Risiko Gangguan Orientasi Berhubungan Dengan Penurunan Fungsi Kognitif". Gangguan orientasi merupakan kondisi di mana individu mengalami kesulitan dalam mengenali orang, tempat, dan waktu secara akurat. Risiko gangguan orientasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penurunan fungsi kognitif akibat usia lanjut, penyakit neurologis, atau kondisi medis lainnya.
Luaran/Output Keperawatan (SLKI):
Setelah pemberian asuhan keperawatan, diharapkan luaran/output yang dapat dicapai adalah "Peningkatan Orientasi". Indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengevaluasi pencapaian luaran ini antara lain:
1. Pasien dapat mengidentifikasi orang, tempat, dan waktu dengan benar.
2. Pasien dapat menjawab pertanyaan terkait orientasi diri, ruang, dan waktu dengan akurat.
3. Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam mengingat informasi terkait orientasi.
4. Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda kebingungan atau disorientasi.
5. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik sesuai dengan orientasi yang tepat.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran "Peningkatan Orientasi":
1. Orientasi Realitas: Memberikan informasi secara berkelanjutan kepada pasien mengenai orang, tempat, dan waktu untuk membantu pasien mempertahankan orientasi.
2. Stimulasi Kognitif: Melakukan aktivitas yang dapat meningkatkan fungsi kognitif, seperti latihan memori, pengenalan gambar, atau permainan teka-teki.
3. Manajemen Lingkungan: Menciptakan lingkungan yang dapat membantu pasien mempertahankan orientasi, seperti menyediakan jam, kalender, dan petunjuk arah yang jelas.
4. Terapi Reminiscence: Mendorong pasien untuk mengingat dan menceritakan pengalaman masa lalu yang menyenangkan untuk meningkatkan orientasi.
5. Edukasi Keluarga: Memberikan edukasi kepada keluarga mengenai pentingnya mempertahankan orientasi pasien dan melibatkan keluarga dalam upaya pemulihan.
Penjelasan di atas disampaikan dengan tone akademis dan perspektif seorang perawat ahli, dengan harapan dapat memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai penanganan kondisi "Gangguan Orientasi" melalui asuhan keperawatan. Semoga informasi ini bermanfaat. Wassalamualaikum. -
Article No. 9026 | 15 Dec 2024
Klinis : Gangguan mood
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi gangguan mood.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi gangguan mood, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Perubahan Proses Berpikir ("Disturbed Thought Processes")
Definisi: Ketidakmampuan untuk berpikir secara jernih, logis, dan koheren yang dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan.
Karakteristik definisi: Perubahan isi dan proses berpikir, gangguan komunikasi, kesulitan dalam pemecahan masalah.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Peningkatan Proses Berpikir ("Improved Thought Processes")
Definisi: Kembalinya kemampuan untuk berpikir secara jernih, logis, dan koheren dalam pengambilan keputusan.
Kriteria hasil:
a. Pasien dapat mengomunikasikan pikirannya secara jelas dan terorganisir.
b. Pasien dapat memecahkan masalah dengan baik.
c. Pasien dapat mengambil keputusan dengan bijaksana.
d. Pasien menunjukkan peningkatan dalam proses berpikir.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Terapi Aktivitas Kelompok ("Group Activity Therapy")
Definisi: Intervensi yang dilakukan secara kolaboratif dengan klien dalam suatu kelompok untuk meningkatkan atau mempertahankan fungsi fisik, psikologis, sosial, dan spiritual.
Aktivitas:
a. Memfasilitasi diskusi kelompok mengenai masalah yang dihadapi dan strategi penyelesaiannya.
b. Mendorong klien untuk saling berbagi pengalaman dan memberikan dukungan sesama anggota kelompok.
c. Membantu klien dalam meningkatkan kemampuan komunikasi dan interaksi sosial.
d. Mengembangkan aktivitas kelompok yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir klien.
2. Manajemen Diri ("Self-Management")
Definisi: Intervensi yang mendorong klien untuk mengidentifikasi, merencanakan, dan mengevaluasi strategi untuk mengatasi masalah kesehatan.
Aktivitas:
a. Membantu klien mengidentifikasi pola pikir dan perilaku yang perlu diubah.
b. Mengembangkan rencana aksi bersama klien untuk mengatasi masalah.
c. Mendorong klien untuk melakukan evaluasi diri dan monitoring terhadap kemajuan yang dicapai.
d. Memberikan umpan balik dan dukungan kepada klien dalam proses manajemen diri.
Penjelasan rinci:
Diagnosis keperawatan "Perubahan Proses Berpikir" dipilih karena kondisi gangguan mood dapat menyebabkan perubahan dalam proses berpikir klien, seperti kesulitan dalam berpikir secara jernih, logis, dan koheren, serta masalah dalam pengambilan keputusan.
Luaran/output yang diharapkan adalah "Peningkatan Proses Berpikir", di mana klien dapat mengembalikan kemampuan berpikir yang baik, dapat mengomunikasikan pemikirannya dengan jelas, memecahkan masalah dengan baik, dan mengambil keputusan secara bijaksana.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut adalah Terapi Aktivitas Kelompok dan Manajemen Diri. Terapi Aktivitas Kelompok bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir klien melalui diskusi kelompok, berbagi pengalaman, dan aktivitas yang dapat membantu klien dalam meningkatkan proses berpikirannya. Manajemen Diri membantu klien untuk mengidentifikasi dan merencanakan strategi dalam mengatasi masalah kesehatan, serta melakukan evaluasi diri untuk memonitor kemajuan yang dicapai.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada klien, diharapkan klien dengan gangguan mood dapat meningkatkan proses berpikir dan mencapai outcome yang diharapkan. -
Article No. 9027 | 15 Dec 2024
Klinis : diagnosa penurunan kesadaran, Syok sepsis, Acute Coronary Distress Syndrome (ARDS) dan Gagal Ginjal Akut. Hasil pemeriksaan didapatkan keadaan umum lemah, akral teraba hangat, konjungtiva tidak anemis, GCS: E:3, V:x, M: 7, Vital sign: TD: 163/101 mmHg, N: 105 x/menit, RR: 16x/menit, S: 38,1oC, SPO2: 93%, EKG: Sinus Rytme, produksi urine 100 cc/12 jam dengan kateter urin, pengkajian Airway & Breathing didapatkan: RR: 16x/menit dengan bantuan ventilator PEEP 5 FIO2 40%, terpasang OPA, pergerakan dada simetris, tidak ada penggunaan otot bantu nafas tambahan, Irama nafas Ireguler, terdapat suara napas tambahan Ronki dan gurgling dan terdapat produksi sputum (ekskresi produksi banyak pada mulut dan ETT). Hasil pemeriksaan penunjang didapatkan leukosit 14.490 mm3, Hb: 11 g/dl, Trombosit 234.000 mm3, Na: 137,9 Mmol/L, K: 3,84 Mmol/L, Clorida: 104,5 Mmol/L, GDS: 110, Hasil AGD: PH: 7,3, PO2: 81,7%, PCO2: 55%, HCO3: 22, BE: -2 mmol/L (menunjukan asidosis respiratorik), Hasil Rontgen: kesan atelectasis paru kanan dan tampak pneumothorax. Terapi obat: Ventolin 3x1, bisolvon 3x1, omeprazole 2x40 mg, ondansentron 2x8 mg, perimpera 3x1 IV, amlodipine 1x1 mg, cefosublectam 2x2 gr.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi yang Anda sampaikan:
1. Diagnosa Keperawatan: Penurunan Kesadaran
- SDKI: Penurunan Kesadaran
- SLKI: Mempertahankan Fungsi Neurologi
- SIKI: Peningkatan Fungsi Neurologi
Penjelasan: Pasien mengalami penurunan kesadaran dengan GCS E:3, V:x, M:7. Perawat perlu memantau dan mempertahankan kesadaran pasien, serta mencegah komplikasi yang dapat terjadi akibat penurunan kesadaran.
2. Diagnosa Keperawatan: Syok Sepsis
- SDKI: Syok
- SLKI: Pemulihan Sirkulasi
- SIKI: Manajemen Syok
Penjelasan: Pasien mengalami syok sepsis yang ditandai dengan vital sign yang tidak stabil (TD: 163/101 mmHg, N: 105 x/menit, RR: 16x/menit, S: 38,1°C) dan hasil laboratorium yang menunjukkan infeksi (leukosit 14.490 mm3). Perawat perlu melakukan intervensi untuk menstabilkan sirkulasi dan mencegah terjadinya komplikasi.
3. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Pertukaran Gas
- SDKI: Gangguan Pertukaran Gas
- SLKI: Peningkatan Oksigenasi
- SIKI: Manajemen Oksigenasi
Penjelasan: Pasien mengalami gangguan pertukaran gas yang ditandai dengan SPO2 93%, RR 16x/menit dengan bantuan ventilator, adanya suara napas tambahan, dan hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan atelectasis paru kanan dan pneumothorax. Perawat perlu melakukan intervensi untuk meningkatkan oksigenasi dan mencegah komplikasi.
4. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Fungsi Ginjal
- SDKI: Gangguan Fungsi Ginjal Akut
- SLKI: Pemulihan Fungsi Ginjal
- SIKI: Manajemen Gangguan Ginjal
Penjelasan: Pasien mengalami gangguan fungsi ginjal akut yang ditandai dengan oliguria (produksi urine 100 cc/12 jam) dan hasil laboratorium yang menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit (Na: 137,9 Mmol/L, K: 3,84 Mmol/L, Cl: 104,5 Mmol/L). Perawat perlu melakukan intervensi untuk memulihkan fungsi ginjal dan mencegah komplikasi.
Secara umum, perawat perlu melakukan pengkajian komprehensif, pemantauan yang ketat, dan intervensi yang sesuai untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami oleh pasien. -
Article No. 9028 | 15 Dec 2024
Klinis : Acute Respiratory Distress Syndrome
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS):
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
4. Intoleransi Aktivitas
Penjelasan Singkat:
1. Pola Napas Tidak Efektif
- SDKI: Pola napas tidak sesuai dengan kebutuhan oksigen tubuh.
- SLKI: Pola napas dapat berubah-ubah, napas cepat, napas dangkal, ortopnea, dan terlihat usaha bernapas.
- SIKI: Intervensi keperawatan dapat meliputi pemantauan pola napas, pemberian oksigen, dan terapi pernapasan.
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mempertahankan jalan napas yang bersih dan bebas dari sekresi.
- SLKI: Pasien mengalami sputum yang berlebihan, batuk yang tidak efektif, dan penurunan oksigenasi.
- SIKI: Intervensi keperawatan dapat meliputi suction, nebulizer, dan mobilisasi sekresi.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Pasien mengalami penurunan berat badan, penurunan massa otot, dan kelelahan.
- SIKI: Intervensi keperawatan dapat meliputi pemberian nutrisi enteral atau parenteral, konsultasi ahli gizi, dan pemantauan status nutrisi.
4. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- SLKI: Pasien mengalami kelelahan, dispnea, dan peningkatan frekuensi napas saat aktivitas.
- SIKI: Intervensi keperawatan dapat meliputi manajemen aktivitas, terapi latihan, dan edukasi tentang aktivitas.
Sebagai seorang perawat, saya akan menerapkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dalam membantu pasien dengan ARDS untuk mencapai hasil perawatan yang optimal. -
Article No. 9029 | 15 Dec 2024
Klinis : DS: - Klien mengeluh sesak nafas DO: - PCO2 meningkat (56.5 mmHg) - A-aDO2 (275.2 mmHg) - Ada bunyi napas tambahan (ronkhi) - Pola nafas abnormal - Napas cuping hidung - Berdasarkan hasil foto thorax ada Gambaran brokopneumonia DS: - Klien terlihat lemah - Terlihat sekret berwarna agak kecoklatan kemerahan DO: - TD pasien 81/48 mmHg - Hematokrit 43.3 (tinggi) - Leukosit 20.9 (tinggi) DS: - - DO: - Klien di restrain sehingga pergerakan terbatas - Kekuatan otot menurun karena klien dalam kondisi bedrest - Barthel indeks 0 (ketergantungan total) - Fisik lemah dan sendi kaku
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi klien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan gangguan pertukaran gas yang ditandai dengan peningkatan PCO2, rasio A-aDO2 yang tinggi, bunyi napas tambahan, pola napas abnormal, dan napas cuping hidung.
2. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan hipovolemia yang ditandai dengan penurunan tekanan darah, peningkatan hematokrit, dan peningkatan leukosit.
3. Mobilitas fisik terganggu berhubungan dengan keterbatasan pergerakan yang ditandai dengan klien di restrain, penurunan kekuatan otot, Barthel indeks 0, dan kondisi fisik lemah serta sendi kaku.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif
- Klien menunjukkan pola napas yang teratur dan dalam
- Klien menunjukkan ABG dalam batas normal
- Klien menunjukkan tidak ada bunyi napas tambahan
2. Perfusi Jaringan Perifer Memadai
- Klien menunjukkan tekanan darah dalam batas normal
- Klien menunjukkan kadar hematokrit dan leukosit normal
- Klien menunjukkan tidak ada tanda-tanda hipovolemia
3. Mobilitas Fisik Membaik
- Klien menunjukkan peningkatan kekuatan otot
- Klien menunjukkan peningkatan rentang gerak sendi
- Klien menunjukkan peningkatan skor Barthel indeks
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pola Napas Tidak Efektif:
- Pantau status pernapasan (frekuensi, kedalaman, dan irama napas)
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Lakukan suction untuk mengeluarkan sekret
- Ajarkan teknik pernapasan diafragmatik
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian bronkodilator atau terapi lainnya
2. Perfusi Jaringan Perifer Tidak Efektif:
- Pantau tanda-tanda vital
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan
- Kolaborasi pemberian obat-obatan untuk meningkatkan perfusi
- Anjurkan istirahat yang cukup
- Lakukan perawatan kulit dan pencegahan dekubitus
3. Mobilitas Fisik Terganggu:
- Bantu aktivitas sesuai kemampuan klien
- Lakukan mobilisasi dini dan latihan rentang gerak
- Berikan alat bantu mobilisasi jika diperlukan
- Latih aktivitas kehidupan sehari-hari
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program rehabilitasi
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 9030 | 15 Dec 2024
Klinis : DS: - Klien mengeluh sesak nafas DO: - PCO2 meningkat (56.5 mmHg) - A-aDO2 (275.2 mmHg) - Ada bunyi napas tambahan (ronkhi) - Pola nafas abnormal - Napas cuping hidung - Berdasarkan hasil foto thorax ada Gambaran brokopneumonia DS: - Klien terlihat lemah - Terlihat sekret berwarna agak kecoklatan kemerahan DO: - TD pasien 81/48 mmHg - Hematokrit 43.3 (tinggi) - Leukosit 20.9 (tinggi) DS: - - DO: - Klien di restrain sehingga pergerakan terbatas - Kekuatan otot menurun karena klien dalam kondisi bedrest - Barthel indeks 0 (ketergantungan total) - Fisik lemah dan sendi kaku
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan data subjektif dan objektif yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) - SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. Diagnosa Keperawatan: Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan bersihan jalan nafas yang optimal.
- Faktor yang Berhubungan: Sekret berlebihan, perubahan pola nafas, retensi sekret.
- Gejala dan Tanda: PCO2 meningkat, A-aDO2 meningkat, bunyi napas tambahan (ronkhi), pola nafas abnormal, napas cuping hidung, gambaran bronkopneumonia pada foto toraks.
2. Diagnosa Keperawatan: Penurunan Perfusi Jaringan Perifer
- Definisi: Pengurangan sirkulasi darah ke jaringan perifer yang dapat mengancam kesehatan.
- Faktor yang Berhubungan: Perubahan hemodinamik (TD 81/48 mmHg), peningkatan hematokrit (43.3%).
- Gejala dan Tanda: Lemah, sekret berwarna agak kecoklatan kemerahan.
3. Diagnosa Keperawatan: Mobilitas Fisik Terganggu
- Definisi: Keterbatasan dalam gerakan fisik yang disengaja dan terarah dari satu atau lebih ekstremitas.
- Faktor yang Berhubungan: Restrain, penurunan kekuatan otot, kondisi bedrest, fisik lemah, sendi kaku.
- Gejala dan Tanda: Pergerakan terbatas, penurunan kekuatan otot, Barthel indeks 0 (ketergantungan total).
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang mengatur tentang definisi, faktor yang berhubungan, dan gejala dan tanda dari diagnosa keperawatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang mengatur tentang hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang mengatur tentang tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas.