Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 7133 | 26 Nov 2024
Klinis : Ny.N.R mengatakan tidak pernah menderita penyakit-penyakit yang berhubungan dengan alat reproduksi. Ny. N.R mengatakan menstruasi pertama umur 12 tahun saat kelas 6 SD. Klien mengatakan siklus menstruasi teratur setiap 28 hari sekali dalam sebulan. Lama menstruasi klien berkisar 5-6 hari dengan warna merah gelap, tidak ada gumpalan. Klien mengganti pembalut 3-4x dalam sehari. Ny.N.R mengatakan biasanya di hari pertama menstruasi dirinya mengalami nyeri perut itu pun kadang-kadang. Ny. N.R mengatakan belum pernah mengikuti program KB sejak kehamilan pertama (abortus) sampai kehamilan sekarang ini 1. HPHT : 9 Agustus 2024 2. Taksiran Partus : 19 Mei 2025 3. BB Sebelum Hamil : 77 Kg 4. TD Sebelum Hamil : 120/80 mmHg Ds : Ny.E mengatakan mudah merasa lelah saat beraktivita, tenaganya berkurang dari biasanya saat sebelum hamil Ny.R juga mengatkan masih merasa lelah meskipun terkadang sudah beristirahat Do : TD : 100/80 mmHg Nadi : 92x/menit Pernafasan : 20x/menit Suhu : 36,7 ⁰C Hb : 10,1 gr/dL Konjungtiva anemis Mukosa bibir kering Klien tampak lesu dan pucat Akral teraba dingin Crt >2 dtk Ds : Ny.E mengatakan mengalami penurunan nafsu makan, malas mengkonsumsi sayur, lauk tidak bervariasi hanya mengkonsumsi telur dan ayam. Do : A : BB sebelum hamil 40 kg, BB saat ini : 49kg, TB : 162 cm, IMT : 18,7 B : Hb : 10,1 mg/dl C : mukosa bibir kering, tampak lemah, turgor kulit sedang D : makan nasi dan lauk pauk 3x per hari, porsi makan sedang, sering tidak habis Ds : Ny.E mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit anemia dalam kehamilan dan cara penangannya, Ny.E juga mengatakan sering lupa mengkonsumsi tablet Fe Do : Ny.E tidak paham saat ditanya terkait anemia Ny.E selalu bertanya apakah hb nya dapat normal kembali
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang Anda berikan, dapat dievaluasi kondisi Ny. N.R sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
2. Kelelahan
3. Ketidakadekuatan Pengetahuan Terkait Anemia pada Kehamilan
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI: Keadaan di mana individu berisiko mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk memantau dan meningkatkan asupan nutrisi sesuai dengan kebutuhan tubuh.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk menilai status gizi, memantau asupan nutrisi, dan memberikan edukasi terkait nutrisi yang sesuai.
2. Kelelahan
- SDKI: Keadaan di mana individu mengalami penurunan energi yang menetap dan mengurangi kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mengatasi penyebab kelelahan dan membantu individu mempertahankan aktivitas sehari-hari.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk menilai penyebab kelelahan, memberikan dukungan, dan mengoptimalkan istirahat serta aktivitas.
3. Ketidakadekuatan Pengetahuan Terkait Anemia pada Kehamilan
- SDKI: Keadaan di mana individu menunjukkan kurangnya informasi atau pemahaman terkait anemia dalam kehamilan.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman individu mengenai anemia pada kehamilan.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memberikan edukasi dan konseling terkait anemia, pentingnya pemantauan Hb, dan manajemen anemia pada kehamilan.
Berdasarkan informasi yang diberikan, Ny. N.R memiliki risiko mengalami ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, kelelahan, dan ketidakadekuatan pengetahuan terkait anemia pada kehamilan. Oleh karena itu, intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah memantau status gizi, menyediakan edukasi dan konseling terkait nutrisi, serta memberikan informasi dan pemahaman yang komprehensif mengenai anemia pada kehamilan. -
Article No. 7134 | 26 Nov 2024
Klinis : Ny.N.R mengatakan tidak pernah menderita penyakit-penyakit yang berhubungan dengan alat reproduksi. Ny. N.R mengatakan menstruasi pertama umur 12 tahun saat kelas 6 SD. Klien mengatakan siklus menstruasi teratur setiap 28 hari sekali dalam sebulan. Lama menstruasi klien berkisar 5-6 hari dengan warna merah gelap, tidak ada gumpalan. Klien mengganti pembalut 3-4x dalam sehari. Ny.N.R mengatakan biasanya di hari pertama menstruasi dirinya mengalami nyeri perut itu pun kadang-kadang. Ny. N.R mengatakan belum pernah mengikuti program KB sejak kehamilan pertama (abortus) sampai kehamilan sekarang ini 1. HPHT : 9 Agustus 2024 2. Taksiran Partus : 19 Mei 2025 3. BB Sebelum Hamil : 77 Kg 4. TD Sebelum Hamil : 120/80 mmHg Ds : Ny.E mengatakan mudah merasa lelah saat beraktivita, tenaganya berkurang dari biasanya saat sebelum hamil Ny.R juga mengatkan masih merasa lelah meskipun terkadang sudah beristirahat Do : TD : 100/80 mmHg Nadi : 92x/menit Pernafasan : 20x/menit Suhu : 36,7 ⁰C Hb : 10,1 gr/dL Konjungtiva anemis Mukosa bibir kering Klien tampak lesu dan pucat Akral teraba dingin Crt >2 dtk Ds : Ny.E mengatakan mengalami penurunan nafsu makan, malas mengkonsumsi sayur, lauk tidak bervariasi hanya mengkonsumsi telur dan ayam. Do : A : BB sebelum hamil 40 kg, BB saat ini : 49kg, TB : 162 cm, IMT : 18,7 B : Hb : 10,1 mg/dl C : mukosa bibir kering, tampak lemah, turgor kulit sedang D : makan nasi dan lauk pauk 3x per hari, porsi makan sedang, sering tidak habis Ds : Ny.E mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit anemia dalam kehamilan dan cara penangannya, Ny.E juga mengatakan sering lupa mengkonsumsi tablet Fe Do : Ny.E tidak paham saat ditanya terkait anemia Ny.E selalu bertanya apakah hb nya dapat normal kembali
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Ny. N.R adalah:
1. Pola Menstruasi Tidak Efektif
- Definisi: Perubahan dalam siklus, durasi, jumlah, atau karakteristik menstruasi yang tidak sesuai dengan normal.
- Faktor yang berhubungan: Perubahan hormonal, stres psikologis, riwayat penyakit, atau penyebab tidak diketahui.
- Gejala dan Tanda: Perubahan dalam siklus, durasi, jumlah, atau karakteristik menstruasi.
2. Risiko Infeksi
- Definisi: Peningkatan risiko terserang infeksi.
- Faktor yang berhubungan: Riwayat abortus, perilaku perawatan diri yang tidak tepat, atau kondisi yang memperbesar risiko infeksi.
- Gejala dan Tanda: Belum pernah mengikuti program KB, riwayat abortus, dan perilaku perawatan diri yang tidak tepat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola Menstruasi Tidak Efektif
- Tujuan: Klien dapat menunjukkan pola menstruasi yang efektif.
- Kriteria Hasil:
a. Klien dapat menjelaskan siklus menstruasi normal.
b. Klien dapat menjelaskan karakteristik menstruasi normal.
c. Klien dapat menjelaskan cara mengatasi keluhan menstruasi.
2. Risiko Infeksi
- Tujuan: Klien dapat bebas dari infeksi.
- Kriteria Hasil:
a. Klien dapat menjelaskan faktor-faktor yang meningkatkan risiko infeksi.
b. Klien dapat menjelaskan tanda dan gejala infeksi.
c. Klien dapat menjelaskan cara mencegah infeksi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pola Menstruasi Tidak Efektif
- Manajemen Menstruasi
- Kaji pola menstruasi klien
- Jelaskan pola menstruasi normal
- Ajarkan cara mengatasi keluhan menstruasi
- Edukasi Kesehatan
- Berikan edukasi tentang menstruasi dan perawatan diri yang tepat
- Motivasi klien untuk menjaga kebersihan saat menstruasi
2. Risiko Infeksi
- Pencegahan Infeksi
- Kaji faktor-faktor yang meningkatkan risiko infeksi
- Ajarkan cara mencegah infeksi
- Edukasi Kesehatan
- Berikan edukasi tentang tanda dan gejala infeksi
- Dorong klien untuk segera melapor jika terjadi tanda dan gejala infeksi
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan kondisi klien secara holistik, memberikan intervensi yang sesuai dengan kebutuhan klien, dan melibatkan klien dalam proses perawatan untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 7135 | 26 Nov 2024
Klinis : Aritresia ani
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah jawaban saya sebagai seorang perawat pakar:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Aritresia ani:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi Aritresia ani adalah "Gangguan Eliminasi Fekal" (Impaired Bowel Elimination). Aritresia ani merupakan kondisi dimana terdapat penyumbatan atau tidak adanya lubang anus pada bayi yang baru lahir. Hal ini menyebabkan gangguan dalam proses eliminasi fekal atau tinja.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pemulihan Fungsi Eliminasi Fekal (Bowel Elimination Restoration)
- Bayi dapat buang air besar secara normal sesuai kebutuhan.
- Bayi tidak mengalami konstipasi atau diare akibat gangguan eliminasi fekal.
- Bayi menunjukkan tanda-tanda eliminasi fekal yang adekuat.
2. Perawatan Ostomi (Ostomy Care)
- Bayi dapat menjalani perawatan ostomi (kolostomi) dengan aman dan nyaman.
- Kulit di sekitar ostomi tetap sehat dan tidak terjadi komplikasi.
- Keluarga mampu melakukan perawatan ostomi secara mandiri.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Eliminasi Fekal
- Lakukan pengkajian komprehensif terkait eliminasi fekal bayi.
- Identifikasi penyebab dan faktor-faktor yang memengaruhi gangguan eliminasi fekal.
- Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan medis yang diperlukan, seperti pembedahan rekonstruksi anus.
- Berikan edukasi dan dukungan kepada keluarga terkait manajemen eliminasi fekal.
- Pantau tanda-tanda vital, output urine, dan frekuensi/konsistensi eliminasi fekal.
- Fasilitasi upaya untuk mempertahankan atau meningkatkan pola eliminasi fekal yang normal.
2. Perawatan Ostomi
- Lakukan pengkajian kondisi ostomi (kolostomi) dan kulit di sekitarnya.
- Ajarkan keluarga mengenai teknik perawatan ostomi yang tepat, termasuk penggantian perangkat ostomi.
- Berikan edukasi tentang manajemen output ostomi, pencegahan komplikasi, dan pemantauan tanda-tanda infeksi.
- Kolaborasi dengan dokter dan tim perawatan luka untuk memastikan perawatan ostomi yang optimal.
- Berikan dukungan emosional kepada keluarga dalam menyesuaikan diri dengan kondisi ostomi bayi.
Penjelasan rinci dan terperinci:
Aritresia ani merupakan kelainan kongenital di mana bayi dilahirkan tanpa lubang anus, sehingga terjadi gangguan dalam proses eliminasi fekal. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Gangguan Eliminasi Fekal" karena bayi mengalami hambatan dalam buang air besar.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah pemulihan fungsi eliminasi fekal, di mana bayi dapat buang air besar secara normal tanpa keluhan konstipasi atau diare. Selain itu, perawatan ostomi (kolostomi) juga menjadi penting, sehingga bayi dapat menjalani perawatan ostomi dengan aman dan nyaman, serta keluarga mampu melakukan perawatan secara mandiri.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen eliminasi fekal, seperti pengkajian, identifikasi penyebab, kolaborasi dengan dokter, edukasi keluarga, dan pemantauan tanda-tanda vital serta eliminasi. Selain itu, perawatan ostomi juga menjadi fokus intervensi, termasuk pengkajian kondisi ostomi, edukasi keluarga, dan kolaborasi dengan tim perawatan luka untuk memastikan perawatan yang optimal.
Keberhasilan asuhan keperawatan pada bayi dengan aritresia ani akan sangat bergantung pada keterlibatan keluarga dan kolaborasi tim kesehatan yang tepat. Perawat memainkan peran penting dalam memfasilitasi pemulihan fungsi eliminasi fekal dan perawatan ostomi yang efektif. -
Article No. 7136 | 26 Nov 2024
Klinis : kriteria hasil Perfusi Perifer Tidak Efektif Berhubungan Dengan Penurunan Konsentrasi Hemoglobin (SDKI D.0009)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang pakar keperawatan, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi "Perfusi Perifer Tidak Efektif Berhubungan Dengan Penurunan Konsentrasi Hemoglobin (SDKI D.0009)".
Diagnosa Keperawatan:
Perfusi Perifer Tidak Efektif Berhubungan Dengan Penurunan Konsentrasi Hemoglobin
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan sirkulasi darah yang adekuat ke organ dan jaringan.
- Faktor Terkait: Penurunan konsentrasi hemoglobin.
- Karakteristik Utama: Perubahan warna kulit, suhu kulit yang dingin, pembengkakan, capillary refill time yang memanjang.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Perfusi Perifer Efektif
- Kriteria Hasil:
- Warna kulit normal
- Suhu kulit hangat
- Tidak ada pembengkakan
- Capillary refill time normal (< 3 detik)
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
- Monitoring tanda-tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, saturasi oksigen)
- Mengatur posisi pasien untuk meningkatkan aliran darah
- Pemberian oksigen jika diperlukan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi penggantian darah (transfusi) jika diperlukan
Dalam kondisi ini, penurunan konsentrasi hemoglobin dapat menyebabkan perfusi perifer yang tidak efektif. Perawat harus melakukan pengkajian yang komprehensif, memberikan intervensi keperawatan yang tepat, serta melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi permasalahan ini dan mencapai luaran yang diharapkan, yaitu perfusi perifer yang efektif. -
Article No. 7137 | 26 Nov 2024
Klinis : Mula muntah bab cair
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait dengan kondisi "Mula muntah bab cair" dengan format yang terstruktur dan penjelasan detail.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R11.0
- Deskripsi: Mual dan muntah
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 45.93
- Deskripsi: Endoskopi saluran cerna bagian bawah, tidak dijabarkan lebih lanjut
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R11.0 (Mual dan muntah):
- Kode ini digunakan untuk menggambarkan kondisi mual dan muntah, yang merupakan gejala umum yang muncul pada "Mula muntah bab cair".
- Kode R11.0 merupakan bagian dari kode kategori R11 (Mual dan muntah), yang termasuk dalam bab XVIII (Gejala, tanda-tanda, dan temuan klinis yang tidak diklasifikasikan di tempat lain) dalam klasifikasi ICD-10.
2. Kode ICD-9-CM Procedure 45.93 (Endoskopi saluran cerna bagian bawah, tidak dijabarkan lebih lanjut):
- Kode ini dapat digunakan jika pasien menjalani prosedur endoskopi saluran cerna bagian bawah sebagai bagian dari evaluasi atau penanganan kondisi "Mula muntah bab cair".
- Kode 45.93 termasuk dalam kategori 45 (Operasi pada saluran cerna) dalam klasifikasi ICD-9-CM Procedure.
- Prosedur endoskopi saluran cerna bagian bawah dapat dilakukan untuk memeriksa kemungkinan penyebab dari gejala muntah dan diare yang dialami oleh pasien.
Sebagai dokter atau perekam medis, penggunaan kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang tepat sangat penting untuk mendokumentasikan diagnosis dan tindakan medis yang dilakukan, sehingga dapat menjadi dasar yang akurat bagi perawatan pasien, pengkodean, penagihan, dan analisis epidemiologi. -
Article No. 7138 | 26 Nov 2024
Klinis : Mula muntah bab cair
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Diare
Definisi: Pengeluaran feses cair atau lembek dengan frekuensi yang meningkat (lebih dari 3 kali per hari).
2. Risiko Dehidrasi
Definisi: Berisiko mengalami penurunan cairan dan elektrolit tubuh yang dapat menimbulkan komplikasi.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Diare: Karakteristik utama adalah pengeluaran feses cair atau lembek dengan frekuensi yang meningkat.
- Risiko Dehidrasi: Karakteristik utama adalah adanya faktor risiko yang dapat menyebabkan penurunan cairan dan elektrolit tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Diare: Luaran yang diharapkan adalah pemulihan pola defekasi dan keseimbangan cairan dan elektrolit.
- Risiko Dehidrasi: Luaran yang diharapkan adalah tercegahnya dehidrasi dan teratasinya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Diare: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen diare, terapi cairan dan elektrolit, serta edukasi terkait diare.
- Risiko Dehidrasi: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemantauan status cairan dan elektrolit, terapi cairan dan elektrolit, serta edukasi terkait pencegahan dehidrasi.
Dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, saya telah menyampaikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi mual muntah dan diare. -
Article No. 7139 | 26 Nov 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, diagnosis awal pasien adalah tuberkulosis paru. Berikut kode ICD-10 dan kode ICD-9-CM procedure/tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 33.24
- Deskripsi: Bronkoskopi, tidak terspesifikasi lainnya
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 A15.0 digunakan untuk pasien dengan tuberkulosis paru yang memiliki konfirmasi bakteriologis atau histologis. Hal ini sesuai dengan kondisi pasien yang memiliki gejala batuk berdahak, demam, sesak napas, dan hasil pemeriksaan radiologis menunjukkan adanya lesi di paru.
2. Kode ICD-9-CM 33.24 (Bronkoskopi, tidak terspesifikasi lainnya) dapat digunakan sebagai prosedur diagnostik untuk membantu menegakkan diagnosis tuberkulosis paru. Prosedur ini dapat dilakukan untuk mengambil sampel sputum atau jaringan paru untuk analisis lebih lanjut.
Pemilihan kode ICD-10 dan ICD-9-CM procedure ini harus disesuaikan dengan hasil pemeriksaan dan temuan klinis lainnya oleh dokter yang menangani pasien. Kode-kode ini dapat digunakan untuk keperluan pencatatan dan pelaporan medis yang akurat. -
Article No. 7140 | 26 Nov 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Penyebab: Produksi sekret yang berlebihan, kelemahan batuk, dan gangguan neuromuskular.
Tanda dan Gejala: Batuk produktif, wheezing, dispnea, suara napas bronkial, dan adanya lesi di paru.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mentolerir atau menyelesaikan aktivitas rutin.
Penyebab: Malnutrisi, kelemahan, dan gangguan respirasi.
Tanda dan Gejala: Sesak napas saat beraktivitas, fatigue, dan penurunan nafsu makan.
3. Ketidakefektifan Pola Napas
Definisi: Perubahan dalam frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan yang mengganggu ventilasi.
Penyebab: Kelelahan otot pernapasan, obstruksi jalan napas, dan gangguan ventilasi.
Tanda dan Gejala: Sesak napas, pernapasan cuping hidung, dan suara napas bronkial.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
Indikator:
a. Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan batuk efektif.
b. Suara napas bronkial berkurang.
c. Oksigenasi darah membaik.
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
Indikator:
a. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa sesak napas.
b. Pasien menunjukkan peningkatan energi dan tidak mudah lelah.
c. Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan.
3. Pola Napas Efektif
Indikator:
a. Pasien menunjukkan pola napas yang teratur dan efisien.
b. Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda distres pernapasan.
c. Oksigenasi darah membaik.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
a. Atur posisi semi-fowler atau fowler untuk memfasilitasi ekspansi paru.
b. Berikan nebulizer dan terapi bronkodilator untuk memperlancar sekresi.
c. Latih teknik batuk efektif dan fisioterapi dada.
d. Motivasi pasien untuk meningkatkan mobilisasi sekresi.
e. Pantau tanda-tanda vital dan saturasi oksigen.
2. Intoleransi Aktivitas
a. Lakukan pengkajian toleransi aktivitas pasien.
b. Berikan latihan fisik yang sesuai dengan toleransi pasien.
c. Pantau tanda-tanda vital selama aktivitas.
d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk mengevaluasi status gizi pasien.
e. Berikan dukungan emosional dan edukasi untuk meningkatkan motivasi pasien.
3. Ketidakefektifan Pola Napas
a. Atur posisi semi-fowler atau fowler untuk memfasilitasi ekspansi paru.
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan pasien.
c. Lakukan latihan pernapasan untuk memperbaiki pola napas.
d. Pantau tanda-tanda vital dan saturasi oksigen.
e. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengevaluasi dan mengatasi penyebab gangguan pernapasan.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat memperoleh perawatan yang komprehensif dan mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 7141 | 26 Nov 2024
Klinis : Pengkajian Psikososial Identitas Klien Nama : Ny. A Usia : 57 tahun Jenis kelamin : Perempuan Alamat : Wlingi, Blitar Sumber informasi : Pasien, Keluarga, dan RM No. Telepon : - Status pernikahan : Menikah Agama : Islam Suku : Jawa Pendidikan : SMA Pekerjaan : Wiraswasta Lama bekerja : >10 tahun No. RM : 11599899 Tgl. Masuk : 26 April 2024 Tgl. Pengkajian : 29 April 2024 Nama klg. dekat yg bisa dihubungi: Ny. A Status : Kaka Alamat : Wlingi, Blitar No. Telepon : 08121012xxxx Pendidikan : SMA Pekerjaan : IRT Pola Toleransi-Koping Stres Pengambilan keputusan: Dibantu oleh suami dan keluarga Masalah utama terkait perawatan di RS atau penyakit (biaya, perawatan diri, dll): Pembayaran memakai JKN Yang biasa dilakukan apabila stress/mengalami masalah: Bercerita kepada keluarga dan berdoa Harapan setelah menjalani perawatan: Pasien berharap dapat beraktivitas sehari-hari seperti semula Perubahan yang dirasakan setelah sakit: Tidak dapat melakukan aktivitas seperti sebelum sakit Konsep Diri Gambaran diri: Pasien berharap dapat segera sembuh dari penyakitnya Ideal diri: Pasien merasa seharusnya masih bisa bekerja dan beraktivitas secara normal Harga diri: Pasien merasa sakitnya mengganggu aktivitas dan merepotkan keluarga serta orang lain Peran: Pasien adalah seorang istri dan ibu dari dua anak Identitas diri: Tidak ada gangguan orientasi seksual, pasien menyadari dirinya sebagai seorang perempuan Pola Peran dan Hubungan Peran dalam keluarga: Sebagai istri dan ibu. Sistem pendukung: Suami, anak, dan saudara Masalah dalam keluarga: Tidak ada Masalah tentang peran/hubungan dengan keluarga selama perawatan di RS: Selama sakit pasien dijaga oleh suami dan kakaknya Upaya mengatasi masalah: Tidak ada Pola Komunikasi Kemampuan bicara: Normal Tempat tinggal: Tinggal bersama suami dan anak. Kehidupan keluarga: Adat istiadat yang dianut: Islam Pantangan dalam agama: Tidak ada Penghasilan keluarga: Lebih dari 2 juta per bulan Pola Nilai dan Kepercayaan Pentingnya Tuhan, agama, atau kepercayaan: Pasien menganggap penting Kegiatan agama/kepercayaan yg dilakukan dirumah (jenis & frekuensi): Sholat Kegiatan agama/kepercayaan tidak dapat dilakukan di RS: - Harapan klien terhadap perawat untuk melaksanakan ibadahnya: - Persepsi Klien Terhadap Penyakitnya Keluarga dan pasien memahami kondisi sakitnya saat ini dan berpikir harus diterima dengan sabar karena merupakan cobaan dari Allah Perencanaan Pulang Tujuan Pulang: Perawatan dirumah Transportasi Pulang: Mobil, dijemput keluarga Dukungan Keluarga: Keluarga memperhatikan pasien dan mendukung pasien selama sakit Antisipasi bantuan biaya setelah pulang: Biaya pengobatan dari BPJS (peserta JKN) diagnosis psikologisnya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan beserta penjelasan singkat menggunakan standar SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah Situasional
SDKI: Gangguan konsep diri adalah keadaan di mana individu mengalami perubahan dalam persepsi dan penerimaan diri.
SLKI: Harga diri rendah situasional adalah keadaan di mana individu mengalami penurunan rasa berharga atau penghargaan terhadap diri sendiri yang bersifat sementara akibat situasi atau kondisi tertentu.
SIKI: Pasien mengalami penurunan rasa berharga atau penghargaan terhadap diri sendiri akibat perubahan kondisi kesehatan yang dialami saat ini, sehingga merasa menjadi beban bagi keluarga dan orang lain.
2. Diagnosa Keperawatan: Kesiapan Peningkatan Manajemen Diri
SDKI: Kesiapan peningkatan manajemen diri adalah suatu keadaan di mana individu memiliki motivasi dan kemampuan untuk meningkatkan pengaturan diri dalam mengelola kondisi kesehatan.
SLKI: Kesiapan peningkatan manajemen diri adalah keadaan di mana individu siap untuk meningkatkan kemampuan dalam mengelola kondisi kesehatan secara mandiri.
SIKI: Pasien memiliki kesiapan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengelola kondisi kesehatannya secara mandiri, seperti melakukan aktivitas sehari-hari, memanfaatkan sumber daya yang ada, dan berpartisipasi dalam perawatan.
3. Diagnosa Keperawatan: Koping Keluarga Inefektif
SDKI: Koping keluarga inefektif adalah keadaan di mana keluarga menunjukkan respon maladaptif dalam mengatasi masalah atau memenuhi kebutuhan anggota keluarga.
SLKI: Koping keluarga inefektif adalah keadaan di mana keluarga tidak dapat menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dalam mengatasi masalah atau memenuhi kebutuhan anggota keluarga.
SIKI: Keluarga belum mampu menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dalam membantu pasien mengatasi masalah atau memenuhi kebutuhan selama perawatan di rumah sakit.
Penjelasan singkat:
Diagnosa keperawatan yang teridentifikasi berkaitan dengan aspek psikososial pasien, yang meliputi gangguan konsep diri, kesiapan peningkatan manajemen diri, dan koping keluarga inefektif. Pemahaman dan penanganan yang komprehensif terhadap aspek-aspek tersebut penting untuk mendukung pemulihan pasien dan mempersiapkan perawatan yang akan dilanjutkan di rumah. -
Article No. 7142 | 26 Nov 2024
Klinis : Pengkajian Psikososial Identitas Klien Nama : Ny. A Usia : 57 tahun Jenis kelamin : Perempuan Alamat : Wlingi, Blitar Sumber informasi : Pasien, Keluarga, dan RM No. Telepon : - Status pernikahan : Menikah Agama : Islam Suku : Jawa Pendidikan : SMA Pekerjaan : Wiraswasta Lama bekerja : >10 tahun No. RM : 11599899 Tgl. Masuk : 26 April 2024 Tgl. Pengkajian : 29 April 2024 Nama klg. dekat yg bisa dihubungi: Ny. A Status : Kaka Alamat : Wlingi, Blitar No. Telepon : 08121012xxxx Pendidikan : SMA Pekerjaan : IRT Pola Toleransi-Koping Stres Pengambilan keputusan: Dibantu oleh suami dan keluarga Masalah utama terkait perawatan di RS atau penyakit (biaya, perawatan diri, dll): Pembayaran memakai JKN Yang biasa dilakukan apabila stress/mengalami masalah: Bercerita kepada keluarga dan berdoa Harapan setelah menjalani perawatan: Pasien berharap dapat beraktivitas sehari-hari seperti semula Perubahan yang dirasakan setelah sakit: Tidak dapat melakukan aktivitas seperti sebelum sakit Konsep Diri Gambaran diri: Pasien berharap dapat segera sembuh dari penyakitnya Ideal diri: Pasien merasa seharusnya masih bisa bekerja dan beraktivitas secara normal Harga diri: Pasien merasa sakitnya mengganggu aktivitas dan merepotkan keluarga serta orang lain Peran: Pasien adalah seorang istri dan ibu dari dua anak Identitas diri: Tidak ada gangguan orientasi seksual, pasien menyadari dirinya sebagai seorang perempuan Pola Peran dan Hubungan Peran dalam keluarga: Sebagai istri dan ibu. Sistem pendukung: Suami, anak, dan saudara Masalah dalam keluarga: Tidak ada Masalah tentang peran/hubungan dengan keluarga selama perawatan di RS: Selama sakit pasien dijaga oleh suami dan kakaknya Upaya mengatasi masalah: Tidak ada Pola Komunikasi Kemampuan bicara: Normal Tempat tinggal: Tinggal bersama suami dan anak. Kehidupan keluarga: Adat istiadat yang dianut: Islam Pantangan dalam agama: Tidak ada Penghasilan keluarga: Lebih dari 2 juta per bulan Pola Nilai dan Kepercayaan Pentingnya Tuhan, agama, atau kepercayaan: Pasien menganggap penting Kegiatan agama/kepercayaan yg dilakukan dirumah (jenis & frekuensi): Sholat Kegiatan agama/kepercayaan tidak dapat dilakukan di RS: - Harapan klien terhadap perawat untuk melaksanakan ibadahnya: - Persepsi Klien Terhadap Penyakitnya Keluarga dan pasien memahami kondisi sakitnya saat ini dan berpikir harus diterima dengan sabar karena merupakan cobaan dari Allah Perencanaan Pulang Tujuan Pulang: Perawatan dirumah Transportasi Pulang: Mobil, dijemput keluarga Dukungan Keluarga: Keluarga memperhatikan pasien dan mendukung pasien selama sakit Antisipasi bantuan biaya setelah pulang: Biaya pengobatan dari BPJS (peserta JKN) Buatkan diagnosis keperawatan bagian psikologi berdasarkan sdki dalam bentuk tabel mencakup analasisi diagnosis etiologi dan urut berdasarkana prioritas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pengkajian psikososial yang Anda berikan:
| Diagnosa Keperawatan | Etiologi |
| --- | --- |
| 1. Gangguan Konsep Diri | - Perubahan status kesehatan (sakit) |
| - Harga Diri Rendah | - Pasien merasa sakit mengganggu aktivitas dan merepotkan keluarga |
| - Ideal Diri Terganggu | - Pasien merasa seharusnya masih bisa bekerja dan beraktivitas secara normal |
| 2. Kesiapan Meningkatkan Peran | - Pasien membutuhkan bantuan suami dan keluarga dalam pengambilan keputusan |
| Perawatan Diri | - Pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti sebelum sakit |
| 3. Kesiapan Meningkatkan Koping | - Pasien dapat bercerita kepada keluarga dan berdoa saat mengalami stres/masalah |
| dan Toleransi Stres | |
Penjelasan singkat:
1. Gangguan Konsep Diri:
- Harga Diri Rendah: Pasien merasa sakit mengganggu aktivitas dan merepotkan keluarga serta orang lain.
- Ideal Diri Terganggu: Pasien merasa seharusnya masih bisa bekerja dan beraktivitas secara normal.
2. Kesiapan Meningkatkan Peran Perawatan Diri:
- Pasien membutuhkan bantuan suami dan keluarga dalam pengambilan keputusan.
- Pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti sebelum sakit.
3. Kesiapan Meningkatkan Koping dan Toleransi Stres:
- Pasien dapat bercerita kepada keluarga dan berdoa saat mengalami stres/masalah.