Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 7216 | 27 Nov 2024
Klinis : pasien tidurnya terganggu karena sesak dari asma
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda berikan:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien dengan gangguan tidur akibat sesak napas dari asma:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah "Gangguan Pola Tidur" (00198). Diagnosa ini didefinisikan sebagai "Gangguan kuantitas dan kualitas tidur yang mengganggu aktivitas sehari-hari". Dalam kasus ini, pasien mengalami gangguan tidur akibat sesak napas dari asma, yang memenuhi kriteria dari diagnosa ini.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah pemberian Asuhan Keperawatan, luaran/output yang diharapkan adalah:
a. Peningkatan Kualitas Tidur (0004): Indikator yang digunakan adalah frekuensi/durasi bangun, perasaan segar/nyaman setelah tidur, dan tingkat kepuasan pasien terhadap kualitas tidurnya.
b. Peningkatan Fungsi Respirasi (0415): Indikator yang digunakan adalah frekuensi napas, kedalaman napas, dan penggunaan otot bantu pernapasan.
c. Manajemen Asma (1011): Indikator yang digunakan adalah pengetahuan pasien tentang penyakitnya, kemampuan pasien dalam mengenali dan mengatasi gejala, serta kepatuhan pasien dalam menggunakan obat asma.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran dalam kasus ini adalah:
a. Manajemen Pola Tidur (1850):
- Identifikasi pola tidur pasien dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
- Atur lingkungan kamar tidur yang nyaman untuk tidur.
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres untuk memfasilitasi tidur.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian obat-obatan atau terapi lain yang dapat membantu meningkatkan kualitas tidur.
b. Manajemen Jalan Napas (3140):
- Monitor status pernapasan pasien secara berkala.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk menurunkan sesak napas.
- Ajarkan teknik pernapasan yang benar untuk mengurangi usaha bernapas.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian bronkodilator atau terapi lain yang dapat membantu meningkatkan fungsi pernapasan.
c. Edukasi Manajemen Asma (5602):
- Berikan edukasi tentang patofisiologi, gejala, dan pengelolaan asma.
- Ajarkan pasien teknik penggunaan inhaler dan obat-obatan asma.
- Diskusikan dengan pasien strategi pengelolaan gejala asma dan pencegahan serangan.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk evaluasi dan penyesuaian terapi asma.
Penerapan intervensi keperawatan ini secara komprehensif diharapkan dapat membantu pasien dalam mengatasi gangguan tidur akibat sesak napas dari asma, sehingga tercapai luaran/output yang diharapkan. -
Article No. 7217 | 27 Nov 2024
Klinis : Ansietas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan rekomendasi yang komprehensif untuk kondisi ansietas berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi ansietas adalah "Ansietas". Ansietas didefinisikan sebagai perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang disertai dengan respons otonom, di mana individu merasa terancam, walaupun penyebabnya tidak diketahui secara spesifik. Kriteria diagnostik untuk ansietas mencakup gejala kognitif, afektif, perilaku, dan fisiologis.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Ansietas: Kemampuan individu untuk mengenali, mengelola, dan mengurangi respons ansietas.
2. Stabilitas Emosi: Kemampuan individu untuk mempertahankan dan mengekspresikan emosi secara tepat.
3. Koping Efektif: Kemampuan individu untuk menggunakan strategi koping yang efektif dalam menghadapi situasi stres atau perubahan.
4. Motivasi: Keinginan dan usaha individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
5. Relaksasi: Keadaan rileks yang ditandai dengan penurunan aktivitas fisiologis.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Ansietas:
- Identifikasi penyebab dan faktor pencetus ansietas.
- Ajarkan teknik relaksasi (misalnya, napas dalam, visualisasi, meditasi).
- Beri dukungan emosional dan pengalihan perhatian.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam pemberian obat-obatan, jika diperlukan.
2. Terapi Kognitif:
- Identifikasi pikiran dan keyakinan negatif yang memengaruhi ansietas.
- Ajarkan teknik restrukturisasi kognitif untuk mengubah pikiran irasional.
- Bantu pasien menemukan cara berpikir yang lebih rasional dan adaptif.
3. Terapi Perilaku:
- Identifikasi perilaku maladaptif yang memengaruhi ansietas.
- Ajarkan teknik pemodelan dan pengondisian untuk mengubah perilaku.
- Bantu pasien mengembangkan perilaku yang lebih adaptif.
4. Edukasi Kesehatan:
- Berikan informasi tentang ansietas, penyebab, dan strategi pengelolaan.
- Ajarkan teknik manajemen stres dan promosi kesehatan.
- Libatkan keluarga dalam proses edukasi dan dukungan.
5. Manajemen Lingkungan:
- Ciptakan lingkungan yang tenang, aman, dan mendukung pemulihan.
- Identifikasi dan minimalisasi faktor pemicu ansietas di lingkungan.
- Kolaborasi dengan tim multidisipliner untuk mengoptimalkan lingkungan terapeutik.
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, seperti kontrol ansietas yang meningkat, stabilitas emosi yang lebih baik, penggunaan koping yang efektif, peningkatan motivasi, dan kemampuan relaksasi yang memadai. Sebagai perawat, saya akan terus memantau, mengevaluasi, dan menyesuaikan rencana asuhan keperawatan sesuai dengan respons dan kebutuhan pasien. -
Article No. 7145 | 27 Nov 2024
Klinis : Perilaku kekerasan berhubungan dengan putus obat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi "Perilaku kekerasan berhubungan dengan putus obat".
Diagnosa Keperawatan:
Perilaku Kekerasan berhubungan dengan putus obat
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Perilaku Kekerasan: Respon individu terhadap stressor internal atau eksternal yang ditandai dengan tindakan atau ancaman fisik dan/atau verbal yang bertujuan untuk melukai diri sendiri, orang lain, atau lingkungan.
- Faktor yang berhubungan: Putus obat, yaitu tidak mengonsumsi obat sesuai regimen pengobatan yang direkomendasikan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Klien menunjukkan perilaku tidak agresif, dapat mengendalikan emosi, dan dapat berinteraksi secara efektif dengan orang lain.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
a. Manajemen Perilaku: Intervensi untuk membantu klien mengidentifikasi, memahami, dan mengontrol perilaku yang tidak adaptif.
b. Terapi Aktivitas Kelompok: Intervensi untuk meningkatkan kemampuan klien dalam berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain.
c. Edukasi Kesehatan: Intervensi untuk memberikan informasi dan pemahaman kepada klien dan keluarga mengenai pentingnya kepatuhan dalam mengonsumsi obat-obatan.
Dalam konteks akademis, sebagai perawat profesional, saya akan menggunakan pendekatan yang komprehensif dalam menangani kondisi ini, dengan berfokus pada identifikasi faktor yang menyebabkan perilaku kekerasan, pemberian intervensi yang sesuai, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk menjamin kepatuhan klien dalam pengobatan. -
Article No. 7146 | 27 Nov 2024
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kasus pasien wanita berusia 60 tahun yang mengalami infark miokard akut.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia miokard, ditandai dengan keluhan nyeri dada hebat yang menjalar ke lengan kiri, serta gejala penyerta seperti sesak napas, mual, dan keringat dingin.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan jantung berhubungan dengan infark miokard akut, ditandai dengan EKG yang menunjukkan infark miokard akut.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan curah jantung, ditandai dengan keluhan sesak napas saat beraktivitas.
4. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan penyakit diabetes melitus tipe 2.
5. Risiko tinggi hipertensi berhubungan dengan riwayat hipertensi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien melaporkan nyeri dada berkurang atau hilang.
2. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, tidak terjadi komplikasi, dan EKG menunjukkan perbaikan.
3. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami sesak napas.
4. Kadar glukosa darah pasien terkendali dalam batas normal.
5. Tekanan darah pasien terkontrol dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen nyeri:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
b. Berikan analgesik sesuai instruksi medis.
c. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi nyeri.
2. Manajemen perfusi jaringan:
a. Pantau tanda-tanda vital secara teratur.
b. Berikan oksigen sesuai indikasi.
c. Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan infark miokard akut.
3. Peningkatan aktivitas:
a. Lakukan pengkajian toleransi aktivitas.
b. Berikan edukasi tentang aktivitas yang aman dan progresif.
c. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan.
4. Manajemen diabetes melitus:
a. Pantau kadar glukosa darah secara teratur.
b. Berikan edukasi tentang manajemen diabetes melitus.
c. Kolaborasi dengan tim medis untuk pengaturan obat-obatan dan diet.
5. Manajemen hipertensi:
a. Pantau tekanan darah secara rutin.
b. Berikan edukasi tentang manajemen hipertensi.
c. Kolaborasi dengan tim medis untuk pengaturan obat-obatan dan modifikasi gaya hidup.
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan dan mendapatkan perawatan yang optimal untuk mengatasi kondisi infark miokard akut yang disertai dengan komorbiditas lainnya. -
Article No. 7147 | 27 Nov 2024
Klinis : atresia ani
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat pakar, berikut adalah penjelasan rinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi atresia ani:
Diagnosis Keperawatan SDKI:
1. Gangguan Eliminasi Usus berhubungan dengan atresia ani yang ditandai dengan ketidakmampuan untuk buang air besar secara normal.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pasien dapat melakukan eliminasi usus secara adekuat sesuai dengan kondisinya.
2. Pasien dapat merawat kolostomi dengan aman dan mandiri.
3. Keluarga dapat memahami dan mendukung proses pemulihan pasien.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Observasi:
a. Pantau pola eliminasi usus pasien, termasuk frekuensi, konsistensi, dan volume.
b. Pantau tanda-tanda infeksi pada area kolostomi.
c. Kaji pemahaman pasien dan keluarga tentang perawatan kolostomi.
2. Terapeutik:
a. Lakukan perawatan kolostomi secara tepat dan higienis.
b. Ajarkan pasien dan keluarga tentang cara perawatan kolostomi yang benar.
c. Berikan dukungan emosional dan psikologis kepada pasien dan keluarga.
3. Edukasi:
a. Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang kondisi atresia ani dan perlunya pembedahan serta perawatan kolostomi.
b. Berikan pendidikan kesehatan tentang nutrisi yang sesuai untuk mendukung proses penyembuhan.
c. Anjurkan pasien dan keluarga untuk aktif terlibat dalam perawatan dan pemulihan.
4. Kolaborasi:
a. Koordinasi dengan tim medis lain (dokter, nutrisionis, dll.) untuk perawatan komprehensif pasien.
b. Lakukan rujukan ke layanan kesehatan mental jika diperlukan untuk mendukung kesejahteraan psikologis pasien dan keluarga.
Penjelasan rinci di atas mencakup diagnosis keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mengelola kondisi atresia ani secara holistik. Sebagai perawat pakar, saya berharap informasi ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang optimal bagi pasien dengan kondisi tersebut. -
Article No. 7148 | 27 Nov 2024
Klinis : atresia ani
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi atresia ani.
Diagnosa Keperawatan:
1. Eliminasi tidak efektif berhubungan dengan obstruksi usus (atresia ani)
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Diagnosa ini mengacu pada ketidakmampuan individu untuk mengeluarkan sisa metabolisme (feses) melalui saluran pencernaan secara efektif yang disebabkan oleh obstruksi usus (atresia ani).
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan pola eliminasi yang efektif.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan adalah manajemen eliminasi, nutrisi parenteral, perawatan stoma, dan edukasi terkait manajemen atresia ani.
Sebagai seorang pakar perawat, saya memahami bahwa atresia ani adalah kondisi di mana anus tidak terbentuk sempurna atau tidak tersambung dengan rektum. Hal ini dapat menyebabkan obstruksi pada saluran pencernaan dan mengakibatkan masalah eliminasi yang tidak efektif. Intervensi keperawatan yang komprehensif sangat penting untuk memastikan pasien dapat mempertahankan pola eliminasi yang sehat dan mencegah komplikasi yang mungkin timbul. -
Article No. 7149 | 27 Nov 2024
Klinis : Pengkajian Identitas Klien Nama : Ny. H Usia : 53 tahun Jenis kelamin : Perempuan Alamat : Desa Sidokumpul Guntur Demak Sumber informasi : Pasien, Suami, Keluarga No. Telepon : - Status pernikahan : Menikah Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan : Petani Faktor Predisposisi Ny. H mengatakan kedua orang tuanya sudah meninggal semua kecuali ibu dari suami pasien. Ny H adalah anak kedua dari empat bersaudara dan suami Ny. H adalah anak kedua dari lima bersaudara, pasien mempunyai dua anak perempuan klien bertempat tinggal dengan suami dan kedua anaknya. Saat dikaji pasien kurang kooperatif, kontak mata tidak dapat dipertahankan, pasien tidak terbuka dalam menjawab pertanyaan. Peran pasien di rumah sebagai seorang ibu yang jarang bergaul dengan tetangga C. Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum: Lesu dan gelisah Kesadaran : Komposmentis Tanda-tanda vital: Tekanan darah : 120/80 mmHg HR : 88 x/mnt Suhu : 36,7 °C RR : 20 x/mnt Tinggi badan: 155 cm, Berat Badan: 60 kg Kepala & Leher Kepala: Mesocepal, rambut berawarna hitam dan lurus. Mata: Konjungtiva anemis, penglihatan baik, bentuk mata simetris. Hidung: Simetris, tidak ditemukan pernapasan cuping hidung, Mulut & tenggorokan: Bibir simetris, gigi serta lidah bersih dan lengkap, tidak ada kelainan fungsi pada pengecap. Telinga: Simetris kedua arah dan tidak ada gangguan pendengaran. Leher: Tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar tiroid disertai negatifitas terhadap nyeri tekan. Ekstremitas Atas: Fungsi pergerakan normal, tidak terdapat edema Bawah: Fungsi pergerakan normal, tidak terdapat edema D. Genogram Ny. H mengatakan kedua orang tuanya sudah meninggal semua kecuali ibu dari suami pasien. Ny.H adalah anak kedua dari empat bersaudara dan suami Ny. H adalah anak kedua dari lima bersaudara, pasien mempunyai dua anak perempuan. klien bertempat tinggal dengan suami dan kedua anaknya. Saat dikaji pasien kurang kooperatif, kontak mata tidak dapat dipertahankan, pasien tidak terbuka dalam menjawab pertanyaan. Peran pasien di rumah sebagai seorang ibu yang jarang bergaul dengan tetangga. E. Pemeriksaan Faktor Presipitasi 1. Faktor Biologis: Riwayat imunisasi pasien tidak lengkap. Nutrisi pasien tidak seimbang. Latihan fisik kurang. 2. Faktor Psikologis dan Sosiobudaya: Pemenuhan kepuasan perkembangan psikoseksual Fase phalik: Pakaian dan permainan sesuai jenis kelamin. Fase laten: Diberi kesempatan bergaul dengan teman sebaya. Fase genital: Diberikan kesempatan bergaul dengan lawan jenis. Psikososial: Segera membantu anaknya bila meminta pertolongan. Memberi kesempatan anaknya mengeksplorasi lingkungan. Merespon setiap pertanyaan anak. Memberi kesempatan bermain dengan teman sebaya. Memiliki cita-cita yang jelas dan realistis. Pasien masih produktif di bidang pertanian. Kepuasan hidup pasien merasa menyesal dan tidak berarti. 3. Data Kognitif: Pada usia bayi: Diberikan stimulasi sensori melalui benda berwarna bergerak. Diajak bicara atau bercanda. Kegiatan lain: Mengenal warna, benda. Membaca, menulis, menggambar, dan berhitung. Diberi kesempatan bertanya dan bercerita. Dilatih hubungan sebab-akibat. 4. Nilai Moral: Pasien mengajarkan nilai-nilai agama. Menanamkan norma sosial dan budaya pada anak-anaknya. 5. Penilaian Stressor: Persepsi individu terhadap masalah: Pasien memandang masalahnya sebagai ancaman. Pasien merasa sedih dan putus asa karena diabetesnya tidak sembuh meskipun telah menjalani berbagai terapi. Persepsi keluarga: Keluarga melaporkan bahwa pasien sering terlihat sedih, gelisah, sulit tidur, selera makan menurun, dan menunjukkan perilaku pasif. Keluarga berharap pasien patuh minum obat sampai sembuh. 6. Sumber Koping: Kemampuan problem solving rendah. Semangat pasien rendah. Kemampuan sosial pasien rendah. Intelegensia dalam batas rata-rata. Dukungan keluarga mencukupi, tetapi koping kurang. Pola asuh cukup. Konsep diri negatif. 7. Dukungan Sosial: Pasien mendapatkan dukungan penuh dari keluarganya. Pasien menghargai tradisi di lingkungannya. 8. Aset Material: Penghasilan untuk kebutuhan pasien cukup. Kekayaan yang dimiliki cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Buatkan diagnosis keperawatan bagian psikologi berdasarkan sdki
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai dengan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah:
Diagnosis Keperawatan: Gangguan Interaksi Sosial
Definisi: Terbebannya atau terhalangnya kemampuan individu untuk membangun, mempertahankan, dan meningkatkan hubungan interpersonal yang memuaskan.
Karakteristik Definisi:
1. Kurang kooperatif
2. Kontak mata tidak dapat dipertahankan
3. Tidak terbuka dalam menjawab pertanyaan
4. Peran pasien di rumah sebagai seorang ibu yang jarang bergaul dengan tetangga
Faktor yang Berhubungan:
1. Faktor Psikologis dan Sosiobudaya:
a. Pemenuhan kepuasan perkembangan psikoseksual kurang optimal
b. Kemampuan sosial pasien rendah
c. Konsep diri negatif
2. Faktor Kognitif:
a. Kemampuan problem solving rendah
3. Faktor Lingkungan:
a. Kurang mendapat dukungan sosial dari lingkungan
Rencana Keperawatan:
1. Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial pasien
2. Berikan terapi aktivitas kelompok untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial pasien
3. Libatkan keluarga dalam proses perawatan pasien
4. Latih pasien untuk meningkatkan kemampuan komunikasi dan interaksi sosial
5. Kolaborasi dengan profesional terkait untuk mengatasi masalah psikologis pasien
Implementasi dan Evaluasi:
1. Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan berinteraksi dengan orang lain
2. Pasien lebih terbuka dalam menjawab pertanyaan
3. Pasien dapat mempertahankan kontak mata saat berkomunikasi
4. Pasien menunjukkan peningkatan minat dalam bersosialisasi dengan lingkungan -
Article No. 7150 | 27 Nov 2024
Klinis : Pengkajian Identitas Klien Nama : Ny. H Usia : 53 tahun Jenis kelamin : Perempuan Alamat : Desa Sidokumpul Guntur Demak Sumber informasi : Pasien, Suami, Keluarga No. Telepon : - Status pernikahan : Menikah Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan : Petani Faktor Predisposisi Ny. H mengatakan kedua orang tuanya sudah meninggal semua kecuali ibu dari suami pasien. Ny H adalah anak kedua dari empat bersaudara dan suami Ny. H adalah anak kedua dari lima bersaudara, pasien mempunyai dua anak perempuan klien bertempat tinggal dengan suami dan kedua anaknya. Saat dikaji pasien kurang kooperatif, kontak mata tidak dapat dipertahankan, pasien tidak terbuka dalam menjawab pertanyaan. Peran pasien di rumah sebagai seorang ibu yang jarang bergaul dengan tetangga C. Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum: Lesu dan gelisah Kesadaran : Komposmentis Tanda-tanda vital: Tekanan darah : 120/80 mmHg HR : 88 x/mnt Suhu : 36,7 °C RR : 20 x/mnt Tinggi badan: 155 cm, Berat Badan: 60 kg Kepala & Leher Kepala: Mesocepal, rambut berawarna hitam dan lurus. Mata: Konjungtiva anemis, penglihatan baik, bentuk mata simetris. Hidung: Simetris, tidak ditemukan pernapasan cuping hidung, Mulut & tenggorokan: Bibir simetris, gigi serta lidah bersih dan lengkap, tidak ada kelainan fungsi pada pengecap. Telinga: Simetris kedua arah dan tidak ada gangguan pendengaran. Leher: Tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar tiroid disertai negatifitas terhadap nyeri tekan. Ekstremitas Atas: Fungsi pergerakan normal, tidak terdapat edema Bawah: Fungsi pergerakan normal, tidak terdapat edema D. Genogram Ny. H mengatakan kedua orang tuanya sudah meninggal semua kecuali ibu dari suami pasien. Ny.H adalah anak kedua dari empat bersaudara dan suami Ny. H adalah anak kedua dari lima bersaudara, pasien mempunyai dua anak perempuan. klien bertempat tinggal dengan suami dan kedua anaknya. Saat dikaji pasien kurang kooperatif, kontak mata tidak dapat dipertahankan, pasien tidak terbuka dalam menjawab pertanyaan. Peran pasien di rumah sebagai seorang ibu yang jarang bergaul dengan tetangga. E. Pemeriksaan Faktor Presipitasi 1. Faktor Biologis: Riwayat imunisasi pasien tidak lengkap. Nutrisi pasien tidak seimbang. Latihan fisik kurang. 2. Faktor Psikologis dan Sosiobudaya: Pemenuhan kepuasan perkembangan psikoseksual Fase phalik: Pakaian dan permainan sesuai jenis kelamin. Fase laten: Diberi kesempatan bergaul dengan teman sebaya. Fase genital: Diberikan kesempatan bergaul dengan lawan jenis. Psikososial: Segera membantu anaknya bila meminta pertolongan. Memberi kesempatan anaknya mengeksplorasi lingkungan. Merespon setiap pertanyaan anak. Memberi kesempatan bermain dengan teman sebaya. Memiliki cita-cita yang jelas dan realistis. Pasien masih produktif di bidang pertanian. Kepuasan hidup pasien merasa menyesal dan tidak berarti. 3. Data Kognitif: Pada usia bayi: Diberikan stimulasi sensori melalui benda berwarna bergerak. Diajak bicara atau bercanda. Kegiatan lain: Mengenal warna, benda. Membaca, menulis, menggambar, dan berhitung. Diberi kesempatan bertanya dan bercerita. Dilatih hubungan sebab-akibat. 4. Nilai Moral: Pasien mengajarkan nilai-nilai agama. Menanamkan norma sosial dan budaya pada anak-anaknya. 5. Penilaian Stressor: Persepsi individu terhadap masalah: Pasien memandang masalahnya sebagai ancaman. Pasien merasa sedih dan putus asa karena diabetesnya tidak sembuh meskipun telah menjalani berbagai terapi. Persepsi keluarga: Keluarga melaporkan bahwa pasien sering terlihat sedih, gelisah, sulit tidur, selera makan menurun, dan menunjukkan perilaku pasif. Keluarga berharap pasien patuh minum obat sampai sembuh. 6. Sumber Koping: Kemampuan problem solving rendah. Semangat pasien rendah. Kemampuan sosial pasien rendah. Intelegensia dalam batas rata-rata. Dukungan keluarga mencukupi, tetapi koping kurang. Pola asuh cukup. Konsep diri negatif. 7. Dukungan Sosial: Pasien mendapatkan dukungan penuh dari keluarganya. Pasien menghargai tradisi di lingkungannya. 8. Aset Material: Penghasilan untuk kebutuhan pasien cukup. Kekayaan yang dimiliki cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Buatkan diagnosis keperawatan bagian psikologi berdasarkan sdki
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, berikut adalah diagnosis keperawatan SDKI yang sesuai, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosis Keperawatan SDKI:
1. Harga Diri Rendah Kronis
Definisi: Perasaan negatif tentang diri sendiri atau kemampuan diri yang berlangsung lama.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Harga Diri Meningkat
Definisi: Keyakinan diri yang positif dan perasaan berharga.
Kriteria Hasil:
- Mengungkapkan perasaan positif tentang diri sendiri
- Menunjukkan perilaku yang mencerminkan harga diri yang positif
- Menghargai kelebihan dan keterbatasan diri
- Menunjukkan kepercayaan diri dalam berinteraksi dengan orang lain
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Terapi Kognitif
Definisi: Tindakan untuk memperbaiki atau mengubah pola pikir maladaptif menjadi pola pikir yang lebih adaptif.
Aktivitas:
- Mengidentifikasi pikiran negatif atau distorsi kognitif tentang diri sendiri
- Membantu klien menantang dan mengubah pikiran negatif menjadi lebih positif
- Membantu klien mengembangkan pandangan yang lebih realistis tentang diri sendiri
- Memfasilitasi klien untuk menilai kelebihan dan keterbatasan diri secara objektif
2. Terapi Kelompok
Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi interaksi dan dukungan kelompok.
Aktivitas:
- Membentuk kelompok dengan karakteristik yang serupa
- Memfasilitasi diskusi dan berbagi pengalaman dalam kelompok
- Membantu klien mengidentifikasi kekuatan dan sumber daya yang dimiliki
- Memberikan umpan balik yang konstruktif antar anggota kelompok
3. Terapi Keluarga
Definisi: Tindakan untuk melibatkan keluarga dalam proses pemulihan klien.
Aktivitas:
- Melibatkan keluarga dalam pengkajian dan perencanaan asuhan keperawatan
- Membantu keluarga memahami kondisi klien dan perubahan yang dibutuhkan
- Mendorong keluarga untuk memberikan dukungan dan penguatan positif kepada klien
- Memfasilitasi komunikasi yang terbuka dan efektif dalam keluarga
Penjelasan rinci dan terperinci:
Diagnosis keperawatan "Harga Diri Rendah Kronis" dipilih karena data menunjukkan bahwa Ny. H kurang kooperatif, kontak mata tidak dapat dipertahankan, dan tidak terbuka dalam menjawab pertanyaan. Hal ini mengindikasikan adanya perasaan negatif tentang diri sendiri atau kemampuan diri yang berlangsung lama.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah "Harga Diri Meningkat", dimana Ny. H dapat mengungkapkan perasaan positif tentang diri sendiri, menghargai kelebihan dan keterbatasan diri, serta menunjukkan kepercayaan diri dalam berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut adalah Terapi Kognitif, Terapi Kelompok, dan Terapi Keluarga. Terapi Kognitif bertujuan untuk memperbaiki atau mengubah pola pikir maladaptif menjadi lebih adaptif. Terapi Kelompok bertujuan untuk memfasilitasi interaksi dan dukungan kelompok, sehingga Ny. H dapat mengidentifikasi kekuatan dan sumber daya yang dimiliki. Terapi Keluarga bertujuan untuk melibatkan keluarga dalam proses pemulihan Ny. H, sehingga keluarga dapat memberikan dukungan dan penguatan positif.
Melalui kombinasi intervensi tersebut, diharapkan Ny. H dapat mengembangkan pandangan yang lebih realistis tentang diri sendiri, menghargai kelebihan dan keterbatasan diri, serta menunjukkan perilaku dan kepercayaan diri yang lebih positif dalam berinteraksi dengan orang lain. -
Article No. 7151 | 27 Nov 2024
Klinis : 3 Asuhan Keperawatan Pengkajian Identitas Klien Nama : Ny. H Usia : 53 tahun Jenis kelamin : Perempuan Alamat : Desa Sidokumpul Guntur Demak Sumber informasi : Pasien, Suami, Keluarga No. Telepon : - Status pernikahan : Menikah Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan : Petani Faktor Predisposisi Ny. H mengatakan kedua orang tuanya sudah meninggal semua kecuali ibu dari suami pasien. Ny H adalah anak kedua dari empat bersaudara dan suami Ny. H adalah anak kedua dari lima bersaudara, pasien mempunyai dua anak perempuan klien bertempat tinggal dengan suami dan kedua anaknya. Saat dikaji pasien kurang kooperatif, kontak mata tidak dapat dipertahankan, pasien tidak terbuka dalam menjawab pertanyaan. Peran pasien di rumah sebagai seorang ibu yang jarang bergaul dengan tetangga C. Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum: Lesu dan gelisah Kesadaran : Komposmentis Tanda-tanda vital: Tekanan darah : 120/80 mmHg HR : 88 x/mnt Suhu : 36,7 °C RR : 20 x/mnt Tinggi badan: 155 cm, Berat Badan: 60 kg Kepala & Leher Kepala: Mesocepal, rambut berawarna hitam dan lurus. Mata: Konjungtiva anemis, penglihatan baik, bentuk mata simetris. Hidung: Simetris, tidak ditemukan pernapasan cuping hidung, Mulut & tenggorokan: Bibir simetris, gigi serta lidah bersih dan lengkap, tidak ada kelainan fungsi pada pengecap. Telinga: Simetris kedua arah dan tidak ada gangguan pendengaran. Leher: Tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar tiroid disertai negatifitas terhadap nyeri tekan. Ekstremitas Atas: Fungsi pergerakan normal, tidak terdapat edema Bawah: Fungsi pergerakan normal, tidak terdapat edema D. Genogram Ny. H mengatakan kedua orang tuanya sudah meninggal semua kecuali ibu dari suami pasien. Ny.H adalah anak kedua dari empat bersaudara dan suami Ny. H adalah anak kedua dari lima bersaudara, pasien mempunyai dua anak perempuan. klien bertempat tinggal dengan suami dan kedua anaknya. Saat dikaji pasien kurang kooperatif, kontak mata tidak dapat dipertahankan, pasien tidak terbuka dalam menjawab pertanyaan. Peran pasien di rumah sebagai seorang ibu yang jarang bergaul dengan tetangga. E. Pemeriksaan Faktor Presipitasi 1. Faktor Biologis: Riwayat imunisasi pasien tidak lengkap. Nutrisi pasien tidak seimbang. Latihan fisik kurang. 2. Faktor Psikologis dan Sosiobudaya: Pemenuhan kepuasan perkembangan psikoseksual Fase phalik: Pakaian dan permainan sesuai jenis kelamin. Fase laten: Diberi kesempatan bergaul dengan teman sebaya. Fase genital: Diberikan kesempatan bergaul dengan lawan jenis. Psikososial: Segera membantu anaknya bila meminta pertolongan. Memberi kesempatan anaknya mengeksplorasi lingkungan. Merespon setiap pertanyaan anak. Memberi kesempatan bermain dengan teman sebaya. Memiliki cita-cita yang jelas dan realistis. Pasien masih produktif di bidang pertanian. Kepuasan hidup pasien merasa menyesal dan tidak berarti. 3. Data Kognitif: Pada usia bayi: Diberikan stimulasi sensori melalui benda berwarna bergerak. Diajak bicara atau bercanda. Kegiatan lain: Mengenal warna, benda. Membaca, menulis, menggambar, dan berhitung. Diberi kesempatan bertanya dan bercerita. Dilatih hubungan sebab-akibat. 4. Nilai Moral: Pasien mengajarkan nilai-nilai agama. Menanamkan norma sosial dan budaya pada anak-anaknya. 5. Penilaian Stressor: Persepsi individu terhadap masalah: Pasien memandang masalahnya sebagai ancaman. Pasien merasa sedih dan putus asa karena diabetesnya tidak sembuh meskipun telah menjalani berbagai terapi. Persepsi keluarga: Keluarga melaporkan bahwa pasien sering terlihat sedih, gelisah, sulit tidur, selera makan menurun, dan menunjukkan perilaku pasif. Keluarga berharap pasien patuh minum obat sampai sembuh. 6. Sumber Koping: Kemampuan problem solving rendah. Semangat pasien rendah. Kemampuan sosial pasien rendah. Intelegensia dalam batas rata-rata. Dukungan keluarga mencukupi, tetapi koping kurang. Pola asuh cukup. Konsep diri negatif. 7. Dukungan Sosial: Pasien mendapatkan dukungan penuh dari keluarganya. Pasien menghargai tradisi di lingkungannya. 8. Aset Material: Penghasilan untuk kebutuhan pasien cukup. Kekayaan yang dimiliki cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Diagnosa keperawatan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah 3 diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI) untuk kondisi Ny. H:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI: Distress Emosional
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
- Klien dapat mengekspresikan emosi dengan tepat
- Klien dapat mengelola emosi yang muncul
- Klien dapat mengidentifikasi sumber distres emosional
- Klien dapat meningkatkan harga diri
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Lakukan pengkajian mendalam tentang distres emosional yang dialami klien
- Berikan dukungan emosional dan validasi perasaan klien
- Dorong klien untuk mengekspresikan emosinya secara tepat
- Ajarkan teknik-teknik manajemen stres dan koping yang adaptif
- Kolaborasi dengan ahli jiwa/psikolog untuk konseling atau psikoterapi
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan emosional
2. Diagnosa Keperawatan SDKI: Isolasi Sosial
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
- Klien dapat berinteraksi dengan orang lain
- Klien dapat memenuhi kebutuhan sosial
- Klien dapat meningkatkan hubungan interpersonal
- Klien dapat beradaptasi dengan lingkungan sosial
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Lakukan pengkajian mendalam tentang pola interaksi sosial klien
- Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan isolasi sosial
- Dorong klien untuk terlibat dalam aktivitas sosial di lingkungan sekitar
- Libatkan keluarga dalam meningkatkan interaksi sosial klien
- Berikan edukasi tentang pentingnya interaksi sosial bagi kesehatan mental
- Kolaborasi dengan pekerja sosial untuk memfasilitasi keterlibatan klien dalam kegiatan komunitas
3. Diagnosa Keperawatan SDKI: Ketidakberdayaan
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
- Klien dapat mengidentifikasi sumber ketidakberdayaan
- Klien dapat meningkatkan kontrol diri
- Klien dapat meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan
- Klien dapat meningkatkan harga diri
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Lakukan pengkajian mendalam tentang sumber dan penyebab ketidakberdayaan
- Berikan dukungan emosional dan validasi perasaan klien
- Bantu klien untuk mengidentifikasi sumber daya internal dan eksternal yang dapat dimanfaatkan
- Dorong klien untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terkait perawatannya
- Ajarkan teknik-teknik untuk meningkatkan kontrol diri dan harga diri
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan dan meningkatkan kemandirian klien
- Kolaborasi dengan ahli jiwa/psikolog untuk konseling atau psikoterapi
Dalam memberikan asuhan keperawatan, penting untuk mempertimbangkan kondisi klien secara holistik, termasuk faktor biologis, psikologis, sosial, dan budaya. Intervensi keperawatan yang diberikan juga harus berfokus pada pemberdayaan klien dan melibatkan keluarga serta sumber daya yang tersedia di lingkungan. -
Article No. 7152 | 27 Nov 2024
Klinis : Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai dengan klien mengatakan nyeri perut bagian yang dioperasi, klien mengatakan skala nyeri 3, klien mengatakan nyerinya berde yut denyut,tampak klien berbaring di tempat tidur dan lemah,tampak klien meringis,pucat,tampak ku lemah,td 109/70,s 36,6,N 59,Rr 20,Spo2 100
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, saya memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R10.4
- Deskripsi: Nyeri perut dan panggul
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik, karena tidak disebutkan adanya prosedur medis yang dilakukan.
Penjelasan:
Berdasarkan gejala yang Anda paparkan, pasien mengalami nyeri akut di daerah perut yang berhubungan dengan agen pencedera fisik. Hal ini ditandai dengan keluhan pasien yang mengatakan nyeri pada bagian perut yang berdenyut-denyut, skala nyeri 3, tampak berbaring lemah, meringis, pucat, dan tanda-tanda vital yang menunjukkan adanya nyeri perut. Kondisi ini sesuai dengan kode ICD-10 R10.4 untuk nyeri perut dan panggul.
Tidak ada tindakan atau prosedur medis yang disebutkan dalam kasus ini, sehingga tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik. Penanganan yang mungkin dilakukan antara lain pemberian analgesik, istirahat, dan pemantauan tanda-tanda vital secara berkala.