Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 7196 | 27 Nov 2024
Klinis : Keluarga pasien mengatakan pasien datang dengan keluhan penurunan kesadaran setelah mengalami kecelakaan lalu lintas sepeda motor mengalami kecelakaan pada tanggal 17 November 2024 sekitar pukul 19.00 WITA, pasien dikatakan mengendarai sepeda motor dan bertabrakan dengan pengendara motor lainnya di daerah Mano. Setelah kejadian, pasien langsung dibawa ke Puskesmas Mano karena mengalami beberapa gejala, di antaranya perdarahan dari hidung dan muntah yang disertai darah. Setelah dilakukan penanganan awal di puskesmas, pasien dirujuk ke RSUD Ruteng untuk mendapatkan perawatan lanjutan, mengingat kondisi pasien yang memerlukan perhatian lebih. Pada saat dilakukan pengkajian ditemukan bahwa pasien mengalami beberapa tanda dan gejala, yaitu: Perdarahan dari telinga dan hidung, dengan pembengkakan (edema) di area wajah, deformitas(+) dan adanya keterbatasan dalam gerakan rahang atau kesulitan dalam membuka mulut, luka lecet di siku kiri berukuran 2x2 cm serta luka pada area kaki bagian bawah maupun lutut bagian kanan dengan luas 4x2 cm. Pasien menunjukkan perilaku gelisah dan berontak ketika diberi rangsangan nyeri dan tindakan medis, yang mengindikasikan respons nyeri yang meningkat. Kemampuan bicara pasien tidak jelas dan pasien sesekali menangis. Hasil pemeriksaan neurologis menunjukkan nilai GCS (Glasgow Coma Scale) sebesar 10 (E2 M5 V3), yang mengindikasikan adanya gangguan kesadaran dan delirium. Tanda vital pasien saat pemeriksaan menunjukkan tekanan darah (TD) 100/60 mmHg, nadi (N) 92 kali/menit, suhu (S) 37 °C, SpO2 97%, dan frekuensi respirasi (RR) 26 kali/menit. Pasien juga mengeluhkan adanya pusing serta memar pada wajah, khususnya di sekitar mata kanan. Pasien didiagnosis dengan Cidera Kepala Sedang yang memerlukan pemantauan berkala terhadap tanda vital, penanganan nyeri, serta intervensi pencegahan pada ruang bedah Dahlia.p CKS + Fraktur Os Zigomatikum Dextra+ VL Regio Cruris et Patella Dextra CKS: Merujuk pada Cidera Kepala Sementara, yang berarti bahwa pasien mengalami cedera pada bagian kepala, tetapi belum ada informasi spesifik tentang jenis dan tingkat keparahan cedera tersebut. VL (Vertebral Line): Ini menunjukkan bahwa ada kompresi atau trauma pada garis vertebra, tetapi konteksnya di sini mungkin lebih berfokus pada area yang lain. Regio Cruris et Patella Dextra: Regio Cruris mengacu pada area tungkai bawah (kaki) dan Patella Dextra mengacu pada cedera yang terjadi pada lutut kanan (patella adalah tulang tempurung lutut). Dalam konteks ini, pasien mungkin mengalami cedera atau trauma yang mempengaruhi baik area kaki bagian bawah maupun lutut bagian kanan. 2. Fraktur Os Zigomatikum Dextra Fraktur Os Zigomatikum Dextra: Os zigomatikum adalah tulang yang membentuk bagian wajah, lebih khusus tulang pipi. Fraktur ini bisa terjadi akibat trauma langsung, seperti dalam kecelakaan atau cedera terkait olahraga. Fraktur pada os zigomatikum biasanya berhubungan dengan pembengkakan (edema) di area wajah dan dapat menyebabkan deformitas, nyeri, dan keterbatasan dalam gerakan rahang atau kesulitan dalam membuka mulut. Kesimpulan Diagnostik: Pasien memiliki beberapa cedera, termasuk: Cidera pada area kepala yang mungkin masih perlu dievaluasi lebih lanjut. Cedera atau trauma pada lutut kanan serta tulang kaki bagian bawah yang perlu diatasi. Fraktur pada tulang pipi (os zigomatikum) di sisi kanan, yang mungkin memerlukan perawatan medis dan penanganan spesifik untuk mengurangi komplikasi lebih lanjut dan memulihkan fungsi normal. Penatalaksanaan: Perawatan Cidera Kepala: Pemantauan dan penilaian lebih lanjut untuk mengidentifikasi cedera otak yang mungkin terjadi. Pengobatan luka dan fraktur: Penanganan fraktur os zigomatikum melibatkan pengaturan ulang tulang jika diperlukan, serta pengelolaan nyeri dan pencegahan infeksi. Rehabilitasi Fisik: Setelah cedera stabil, terapi fisik mungkin diperlukan untuk memulihkan kekuatan dan fungsi di area yang terpengaruh. • Respon Motorik: 4 (Pasien dapat mengikuti perintah sederhana, tetapi tidak ada respon motorik yang lebih baik dari itu). • Respon Bicara: 5 (Pasien dapat berbicara dengan baik, tetapi mungkin tidak sepenuhnya jelas atau relevan). • Respon Membuka Mata: 3 (Pasien membuka mata sebagai reaksi terhadap rangsangan, tetapi tidak secara spontan). • Perhitungan GCS • Jumlah GCS = Respon membuka mata + Respon bicara + Respon motorik • GCS = 3 (membuka mata) + 5 (bicara) + 4 (motorik) = 12 • Kesimpulan • Jumlah GCS = 12 • Dengan GCS sebesar 12, pasien tersebut menunjukkan tingkat kesadaran sedang. Meski pasien mampu berbicara dengan cukup baik dan menunjukkan respon motorik yang lebih baik, respon membuka mata yang hanya mencapai 3 menunjukkan adanya tingkat kesadaran yang berkurang. • • Pasien tidak dapat membuka mata secara spontan dan hanya membuka mata sebagai respon terhadap rangsangan nyeri.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus ini:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan lesi traumatik/ luka pada siku kiri dan lutut kanan.
2. Nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik (fraktur, luka, dll).
3. Risiko Perdarahan berhubungan dengan trauma kepala.
4. Perubahan Perfusi Jaringan Otak berhubungan dengan cedera kepala.
5. Gangguan Pola Napas berhubungan dengan trauma/cedera.
6. Gangguan Komunikasi berhubungan dengan cedera neurologis.
7. Risiko Infeksi berhubungan dengan luka terbuka.
8. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan cedera ekstremitas.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Gangguan Integritas Kulit
- SDKI: Kerusakan pada kulit dan/atau jaringan pendukung.
- SLKI: Pemulihan integritas kulit.
- SIKI: Perawatan luka, Debridement, Manajemen Luka.
2. Nyeri Akut
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- SLKI: Pengurangan rasa nyeri.
- SIKI: Manajemen Nyeri, Analgetik.
3. Risiko Perdarahan
- SDKI: Keadaan rentan mengalami kehilangan darah yang berlebihan.
- SLKI: Pencegahan perdarahan.
- SIKI: Pemantauan Tanda Vital, Perawatan Luka Perdarahan.
4. Perubahan Perfusi Jaringan Otak
- SDKI: Penurunan sirkulasi darah dan oksigen ke jaringan otak.
- SLKI: Perfusi jaringan otak yang optimal.
- SIKI: Pemantauan Neurologis, Pengaturan Posisi.
5. Gangguan Pola Napas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan normal.
- SLKI: Pola napas yang efektif.
- SIKI: Terapi Oksigen, Manajemen Jalan Napas.
6. Gangguan Komunikasi
- SDKI: Keterbatasan dalam mengirim atau menerima pesan verbal, nonverbal, atau tertulis.
- SLKI: Komunikasi yang efektif.
- SIKI: Terapi Wicara, Komunikasi Alternatif.
7. Risiko Infeksi
- SDKI: Keadaan rentan terhadap serangan mikroorganisme patogen.
- SLKI: Pencegahan infeksi.
- SIKI: Perawatan Luka, Pemberian Antibiotik.
8. Gangguan Mobilitas Fisik
- SDKI: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disengaja dari satu tempat ke tempat lain.
- SLKI: Mobilitas fisik yang optimal.
- SIKI: Latihan Ambulasi, Terapi Fisik.
Dalam kasus ini, pasien mengalami cedera kepala sedang, fraktur pada tulang pipi, serta luka-luka pada ekstremitas. Oleh karena itu, penatalaksanaan keperawatan yang komprehensif diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul, baik dari segi pemulihan luka, manajemen nyeri, pencegahan komplikasi, serta rehabilitasi dan pemulihan fungsi. -
Article No. 7197 | 27 Nov 2024
Klinis : Keluarga pasien mengatakan pasien datang dengan keluhan penurunan kesadaran setelah mengalami kecelakaan lalu lintas sepeda motor mengalami kecelakaan pada tanggal 17 November 2024 sekitar pukul 19.00 WITA, pasien dikatakan mengendarai sepeda motor dan bertabrakan dengan pengendara motor lainnya di daerah Mano. Setelah kejadian, pasien langsung dibawa ke Puskesmas Mano karena mengalami beberapa gejala, di antaranya perdarahan dari hidung dan muntah yang disertai darah. Setelah dilakukan penanganan awal di puskesmas, pasien dirujuk ke RSUD Ruteng untuk mendapatkan perawatan lanjutan, mengingat kondisi pasien yang memerlukan perhatian lebih. Pada saat dilakukan pengkajian ditemukan bahwa pasien mengalami beberapa tanda dan gejala, yaitu: Perdarahan dari telinga dan hidung, dengan pembengkakan (edema) di area wajah, deformitas(+) dan adanya keterbatasan dalam gerakan rahang atau kesulitan dalam membuka mulut, luka lecet di siku kiri berukuran 2x2 cm serta luka pada area kaki bagian bawah maupun lutut bagian kanan dengan luas 4x2 cm. Pasien menunjukkan perilaku gelisah dan berontak ketika diberi rangsangan nyeri dan tindakan medis, yang mengindikasikan respons nyeri yang meningkat. Kemampuan bicara pasien tidak jelas dan pasien sesekali menangis. Hasil pemeriksaan neurologis menunjukkan nilai GCS (Glasgow Coma Scale) sebesar 10 (E2 M5 V3), yang mengindikasikan adanya gangguan kesadaran dan delirium. Tanda vital pasien saat pemeriksaan menunjukkan tekanan darah (TD) 100/60 mmHg, nadi (N) 92 kali/menit, suhu (S) 37 °C, SpO2 97%, dan frekuensi respirasi (RR) 26 kali/menit. Pasien juga mengeluhkan adanya pusing serta memar pada wajah, khususnya di sekitar mata kanan. Pasien didiagnosis dengan Cidera Kepala Sedang yang memerlukan pemantauan berkala terhadap tanda vital, penanganan nyeri, serta intervensi pencegahan pada ruang bedah Dahlia.p CKS + Fraktur Os Zigomatikum Dextra+ VL Regio Cruris et Patella Dextra CKS: Merujuk pada Cidera Kepala Sementara, yang berarti bahwa pasien mengalami cedera pada bagian kepala, tetapi belum ada informasi spesifik tentang jenis dan tingkat keparahan cedera tersebut. VL (Vertebral Line): Ini menunjukkan bahwa ada kompresi atau trauma pada garis vertebra, tetapi konteksnya di sini mungkin lebih berfokus pada area yang lain. Regio Cruris et Patella Dextra: Regio Cruris mengacu pada area tungkai bawah (kaki) dan Patella Dextra mengacu pada cedera yang terjadi pada lutut kanan (patella adalah tulang tempurung lutut). Dalam konteks ini, pasien mungkin mengalami cedera atau trauma yang mempengaruhi baik area kaki bagian bawah maupun lutut bagian kanan. 2. Fraktur Os Zigomatikum Dextra Fraktur Os Zigomatikum Dextra: Os zigomatikum adalah tulang yang membentuk bagian wajah, lebih khusus tulang pipi. Fraktur ini bisa terjadi akibat trauma langsung, seperti dalam kecelakaan atau cedera terkait olahraga. Fraktur pada os zigomatikum biasanya berhubungan dengan pembengkakan (edema) di area wajah dan dapat menyebabkan deformitas, nyeri, dan keterbatasan dalam gerakan rahang atau kesulitan dalam membuka mulut. Kesimpulan Diagnostik: Pasien memiliki beberapa cedera, termasuk: Cidera pada area kepala yang mungkin masih perlu dievaluasi lebih lanjut. Cedera atau trauma pada lutut kanan serta tulang kaki bagian bawah yang perlu diatasi. Fraktur pada tulang pipi (os zigomatikum) di sisi kanan, yang mungkin memerlukan perawatan medis dan penanganan spesifik untuk mengurangi komplikasi lebih lanjut dan memulihkan fungsi normal. Penatalaksanaan: Perawatan Cidera Kepala: Pemantauan dan penilaian lebih lanjut untuk mengidentifikasi cedera otak yang mungkin terjadi. Pengobatan luka dan fraktur: Penanganan fraktur os zigomatikum melibatkan pengaturan ulang tulang jika diperlukan, serta pengelolaan nyeri dan pencegahan infeksi. Rehabilitasi Fisik: Setelah cedera stabil, terapi fisik mungkin diperlukan untuk memulihkan kekuatan dan fungsi di area yang terpengaruh. • Respon Motorik: 4 (Pasien dapat mengikuti perintah sederhana, tetapi tidak ada respon motorik yang lebih baik dari itu). • Respon Bicara: 5 (Pasien dapat berbicara dengan baik, tetapi mungkin tidak sepenuhnya jelas atau relevan). • Respon Membuka Mata: 3 (Pasien membuka mata sebagai reaksi terhadap rangsangan, tetapi tidak secara spontan). • Perhitungan GCS • Jumlah GCS = Respon membuka mata + Respon bicara + Respon motorik • GCS = 3 (membuka mata) + 5 (bicara) + 4 (motorik) = 12 • Kesimpulan • Jumlah GCS = 12 • Dengan GCS sebesar 12, pasien tersebut menunjukkan tingkat kesadaran sedang. Meski pasien mampu berbicara dengan cukup baik dan menunjukkan respon motorik yang lebih baik, respon membuka mata yang hanya mencapai 3 menunjukkan adanya tingkat kesadaran yang berkurang. • • Pasien tidak dapat membuka mata secara spontan dan hanya membuka mata sebagai respon terhadap rangsangan nyeri.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Cedera Kepala Sedang (SDKI)
Definisi: Gangguan integritas struktur otak akibat benturan, tabrakan, atau kekerasan yang mengakibatkan perubahan fungsi otak.
2. Nyeri Akut (SDKI)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
3. Gangguan Mobilitas Fisik (SDKI)
Definisi: Pembatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh ketidakmampuan untuk bergerak secara mandiri.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Cedera Kepala Sedang
- Penyebab: Benturan, tabrakan, atau kekerasan yang menyebabkan perubahan fungsi otak.
- Karakteristik: Penurunan kesadaran, perdarahan, edema, deformitas, dan keterbatasan pergerakan.
2. Nyeri Akut
- Penyebab: Kerusakan jaringan akibat cedera.
- Karakteristik: Pasien menunjukkan perilaku gelisah dan berontak saat diberikan rangsangan nyeri.
3. Gangguan Mobilitas Fisik
- Penyebab: Cedera yang membatasi pergerakan fisik.
- Karakteristik: Luka lecet dan memar pada siku kiri serta luka pada kaki bagian bawah dan lutut kanan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat Kesadaran Membaik
2. Nyeri Terkontrol
3. Mobilitas Fisik Membaik
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Tanda Vital
2. Manajemen Nyeri
3. Mobilisasi Dini
Tujuan intervensi keperawatan adalah untuk memantau kondisi pasien, mengelola nyeri, dan memfasilitasi pemulihan mobilitas fisik. Dengan intervensi yang tepat, diharapkan pasien dapat meningkatkan tingkat kesadarannya, mengendalikan nyeri, dan memulihkan kemampuan mobilitas fisik. -
Article No. 7198 | 27 Nov 2024
Klinis : Kasus kelolaan praktik keperawatan keluarga ; Ny. E mengatakan pernah berobat sebulan yang lalu karena nyeri lutut dan terkena asam urat. Namun sekarang belum di cek lagi. Ny. E mempunyai kebiasaan suka makan ikan asin dengan nasi, tidak suka makan sayur. Pola makan di keluarga hanya 2x dalam sehari. Ny. E mengatakan pola komunikasi dalam keluarga tidak ada masalah, hanya jarang berinteraksi antara Tn.k dan Ny. E di dalam rumah. Waktu luang yang di lakukan Keluarga adalah menonton Tv. Ny. E jarang melakukan aktivitas fisik berolahraga lebih banyak di dalam rumah. Keluar rumah hanya jalan untuk belanja sayur Masalah keperawatan 1. Perilaku kesehatan cenderunh berisiko 2. Manajemen keluarga tidak efektif 3. Kesiapan peningkatan koping keluarga
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi yang diuraikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran keperawatan SLKI, dan intervensi keperawatan SIKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Perilaku kesehatan cenderung berisiko
Definisi: Ketidakmampuan keluarga untuk memodifikasi perilaku kesehatan yang dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan.
Karakteristik definisi: Pola makan tidak sehat (suka makan ikan asin, jarang makan sayur), kurang aktivitas fisik.
2. Manajemen keluarga tidak efektif
Definisi: Kemampuan keluarga yang tidak adekuat untuk mengatur sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan keluarga.
Karakteristik definisi: Pola interaksi dalam keluarga jarang, kurangnya aktivitas bersama keluarga.
3. Kesiapan peningkatan koping keluarga
Definisi: Suatu kondisi dimana keluarga memiliki kemampuan yang belum optimal untuk mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi.
Karakteristik definisi: Belum ada upaya yang optimal untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami (asam urat dan pola makan).
Luaran Keperawatan SLKI (Setelah Asuhan Keperawatan):
1. Perilaku Kesehatan: Keluarga mendemonstrasikan perilaku kesehatan yang sehat.
2. Manajemen Keluarga: Keluarga mampu mengatur sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan keluarga.
3. Koping Keluarga: Keluarga mampu menggunakan strategi koping yang efektif untuk mengatasi masalah kesehatan.
Intervensi Keperawatan SIKI (Untuk Mencapai Luaran):
1. Perilaku Kesehatan:
a. Edukasi keluarga tentang pemilihan makanan yang sehat dan manfaat aktivitas fisik.
b. Kolaborasi dengan keluarga dalam menyusun rencana peningkatan pola makan sehat dan aktivitas fisik.
c. Monitoring dan evaluasi perubahan perilaku kesehatan keluarga.
2. Manajemen Keluarga:
a. Fasilitasi keluarga untuk mengidentifikasi sumber daya yang dimiliki dan potensi yang dapat dikembangkan.
b. Kolaborasi dengan keluarga dalam menetapkan prioritas dan menyusun rencana peningkatan interaksi dan aktivitas bersama.
c. Monitoring dan evaluasi kemampuan keluarga dalam mengelola sumber daya untuk mencapai tujuan.
3. Koping Keluarga:
a. Identifikasi persepsi, pemahaman, dan kesiapan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan.
b. Edukasi keluarga tentang asam urat, pentingnya pemeriksaan berkala, dan strategi koping yang efektif.
c. Kolaborasi dengan keluarga dalam menyusun rencana peningkatan pemantauan kesehatan dan strategi koping.
d. Monitoring dan evaluasi peningkatan koping keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan.
Sebagai perawat, saya akan menerapkan pendekatan yang berpusat pada keluarga, melibatkan anggota keluarga secara aktif, dan memfasilitasi pengembangan kemampuan keluarga dalam mengelola masalah kesehatan yang dihadapi. -
Article No. 7199 | 27 Nov 2024
Klinis : Kasus kelolaan praktik keperawatan keluarga ; Ny. E mengatakan pernah berobat sebulan yang lalu karena nyeri lutut dan terkena asam urat. Namun sekarang belum di cek lagi. Ny. E mempunyai kebiasaan suka makan ikan asin dengan nasi, tidak suka makan sayur. Pola makan di keluarga hanya 2x dalam sehari. Ny. E mengatakan pola komunikasi dalam keluarga tidak ada masalah, hanya jarang berinteraksi antara Tn.k dan Ny. E di dalam rumah. Waktu luang yang di lakukan Keluarga adalah menonton Tv. Ny. E jarang melakukan aktivitas fisik berolahraga lebih banyak di dalam rumah. Keluar rumah hanya jalan untuk belanja sayur
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Keluarga
Definisi: Kegagalan keluarga untuk mengidentifikasi, mencari, memutuskan, dan/atau melaksanakan tindakan yang tepat untuk memelihara atau memulihkan kesehatan anggota keluarga.
2. Defisit Pengetahuan Keluarga
Definisi: Kurangnya informasi kognitif yang dimiliki keluarga tentang kondisi kesehatan, perawatan, dan pengobatan.
3. Kurang Aktivitas Fisik
Definisi: Ketidakcukupan aktivitas fisik untuk mempertahankan kebugaran dan kesehatan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Manajemen Kesehatan Keluarga Efektif
- Keluarga dapat mengidentifikasi masalah kesehatan dengan benar.
- Keluarga dapat memutuskan tindakan yang tepat untuk memelihara atau memulihkan kesehatan anggota keluarga.
- Keluarga dapat melaksanakan tindakan yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah kesehatan.
2. Pengetahuan Keluarga Meningkat
- Keluarga dapat menjelaskan kondisi kesehatan anggota keluarga.
- Keluarga dapat menjelaskan cara perawatan dan pengobatan yang dibutuhkan.
- Keluarga dapat menjelaskan manfaat pengelolaan kesehatan yang tepat.
3. Aktivitas Fisik Adekuat
- Keluarga dapat melakukan aktivitas fisik secara teratur.
- Keluarga dapat mempertahankan kebugaran dan kesehatan.
- Keluarga dapat memilih aktivitas fisik yang sesuai dengan kondisi anggota keluarga.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Kesehatan Keluarga
- Kaji pemahaman keluarga tentang masalah kesehatan anggota keluarga.
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan keluarga dalam mengelola kesehatan.
- Berdiskusi dengan keluarga tentang rencana pengelolaan kesehatan yang tepat.
- Dorong keluarga untuk melaksanakan rencana pengelolaan kesehatan.
- Evaluasi efektivitas pengelolaan kesehatan yang dilakukan keluarga.
2. Edukasi Kesehatan Keluarga
- Berikan informasi tentang kondisi kesehatan anggota keluarga.
- Jelaskan pentingnya perawatan dan pengobatan yang dibutuhkan.
- Ajarkan keluarga tentang cara perawatan dan pengobatan yang tepat.
- Diskusikan dengan keluarga manfaat pengelolaan kesehatan yang efektif.
- Berikan umpan balik positif terhadap upaya keluarga dalam meningkatkan pengetahuan.
3. Peningkatan Aktivitas Fisik
- Kaji kemampuan dan minat keluarga dalam melakukan aktivitas fisik.
- Diskusikan dengan keluarga berbagai pilihan aktivitas fisik yang sesuai.
- Bantu keluarga menyusun rencana aktivitas fisik yang dapat dilakukan secara rutin.
- Dukung keluarga untuk melaksanakan rencana aktivitas fisik yang telah disusun.
- Evaluasi efektivitas pelaksanaan aktivitas fisik oleh keluarga.
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Keluarga: Ny. E dan keluarga belum melakukan pengelolaan kesehatan yang efektif, terbukti dengan Ny. E yang belum melakukan pemeriksaan lanjutan untuk asam urat, pola makan yang tidak sehat, dan kurangnya aktivitas fisik.
2. Defisit Pengetahuan Keluarga: Keluarga Ny. E memiliki pengetahuan yang kurang tentang pengelolaan kesehatan yang baik, terbukti dengan pola makan yang tidak seimbang dan kurangnya aktivitas fisik.
3. Kurang Aktivitas Fisik: Ny. E jarang melakukan aktivitas fisik atau berolahraga, lebih banyak beraktivitas di dalam rumah, sehingga dapat memengaruhi kondisi kesehatannya.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Manajemen Kesehatan Keluarga Efektif: Diharapkan keluarga Ny. E dapat mengidentifikasi masalah kesehatan, memutuskan tindakan yang tepat, dan melaksanakan tindakan yang dibutuhkan untuk memelihara atau memulihkan kesehatan anggota keluarga.
2. Pengetahuan Keluarga Meningkat: Diharapkan keluarga Ny. E dapat memahami kondisi kesehatan, cara perawatan dan pengobatan, serta manfaat pengelolaan kesehatan yang tepat.
3. Aktivitas Fisik Adekuat: Diharapkan keluarga Ny. E dapat melakukan aktivitas fisik secara teratur, mempertahankan kebugaran dan kesehatan, serta memilih aktivitas fisik yang sesuai dengan kondisi anggota keluarga.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Kesehatan Keluarga: Dimulai dengan mengkaji pemahaman keluarga tentang masalah kesehatan, mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan keluarga, berdiskusi tentang rencana pengelolaan kesehatan yang tepat, mendorong keluarga untuk melaksanakannya, dan mengevaluasi efektivitas pengelolaan yang dilakukan.
2. Edukasi Kesehatan Keluarga: Memberikan informasi tentang kondisi kesehatan, menjelaskan pentingnya perawatan dan pengobatan, mengajarkan cara perawatan dan pengobatan yang tepat, mendiskusikan manfaat pengelolaan kesehatan yang efektif, serta memberikan umpan balik positif terhadap upaya keluarga.
3. Peningkatan Aktivitas Fisik: Mengkaji kemampuan dan minat keluarga dalam melakukan aktivitas fisik, mendiskusikan pilihan aktivitas fisik yang sesuai, membantu menyusun rencana aktivitas fisik, mendukung keluarga untuk melaksanakan rencana, serta mengevaluasi efektivitas pelaksanaan aktivitas fisik. -
Article No. 7200 | 27 Nov 2024
Klinis : Diare 7 kali air ada ampas, muntah 5 kaliair
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi diare 7 kali air ada ampas, muntah 5 kali air, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar/perawat:
Diagnosa Keperawatan:
Diare Akut
Definisi: Pengeluaran feses dengan konsistensi cair atau setengah cair yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 14 hari.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Status Cairan Tubuh: Setelah intervensi keperawatan, pasien akan menunjukkan status cairan tubuh yang membaik.
2. Eliminasi: Setelah intervensi keperawatan, pasien akan menunjukkan pola eliminasi yang membaik.
3. Pengetahuan Manajemen Diare: Setelah intervensi keperawatan, pasien/keluarga akan menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang manajemen diare.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Diare
- Kaji tanda dan gejala diare (frekuensi, konsistensi, warna, bau, dan adanya darah/lendir)
- Pantau intake dan output cairan
- Kolaborasi pemberian terapi rehidrasi oral atau intravena sesuai indikasi
- Edukasi pasien/keluarga tentang manajemen diare
2. Manajemen Hipovolemia
- Kaji tanda dan gejala hipovolemia (pusing, capek, tekanan darah rendah, dll)
- Pantau intake dan output cairan
- Kolaborasi pemberian cairan intravena sesuai indikasi
- Monitoring tanda vital dan status cairan
3. Manajemen Mual dan Muntah
- Kaji frekuensi, durasi, dan faktor pencetus mual dan muntah
- Berikan antiemetik sesuai indikasi
- Hindari asupan oral sementara dan lakukan rehidrasi intravena
- Edukasi pasien/keluarga tentang manajemen mual dan muntah
Dengan pendekatan akademis dan persona sebagai pakar/perawat, intervensi keperawatan akan berfokus pada manajemen diare, hipovolemia, dan mual muntah untuk mengatasi masalah kesehatan pasien secara komprehensif. -
Article No. 7201 | 27 Nov 2024
Klinis : Diare 7 kali air ada ampas, muntah 5 kaliair
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah rincian yang diminta:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi dengan diare 7 kali air ada ampas dan muntah 5 kali air adalah:
1. Defisit Volume Cairan
Definisi: Penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
Karakteristik Definisi: Tekanan turgor kulit menurun, membran mukosa kering, nadi cepat dan lemah, pusing, dan penurunan berat badan.
Luaran/Output SLKI:
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Keseimbangan Cairan Membaik
Definisi: Cairan tubuh terpelihara dalam batas normal.
Kriteria hasil:
- Tanda-tanda vital stabil
- Membran mukosa lembab
- Turgor kulit baik
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran di atas, intervensi keperawatan yang diperlukan antara lain:
1. Pemantauan Cairan
Definisi: Pengumpulan dan analisis data untuk mengatur keseimbangan cairan.
Aktivitas:
- Pantau masukan dan pengeluaran cairan
- Pantau tanda-tanda vital
- Pantau kelembaban membrane mukosa dan turgor kulit
2. Terapi Cairan
Definisi: Pemberian cairan dan elektrolit secara intravena atau oral untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Aktivitas:
- Berikan cairan oral atau intravena sesuai kebutuhan
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor kadar elektrolit
3. Edukasi Manajemen Diare
Definisi: Pemberian informasi tentang penyebab, pencegahan, dan pengelolaan diare.
Aktivitas:
- Jelaskan penyebab, gejala, dan komplikasi diare
- Ajarkan teknik manajemen diare (contoh: rehidrasi oral)
- Diskusikan pentingnya menjaga hidrasi dan nutrisi selama diare
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan Defisit Volume Cairan dipilih karena pasien mengalami diare dan muntah, yang dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar. Luaran yang diharapkan adalah Keseimbangan Cairan Membaik, dimana tanda-tanda vital, membran mukosa, dan turgor kulit kembali normal.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi Pemantauan Cairan untuk mengetahui status hidrasi, Terapi Cairan untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang, serta Edukasi Manajemen Diare untuk membantu pasien mengelola kondisinya. Semua intervensi ini bertujuan untuk memulihkan keseimbangan cairan dan mencegah komplikasi yang dapat timbul akibat defisit volume cairan. -
Article No. 7202 | 27 Nov 2024
Klinis : Diare
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi diare:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang paling sesuai untuk kondisi diare adalah "Risiko Dehidrasi" dari Domain Nutrisi. Diare meningkatkan risiko kehilangan cairan dan elektrolit yang signifikan, sehingga pasien berada dalam risiko dehidrasi. Diagnosa ini menggambarkan masalah kesehatan utama yang harus ditangani dalam asuhan keperawatan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran yang diharapkan adalah:
1. Keseimbangan Cairan: Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil dan tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
2. Status Hidrasi: Pasien menunjukkan membran mukosa yang lembab, turgor kulit yang baik, dan intake-output cairan yang seimbang.
3. Pengelolaan Diare: Frekuensi dan konsistensi diare berkurang, serta tidak ada komplikasi yang timbul akibat diare.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Beberapa intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan pada pasien dengan diare antara lain:
1. Pemantauan Cairan:
- Pantau tanda-tanda vital, intake-output cairan, dan status hidrasi pasien secara berkala.
- Catat karakteristik diare (frekuensi, volume, konsistensi) untuk mengevaluasi progres.
2. Manajemen Cairan dan Elektrolit:
- Berikan cairan oral atau parenteral sesuai kebutuhan untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang.
- Monitor keseimbangan elektrolit dan lakukan tindakan korektif jika terjadi gangguan.
3. Edukasi dan Dukungan:
- Edukasikan pasien dan keluarga mengenai penyebab, gejala, dan penatalaksanaan diare.
- Motivasi pasien untuk mengonsumsi makanan dan cairan yang tepat untuk memulihkan kondisi.
- Libatkan keluarga dalam perawatan untuk meningkatkan kepatuhan dan dukungan.
4. Manajemen Gejala:
- Berikan obat-obatan antidiare sesuai indikasi untuk mengurangi frekuensi dan volume diare.
- Lakukan tindakan keperawatan lainnya untuk mengatasi gejala atau komplikasi yang muncul.
Penerapan intervensi ini secara komprehensif dan terintegrasi diharapkan dapat membantu pasien mencapai luaran yang diinginkan, yaitu stabilnya tanda-tanda vital, status hidrasi yang baik, dan perbaikan kondisi diare tanpa komplikasi. Peran perawat sangat penting dalam memantau, mengelola, dan mendukung pasien selama proses pemulihan. -
Article No. 7203 | 27 Nov 2024
Klinis : sesek napas dari hari kamis, sebelumnya tidak pernah sesek, pasien menggunaan oksigen masker non rebreathing dengan oksigen 15 lpm
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengelola siklus pernafasan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
Penjelasan Singkat:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Pola napas tidak efektif adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi dimana pasien mengalami ketidakmampuan untuk mengelola siklus pernafasan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan dengan diagnosa ini adalah pasien dapat menunjukkan pola napas yang efektif, pertukaran gas yang adekuat, dan tidak mengalami sesak napas.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan adalah memantau pola napas, mengatur posisi yang nyaman, memberikan oksigen sesuai kebutuhan, dan mengajarkan teknik pernapasan yang benar.
Kondisi Pasien:
Pasien mengalami sesak napas sejak hari Kamis, sebelumnya tidak pernah sesak. Saat ini pasien menggunakan oksigen masker non-rebreathing dengan oksigen 15 lpm. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Pola Napas Tidak Efektif. -
Article No. 7204 | 27 Nov 2024
Klinis : sesek napas dari hari kamis, sebelumnya tidak pernah sesek, pasien menggunaan oksigen masker non rebreathing dengan oksigen 15 lpm
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi yang diberikan, pasien mengalami sesak napas yang terjadi sejak hari Kamis dan sebelumnya tidak pernah terjadi. Pasien juga memerlukan oksigen masker non rebreathing dengan oksigen 15 lpm, yang mengindikasikan adanya gangguan pola napas. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Pola Napas Tidak Efektif.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pertukaran Gas: Pertukaran Oksigen dan Karbondioksida Adekuat
2. Status Pernapasan: Pernapasan Efektif
3. Oksigenasi: Oksigenasi Adekuat
Penjelasan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang mencerminkan perbaikan pola napas dan pertukaran gas yang adekuat. Indikator-indikator ini mencakup pertukaran oksigen dan karbondioksida yang baik, pernapasan yang efektif, serta oksigenasi yang adekuat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Pertahankan patensi jalan napas
- Pasang oksigen masker non rebreathing dengan laju aliran 15 lpm
- Auskultasi suara napas, identifikasi adanya ronki atau wheezing
- Berikan posisi semifowler untuk mempermudah pernapasan
2. Manajemen Ventilasi
- Monitor frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan
- Pantau saturasi oksigen dan laju aliran oksigen
- Berikan latihan pernapasan diafragmatik atau pursed-lip breathing
3. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Ukur dan catat tanda-tanda vital secara berkala
- Pantau tanda-tanda distres pernapasan, seperti penggunaan otot bantu napas
4. Edukasi Kesehatan
- Jelaskan penyebab dan gejala sesak napas
- Ajarkan teknik pernapasan yang benar
- Anjurkan untuk menghindari faktor pemicu sesak napas
Penjelasan:
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan meliputi manajemen jalan napas, manajemen ventilasi, pemantauan tanda-tanda vital, dan edukasi kesehatan. Tujuannya adalah untuk mempertahankan patensi jalan napas, meningkatkan efektivitas pernapasan, memantau kondisi pasien, dan memberikan pemahaman serta keterampilan kepada pasien dalam mengelola kondisi sesak napasnya. -
Article No. 7205 | 27 Nov 2024
Klinis : hb pasien 8, pasien tampak pucat, lemas, CRT > 2 detik, turgor kulit menurun
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien dengan hemoglobin 8, tampak pucat, lemas, CRT > 2 detik, dan turgor kulit menurun, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Penurunan Volume Cairan yang Berhubungan dengan Kehilangan Cairan Aktual.
Penurunan Volume Cairan yang Berhubungan dengan Kehilangan Cairan Aktual mengacu pada kondisi dimana terjadi defisit volume cairan di dalam tubuh yang disebabkan oleh kehilangan cairan secara aktual, seperti perdarahan, diare, atau muntah. Kondisi ini ditandai dengan tanda-tanda klinis seperti hb yang rendah, pucat, lemas, CRT yang memanjang, dan turgor kulit menurun.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien akan mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Keseimbangan Cairan: Pasien akan menunjukkan tanda-tanda perbaikan keseimbangan cairan, seperti peningkatan nilai hb, membaliknya warna kulit menjadi lebih segar, peningkatan turgor kulit, dan CRT yang memendek (<2 detik).
2. Status Hidrasi: Pasien akan menunjukkan status hidrasi yang membaik, dengan tanda-tanda seperti mukosa mulut yang lembab, nadi yang teraba penuh dan teratur, serta produksi urin yang adekuat.
3. Kontrol Gejala: Pasien akan mampu mengontrol gejala-gejala yang terkait dengan penurunan volume cairan, seperti rasa lemah yang berkurang dan tidak lagi merasa pusing.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang perlu dilakukan:
1. Pemantauan Cairan:
- Pantau intake dan output cairan pasien secara akurat.
- Ukur tanda-tanda vital, termasuk tekanan darah, nadi, dan suhu tubuh.
- Catat dan evaluasi hasil pemeriksaan laboratorium, terutama nilai hematokrit dan hemoglobin.
- Pantau tanda-tanda dehidrasi, seperti turgor kulit, CRT, dan kebersihan mukosa.
2. Manajemen Cairan:
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan pasien, mempertimbangkan jenis dan jumlah cairan yang hilang.
- Berikan suplemen nutrisi dan zat besi jika diperlukan untuk membantu meningkatkan volume darah.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi penyebab kehilangan cairan (misalnya, penanganan perdarahan atau pengobatan diare).
3. Edukasi dan Dukungan:
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai pentingnya menjaga keseimbangan cairan dan pencegahan dehidrasi.
- Berikan dukungan emosional dan psikologis kepada pasien selama proses pemulihan.
- Libatkan keluarga dalam perawatan pasien untuk memastikan kepatuhan dan keberlanjutan perawatan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu perbaikan keseimbangan cairan, status hidrasi yang membaik, dan kontrol gejala yang optimal.