Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 7263 | 28 Nov 2024
Klinis : mohon 4 diagnosa proritas untuk kasus ini Keluarga pasien mengatakan pasien datang dengan keluhan penurunan kesadaran setelah mengalami kecelakaan lalu lintas sepeda motor mengalami kecelakaan pada tanggal 17 November 2024 sekitar pukul 19.00 WITA, pasien dikatakan mengendarai sepeda motor dan bertabrakan dengan pengendara motor lainnya di daerah Mano. Setelah kejadian, pasien langsung dibawa ke Puskesmas Mano karena mengalami beberapa gejala, di antaranya perdarahan dari hidung dan muntah yang disertai darah. Setelah dilakukan penanganan awal di puskesmas, pasien dirujuk ke RSUD Ruteng untuk mendapatkan perawatan lanjutan, mengingat kondisi pasien yang memerlukan perhatian lebih. Pada saat dilakukan pengkajian ditemukan bahwa pasien mengalami beberapa tanda dan gejala, yaitu: Perdarahan dari telinga dan hidung, dengan pembengkakan (edema) di area wajah, deformitas(+) dan adanya keterbatasan dalam gerakan rahang atau kesulitan dalam membuka mulut, luka lecet di siku kiri berukuran 2x2 cm serta luka pada area kaki bagian bawah maupun lutut bagian kanan dengan luas 4x2 cm. Pasien menunjukkan perilaku gelisah dan berontak ketika diberi rangsangan nyeri dan tindakan medis, yang mengindikasikan respons nyeri yang meningkat. Kemampuan bicara pasien tidak jelas dan pasien sesekali menangis. Hasil pemeriksaan neurologis menunjukkan nilai GCS (Glasgow Coma Scale) sebesar 10 (E2 M5 V3), yang mengindikasikan adanya gangguan kesadaran dan delirium. Tanda vital pasien saat pemeriksaan menunjukkan tekanan darah (TD) 100/60 mmHg, nadi (N) 92 kali/menit, suhu (S) 37 °C, SpO2 97%, dan frekuensi respirasi (RR) 26 kali/menit. Pasien juga mengeluhkan adanya pusing serta memar pada wajah, khususnya di sekitar mata kanan. Pasien didiagnosis dengan Cidera Kepala Sedang yang memerlukan pemantauan berkala terhadap tanda vital, penanganan nyeri, serta intervensi pencegahan pada ruang bedah Dahlia.p CKS + Fraktur Os Zigomatikum Dextra+ VL Regio Cruris et Patella Dextra CKS: Merujuk pada Cidera Kepala Sementara, yang berarti bahwa pasien mengalami cedera pada bagian kepala, tetapi belum ada informasi spesifik tentang jenis dan tingkat keparahan cedera tersebut. VL (Vertebral Line): Ini menunjukkan bahwa ada kompresi atau trauma pada garis vertebra, tetapi konteksnya di sini mungkin lebih berfokus pada area yang lain. Regio Cruris et Patella Dextra: Regio Cruris mengacu pada area tungkai bawah (kaki) dan Patella Dextra mengacu pada cedera yang terjadi pada lutut kanan (patella adalah tulang tempurung lutut). Dalam konteks ini, pasien mungkin mengalami cedera atau trauma yang mempengaruhi baik area kaki bagian bawah maupun lutut bagian kanan. 2. Fraktur Os Zigomatikum Dextra Fraktur Os Zigomatikum Dextra: Os zigomatikum adalah tulang yang membentuk bagian wajah, lebih khusus tulang pipi. Fraktur ini bisa terjadi akibat trauma langsung, seperti dalam kecelakaan atau cedera terkait olahraga. Fraktur pada os zigomatikum biasanya berhubungan dengan pembengkakan (edema) di area wajah dan dapat menyebabkan deformitas, nyeri, dan keterbatasan dalam gerakan rahang atau kesulitan dalam membuka mulut. Kesimpulan Diagnostik: Pasien memiliki beberapa cedera, termasuk: Cidera pada area kepala yang mungkin masih perlu dievaluasi lebih lanjut. Cedera atau trauma pada lutut kanan serta tulang kaki bagian bawah yang perlu diatasi. Fraktur pada tulang pipi (os zigomatikum) di sisi kanan, yang mungkin memerlukan perawatan medis dan penanganan spesifik untuk mengurangi komplikasi lebih lanjut dan memulihkan fungsi normal. Penatalaksanaan: Perawatan Cidera Kepala: Pemantauan dan penilaian lebih lanjut untuk mengidentifikasi cedera otak yang mungkin terjadi. Pengobatan luka dan fraktur: Penanganan fraktur os zigomatikum melibatkan pengaturan ulang tulang jika diperlukan, serta pengelolaan nyeri dan pencegahan infeksi. Rehabilitasi Fisik: Setelah cedera stabil, terapi fisik mungkin diperlukan untuk memulihkan kekuatan dan fungsi di area yang terpengaruh. • Respon Motorik: 4 (Pasien dapat mengikuti perintah sederhana, tetapi tidak ada respon motorik yang lebih baik dari itu). • Respon Bicara: 5 (Pasien dapat berbicara dengan baik, tetapi mungkin tidak sepenuhnya jelas atau relevan). • Respon Membuka Mata: 3 (Pasien membuka mata sebagai reaksi terhadap rangsangan, tetapi tidak secara spontan). • Perhitungan GCS • Jumlah GCS = Respon membuka mata + Respon bicara + Respon motorik • GCS = 3 (membuka mata) + 5 (bicara) + 4 (motorik) = 12 • Kesimpulan • Jumlah GCS = 12 • Dengan GCS sebesar 12, pasien tersebut menunjukkan tingkat kesadaran sedang. Meski pasien mampu berbicara dengan cukup baik dan menunjukkan respon motorik yang lebih baik, respon membuka mata yang hanya mencapai 3 menunjukkan adanya tingkat kesadaran yang berkurang. • • Pasien tidak dapat membuka mata secara spontan dan hanya membuka mata sebagai respon terhadap rangsangan nyeri.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah 4 diagnosa keperawatan prioritas dengan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Risiko Ketidakstabilan Tanda Vital berhubungan dengan Cedera Kepala Sedang
SDKI: Risiko Ketidakstabilan Tanda Vital adalah ancaman perubahan fisiologis tanda-tanda vital yang tidak dapat dikendalikan oleh individu.
Tanda dan gejala: Perdarahan dari telinga dan hidung, pembengkakan (edema) di area wajah, GCS 10 (E2 M5 V3) yang menunjukkan gangguan kesadaran.
SLKI: Tujuan keperawatan adalah Stabilitas Tanda Vital yang Membaik, dengan intervensi keperawatan seperti Pemantauan Tanda Vital, Pengelolaan Cairan, dan Manajemen Trauma.
SIKI: Pemantauan Tanda Vital, Manajemen Hipotensi, dan Manajemen Trauma.
2. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Cedera Muskuloskeletal
SDKI: Gangguan Mobilitas Fisik adalah keterbatasan dalam melakukan pergerakan yang disengaja dan terarah.
Tanda dan gejala: Deformitas (+), keterbatasan gerakan rahang atau kesulitan membuka mulut, luka lecet di siku kiri, luka di area kaki dan lutut kanan.
SLKI: Tujuan keperawatan adalah Mobilitas Fisik yang Membaik, dengan intervensi keperawatan seperti Terapi Gerak, Manajemen Nyeri, dan Perawatan Luka.
SIKI: Terapi Gerak, Manajemen Nyeri, dan Perawatan Luka.
3. Diagnosa Keperawatan: Respon Nyeri Akut berhubungan dengan Cedera Muskuloskeletal
SDKI: Respon Nyeri Akut adalah pengalaman subjektif dan individual terhadap sensasi yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
Tanda dan gejala: Pasien menunjukkan perilaku gelisah dan berontak ketika diberi rangsangan nyeri, mengeluh pusing, dan menangis.
SLKI: Tujuan keperawatan adalah Nyeri yang Terkendali, dengan intervensi keperawatan seperti Manajemen Nyeri, Distraksi, dan Terapi Komplementer.
SIKI: Manajemen Nyeri, Distraksi, dan Terapi Komplementer.
4. Diagnosa Keperawatan: Risiko Komplikasi Fraktur Kranial berhubungan dengan Cedera Kepala Sedang
SDKI: Risiko Komplikasi Fraktur Kranial adalah ancaman terjadinya komplikasi yang berhubungan dengan patah tulang di area kepala.
Tanda dan gejala: Fraktur os zigomatikum dextra, pembengkakan (edema) di area wajah, keterbatasan gerakan rahang atau kesulitan membuka mulut.
SLKI: Tujuan keperawatan adalah Komplikasi Fraktur Kranial yang Tidak Terjadi, dengan intervensi keperawatan seperti Manajemen Fraktur, Pencegahan Infeksi, dan Manajemen Nyeri.
SIKI: Manajemen Fraktur, Pencegahan Infeksi, dan Manajemen Nyeri.
Catatan: Diagnosa keperawatan ini disusun berdasarkan informasi yang diberikan dan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Evaluasi dan penanganan lebih lanjut mungkin diperlukan setelah pemeriksaan dan asesmen komprehensif oleh tim medis. -
Article No. 7264 | 28 Nov 2024
Klinis : gangguan pertukaran gas oleh pasien pneumonia
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi gangguan pertukaran gas oleh pasien pneumonia.
1. Kode ICD-10:
- Kode: J15.9
- Deskripsi: Pneumonia bakteri, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
- Kode J15.9 dalam ICD-10 digunakan untuk mengkodekan pneumonia bakteri yang tidak diklasifikasikan di tempat lain.
- Pneumonia adalah kondisi peradangan pada paru-paru yang dapat menyebabkan gangguan pertukaran gas.
- Dalam kasus ini, kode J15.9 tepat digunakan karena tidak ada penyebab spesifik yang dapat diidentifikasi untuk pneumonia yang dialami oleh pasien.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 96.7
- Deskripsi: Ventilasi mekanis
Penjelasan:
- Kode 96.7 dalam ICD-9-CM digunakan untuk mengkodekan tindakan ventilasi mekanis, yang mungkin diperlukan untuk pasien dengan gangguan pertukaran gas akibat pneumonia.
- Ventilasi mekanis adalah prosedur di mana alat bantu pernapasan digunakan untuk membantu pasien bernapas, yang dapat membantu mengatasi gangguan pertukaran gas.
- Jika pasien memerlukan ventilasi mekanis sebagai bagian dari perawatan untuk pneumonia, maka kode 96.7 dapat digunakan untuk mengkodekan tindakan tersebut. -
Article No. 7265 | 28 Nov 2024
Klinis : gangguan pertukaran gas oleh pasien pneumonia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pertukaran Gas
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Gangguan Pertukaran Gas didefinisikan sebagai ketidakefektifan pertukaran gas di alveoli dan/atau membran kapiler yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan oksigen dan/atau karbondioksida dalam darah arterial.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan untuk pasien dengan Gangguan Pertukaran Gas antara lain:
1. Pasien menunjukkan pertukaran gas yang efektif
2. Pasien menunjukkan kadar oksigen dalam darah yang adekuat
3. Pasien menunjukkan kadar karbon dioksida dalam darah yang normal
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan untuk mengatasi Gangguan Pertukaran Gas pada pasien pneumonia antara lain:
1. Manajemen Jalan Nafas
2. Terapi Oksigen
3. Manajemen Ventilasi
4. Edukasi Pasien dan Keluarga
Pneumonia merupakan salah satu kondisi yang dapat menyebabkan Gangguan Pertukaran Gas. Pada pneumonia, terjadi inflamasi dan konsolidasi di paru-paru yang dapat mengganggu proses pertukaran gas di alveoli. Intervensi keperawatan yang diberikan bertujuan untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 7266 | 28 Nov 2024
Klinis : kadar gula darah 350,
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Kadar Gula Darah Tinggi
Definisi:
Keadaan di mana kadar glukosa dalam darah melebihi rentang normal, yaitu > 200 mg/dL.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Ketidakseimbangan Nutrisi: Lebih dari Kebutuhan
Penjelasan:
Keadaan di mana asupan nutrisi melebihi kebutuhan metabolik tubuh, yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kadar Gula Darah Terkendali
2. Pengetahuan Penyakit Meningkat
3. Manajemen Diri Efektif
Penjelasan:
1. Kadar Gula Darah Terkendali: Kemampuan mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal.
2. Pengetahuan Penyakit Meningkat: Peningkatan pemahaman pasien tentang penyakitnya.
3. Manajemen Diri Efektif: Kemampuan pasien mengelola penyakitnya secara mandiri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Kadar Glukosa Darah
2. Edukasi Manajemen Diabetes
3. Dukungan Sistem
Penjelasan:
1. Manajemen Kadar Glukosa Darah: Tindakan untuk mengontrol kadar glukosa darah.
2. Edukasi Manajemen Diabetes: Pemberian informasi dan pelatihan untuk mengelola diabetes.
3. Dukungan Sistem: Upaya melibatkan keluarga dan lingkungan dalam perawatan pasien. -
Article No. 7267 | 28 Nov 2024
Klinis : Seorang anak usia 3 tahun diantarkan ke IGD oleh keluarganya dengan keluhan BAB cair sejak 3 hari yang lalu, ibu mengatakan hari ini BAB cair sudah 8 kali dan muntah 3 kali. Anak terllihat lemah, hasil pemeriksaan tanda vital didapatkan RR 34 x/menit, suhu 380C dan HR 110 x/menit dan nadi perifer teraba lemah. Pemeriksaan fisik oleh perawat di dapatkan mata cekung, cibitan kulit perut Kembali lambat dan mukosa oral kering. Didapatkan ruam merah pada area anus anak. Hasil lab darah didapatkan nilai Hb 10g/dL, leukosit 13.000 dan hematokrit 43%.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare dan muntah
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kekurangan volume cairan: Penurunan cairan intra- dan/atau ekstraseluler yang menyebabkan penurunan tekanan intravaskular, perfusi jaringan, dan fungsi sel.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Keseimbangan cairan: Kemampuan untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen cairan: Intervensi untuk mengatur dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
- Pemberian cairan: Pemberian cairan intravena atau oral untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit.
- Pemantauan cairan: Pengumpulan dan analisis data untuk memantau status cairan.
Penjelasan singkat:
Anak usia 3 tahun mengalami diare dan muntah yang menyebabkan penurunan volume cairan tubuh dan ketidakseimbangan cairan. Hal ini ditandai dengan tanda-tanda dehidrasi seperti mata cekung, kulit kembali lambat, dan mukosa oral kering. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen cairan, pemberian cairan intravena atau oral, serta pemantauan cairan untuk mencegah komplikasi dan memulihkan keseimbangan cairan. -
Article No. 7268 | 28 Nov 2024
Klinis : Seorang anak usia 3 tahun diantarkan ke IGD oleh keluarganya dengan keluhan BAB cair sejak 3 hari yang lalu, ibu mengatakan hari ini BAB cair sudah 8 kali dan muntah 3 kali. Anak terllihat lemah, hasil pemeriksaan tanda vital didapatkan RR 34 x/menit, suhu 380C dan HR 110 x/menit dan nadi perifer teraba lemah. Pemeriksaan fisik oleh perawat di dapatkan mata cekung, cibitan kulit perut Kembali lambat dan mukosa oral kering. Didapatkan ruam merah pada area anus anak. Hasil lab darah didapatkan nilai Hb 10g/dL, leukosit 13.000 dan hematokrit 43%.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Diare
Definisi: Pengeluaran feses cair dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam.
Penyebab: Infeksi bakteri, virus, parasit, efek samping obat, intoleransi makanan, malabsorpsi, dll.
Gejala klinik: BAB cair, frekuensi BAB meningkat, nyeri perut, mual, muntah, dehidrasi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Status hidrasi membaik, ditandai dengan:
a. Turgor kulit kembali normal
b. Mata tidak cekung
c. Mukosa oral lembab
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal:
a. RR 20-30 x/menit
b. Suhu 36,5-37,5°C
c. HR 90-110 x/menit
3. Pola BAB kembali normal, frekuensi maksimal 3 kali per hari.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pantau tanda-tanda vital secara berkala.
2. Berikan cairan sesuai kebutuhan untuk mengatasi dehidrasi.
3. Berikan diet rendah serat dan mudah dicerna.
4. Observasi frekuensi dan karakteristik BAB.
5. Lakukan perawatan kulit di area anus untuk mencegah iritasi.
6. Berikan obat antidiare sesuai resep dokter.
7. Edukasi keluarga tentang manajemen diare dan pencegahan komplikasi.
Penjelasan yang rinci:
Anak usia 3 tahun dengan keluhan diare dan muntah sejak 3 hari lalu menunjukkan gejala dehidrasi, seperti mata cekung, turgor kulit lambat, dan mukosa oral kering. Hal ini mengindikasikan perlunya intervensi untuk mengembalikan status hidrasi yang baik. Selain itu, pemantauan tanda-tanda vital penting untuk mendeteksi perubahan yang mungkin terjadi. Pemberian diet rendah serat dan mudah dicerna serta obat antidiare dapat membantu memperbaiki pola BAB. Perawatan kulit di area anus diperlukan untuk mencegah iritasi. Edukasi kepada keluarga tentang manajemen diare dan pencegahan komplikasi juga sangat penting untuk mendukung pemulihan anak. -
Article No. 7269 | 28 Nov 2024
Klinis : Seorang perempuan bernama Ny. K, berusia 21 tahun, datang ke IGD dengan kondisi pucat dan lemas. Pasien mengeluhkan sakit perut akibat mencret yang menyebabkan sulit tidur. Ia menyatakan hanya tidur 3-4 jam per hari dengan pola tidur yang tidak teratur, sehingga merasa tidak puas tidur. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital menunjukkan suhu tubuh 38,5 ℃, nadi 65x/menit, tekanan darah 121/80 mmHg, dan frekuensi napas 15x/menit. Setelah dipindahkan ke ruang rawat inap, Ny. K bolak-balik ke kamar mandi untuk BAB sebanyak enam kali dengan konsistensi feses yang sangat cair. Keluarga pasien mengungkapkan bahwa saat ini Ny. K sedang menjalani kemoterapi dan pengobatan kanker gastrointestinal.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi Ny. K yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Diare akut berhubungan dengan efek samping kemoterapi yang sedang dijalani.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sakit perut dan frekuensi buang air besar yang tidak teratur.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, kelelahan, dan kurang nutrisi akibat diare.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Diare akut: Pengeluaran feses cair atau setengah cair dengan frekuensi lebih dari tiga kali per hari.
2. Gangguan pola tidur: Ketidakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan pola tidur yang memuaskan.
3. Intoleransi aktivitas: Ketidakmampuan untuk menoleransi atau melakukan aktivitas sehari-hari.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Diare akut: Menunjukkan frekuensi dan konsistensi feses yang normal, serta tanda-tanda vital yang stabil.
2. Gangguan pola tidur: Melaporkan pola tidur yang teratur dan memuaskan.
3. Intoleransi aktivitas: Melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Diare akut: Pemberian cairan dan elektrolit, manajemen diet, pemantauan tanda-tanda vital, dan edukasi terkait diare.
2. Gangguan pola tidur: Pengaturan lingkungan tidur, terapi relaksasi, dan edukasi terkait pola tidur yang baik.
3. Intoleransi aktivitas: Manajemen aktivitas, terapi latihan, dan edukasi terkait peningkatan toleransi aktivitas.
Dalam hal ini, perawat perlu melakukan pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi yang komprehensif untuk membantu Ny. K dalam mengatasi masalah kesehatannya. -
Article No. 7270 | 28 Nov 2024
Klinis : risiko defisit nutrisi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci untuk kondisi risiko defisit nutrisi berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi risiko defisit nutrisi adalah "Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh". Diagnosa ini didefinisikan sebagai "Keadaan berisiko mengalami asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik".
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Status Nutrisi: Indicator luaran yang menggambarkan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan nutrisi. Kriteria hasil yang diharapkan adalah:
a. Asupan nutrisi sesuai kebutuhan
b. Berat badan dalam batas normal
c. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
2. Pengetahuan: Indikator luaran yang menggambarkan pemahaman pasien/keluarga tentang kebutuhan nutrisi dan strategi pemenuhan kebutuhan nutrisi. Kriteria hasil yang diharapkan adalah:
a. Pasien/keluarga dapat menjelaskan kebutuhan nutrisi yang sesuai
b. Pasien/keluarga dapat menjelaskan strategi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Nutrisi
- Lakukan pengkajian status nutrisi secara komprehensif
- Pantau asupan dan output cairan serta keseimbangan cairan
- Pantau parameter laboratorium terkait status nutrisi
2. Manajemen Nutrisi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan kebutuhan nutrisi pasien
- Berikan makanan/suplemen sesuai kebutuhan nutrisi pasien
- Bantu pasien dalam memilih dan mengonsumsi makanan yang sesuai
3. Edukasi Gizi
- Edukasi pasien/keluarga tentang kebutuhan nutrisi dan strategi pemenuhan nutrisi
- Berikan informasi tentang makanan yang dianjurkan dan yang perlu dihindari
- Dorong pasien/keluarga untuk aktif dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu status nutrisi yang baik dan peningkatan pengetahuan pasien/keluarga tentang kebutuhan nutrisi. -
Article No. 7271 | 28 Nov 2024
Klinis : Sedak nafas, batuk, keringat dingin, asma
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang adekuat.
- Penyebab: Peradangan/pembengkakan saluran napas, produksi/penumpukan sekret yang berlebih, kelemahan otot pernapasan.
- Gejala: Sesak napas, batuk, mengi, suara napas tidak normal.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Penyebab: Ketidakmampuan mengkonsumsi makanan, peningkatan kebutuhan metabolik.
- Gejala: Penurunan berat badan, kelemahan, kelelahan, diaphoresis (berkeringat dingin).
3. Ansietas
- Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disertai respons otonom, perasaan tegang, dan perubahan perilaku.
- Penyebab: Penyakit kronis, perubahan pola napas, ketakutan terhadap kematian.
- Gejala: Cemas, gelisah, sesak napas, diaphoresis (berkeringat dingin).
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Sistem klasifikasi diagnosa keperawatan yang digunakan di Indonesia.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Sistem klasifikasi hasil/luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Sistem klasifikasi intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai hasil/luaran yang diharapkan.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, saya siap membantu. Terima kasih. -
Article No. 7272 | 28 Nov 2024
Klinis : Tn. F usia 42 tahun, bekerja menjajakan asongan di perempatan jalan padat kendaraan. 3 bulan berturut-turut satu tahun ini Tn. F mengeluh sesak disertai batuk berdahak, menurut Ny. A (istri) keadaan ini sudah berlangsung 2 tahun terutama di musim penghujan yang dingin. Tgl 1 November dini hari Tn. F dibawa ke UGD RS. M karena sulit bernafas disertai batuk berdahak. Dr. H (dr UGD) menyarankan Tn. F untuk dirawat. Tn.F dirawat di Ruang Melati kamar 1 bed 2 setelah melalui pemeriksaan yang menyeluruh untuk pernafasan didapatkan hasil : Spirometri terjadi penurunan kapasitas vital paru, Thorax foto menunjukkan pembesaran jantung dan AGD menunjukkan terjadinya hipoksia dan hiperkapnia. Perawat yang berdinas pagi mendapatkan data tanda vital yaitu: RR 26 x/menit pendek dan cepat, nadi 101 x/menit, TD 130/90 mmHg, Sputum diperiksakan hasil belum ada warna hijau, kental. Tn. F mengeluh tidak nafsu makan, badan bertambah kurus dan merasa cepat lelah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, Tn. F tampaknya mengalami kondisi Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan dan mempertahankan jalan napas terbuka untuk memfasilitasi pertukaran gas.
- SLKI: Mempertahankan jalan napas terbuka dan efektif.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi membersihkan dan mempertahankan jalan napas terbuka.
2. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- SLKI: Meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi peningkatan toleransi aktivitas.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Mempertahankan status nutrisi yang adekuat.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi pemenuhan kebutuhan nutrisi.
Penjelasan Singkat:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
Tn. F mengalami sesak napas dan batuk berdahak yang disebabkan oleh penyempitan jalan napas akibat PPOK. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memfasilitasi pembersihan jalan napas, mengatur posisi yang nyaman, dan memberikan oksigen sesuai kebutuhan.
2. Intoleransi Aktivitas:
Tn. F mengeluh cepat lelah dan merasa badan semakin kurus, menunjukkan adanya penurunan toleransi aktivitas. Intervensi keperawatan dapat berupa memfasilitasi aktivitas yang disesuaikan dengan kondisi Tn. F, mengatur jadwal aktivitas, dan memberikan dukungan fisik maupun psikologis.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
Tn. F mengalami penurunan nafsu makan dan berat badan, yang dapat disebabkan oleh kondisi PPOK. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengevaluasi asupan nutrisi, memberikan makanan yang sesuai dengan kondisi, dan memantau status nutrisi Tn. F.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan dan intervensi yang tepat, diharapkan dapat membantu Tn. F dalam mengelola kondisi PPOK-nya dan meningkatkan kualitas hidupnya.