Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 7223 | 28 Nov 2024
Klinis : asuhan keperawatan pasien dengan kasus Seorang klien laki laki usia 21 tahun, dirawat di bangsal penyakit dalam dengan keluhan utama saat ini adalah demam (38,1 0C). Klien sudah demam sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit, demam dirasakan terus-menerus, sakit kepala terasa berat, nyeri otot, terdapat nyeri ulu hati, dan mual. Klien saat ini sedang mendapatkan terapi sebagai berikut: IVFD RL 20 tpm Drips sanmol 1gr/8j/iv Inj. Sohobion 1 amp/24j/drips
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipertermia: Peningkatan suhu tubuh di atas normal.
Karakteristik Definisi:
- Suhu tubuh ≥ 38°C
- Rasa tidak nyaman
- Perubahan fisiologis akibat peningkatan suhu tubuh
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Status Temperatur Tubuh: Keadaan suhu tubuh yang normal atau mendekati normal.
2. Kenyamanan Fisik: Keadaan klien yang bebas dari rasa tidak nyaman secara fisik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Hipertermia:
- Monitor suhu tubuh secara teratur
- Berikan cairan intravena yang adekuat
- Berikan obat antipiretik sesuai indikasi
- Pertahankan lingkungan yang nyaman (suhu, kelembaban, ventilasi)
- Lakukan kompres hangat/dingin sesuai indikasi
2. Manajemen Nyeri:
- Monitor tanda-tanda vital dan ekspresi nyeri
- Berikan analgesik sesuai indikasi
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi
Penjelasan singkat:
Hipertermia, atau peningkatan suhu tubuh di atas normal, merupakan manifestasi dari proses infeksi yang sedang terjadi pada klien. Intervensi keperawatan difokuskan pada pengontrolan suhu tubuh, pemberian cairan dan obat-obatan yang sesuai, serta manajemen nyeri yang dirasakan oleh klien. Tujuan dari asuhan keperawatan ini adalah untuk memulihkan kondisi klien dan mencapai status temperatur tubuh yang normal serta memberikan kenyamanan fisik. -
Article No. 7224 | 28 Nov 2024
Klinis : asuhan keperawatan pasien dengan kasus Seorang klien laki laki usia 21 tahun, dirawat di bangsal penyakit dalam dengan keluhan utama saat ini adalah demam (38,1 0C). Klien sudah demam sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit, demam dirasakan terus-menerus, sakit kepala terasa berat, nyeri otot, terdapat nyeri ulu hati, dan mual. Klien saat ini sedang mendapatkan terapi sebagai berikut: IVFD RL 20 tpm Drips sanmol 1gr/8j/iv Inj. Sohobion 1 amp/24j/drips
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut:
1. Diagnosa Keperawatan: Hipertermia
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas 37,5°C yang disebabkan oleh peningkatan produksi atau penurunan kehilangan panas.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Pasien dapat menunjukkan suhu tubuh normal (36,5-37,5°C) dalam waktu yang ditentukan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Manajemen Hipertermia, yaitu intervensi untuk mencegah dan mengatasi kenaikan suhu tubuh di atas normal.
2. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain), dengan onset yang tiba-tiba atau berlangsung singkat.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Pasien dapat melaporkan nyeri terkendali dalam waktu yang ditentukan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Manajemen Nyeri, yaitu intervensi untuk mencegah, mengurangi, atau menghilangkan nyeri.
3. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Pola Tidur
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Pola Tidur adalah perubahan dalam kualitas dan kuantitas tidur yang mengganggu fungsi seseorang.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Pasien dapat menunjukkan pola tidur yang adekuat dalam waktu yang ditentukan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Manajemen Gangguan Tidur, yaitu intervensi untuk memfasilitasi tidur yang adekuat.
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami demam, sakit kepala, nyeri otot, nyeri ulu hati, dan mual, yang merupakan tanda-tanda umum infeksi. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Hipertermia, Nyeri Akut, dan Gangguan Pola Tidur. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen hipertermia, manajemen nyeri, dan manajemen gangguan tidur, sesuai dengan SDKI, SLKI, dan SIKI standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 7225 | 28 Nov 2024
Klinis : asuhan keperawatan pasien dengan kasus Seorang klien laki laki usia 21 tahun, dirawat di bangsal penyakit dalam dengan keluhan utama saat ini adalah demam (38,1 0C). Klien sudah demam sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit, demam dirasakan terus-menerus, sakit kepala terasa berat, nyeri otot, terdapat nyeri ulu hati, dan mual. Klien saat ini sedang mendapatkan terapi sebagai berikut: IVFD RL 20 tpm Drips sanmol 1gr/8j/iv Inj. Sohobion 1 amp/24j/drips
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan yang sesuai dengan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) dan penjelasan singkat menggunakan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Diagnosa Keperawatan: Hipertermia
SDKI:
- Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas normal.
- Karakteristik Mayor: Suhu tubuh di atas 37,8°C, Menggigil.
- Faktor Terkait: Infeksi.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Suhu tubuh kembali normal, Tidak ada tanda-tanda infeksi.
SIKI:
- Intervensi Keperawatan:
1. Pantau suhu tubuh secara berkala.
2. Berikan cairan hangat dan minum yang cukup.
3. Berikan obat penurun panas (antipiretik) sesuai indikasi.
4. Lakukan kompres dingin pada area tubuh untuk menurunkan suhu.
5. Identifikasi penyebab demam dan berikan penanganan yang sesuai.
2. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
SDKI:
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Karakteristik Mayor: Laporan nyeri, Ekspresi wajah menunjukkan nyeri.
- Faktor Terkait: Agen cedera biologis (infeksi).
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Klien dapat mengendalikan nyeri, Klien mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan.
SIKI:
- Intervensi Keperawatan:
1. Identifikasi lokasi, kualitas, intensitas, dan durasi nyeri.
2. Berikan analgesik sesuai indikasi.
3. Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis.
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan nyeri.
5. Evaluasi efektivitas manajemen nyeri.
3. Diagnosa Keperawatan: Mual
SDKI:
- Definisi: Perasaan tidak nyaman yang menyebabkan keinginan untuk muntah.
- Karakteristik Mayor: Verbalisasi rasa mual, Wajah pucat.
- Faktor Terkait: Agen cedera biologis (infeksi).
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Klien tidak mengalami mual, Klien dapat mengkonsumsi makanan dan cairan dengan baik.
SIKI:
- Intervensi Keperawatan:
1. Identifikasi penyebab mual.
2. Berikan antiemetik sesuai indikasi.
3. Berikan makanan dan cairan yang mudah dicerna.
4. Ajarkan teknik manajemen mual non-farmakologis.
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan mual.
Harapannya, dengan menggunakan standar PPNI (SDKI, SLKI, SIKI), perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur dan komprehensif untuk mengatasi masalah-masalah yang dialami klien. -
Article No. 7226 | 28 Nov 2024
Klinis : asuhan keperawatan pasien dengan kasus Seorang klien laki laki usia 21 tahun, dirawat di bangsal penyakit dalam dengan keluhan utama saat ini adalah demam (38,1 0C). Klien sudah demam sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit, demam dirasakan terus-menerus, sakit kepala terasa berat, nyeri otot, terdapat nyeri ulu hati, dan mual. Klien saat ini sedang mendapatkan terapi sebagai berikut: IVFD RL 20 tpm Drips sanmol 1gr/8j/iv Inj. Sohobion 1 amp/24j/drips
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang dapat ditentukan untuk kasus tersebut adalah:
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, ditandai dengan demam tinggi (38,1°C) yang menetap selama 5 hari.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas batas normal.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran keperawatan yang diharapkan adalah klien dapat mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemberian cairan intravena, antipiretik, kompres hangat/dingin, serta pemantauan tanda-tanda vital secara berkala.
2. Nyeri berhubungan dengan proses infeksi, ditandai dengan adanya keluhan sakit kepala, nyeri otot, dan nyeri ulu hati.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI: Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- SLKI: Luaran keperawatan yang diharapkan adalah klien dapat mengendalikan nyeri.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemberian analgesik, teknik relaksasi, dan manajemen lingkungan yang nyaman.
3. Mual berhubungan dengan proses infeksi, ditandai dengan adanya keluhan mual.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI: Mual adalah sensasi tidak nyaman di bagian belakang tenggorokan yang dapat menyebabkan keinginan untuk muntah.
- SLKI: Luaran keperawatan yang diharapkan adalah klien dapat mengendalikan mual.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemberian antiemetik, manajemen diet, dan teknik relaksasi.
Harapannya, dengan penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI, asuhan keperawatan yang diberikan dapat terstandarisasi dan memenuhi standar praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 7227 | 28 Nov 2024
Klinis : asuhan keperawatan pasien dengan kasus Seorang klien laki laki usia 21 tahun, dirawat di bangsal penyakit dalam dengan keluhan utama saat ini adalah demam (38,1 0C). Klien sudah demam sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit, demam dirasakan terus-menerus, sakit kepala terasa berat, nyeri otot, terdapat nyeri ulu hati, dan mual. Klien saat ini sedang mendapatkan terapi sebagai berikut: IVFD RL 20 tpm Drips sanmol 1gr/8j/iv Inj. Sohobion 1 amp/24j/drips
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk asuhan keperawatan pasien tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit/infeksi, ditandai dengan peningkatan suhu tubuh di atas 38°C.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipertermia: Peningkatan suhu tubuh di atas nilai normal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tanda-tanda vital dalam batas normal
2. Suhu tubuh dalam batas normal
3. Nyeri berkurang
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan suhu tubuh
2. Pemberian cairan intravena
3. Pemberian obat antipiretik
4. Menurunkan suhu tubuh dengan kompres hangat/dingin
5. Edukasi tentang hipertermia dan penatalaksanaannya
Penjelasan Singkat:
Klien mengalami hipertermia (demam) dengan suhu tubuh 38,1°C yang disebabkan oleh proses penyakit/infeksi. Tujuan asuhan keperawatan adalah untuk menurunkan suhu tubuh ke batas normal, mengelola gejala-gejala yang menyertai (sakit kepala, nyeri otot, nyeri ulu hati, mual), serta memberikan edukasi kepada klien dan keluarga. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, pemberian cairan intravena, pemberian obat antipiretik, dan kompres hangat/dingin untuk menurunkan suhu tubuh. Evaluasi keberhasilan asuhan keperawatan adalah tanda-tanda vital dalam batas normal, suhu tubuh normal, dan nyeri yang berkurang. -
Article No. 7228 | 28 Nov 2024
Klinis : asuhan keperawatan pasien dengan kasus Seorang klien laki laki usia 21 tahun, dirawat di bangsal penyakit dalam dengan keluhan utama saat ini adalah demam (38,1 0C). Klien sudah demam sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit, demam dirasakan terus-menerus, sakit kepala terasa berat, nyeri otot, terdapat nyeri ulu hati, dan mual. Klien saat ini sedang mendapatkan terapi sebagai berikut: IVFD RL 20 tpm
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, diagnosis keperawatan yang mungkin sesuai dengan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia adalah:
1. Diagnosa Keperawatan: Hipertermia
Definisi: Suhu tubuh di atas normal, disebabkan oleh peningkatan produksi panas atau gangguan mekanisme pengaturan suhu.
Penjelasan Singkat:
- SDKI: Hipertermia ditandai dengan peningkatan suhu tubuh di atas 38°C.
- SLKI: Tujuan yang diharapkan adalah suhu tubuh kembali normal (36,5-37,5°C).
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain mengobservasi tanda-tanda vital, mengatur lingkungan yang nyaman, memberikan kompres hangat/dingin, serta mengevaluasi efektivitas intervensi.
2. Diagnosa Keperawatan: Nyeri akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
Penjelasan Singkat:
- SDKI: Nyeri akut ditandai dengan keluhan nyeri ulu hati, nyeri otot, dan sakit kepala.
- SLKI: Tujuan yang diharapkan adalah klien dapat mengendalikan nyeri dan melaporkan penurunan nyeri.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain mengkaji karakteristik nyeri, memberikan manajemen nyeri yang tepat, serta mengevaluasi efektivitas intervensi.
3. Diagnosa Keperawatan: Mual
Definisi: Sensasi tidak enak di perut yang mengarah pada keinginan untuk muntah.
Penjelasan Singkat:
- SDKI: Mual ditandai dengan keluhan mual yang dirasakan oleh klien.
- SLKI: Tujuan yang diharapkan adalah klien dapat mengendalikan mual dan tidak mengalami muntah.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain mengkaji karakteristik mual, memberikan tindakan antiemetik, serta mengevaluasi efektivitas intervensi.
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat melakukan pengkajian, merumuskan diagnosis keperawatan, menetapkan luaran yang diharapkan, serta melaksanakan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi klien. -
Article No. 7229 | 28 Nov 2024
Klinis : pasien dengan riwayat kejang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk pasien dengan riwayat kejang.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko cedera yang berhubungan dengan kejang
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi pasien dengan riwayat kejang, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah risiko cedera yang berhubungan dengan kejang. Pasien dengan riwayat kejang memiliki risiko tinggi untuk mengalami cedera selama episode kejang, seperti trauma kepala, memar, fraktur, dan luka lainnya.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Keadaan di mana individu rentan untuk mengalami kerusakan fisik akibat adanya gangguan fungsi neuromuskuler yang tidak dapat dikendalikan.
Faktor Risiko: Riwayat kejang, penurunan kesadaran, hipersensitivitas terhadap rangsangan, gangguan koordinasi.
Gejala dan Tanda: Kekakuan otot, gerakan tubuh yang tidak terkontrol, kehilangan kesadaran, muntah, iritabilitas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan: Tidak terjadi cedera selama episode kejang, pasien dapat mengenali faktor pencetus kejang, pasien dapat melakukan tindakan untuk mencegah cedera saat kejang.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan: Pengkajian risiko cedera, edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan cedera saat kejang, pengawasan dan perlindungan saat kejang, manajemen lingkungan yang aman, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
Demikian penjelasan singkat mengenai diagnosa keperawatan dan standar SDKI, SLKI, serta SIKI untuk pasien dengan riwayat kejang. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. -
Article No. 7230 | 28 Nov 2024
Klinis : Ny. U datang dengan keluhan utama sesak napas. Riwayat kesehatan saat ini mencatat sesak napas yang dirasakan sejak satu minggu lalu, disertai rasa lemas, nyeri dada dengan intensitas 6/10, serta batuk dengan dahak. Pada riwayat kesehatan dahulu, enam bulan lalu Ny. U mengalami nyeri pada lengan kanan atas. Satu bulan yang lalu, Ny. U sempat dirawat selama tiga hari dengan diagnosis Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dan melanjutkan pengobatan secara rawat jalan setelah dipulangkan. Dalam riwayat kesehatan keluarga, tidak ditemukan adanya riwayat penyakit serupa. Pada aspek psikososial, sebelum sakit, Ny. U aktif bersosialisasi dengan tetangga dan keluarga. Namun, sejak sakit, ia cenderung menarik diri untuk menghindari paparan asap rokok. Dalam konsep dirinya, Ny. U menyukai seluruh bagian tubuhnya, tetapi merasa sedih dengan kondisi kesehatannya saat ini. Ia menerima kondisinya dengan ikhlas dan berserah diri terhadap penyakit yang dialaminya. Sebagai seorang istri dan ibu, ia tetap menjalankan peran dalam keluarga, dengan harapan bisa sembuh dan kembali aktif beraktivitas melalui pengobatan yang dilakukan secara rutin. Dalam hubungannya dengan keluarga, Ny. U merasa dihargai dan memiliki hubungan yang baik. Secara spiritual, ia taat beribadah dan selalu berdoa untuk kesembuhannya. Riwayat aktivitas sehari-hari (ADL) menunjukkan bahwa Ny. U mengalami perubahan kemampuan. Saat mengalami sesak, ia tidak nafsu makan, tetapi ketika sesak mereda, ia mampu makan 3 kali sehari dengan porsi habis. Untuk mandi, berpakaian, dan aktivitas ke toilet, Ny. U membutuhkan bantuan suaminya. Sesak napas meningkat saat ke kamar mandi, sehingga dianjurkan untuk pemasangan kateter. Selain itu, ia dibantu suami untuk berganti posisi dari berbaring ke duduk atau sebaliknya. Ny. U juga mengeluhkan sulit tidur di malam hari akibat sesak dan nyeri dada. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan kondisi umum compos mentis dengan tanda vital: HR 118x/menit, RR 22x/menit, suhu 36,7°C, TD 130/80 mmHg, dan SpO2 98%, yang sempat turun hingga 80% setelah aktivitas berpindah ke kamar mandi. Kulitnya tampak putih bersih namun mulai keriput, akral hangat, dan kering. Kepala simetris tanpa kelainan, rambut berwarna hitam lurus mulai beruban, dan tidak ada nyeri tekan atau benjolan. Mata simetris tanpa anemis atau ikterik, hidung dengan pernapasan cuping hidung dan upaya napas tambahan, disertai sekret putih. Mulut bersih meski bibirnya kering, tanpa keluhan mual atau muntah. Leher tidak menunjukkan pembesaran tonsil, kelenjar tiroid, atau vena jugularis. Dada memperlihatkan pengembangan simetris, retraksi dinding dada, penggunaan otot bantu pernapasan, dan suara napas wheezing. Irama jantung reguler dengan S1 dan S2 terdengar normal, dan hasil EKG menunjukkan sinus rhythm. Abdomen tidak terdapat nyeri tekan, dengan bising usus 5x/menit, timpani pada hampir seluruh abdomen, dan redup pada area hati dan limpa. Ekstremitas atas dan bawah simetris, hangat, tanpa edema, dengan capillary refill time kurang dari dua detik. Ny. U memerlukan bantuan untuk berpindah posisi. Hasil pemeriksaan penunjang mencatat eritrosit rendah (3 juta/mm³), EKG menunjukkan sinus rhythm, dan radiologi dada memperlihatkan skoliosis torakal ringan dengan corakan bronkovaskular yang meningkat. Tidak tampak pembesaran jantung, efusi pleura, atau pneumotoraks.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi yang diberikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Pola Napas Tidak Efektif
Karakteristik: Sesak napas, penggunaan otot tambahan pernapasan, perubahan irama napas.
2. Nyeri Akut
Karakteristik: Nyeri dada dengan intensitas 6/10, keluhan nyeri.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Karakteristik: Tidak nafsu makan saat sesak napas, penurunan berat badan.
4. Gangguan Mobilitas Fisik
Karakteristik: Keterbatasan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, membutuhkan bantuan untuk berpindah posisi.
5. Insomnia
Karakteristik: Sulit tidur di malam hari akibat sesak napas dan nyeri dada.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif
Hasil yang Diharapkan: Pasien menunjukkan pola napas yang efektif, tidak terdapat penggunaan otot tambahan pernapasan, dan nilai SaO2 stabil.
2. Kontrol Nyeri
Hasil yang Diharapkan: Pasien melaporkan nyeri dada berkurang, kemampuan untuk beraktivitas meningkat, dan tidak terdapat komplikasi akibat nyeri.
3. Status Nutrisi Adekuat
Hasil yang Diharapkan: Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan, berat badan stabil, dan tidak terdapat tanda-tanda malnutrisi.
4. Mobilitas Fisik Meningkat
Hasil yang Diharapkan: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri atau dengan bantuan minimal, dan tidak terdapat komplikasi terkait mobilitas.
5. Kualitas Tidur Membaik
Hasil yang Diharapkan: Pasien dapat tidur dengan nyenyak di malam hari, tidak terdapat gangguan tidur, dan tidak terdapat kelelahan yang berlebihan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pola Napas Tidak Efektif
a. Pantau tanda-tanda vital, khususnya frekuensi pernapasan dan saturasi oksigen.
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk menjaga saturasi oksigen dalam rentang normal.
c. Anjurkan pasien melakukan teknik pernapasan diafragma dan latihan batuk efektif.
d. Bantu pasien dalam posisi semi fowler untuk memfasilitasi ekspansi dada.
2. Nyeri Akut
a. Kaji karakteristik nyeri, termasuk lokasi, kualitas, durasi, frekuensi, dan faktor pemicu.
b. Berikan analgetik sesuai dengan resep, dan pantau efektivitasnya.
c. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi nyeri.
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengelola nyeri secara komprehensif.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
a. Kaji status nutrisi pasien, termasuk asupan makanan dan cairan.
b. Berikan makanan dan minuman yang mudah dicerna dan bergizi.
c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai.
d. Pantau berat badan pasien secara berkala.
4. Gangguan Mobilitas Fisik
a. Evaluasi kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
b. Berikan bantuan dan alat bantu (misalnya walker) sesuai kebutuhan.
c. Ajarkan teknik menghemat energi dan berpindah posisi secara mandiri.
d. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk meningkatkan mobilitas pasien.
5. Insomnia
a. Kaji pola tidur pasien, termasuk durasi, kualitas, dan faktor pengganggu.
b. Berikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk memfasilitasi tidur.
c. Ajarkan teknik relaksasi dan pengaturan lingkungan tidur yang nyaman.
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi insomnia secara komprehensif.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam merencanakan asuhan keperawatan yang tepat untuk Ny. U. Jangan ragu untuk bertanya jika membutuhkan informasi tambahan. -
Article No. 7231 | 28 Nov 2024
Klinis : Seorang mahasiswa semester 3 datang ke poliklinik dengan diagnosis generalized anxiety disorder (GAD). Klien mengeluh sering tidak dapat tidur saat malam hari. Klien tidak dapat fokus belajar karena selalu kepikiran dengan teman-temannya. Pasien merasa tidak diterima di lingkungan pertemanan dikampus. Pasien sering berfikir yang berlebihan yang akhirnya membuat detak jantungnya meningkat dan merasa nyeri di tengkuknya. Pasien juga mengeluhkan mengalami gangguan tidur. Hasil pemeriksaan fisik TD 110/80, N: 90x/m, RR: 22x/m. Hasil pengkajian riwayat keluarga ditemukan pengalaman penolakan keluarga dan perbedaan perlakukan dengan saudaranya. Hasil pengkajian kecemasan menunjukkan pasien mengalami kecemasan sedang. Pasien tampak sering kebingungan, lapang pandang menyempit dan berkurangnya respon dari pendengaran dan penglihatannya. Pasien mengatakan bahwa dirinya sudah putus asa dengan yang apa yang dialaminya saat ini. Pasien mengatakan sudah tidak ada lagi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalahnya. Perawat mengajarkan teknik relaksasi otot progresif dan teknik 5 jari untuk mengurangi kecemasannya serta menganjurkan pasien berdzikir secara rutin setelah sholat.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang sesuai dengan kasus tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status sosial dan riwayat penolakan keluarga.
SDKI:
1. Kecemasan: Respon mental dan fisik terhadap ancaman yang tidak jelas dan nonspesifik yang dialami oleh individu, keluarga, atau komunitas.
SLKI:
1. Kontrol Kecemasan: Kemampuan individu untuk mengendalikan respon mental dan fisik terhadap ancaman yang tidak jelas dan nonspesifik.
SIKI:
1. Manajemen Kecemasan: Tindakan yang dilakukan untuk mengurangi atau mengontrol kecemasan yang dialami oleh individu.
- Intervensi yang dapat dilakukan antara lain:
- Ajarkan teknik relaksasi otot progresif dan teknik 5 jari untuk mengurangi kecemasan.
- Anjurkan pasien untuk berdzikir secara rutin setelah sholat untuk membantu menurunkan kecemasan.
- Identifikasi sumber kecemasan dan bantu pasien untuk mengatasi sumber kecemasan tersebut.
- Berikan dukungan emosional dan informasional untuk membantu pasien mengatasi kecemasannya.
Penjelasan singkat:
Diagnosa keperawatan "Kecemasan berhubungan dengan perubahan status sosial dan riwayat penolakan keluarga" menggambarkan kondisi pasien yang mengalami kecemasan yang disebabkan oleh perubahan status sosial di lingkungan kampus dan riwayat penolakan keluarga. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengajarkan teknik relaksasi, mendorong pasien untuk berdzikir secara rutin, serta memberikan dukungan emosional dan informasional untuk membantu pasien mengatasi kecemasannya. -
Article No. 7232 | 28 Nov 2024
Klinis : Seorang mahasiswa semester 3 datang ke poliklinik dengan diagnosis generalized anxiety disorder (GAD). Klien mengeluh sering tidak dapat tidur saat malam hari. Klien tidak dapat fokus belajar karena selalu kepikiran dengan teman-temannya. Pasien merasa tidak diterima di lingkungan pertemanan dikampus. Pasien sering berfikir yang berlebihan yang akhirnya membuat detak jantungnya meningkat dan merasa nyeri di tengkuknya. Pasien juga mengeluhkan mengalami gangguan tidur. Hasil pemeriksaan fisik TD 110/80, N: 90x/m, RR: 22x/m. Hasil pengkajian riwayat keluarga ditemukan pengalaman penolakan keluarga dan perbedaan perlakukan dengan saudaranya. Hasil pengkajian kecemasan menunjukkan pasien mengalami kecemasan sedang. Pasien tampak sering kebingungan, lapang pandang menyempit dan berkurangnya respon dari pendengaran dan penglihatannya. Pasien mengatakan bahwa dirinya sudah putus asa dengan yang apa yang dialaminya saat ini. Pasien mengatakan sudah tidak ada lagi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalahnya. Perawat mengajarkan teknik relaksasi otot progresif dan teknik 5 jari untuk mengurangi kecemasannya serta menganjurkan pasien berdzikir secara rutin setelah sholat.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Kecemasan Berhubungan Dengan Harga Diri Rendah Akibat Penolakan Lingkungan
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh persepsi ancaman yang ditandai dengan perilaku gelisah, khawatir, takut, dan tegang.
2. Gangguan Pola Tidur Berhubungan Dengan Kecemasan
Definisi: Gangguan dalam kuantitas dan kualitas tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tingkat Kecemasan Menurun
Definisi: Tingkat perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh persepsi ancaman menurun.
Indikator:
a. Pasien tampak tenang
b. Pasien dapat mengontrol kecemasan
c. Pasien dapat mengenali faktor pencetus kecemasan
d. Pasien dapat menggunakan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan
2. Pola Tidur Membaik
Definisi: Kualitas dan kuantitas tidur yang sesuai dengan kebutuhan individu.
Indikator:
a. Pasien dapat tertidur dalam waktu 30 menit
b. Pasien dapat tidur tanpa terbangun selama 6-8 jam
c. Pasien merasa segar saat bangun tidur
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Kecemasan
Definisi: Tindakan membantu pasien untuk mengenali, mengurangi, dan mengatasi rasa cemas.
a. Identifikasi penyebab kecemasan
b. Latih teknik relaksasi (napas dalam, otot progresif, imajinasi terpimpin)
c. Berikan terapi distraksi (musik, hobi, dzikir)
d. Optimalkan dukungan keluarga
e. Monitor tanda-tanda vital
2. Manajemen Tidur
Definisi: Tindakan membantu pasien untuk mempertahankan pola tidur yang adekuat.
a. Identifikasi penyebab gangguan tidur
b. Anjurkan rutinitas tidur yang teratur
c. Atur lingkungan yang nyaman untuk tidur
d. Ajarkan teknik relaksasi untuk memudahkan tidur
e. Monitor kualitas dan kuantitas tidur pasien
Penjelasan Rinci:
Diagnosa keperawatan yang dipilih berdasarkan kondisi pasien yang mengalami kecemasan dan gangguan pola tidur akibat harga diri rendah karena penolakan lingkungan. Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat menurunkan tingkat kecemasan dan meningkatkan kualitas tidurnya. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah manajemen kecemasan dan manajemen tidur, yang mencakup identifikasi penyebab, latihan relaksasi, terapi distraksi, dukungan keluarga, serta pengaturan lingkungan dan rutinitas tidur. Perawat berperan dalam membantu pasien mencapai tujuan tersebut melalui pendekatan holistik dan kolaboratif.