Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 7382 | 29 Nov 2024
Klinis : buatkan diagnosa keperawatan untuk pasien ketoasidosis dm di ruang icu yg terpasang ventilator, Tekanan daran 134/80, Detak Jantung Radial 97, Detak Jantung Kortoid 101, Sunu ketiak 37,5c , Frekuensi Pernatasan 24 SPO2 95, Karnofsky 20, GCS 6 (Mata: 2. Verbal 1, Motorik 3) Skala Nyeri 3, Terpasang ett No 7.5 Batas 21cm (17/11), stem kuning kental, On Verit Mode SIMV FIO2 50% TV 350 Peep 5 RR 12, retraksi dada (-), Akral hangat dan cenderung demam, nadi teraba kuat, CRT <2 detik, Terpasang CVC Tripple Lumen di Jugularis Dextra (17/11) dengan IVFD, Keadaan umum berat, kesadaran DPO EIM3Vett
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu/Bapak. Berikut adalah analisis kasus ketoasidosis diabetikum pada pasien di ruang ICU yang terpasang ventilator berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan proses patofisiologi ketoasidosis diabetikum yang ditandai dengan dehidrasi, peningkatan natrium, kalium, dan osmolaritas serum.
2. Gangguan ventilasi spontan berhubungan dengan penurunan kesadaran dan kelelahan otot pernapasan akibat ketoasidosis diabetikum yang ditandai dengan penurunan frekuensi napas, retraksi dada, dan penurunan SpO2.
3. Hipertermi berhubungan dengan proses patofisiologi ketoasidosis diabetikum yang ditandai dengan peningkatan suhu tubuh.
4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan dehidrasi dan gangguan hemodinamik akibat ketoasidosis diabetikum yang ditandai dengan akral hangat, CRT <2 detik, dan nadi kuat.
5. Penurunan kesadaran berhubungan dengan gangguan metabolik akibat ketoasidosis diabetikum yang ditandai dengan penurunan skor GCS.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Keseimbangan cairan dan elektrolit: Pasien menunjukkan tanda-tanda keseimbangan cairan dan elektrolit yang adekuat, seperti mempertahankan status hidrasi, osmolaritas serum normal, dan elektrolit dalam batas normal.
2. Ventilasi spontan: Pasien menunjukkan pola napas yang adekuat, mempertahankan frekuensi napas dalam batas normal, tidak ada retraksi dada, dan SpO2 dalam batas normal.
3. Suhu tubuh normal: Pasien mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
4. Perfusi jaringan yang adekuat: Pasien menunjukkan tanda-tanda perfusi jaringan yang adekuat, seperti akral hangat, CRT <2 detik, dan nadi kuat.
5. Tingkat kesadaran yang membaik: Pasien menunjukkan peningkatan skor GCS dan mempertahankan status mental yang optimal.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen cairan dan elektrolit:
- Pantau input dan output cairan
- Pantau status cairan dan elektrolit (natrium, kalium, osmolaritas)
- Berikan terapi cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pengaturan terapi cairan dan elektrolit
2. Manajemen ventilasi:
- Pantau status pernapasan (frekuensi, irama, kedalaman, retraksi dada)
- Pertahankan ventilasi mekanis yang adekuat
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pengaturan ventilator
3. Manajemen hipertermi:
- Pantau tanda-tanda vital, termasuk suhu tubuh
- Berikan intervensi penurun panas (kompres hangat, kipas angin)
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pengobatan hipertermi
4. Manajemen perfusi jaringan:
- Pantau tanda-tanda perfusi (akral, CRT, nadi)
- Berikan terapi cairan dan vasopressor sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pengaturan terapi hemodinamik
5. Manajemen penurunan kesadaran:
- Pantau status mental dan skor GCS
- Pertahankan jalan napas yang aman
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pengobatan penurunan kesadaran
Penjelasan rinci dan terperinci dari setiap poin di atas diberikan dengan nada akademis dan persona pakar/perawat. Semoga informasi ini bermanfaat bagi Ibu/Bapak. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya. Wassalamualaikum. -
Article No. 7383 | 29 Nov 2024
Klinis : buatkan diagnosa keperawatan untuk pasien ketoasidosis dm di ruang icu yg terpasang ventilator, Tekanan daran 134/80, Detak Jantung Radial 97, Detak Jantung Kortoid 101, Sunu ketiak 37,5c , Frekuensi Pernatasan 24 SPO2 95, Karnofsky 20, GCS 6 (Mata: 2. Verbal 1, Motorik 3) Skala Nyeri 3, Terpasang ett No 7.5 Batas 21cm (17/11), stem kuning kental, On Verit Mode SIMV FIO2 50% TV 350 Peep 5 RR 12, retraksi dada (-), Akral hangat dan cenderung demam, nadi teraba kuat, CRT <2 detik, Terpasang CVC Tripple Lumen di Jugularis Dextra (17/11) dengan IVFD, Keadaan umum berat, kesadaran DPO EIM3Vett
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Penurunan Perfusi Jaringan Berhubungan Dengan Ketidakseimbangan Cairan Dan Elektrolit Sekunder Akibat Ketoasidosis Diabetik.
Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke jaringan tubuh yang dapat mengancam fungsi dan struktur organ.
2. Ketidakefektifan Ventilasi Berhubungan Dengan Penurunan Kemampuan Pertukaran Gas Sekunder Akibat Ketoasidosis Diabetik.
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan atau memfasilitasi ventilasi yang adekuat.
3. Hipertermia Berhubungan Dengan Proses Patologis Sekunder Akibat Ketoasidosis Diabetik.
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas batas normal.
4. Perubahan Status Mental Berhubungan Dengan Gangguan Metabolik Sekunder Akibat Ketoasidosis Diabetik.
Definisi: Perubahan fungsi kognitif, persepsi, mood, atau perilaku.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perbaikan Perfusi Jaringan:
- Tanda-tanda vital stabil
- Akral hangat dan kering
- Capillary Refill Time (CRT) kurang dari 2 detik
- Urin output adekuat
2. Ventilasi Efektif:
- Frekuensi pernapasan 12-20 kali per menit
- Irama pernapasan teratur
- Tidak ada retraksi dinding dada
- Saturasi oksigen (SpO2) 95-99%
3. Suhu Tubuh dalam Batas Normal:
- Suhu tubuh 36,5-37,5°C
- Tidak ada tanda-tanda hipertermia
4. Status Mental Membaik:
- Tingkat kesadaran membaik (GCS 15)
- Dapat merespon stimulus dengan baik
- Tidak ada perubahan perilaku atau persepsi
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intervensi untuk Perbaikan Perfusi Jaringan:
- Monitor tanda-tanda vital secara teratur
- Berikan terapi cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan
- Pantau intake dan output cairan
- Observasi akral dan capillary refill time
- Pertahankan suhu tubuh dalam batas normal
2. Intervensi untuk Ventilasi Efektif:
- Lakukan manajemen ventilator sesuai kondisi pasien
- Monitor parameter ventilator dan saturasi oksigen
- Lakukan suction endotrakeal secara teratur
- Berikan bronkodilator dan mukolitik jika diperlukan
- Atur posisi pasien untuk memfasilitasi ventilasi
3. Intervensi untuk Mengatasi Hipertermia:
- Pantau suhu tubuh secara teratur
- Berikan terapi penurun panas sesuai indikasi
- Lakukan tindakan pendinginan pasif (kompres, kipas angin)
- Pertahankan suhu ruangan yang nyaman
4. Intervensi untuk Memulihkan Status Mental:
- Monitor status mental dan kesadaran pasien
- Berikan stimulasi kognitif sesuai kemampuan pasien
- Gali riwayat kesehatan mental pasien
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan
Penjelasan rinci:
Pasien dengan ketoasidosis diabetik di ruang ICU yang terpasang ventilator memerlukan penanganan yang komprehensif dan terstruktur. Diagnosa keperawatan yang teridentifikasi mencakup penurunan perfusi jaringan, ketidakefektifan ventilasi, hipertermia, dan perubahan status mental. Tujuan asuhan keperawatan adalah untuk memperbaiki perfusi jaringan, memastikan ventilasi efektif, mengembalikan suhu tubuh dalam batas normal, dan memulihkan status mental pasien.
Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pemantauan tanda-tanda vital, manajemen cairan dan elektrolit, pengelolaan ventilator, tindakan pendinginan untuk mengatasi hipertermia, serta stimulasi kognitif dan dukungan keluarga untuk memulihkan status mental. Evaluasi luaran diharapkan dapat menunjukkan perbaikan yang signifikan dalam kondisi pasien, sehingga pasien dapat berangsur pulih dan dipindahkan ke perawatan selanjutnya. -
Article No. 7384 | 29 Nov 2024
Klinis : buatkan diagnosa keperawatan untuk pasien ketoasidosis dm di ruang icu yg terpasang ventilator, Tekanan daran 160/80, Detak Jantung Radial 97, Detak Jantung Kortoid 105, Sunu ketiak 40c , Frekuensi Pernatasan 25 SPO2 90, Karnofsky 20, GCS 6 (Mata: 2. Verbal 1, Motorik 3) Skala Nyeri 3, Terpasang ett No 7.5 Batas 21cm (17/11), stem kuning kental, On Verit Mode SIMV FIO2 50% TV 350 Peep 5 RR 12, retraksi dada (-), Akral hangat dan cenderung demam, nadi teraba kuat, CRT <2 detik, Terpasang CVC Tripple Lumen di Jugularis Dextra (17/11) dengan IVFD, Keadaan umum berat, kesadaran DPO EIM3Vett
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Gangguan Pertukaran Gas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan oksigenasi dan/atau ventilasi yang adekuat.
- Tanda dan Gejala: Distres pernapasan, SaO2 < 90%, PaCO2 > 45 mmHg, pH < 7,35.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan karena kelelahan atau kurangnya energi.
- Tanda dan Gejala: Karnofsky 20, GCS 6, nadi cepat, retraksi dada (-), akral hangat, cenderung demam.
3. Kejang
- Definisi: Perubahan kesadaran yang tidak terkontrol akibat aktivitas listrik yang tidak normal di otak.
- Tanda dan Gejala: GCS 6 (Mata: 2, Verbal 1, Motorik 3).
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Fungsi Pernapasan Membaik
- Kriteria Hasil: Distres pernapasan menurun, SaO2 ≥ 92%, PaCO2 normal, pH normal.
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Kriteria Hasil: Karnofsky ≥ 50, GCS ≥ 13, nadi normal, akral hangat, afebril.
3. Bebas Kejang
- Kriteria Hasil: Tidak terjadi kejang.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Pengisapan Jalan Napas
- Manajemen Ventilasi Mekanis
- Manajemen Oksigenasi
2. Manajemen Energi
- Manajemen Aktivitas
- Manajemen Kelelahan
3. Manajemen Kejang
- Manajemen Kejang
- Manajemen Perilaku
Penjelasan:
Pasien dengan ketoasidosis DM yang terpasang ventilator di ruang ICU memiliki masalah keperawatan utama yaitu gangguan pertukaran gas, intoleransi aktivitas, dan kejang. Diagnosa keperawatan ini didasarkan pada tanda dan gejala yang tampak, seperti distres pernapasan, penurunan kesadaran, dan gangguan neurologis.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah fungsi pernapasan yang membaik, toleransi aktivitas yang meningkat, dan pasien bebas dari kejang. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup manajemen jalan napas, manajemen energi, dan manajemen kejang. Perawat harus secara komprehensif mengelola kondisi pasien, mulai dari mempertahankan oksigenasi yang adekuat, mengelola aktivitas dan kelelahan, serta mencegah dan menangani kejang.
Perawatan yang diberikan harus berpusat pada pasien, dengan mempertimbangkan kondisi klinis, respons terhadap intervensi, dan preferensi pasien/keluarga. Perawat harus bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya untuk memastikan pemberian asuhan keperawatan yang optimal. -
Article No. 7385 | 29 Nov 2024
Klinis : buatkan diagnosa keperawatan yg fokus untuk pasien ketoasidosis dm di ruang icu yg terpasang ventilator, Tekanan daran 160/80, Detak Jantung Radial 95, Detak Jantung Kortoid 105, Suhu ketiak 40c , Frekuensi Pernatasan 25 kali/menit, SPO2 90, Karnofsky 20, GCS 6 (Mata: 2. Verbal 1, Motorik 3) Skala Nyeri 3, Terpasang ett No 7.5 Batas 21cm (17/11), stem kuning kental, On Verit Mode SIMV FIO2 50% TV 350 Peep 5 RR 12, retraksi dada (-), Akral hangat dan cenderung demam, nadi teraba lemah, CRT >2 detik, Terpasang CVC Tripple Lumen di Jugularis Dextra (17/11) dengan IVFD, Keadaan umum berat, kesadaran DPO EIM3Vett
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi klinis yang dipaparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran yang diharapkan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI) untuk pasien ketoasidosis DM di ruang ICU yang terpasang ventilator:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
2. Perfusi Jaringan Tidak Efektif
3. Hipertermia
4. Ketidakseimbangan Elektrolit
5. Penurunan Cardiac Output
6. Risiko Infeksi
7. Gangguan Pola Tidur
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien menunjukkan pola napas teratur dengan frekuensi 12-20 kali/menit
- Tidak ditemukan bunyi napas tambahan
- Tidak ada retraksi dinding dada
- Saturasi oksigen (SpO2) 95-100%
2. Perfusi Jaringan Adekuat
- Tekanan darah dalam batas normal (120-140/70-90 mmHg)
- Nadi perifer teraba kuat dan regular, CRT ≤2 detik
- Akral hangat, tidak ada tanda-tanda sianosis
3. Suhu Tubuh Normal
- Suhu tubuh berada dalam rentang 36,5-37,5°C
4. Keseimbangan Elektrolit Terpelihara
- Kadar elektrolit serum (natrium, kalium, klorida) dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi atau overload cairan
5. Cardiac Output Adekuat
- Tekanan darah sistolik 100-140 mmHg
- Nadi perifer teraba kuat dan regular, 60-100 kali/menit
- Tidak ada tanda-tanda gagal jantung
6. Bebas Infeksi
- Tidak ada tanda-tanda infeksi (peningkatan suhu, leukosit, CRP)
- Hasil kultur negatif
7. Pola Tidur yang Adekuat
- Pasien dapat tidur dengan tenang tanpa gangguan
- Pasien merasa segar saat bangun
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Pertahankan jalan napas paten dengan perawatan ETT/ventilator
- Lakukan suction endotrakeal secara teratur
- Berikan bronkodilator dan mukolitik sesuai indikasi
- Pantau status respirasi dan oksigenasi
2. Perfusi Jaringan Tidak Efektif:
- Pantau tanda-tanda vital (TD, nadi, CRT, suhu)
- Berikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan
- Berikan vasopressor jika diperlukan untuk mempertahankan TD
- Pantau intake/output dan keseimbangan cairan
3. Hipertermia:
- Lakukan pengukuran suhu tubuh secara teratur
- Berikan kompres hangat/dingin sesuai indikasi
- Pertahankan lingkungan ruangan sejuk
- Berikan antipiretik sesuai indikasi
4. Ketidakseimbangan Elektrolit:
- Monitor kadar elektrolit serum (Na+, K+, Cl-)
- Berikan terapi penggantian elektrolit sesuai indikasi
- Pantau input/output cairan dan elektrolit
5. Penurunan Cardiac Output:
- Pantau tanda-tanda vital (TD, nadi, CRT)
- Berikan dukungan cairan dan vasopressor jika diperlukan
- Lakukan pemantauan hemodinamik lanjut (jika tersedia)
6. Risiko Infeksi:
- Lakukan perawatan akses intravena dan CVC secara aseptik
- Pantau tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, CRP)
- Berikan antibiotik sesuai indikasi
7. Gangguan Pola Tidur:
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman untuk tidur
- Berikan obat sedasi/hipnotik sesuai indikasi
- Lakukan intervensi non-farmakologis (teknik relaksasi)
Catatan:
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan SDKI, luaran yang diharapkan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI) secara rinci dan terperinci untuk pasien ketoasidosis DM di ruang ICU yang terpasang ventilator. Tone dan persona yang digunakan adalah akademis dan pakar/perawat. -
Article No. 7386 | 29 Nov 2024
Klinis : buatkan diagnosa keperawatan yg fokus untuk pasien ketoasidosis dm dengan penurunan kesadaran di ruang icu yg terpasang ventilator, Tekanan daran 160/80, Detak Jantung Radial 95, Detak Jantung Kortoid 105, Suhu ketiak 40c , Frekuensi Pernatasan 25 kali/menit, SPO2 90, Karnofsky 20, GCS 6 (Mata: 2. Verbal 1, Motorik 3) Skala Nyeri 3, Terpasang ett No 7.5 Batas 21cm (17/11), stem kuning kental, On Verit Mode SIMV FIO2 50% TV 350 Peep 5 RR 12, retraksi dada (-), Akral hangat dan cenderung demam, nadi teraba lemah, CRT >2 detik, Terpasang CVC Tripple Lumen di Jugularis Dextra (17/11) dengan IVFD, Keadaan umum berat, kesadaran DPO EIM3Vett
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) untuk pasien ketoasidosis DM dengan penurunan kesadaran di ruang ICU yang terpasang ventilator:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan kesadaran dan kegagalan pernapasan yang ditandai dengan frekuensi napas 25 kali/menit, retraksi dada negatif, dan SpO2 90%.
2. Hipertermi berhubungan dengan proses patologis penyakit yang ditandai dengan suhu tubuh 40°C.
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan dehidrasi dan kegagalan kardiovaskular yang ditandai dengan tekanan darah 160/80 mmHg, denyut nadi radial 95 kali/menit, denyut nadi karotis 105 kali/menit, dan CRT >2 detik.
4. Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan fungsi kardiovaskular yang ditandai dengan akral hangat dan cenderung demam, nadi lemah, dan CRT >2 detik.
5. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ketidakmampuan mobilisasi dan respon inflamasi yang ditandai dengan Karnofsky skor 20.
6. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit yang ditandai dengan skala nyeri 3.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien menunjukkan pola napas efektif yang ditandai dengan frekuensi napas 12-20 kali/menit, retraksi dada negatif, dan SpO2 ≥95%.
2. Suhu tubuh pasien normal (36,5-37,5°C).
3. Pasien menunjukkan peningkatan curah jantung yang ditandai dengan tekanan darah stabil, denyut nadi radial 60-100 kali/menit, dan CRT ≤2 detik.
4. Pasien menunjukkan peningkatan perfusi jaringan yang ditandai dengan akral hangat, nadi kuat, dan CRT ≤2 detik.
5. Integritas kulit pasien tetap terjaga.
6. Pasien melaporkan nyeri berkurang atau tidak ada.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intervensi untuk Ketidakefektifan pola napas:
- Pantau dan pertahankan ventilasi mekanis sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pengaturan parameter ventilator
- Lakukan fisioterapi dada dan latihan pernapasan
- Pertahankan posisi semifowler untuk memfasilitasi ventilasi
- Pantau tanda-tanda vital dan saturasi oksigen
2. Intervensi untuk Hipertermi:
- Pantau suhu tubuh secara berkala
- Lakukan tindakan penurunan demam (kompres hangat, pemberian antipiretik)
- Pertahankan asupan cairan yang adekuat
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan hipertermi
3. Intervensi untuk Penurunan curah jantung:
- Pantau tanda-tanda vital secara ketat
- Berikan terapi cairan sesuai kebutuhan
- Pantau dan pertahankan parameter hemodinamik yang optimal
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi obat-obatan (vasopressor, inotropik)
4. Intervensi untuk Penurunan perfusi jaringan:
- Pantau tanda-tanda perfusi perifer (akral, warna kulit, CRT)
- Berikan terapi cairan dan kolaborasi dengan tim medis untuk pengaturan cairan
- Pertahankan parameter hemodinamik yang optimal
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi obat-obatan (vasopressor, inotropik)
5. Intervensi untuk Risiko kerusakan integritas kulit:
- Lakukan pengkajian kulit secara komprehensif
- Pertahankan kebersihan dan kelembapan kulit
- Pertahankan posisi dan pergerakan tubuh yang adekuat
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemulihan kondisi umum pasien
6. Intervensi untuk Nyeri akut:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Berikan terapi analgesik sesuai resep
- Lakukan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (relaksasi, distraksi)
- Pantau efektivitas pengelolaan nyeri
Penjelasan rinci dan terperinci:
Diagnosa keperawatan SDKI dirumuskan berdasarkan data objektif dan subjektif yang diperoleh dari pengkajian pasien. Diagnosa-diagnosa tersebut menjadi fokus utama dalam pemberian asuhan keperawatan untuk pasien dengan ketoasidosis DM dan penurunan kesadaran di ruang ICU.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI) mencerminkan tujuan yang ingin dicapai dari intervensi keperawatan yang diberikan. Luaran ini menjadi tolak ukur keberhasilan asuhan keperawatan dalam mengatasi masalah-masalah yang teridentifikasi pada pasien.
Intervensi keperawatan (SIKI) merupakan tindakan-tindakan spesifik yang dirancang untuk mencapai luaran yang diharapkan. Intervensi ini melibatkan kolaborasi dengan tim medis, pemantauan ketat terhadap kondisi pasien, serta pemberian tindakan keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi masalah kesehatannya.
Keseluruhan proses ini bertujuan untuk membantu pasien dengan ketoasidosis DM dan penurunan kesadaran di ruang ICU mencapai kondisi yang optimal, dengan memperhatikan aspek-aspek penting dalam asuhan keperawatan yang berfokus pada keselamatan, kenyamanan, dan pemulihan pasien. -
Article No. 7218 | 28 Nov 2024
Klinis : pasien datang dengan close fraktur pada bagian kaki dan sudah dapat penanganan saat ini dalam proses penyembuhan, pasien mengeluh sulit menggerakan badannya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang tepat untuk kondisi pasien dengan close fraktur pada bagian kaki dan kesulitan dalam menggerakkan badan adalah "Mobilitas Fisik Terganggu". Diagnosa ini mencerminkan adanya keterbatasan dalam kemampuan pasien untuk melakukan pergerakan dan perpindahan yang disebabkan oleh keadaan fraktur pada kaki.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang tepat, luaran yang diharapkan adalah:
1. Mobilitas Fisik: Pasien dapat melakukan pergerakan dan perpindahan secara mandiri atau dengan bantuan minimal.
2. Kemampuan Mobilisasi: Pasien dapat melakukan aktivitas mobilisasi sesuai dengan kondisi frakturnya.
3. Tingkat Ketergantungan: Pasien dapat mengurangi ketergantungan terhadap orang lain dalam melakukan aktivitas mobilisasi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, diperlukan intervensi keperawatan sebagai berikut:
1. Manajemen Mobilitas:
- Evaluasi kemampuan mobilitas pasien dan identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhinya.
- Berikan latihan fisik yang sesuai dengan kondisi fraktur pasien, seperti latihan rentang gerak, penguatan otot, dan latihan ambulasi.
- Ajarkan teknik-teknik untuk meningkatkan mobilitas, seperti penggunaan alat bantu jika diperlukan.
- Kolaborasi dengan tim terapeutik lainnya (fisioterapis, terapis okupasi) untuk meningkatkan mobilitas pasien.
2. Perawatan Luka dan Peradangan:
- Lakukan perawatan luka fraktur secara optimal untuk mencegah komplikasi dan mendukung proses penyembuhan.
- Pantau tanda-tanda infeksi atau peradangan pada area luka dan berikan penanganan yang tepat.
3. Manajemen Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif dan berikan intervensi farmakologis serta non-farmakologis untuk mengelola nyeri pasien.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri yang dapat dilakukan oleh pasien.
4. Pendidikan Kesehatan:
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai kondisi fraktur, proses penyembuhan, dan pentingnya mobilisasi yang tepat.
- Anjurkan pasien untuk aktif berpartisipasi dalam perawatan diri dan mobilisasi.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terarah, diharapkan pasien dapat meningkatkan mobilitas fisiknya, mengurangi ketergantungan, dan mencapai proses penyembuhan yang optimal. -
Article No. 7219 | 28 Nov 2024
Klinis : pasien datang dengan close fraktur pada bagian kaki dan sudah dapat penanganan saat ini dalam proses penyembuhan, pasien mengeluh sulit menggerakan badannya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Mobilitas Fisik Terganggu
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keterbatasan dalam melakukan gerakan fisik yang disengaja dan terarah, baik mandiri maupun dengan menggunakan alat bantu.
- Karakteristik: Keterbatasan dalam melakukan pergerakan otot, keterbatasan rentang gerak, kelemahan umum, dan keterbatasan aktivitas.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat menunjukkan peningkatan kemampuan dalam melakukan pergerakan fisik secara mandiri.
- Kriteria hasil: Pasien dapat bergerak dengan lebih leluasa, rentang gerak yang meningkat, dan peningkatan kekuatan otot.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi yang dapat dilakukan:
a. Manajemen Mobilitas: Memberikan bantuan dalam aktivitas fisik, menggunakan alat bantu mobilisasi, dan memberikan edukasi terkait mobilitas.
b. Terapi Latihan: Melakukan latihan pergerakan, latihan rentang gerak, dan latihan kekuatan otot.
c. Terapi Modalitas: Menggunakan modalitas seperti terapi panas atau dingin untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan mobilitas.
Dalam kondisi pasien dengan close fraktur pada kaki yang sedang dalam proses penyembuhan dan mengeluh sulit menggerakkan badannya, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Mobilitas Fisik Terganggu. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup manajemen mobilitas, terapi latihan, dan terapi modalitas untuk membantu meningkatkan kemampuan pergerakan dan aktivitas fisik pasien. -
Article No. 7220 | 28 Nov 2024
Klinis : pasien datang dengan close fraktur pada bagian kaki dan sudah dapat penanganan saat ini dalam proses penyembuhan, pasien mengeluh sulit menggerakan badannya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan immobilisasi atau pembatasan pergerakan akibat fraktur.
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Gangguan Mobilitas Fisik didefinisikan sebagai keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh faktor muskuloskeletal, neurologis, atau faktor lain.
- Tanda dan gejala yang muncul pada pasien antara lain: kesulitan dalam bergerak, perubahan postur tubuh, dan keterbatasan rentang gerak.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat melakukan pergerakan sesuai dengan kemampuan dan kondisinya, serta dapat mencapai tingkat kemandirian yang optimal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: terapi latihan, mobilisasi progresif, dan perawatan alat bantu gerak.
- Tujuannya adalah untuk memulihkan dan mempertahankan kemampuan gerak pasien secara optimal.
Persona: Sebagai seorang perawat profesional, saya memahami bahwa pasien Anda sedang mengalami gangguan mobilitas fisik akibat fraktur yang dialaminya. Kami akan bekerja sama untuk mengembangkan rencana perawatan yang komprehensif, dengan tujuan membantu pasien mencapai tingkat kemandirian yang optimal dalam melakukan pergerakan dan aktivitas sehari-hari. -
Article No. 7221 | 28 Nov 2024
Klinis : asuhan keperawatan pasien dengan kasus Seorang klien laki laki usia 21 tahun, dirawat di bangsal penyakit dalam dengan keluhan utama saat ini adalah demam (38,1 0C). Klien sudah demam sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit, demam dirasakan terus-menerus, sakit kepala terasa berat, nyeri otot, terdapat nyeri ulu hati, dan mual. Klien saat ini sedang mendapatkan terapi sebagai berikut: IVFD RL 20 tpm Drips sanmol 1gr/8j/iv Inj. Sohobion 1 amp/24j/drips
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi klien yang Anda sampaikan, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasannya menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia
- SDKI: Peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal
- SLKI: Peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal
- SIKI: Intervensi untuk mengelola peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal
Penjelasan:
Klien mengalami demam (38,1°C) yang berlangsung sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam merupakan suatu respon tubuh terhadap infeksi atau proses patologis lainnya yang dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal.
2. Nyeri akut
- SDKI: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial, atau yang dijelaskan dalam istilah seperti kerusakan tersebut
- SLKI: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial, atau yang dijelaskan dalam istilah seperti kerusakan tersebut
- SIKI: Intervensi untuk mengelola pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial
Penjelasan:
Klien mengalami nyeri kepala yang terasa berat, nyeri otot, dan nyeri ulu hati. Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial.
3. Risiko ketidakseimbangan cairan
- SDKI: Peningkatan atau penurunan cairan, elektrolit, dan/atau asam-basa yang dapat membahayakan kesehatan
- SLKI: Peningkatan atau penurunan cairan, elektrolit, dan/atau asam-basa yang dapat membahayakan kesehatan
- SIKI: Intervensi untuk mengelola peningkatan atau penurunan cairan, elektrolit, dan/atau asam-basa yang dapat membahayakan kesehatan
Penjelasan:
Klien mendapatkan terapi infus RL 20 tpm dan obat-obatan sehingga terdapat risiko ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan/atau asam-basa yang dapat membahayakan kesehatannya.
Diharapkan asuhan keperawatan yang diberikan dapat membantu mengelola masalah-masalah yang dialami oleh klien sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari PPNI. -
Article No. 7222 | 28 Nov 2024
Klinis : asuhan keperawatan pasien dengan kasus Seorang klien laki laki usia 21 tahun, dirawat di bangsal penyakit dalam dengan keluhan utama saat ini adalah demam (38,1 0C). Klien sudah demam sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit, demam dirasakan terus-menerus, sakit kepala terasa berat, nyeri otot, terdapat nyeri ulu hati, dan mual. Klien saat ini sedang mendapatkan terapi sebagai berikut: IVFD RL 20 tpm Drips sanmol 1gr/8j/iv Inj. Sohobion 1 amp/24j/drips
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R50.9
- Deskripsi: Demam, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.19
- Deskripsi: Pemberian cairan intravena (IVFD RL 20 tpm), pemberian obat analgetik/antipiretik (Drips sanmol 1gr/8j/iv), dan pemberian obat suplemen (Inj. Sohobion 1 amp/24j/drips).
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R50.9 (Demam, tidak diklasifikasikan di tempat lain) digunakan karena pasien mengalami demam (38,1°C) sebagai keluhan utama dan tidak ada diagnosis spesifik yang dapat ditentukan dari informasi yang diberikan.
2. Kode ICD-9-CM 99.19 (Pemberian cairan intravena, pemberian obat analgetik/antipiretik, dan pemberian obat suplemen) digunakan karena pasien mendapatkan terapi IVFD RL 20 tpm, Drips sanmol 1gr/8j/iv, dan Inj. Sohobion 1 amp/24j/drips. Ini merupakan prosedur atau tindakan medis yang dilakukan untuk menangani kondisi pasien.
Catatan: Kode ICD-10 dan ICD-9-CM digunakan untuk mengkodekan diagnosis dan prosedur/tindakan medis secara standar dalam sistem pelaporan dan dokumentasi medis.