Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 7357 | 29 Nov 2024
Klinis : hipovolemi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi hipovolemi.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan Volume Cairan
Definisi:
Ketidakseimbangan antara intake dan output cairan yang menyebabkan kelebihan atau kekurangan volume cairan yang dapat mengancam kesehatan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Penurunan tekanan darah
- Peningkatan frekuensi nadi
- Penurunan turgor kulit
- Penurunan volume urin
- Kelelahan
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tercapainya keseimbangan cairan
- Stabilitas hemodinamik
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Pemantauan cairan masuk dan keluar
- Pemberian cairan intravena
- Edukasi tentang pentingnya asupan cairan
- Kolaborasi pemberian obat-obatan
Sebagai seorang perawat, saya memahami bahwa hipovolemi merupakan kondisi kekurangan volume cairan dalam tubuh. Diagnosa keperawatan yang tepat adalah Ketidakseimbangan Volume Cairan, yang berfokus pada penurunan volume cairan yang dapat mengancam kesehatan pasien. Berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat melakukan penilaian, penetapan tujuan, dan intervensi yang komprehensif untuk mengatasi masalah hipovolemi pada pasien. -
Article No. 7358 | 29 Nov 2024
Klinis : Struma Nodusa Non Toksik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Struma Nodusa Non Toksik.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan dengan pembesaran kelenjar tiroid.
Penjelasan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakefektifan Pola Napas merupakan diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi dimana individu mengalami perubahan dalam frekuensi atau kedalaman pernapasan yang dapat mengganggu pertukaran gas. Pada kasus Struma Nodusa Non Toksik, pembesaran kelenjar tiroid dapat menekan saluran napas sehingga menyebabkan perubahan pola napas.
Penjelasan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran keperawatan yang diharapkan pada kondisi ini adalah:
1. Mempertahankan Pola Napas Efektif: Individu mempertahankan frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan yang normal.
2. Toleransi Aktivitas Meningkat: Individu dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami sesak napas atau kelelahan yang berlebihan.
Penjelasan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Manajemen Jalan Napas: Memfasilitasi dan mempertahankan jalan napas yang bebas untuk memaksimalkan pertukaran gas.
2. Manajemen Nyeri: Mengelola nyeri yang mungkin timbul akibat pembesaran kelenjar tiroid.
3. Edukasi Kesehatan: Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga mengenai kondisi Struma Nodusa Non Toksik, manajemen gejala, dan pentingnya pengobatan yang adekuat.
Melalui diagnosa keperawatan, luaran keperawatan, dan intervensi keperawatan yang sesuai standar SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami oleh pasien dengan Struma Nodusa Non Toksik. -
Article No. 7359 | 29 Nov 2024
Klinis : Sejak 3 hari yl os smrs mengeluh panas panas naik turun mual /muntah -/- kejang 2 x di rumah batuk pilek -/-diare - Riw kejang sebelumnya ada bak terakihir pagi tadi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi sistemik, ditandai dengan suhu tubuh naik turun, mual/muntah, dan kejang.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas batas normal, yang disebabkan oleh gangguan dalam pengaturan suhu tubuh. Tanda dan gejala dapat berupa suhu tubuh naik turun, menggigil, kulit kemerahan, dan nyeri kepala.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan pada pasien dengan hipertermia adalah tercapainya suhu tubuh dalam batas normal, tidak terjadi komplikasi, dan pasien merasa nyaman.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemberian antipiretik, kompres hangat/dingin, pembatasan aktivitas, dan pemantauan tanda-tanda vital secara ketat. Edukasi kepada pasien dan keluarga juga penting untuk mencegah komplikasi dan meningkatkan kesadaran terhadap kondisi.
Jadi, berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, diagnosis keperawatan utama adalah hipertermia yang berhubungan dengan proses infeksi sistemik. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup manajemen suhu tubuh, pemberian obat, pemantauan, dan edukasi kepada pasien serta keluarga. -
Article No. 7360 | 29 Nov 2024
Klinis : pasien mengeluh ada seperti bisul di dagu, sudah 3 minggu, semakin membesar dan keras, pusing, badan sakit semua. Pasien dalam pengobatan DM
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan keluhan pasien yang anda sampaikan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Infeksi kulit berhubungan dengan diabetes mellitus
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Infeksi kulit adalah status abnormal akibat invasi dan proliferasi mikroorganisme patogen pada kulit.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Setelah mendapatkan intervensi keperawatan, diharapkan pasien dapat mengendalikan infeksi kulit, menunjukkan penyembuhan lesi kulit, dan tidak mengalami komplikasi lebih lanjut.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain perawatan lesi kulit, pemberian antibiotik topikal atau sistemik, edukasi manajemen diabetes, dan pemantauan tanda-tanda infeksi.
Sebagai perawat dengan persona pakar, saya dapat memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai diagnosis keperawatan ini, faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta rencana asuhan keperawatan yang komprehensif untuk menangani kondisi pasien. -
Article No. 7361 | 29 Nov 2024
Klinis : pasien demam 3 hari, suhu 39, mual muntah 4 x/hari, diare 5 x/hari, batuk sulit keluar
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, ditandai dengan suhu tubuh 39°C, mual, dan muntah.
2. Diare berhubungan dengan infeksi, ditandai dengan frekuensi defekasi 5 kali per hari.
3. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipertermia dan infeksi, ditandai dengan batuk yang sulit keluar.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Hipertermia:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Suhu tubuh kembali normal, gejala infeksi berkurang.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen hipertermia, pemberian cairan, obat antipiretik, pemantauan tanda-tanda vital.
2. Diare:
- SDKI: Peningkatan frekuensi dan/atau perubahan konsistensi defekasi.
- SLKI: Frekuensi dan konsistensi defekasi kembali normal, tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
- SIKI: Manajemen diare, pemberian cairan, elektrolit, antienuritis, pemantauan tanda-tanda dehidrasi.
3. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas.
- SLKI: Jalan napas bersih, batuk efektif, bunyi napas normal.
- SIKI: Manajemen jalan napas, pemberian oksigen, nebulizer, fisioterapi dada, suction.
Dalam konteks akademis, persona pakar, dan nurse, penjelasan ini memberikan gambaran komprehensif tentang diagnosa keperawatan dan manajemen terkait kondisi pasien dengan demam, mual, muntah, diare, dan batuk yang sulit keluar. -
Article No. 7362 | 29 Nov 2024
Klinis : riwayat gondongan 5 hari yang lalu, demam 3 hari yang lau, limfosit 47%, monosit 16%, akral hangat, batuk terus menerus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Infeksi Akut
- Definisi: Kondisi dimana tubuh menunjukkan reaksi peradangan akibat masuknya patogen atau mikroorganisme ke dalam tubuh.
- Gejala: Demam, limfosit dan monosit yang tinggi, batuk, akral hangat.
- Faktor Risiko: Riwayat gondongan 5 hari sebelumnya.
Rencana Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Infeksi
- Definisi: Membantu klien dalam mencegah, mengendalikan, dan mengelola infeksi.
- Kriteria Hasil:
- Mencapai suhu tubuh dalam batas normal.
- Tidak terjadi komplikasi infeksi.
- Menunjukkan pemahaman tentang proses infeksi dan cara penanganannya.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Definisi: Memantau suhu, nadi, pernapasan, dan tekanan darah secara berkala untuk mendeteksi adanya perubahan.
2. Terapi Oksigen
- Definisi: Memberikan oksigen tambahan untuk memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.
3. Edukasi Manajemen Infeksi
- Definisi: Memberikan informasi tentang proses infeksi, tanda-tanda, dan cara penanganannya.
Catatan:
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan tone (akademis) dan persona (pakar/perawat) yang sesuai dengan kondisi klien. -
Article No. 7363 | 29 Nov 2024
Klinis : hipertermia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat sesuai standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi hipertermia.
Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia
Definisi:
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal sebagai akibat dari ketidakmampuan tubuh dalam mengatur suhu.
Faktor Risiko:
1. Aktivitas fisik yang berlebihan
2. Lingkungan panas
3. Dehidrasi
4. Penyakit tertentu (infeksi, neoplasma, gangguan metabolik)
5. Penggunaan obat-obatan tertentu
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Suhu tubuh dalam rentang normal
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
4. Tidak ada komplikasi terkait hipertermia
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Monitoring suhu tubuh secara berkala
2. Manajemen cairan dan elektrolit
3. Manajemen lingkungan (suhu, kelembaban, ventilasi)
4. Edukasi terkait pencegahan dan penanganan hipertermia
5. Pemberian obat-obatan antipirektik sesuai indikasi
Implementasi intervensi keperawatan harus dilakukan secara komprehensif dan kolaboratif dengan tenaga kesehatan lainnya untuk mencapai hasil yang optimal bagi pasien. -
Article No. 7364 | 29 Nov 2024
Klinis : pasien dengan tb paru oj OAT dan mau ambil bersihan jalan napas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan TB paru yang sedang menjalani pengobatan OAT (Obat Anti Tuberkulosis) dan ingin melakukan bersihan jalan napas adalah "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif". Diagnosa ini mencerminkan kondisi pasien yang mengalami hambatan dalam mempertahankan kebersihan jalan napas secara optimal, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti peningkatan produksi sekret, penurunan kemampuan batuk, dan lainnya.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan luaran/output yang akan dicapai adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Membaik, yang ditandai dengan:
a. Frekuensi batuk dan produktivitas sekret menurun
b. Suara napas bersih, tidak ada ronki atau wheezing
c. Tidak ada tanda-tanda sianosis atau distres pernapasan
d. Saturasi oksigen dalam batas normal
2. Pengetahuan Meningkat, yang ditandai dengan:
a. Pasien mampu menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi bersihan jalan napas
b. Pasien mampu menjelaskan teknik batuk efektif dan penggunaan alat bantu pernapasan
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut beberapa intervensi keperawatan yang dapat diberikan:
1. Manajemen Jalan Napas
a. Lakukan suction sekret jika diperlukan
b. Ajarkan dan fasilitasi teknik batuk efektif
c. Berikan inhalasi bronkodilator dan/atau mukolitik sesuai resep
d. Posisikan pasien untuk memfasilitasi drainase sekret
2. Edukasi Kesehatan
a. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi bersihan jalan napas
b. Ajarkan teknik batuk efektif dan penggunaan alat bantu pernapasan
c. Berikan pendidikan terkait pengobatan OAT dan pentingnya kepatuhan
3. Kolaborasi
a. Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk pengaturan terapi pernapasan
b. Lakukan kolaborasi dengan fisioterapis untuk intervensi fisioterapi dada
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus memastikan bahwa intervensi yang diberikan sesuai dengan kondisi pasien dan sejalan dengan tujuan luaran yang telah ditetapkan. Perawat juga harus memantau respons pasien terhadap intervensi yang diberikan dan melakukan penyesuaian jika diperlukan. Dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang optimal dan memiliki kemampuan dalam mengelola kondisi kesehatannya. -
Article No. 7365 | 29 Nov 2024
Klinis : pasien dengan tb paru on OAT dan mau ambil pola napas tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi rinci tentang diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan TB paru yang mendapatkan pengobatan OAT (Obat Anti Tuberkulosis) dan mengalami pola napas tidak efektif.
Diagnosa Keperawatan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Pola Napas Tidak Efektif". Pola napas tidak efektif didefinisikan sebagai inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat. Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada pasien meliputi:
- Perubahan frekuensi napas
- Penggunaan otot bantu pernapasan
- Kesulitan bernapas
- Perubahan kedalaman napas
- Irama napas yang tidak teratur
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI/Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai beberapa luaran, antara lain:
1. Pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif.
2. Pasien dapat mendemonstrasikan teknik napas dalam/nafas diafragma dengan benar.
3. Pasien dapat mengenali tanda-tanda perburukan pola napas dan segera melaporkannya ke petugas kesehatan.
4. Pasien dan keluarga dapat menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi pola napas.
5. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami sesak napas.
Intervensi Keperawatan (SIKI/Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Mengukur frekuensi, irama, dan kedalaman napas pasien secara berkala.
- Memantau tanda-tanda perburukan pola napas, seperti retraksi dinding dada, penggunaan otot bantu pernapasan, dll.
2. Manajemen Jalan Napas
- Memposisikan pasien dengan posisi yang memfasilitasi ekspansi paru.
- Mengajarkan teknik napas dalam/nafas diafragma.
- Memfasilitasi batuk efektif dan drainase sekresi.
3. Edukasi Kesehatan
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang penyakit TB paru, pengobatan OAT, dan pentingnya menjaga pola napas yang efektif.
- Mengajarkan teknik relaksasi pernapasan untuk mengurangi sesak napas.
- Memberikan edukasi tentang gaya hidup sehat dan aktivitas fisik yang dapat dilakukan.
4. Manajemen Kenyamanan
- Mengatur lingkungan yang kondusif untuk istirahat dan tidur.
- Memberikan intervensi non-farmakologis untuk mengurangi sesak napas, seperti pemberian oksigen, penghidrasi, dll.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dengan TB paru yang mendapatkan pengobatan OAT dapat mempertahankan pola napas yang efektif, mencapai tingkat kenyamanan yang optimal, dan meningkatkan kualitas hidupnya selama menjalani perawatan. -
Article No. 7366 | 29 Nov 2024
Klinis : pasien dengan empiema paru kiri post wsd, anemia, abses dada kiri, tb on owt pro bc, efusi pleura masif kiri, empiema torax, efusi pleura ganasa dan mau ambil bersihan jalan napas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Selamat siang. Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi pasien yang Anda berikan.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Penyebab: Adanya efusi pleura masif kiri, empiema toraks, dan abses dada kiri yang dapat menyebabkan obstruksi jalan napas.
b. Perfusi Jaringan Tidak Efektif
Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer yang dapat mengancam kesehatan.
Penyebab: Anemia yang dapat menghambat pengangkutan oksigen ke jaringan.
c. Risiko Infeksi
Definisi: Peningkatan risiko terpapar oleh agen patogen.
Penyebab: Empiema paru kiri post wsd, abses dada kiri, dan TB on OWT pro BC yang meningkatkan risiko infeksi.
2. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
a. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Jalan napas terbuka dan bebas sekret
- Tidak ada tanda-tanda obstruksi jalan napas
- Frekuensi napas dalam batas normal
b. Perfusi Jaringan Adekuat
- Kadar Hb dalam batas normal
- Ekstremitas hangat dan tidak pucat
- Tidak ada tanda-tanda hipoksia
c. Bebas Infeksi
- Tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, dll) dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda penyebaran infeksi
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Lakukan suction jalan napas
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Lakukan fisioterapi dada
- Kolaborasi pemberian bronkodilator dan mukolitik
- Pantau status respirasi dan oksigenasi
b. Perfusi Jaringan Tidak Efektif:
- Berikan transfusi darah sesuai indikasi
- Pantau kadar Hb dan hematokrit
- Kolaborasi pemberian suplemen besi, asam folat, dan vitamin B12
- Anjurkan intake nutrisi yang kaya zat besi
- Pantau tanda-tanda hipoksia dan penurunan perfusi
c. Risiko Infeksi:
- Lakukan teknik aseptik saat perawatan luka
- Pantau tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, dll)
- Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi
- Pantau perkembangan infeksi dan respons terhadap terapi
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk pasien tersebut. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya. Wassalamualaikum.