Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 7347 | 29 Nov 2024
Klinis : Gangguan jalan napas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan hormat, sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi gangguan jalan napas.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pola Napas Tidak Efektif
Definisi:
Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola pernapasan yang memadai untuk mendukung kebutuhan oksigen.
Faktor Terkait:
- Sekresi jalan napas yang berlebihan
- Penurunan otot pernapasan
- Obstruksi jalan napas
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Pola Napas Tidak Efektif adalah diagnosa keperawatan yang termasuk dalam domain Aktivitas/Istirahat, kelas Pergerakan dan Koordinasi. Diagnosa ini memiliki kode ND 00031.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Beberapa luaran keperawatan yang sesuai dengan diagnosa ini adalah:
- Pola Napas Efektif (KL 00084)
- Pertukaran Gas (KL 00077)
- Ventilasi Spontan (KL 00089)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan untuk mengatasi diagnosa ini antara lain:
- Manajemen Jalan Napas (IP 00069)
- Manajemen Oksigen (IP 00070)
- Manajemen Pernapasan (IP 00071)
Kesimpulan:
Gangguan Pola Napas Tidak Efektif adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan ketidakmampuan pasien untuk mempertahankan pola pernapasan yang memadai. Standar asuhan keperawatan Indonesia (SDKI, SLKI, SIKI) memberikan panduan yang jelas dalam menentukan luaran dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengatasi kondisi ini. -
Article No. 7348 | 29 Nov 2024
Klinis : Nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi Nyeri Akut, sesuai dengan format yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi Nyeri Akut adalah "Nyeri Akut" (00132). Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut. Nyeri akut memiliki onset yang tiba-tiba atau lambat, intensitas ringan hingga berat, dan berlangsung dalam waktu yang singkat (kurang dari 3 bulan).
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah mendapatkan asuhan keperawatan, pasien diharapkan dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Kontrol Nyeri (1605): Tingkat kemampuan pasien untuk mengontrol rasa nyeri yang dialami.
- Indikator:
- Tingkat nyeri yang dapat dikendalikan
- Frekuensi penggunaan terapi analgesik
- Efektivitas strategi penanganan nyeri
2. Kenyamanan: Fisik (2008): Tingkat kepuasan pasien terhadap kenyamanan fisik.
- Indikator:
- Tingkat kenyamanan fisik yang dirasakan
- Kemampuan beraktivitas sehari-hari
- Ekspresi wajah dan postur tubuh yang menunjukkan kenyamanan
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan:
1. Manajemen Nyeri (1400):
- Pengkajian nyeri: Mengkaji karakteristik nyeri, faktor penyebab, dan faktor yang memengaruhi nyeri.
- Pemberian analgesik: Memberikan analgesik sesuai dengan resep untuk mengurangi nyeri.
- Teknik non-farmakologis: Mengajarkan dan memfasilitasi penggunaan teknik non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, atau terapi musik, untuk mengurangi nyeri.
- Evaluasi efektivitas: Mengevaluasi efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri.
2. Peningkatan Kenyamanan: Fisik (6040):
- Pengkajian kenyamanan: Mengkaji tingkat kenyamanan fisik pasien dan faktor-faktor yang memengaruhinya.
- Manajemen lingkungan: Mengatur lingkungan yang mendukung kenyamanan fisik pasien, seperti suhu, pencahayaan, dan kebisingan.
- Aktivitas/Istirahat: Menjaga keseimbangan antara aktivitas dan istirahat pasien untuk meningkatkan kenyamanan.
- Edukasi: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang strategi peningkatan kenyamanan fisik.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai kontrol nyeri yang optimal dan peningkatan kenyamanan fisik, sesuai dengan luaran yang diharapkan. Hal ini akan membantu pasien dalam pemulihan dan meningkatkan kualitas hidupnya. -
Article No. 7349 | 29 Nov 2024
Klinis : Seorang perempuan 40 tahun, dibawa ke IGD RS dengan keluhan sesak nafas setelah 1 jam sebelumnya mengonsumsi makanan laut. Gejala lain tampak bengkak di wajah dan lidah, dan ruam kemerahan di tubuh. Pasien tampak kebingungan dan mengeluh pusing. Pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah 85/55 mmHg, frekuensi nadi 115 kali/menit, laju nafas 28 kali/menit, dan saturasi oksigen 88%, akral dingin dan didapatkan wheezing. Sebutkan diagnosa ICD, SDKI, sebutkan juga SLKI, SIKI beserta kodenya.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: T78.0
- Deskripsi: Anafilaksis akibat reaksi alergi terhadap makanan
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 99.22
- Deskripsi: Pemberian epinefrin (adrenalin)
Penjelasan:
Berdasarkan gambaran kasus yang diberikan, pasien menunjukkan gejala anafilaksis setelah mengonsumsi makanan laut. Anafilaksis merupakan reaksi alergi sistemik yang dapat mengancam jiwa dan memerlukan penanganan segera. Kode ICD-10 yang sesuai adalah T78.0 (Anafilaksis akibat reaksi alergi terhadap makanan).
Tindakan medis yang dilakukan kemungkinan adalah pemberian epinefrin (adrenalin) sebagai lini pertama penanganan anafilaksis, yang memiliki kode ICD-9-CM 99.22 (Pemberian epinefrin (adrenalin)).
Selain itu, Diagnosis Keperawatan (SDKI) yang sesuai antara lain:
- Risiko Syok
- Gangguan Pertukaran Gas
- Kecemasan
Rencana Keperawatan (SLKI) yang dapat digunakan antara lain:
- Manajemen Syok
- Peningkatan Jalan Napas
- Manajemen Kecemasan
Intervensi Keperawatan (SIKI) yang dapat diberikan antara lain:
- Pemantauan Hemodinamik
- Pemberian Oksigen
- Terapi Relaksasi -
Article No. 7350 | 29 Nov 2024
Klinis : Seorang perempuan 40 tahun, dibawa ke IGD RS dengan keluhan sesak nafas setelah 1 jam sebelumnya mengonsumsi makanan laut. Gejala lain tampak bengkak di wajah dan lidah, dan ruam kemerahan di tubuh. Pasien tampak kebingungan dan mengeluh pusing. Pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah 85/55 mmHg, frekuensi nadi 115 kali/menit, laju nafas 28 kali/menit, dan saturasi oksigen 88%, akral dingin dan didapatkan wheezing. Sebutkan diagnosa ICD, SDKI, sebutkan juga SLKI, SIKI beserta kodenya.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, berikut adalah analisis komprehensif untuk kondisi yang Anda deskripsikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Gangguan Pertukaran Gas (00030)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan atau memfasilitasi oksigenasi atau eliminasi karbon dioksida pada tingkat yang adekuat.
- Faktor Terkait: Reaksi alergi terhadap makanan laut.
- Tanda dan Gejala: Sesak napas, wheezing, saturasi oksigen rendah, laju napas cepat.
2. Risiko Perfusi Perifer Tidak Efektif (00228)
- Definisi: Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke perifer.
- Faktor Terkait: Hipotensi, nadi cepat, ekstremitas dingin.
3. Ansietas (00146)
- Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi bahaya.
- Faktor Terkait: Sensasi pusing, kebingungan.
ICD-10: T78.0 Syok anafilaktik akibat reaksi alergi terhadap makanan.
SLKI (Luaran/Output Keperawatan):
1. Pertukaran Gas Membaik (1910)
- Definisi: Ventilasi dan oksigenasi yang adekuat.
- Indikator:
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- Saturasi oksigen meningkat
- Tidak ada wheezing
2. Perfusi Perifer Membaik (0407)
- Definisi: Sirkulasi darah ke perifer yang efektif.
- Indikator:
- Tekanan darah stabil
- Nadi perifer teraba
- Ekstremitas hangat dan kering
3. Tingkat Kecemasan Menurun (1402)
- Definisi: Bebas atau berkurangnya rasa takut, cemas, dan khawatir.
- Indikator:
- Pasien tampak tenang
- Pasien dapat mengungkapkan perasaannya
- Pasien dapat fokus dan berkonsentrasi
SIKI (Intervensi Keperawatan):
1. Manajemen Jalan Napas (3140)
- Definisi: Memfasilitasi permeabilitas saluran napas untuk mempertahankan atau meningkatkan ventilasi.
- Aktivitas:
- Pantau status pernapasan
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Berikan bronkodilator sesuai resep
2. Manajemen Syok (4120)
- Definisi: Pemberian intervensi untuk mencegah atau mengatasi syok.
- Aktivitas:
- Pantau tanda-tanda vital
- Atur posisi pasien
- Berikan cairan intravena sesuai indikasi
3. Manajemen Kecemasan (5820)
- Definisi: Meminimalkan pengalaman cemas, ketakutan, kekhawatiran, atau keprihatinan yang dirasakan.
- Aktivitas:
- Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman
- Gunakan teknik relaksasi
- Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan
Penjelasan rinci:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI dan ICD-10:
- Gangguan Pertukaran Gas (00030): Pasien mengalami sesak napas, penurunan saturasi oksigen, dan wheezing akibat reaksi alergi terhadap makanan laut, yang menunjukkan gangguan pertukaran gas.
- Risiko Perfusi Perifer Tidak Efektif (00228): Pasien mengalami hipotensi dan ekstremitas dingin, menunjukkan risiko penurunan perfusi perifer.
- Ansietas (00146): Pasien tampak kebingungan dan mengeluh pusing, menunjukkan gejala ansietas.
- ICD-10: T78.0 Syok anafilaktik akibat reaksi alergi terhadap makanan.
2. SLKI (Luaran/Output Keperawatan):
- Pertukaran Gas Membaik (1910): Tujuannya adalah untuk memastikan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat melalui perbaikan frekuensi napas, saturasi oksigen, dan hilangnya wheezing.
- Perfusi Perifer Membaik (0407): Tujuannya adalah untuk memastikan sirkulasi darah ke perifer yang efektif melalui stabilisasi tekanan darah, nadi perifer yang teraba, dan ekstremitas yang hangat dan kering.
- Tingkat Kecemasan Menurun (1402): Tujuannya adalah untuk mengurangi rasa takut, cemas, dan khawatir yang dialami pasien melalui penurunan kecemasan.
3. SIKI (Intervensi Keperawatan):
- Manajemen Jalan Napas (3140): Intervensi untuk memfasilitasi permeabilitas saluran napas dan mempertahankan atau meningkatkan ventilasi melalui pemantauan status pernapasan, pemberian oksigen, dan bronkodilator.
- Manajemen Syok (4120): Intervensi untuk mencegah atau mengatasi syok melalui pemantauan tanda-tanda vital, pengaturan posisi pasien, dan pemberian cairan intravena.
- Manajemen Kecemasan (5820): Intervensi untuk meminimalkan pengalaman cemas, takut, dan khawatir pasien melalui penciptaan lingkungan yang tenang, penggunaan teknik relaksasi, dan pelibatan keluarga.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu perbaikan pertukaran gas, perfusi perifer, dan penurunan kecemasan pada pasien. Sebagai perawat, saya akan memberikan asuhan keperawatan yang berpusat pada pasien dan bertujuan untuk memulihkan kondisi pasien secara holistik. -
Article No. 7351 | 29 Nov 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan ssakit pinggang hingga ke kaki
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Kronik
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri Kronik adalah rasa tidak nyaman yang berlangsung lebih dari 3 bulan atau lebih dari waktu penyembuhan yang diharapkan, yang disebabkan oleh berbagai faktor, baik fisiologis, psikologis, maupun sosial.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Penurunan Nyeri
- Peningkatan Kemampuan Mengatasi Nyeri
- Peningkatan Koping
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nyeri
- Terapi Farmakologi
- Terapi Komplementer
- Edukasi Manajemen Nyeri
Penjelasan Singkat:
Pasien yang datang dengan keluhan sakit pinggang hingga ke kaki dapat didiagnosis dengan Nyeri Kronik. Nyeri Kronik adalah rasa tidak nyaman yang berlangsung lebih dari 3 bulan atau lebih dari waktu penyembuhan yang diharapkan, yang disebabkan oleh berbagai faktor, baik fisiologis, psikologis, maupun sosial.
Berdasarkan SLKI, luaran yang diharapkan dari penanganan pasien dengan Nyeri Kronik adalah penurunan nyeri, peningkatan kemampuan mengatasi nyeri, dan peningkatan koping.
Sementara itu, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan SIKI meliputi manajemen nyeri, terapi farmakologi, terapi komplementer, dan edukasi manajemen nyeri.
Perawat harus melakukan penilaian komprehensif terhadap pasien, mencakup riwayat nyeri, faktor-faktor yang memengaruhi, serta mempertimbangkan kondisi fisik, psikologis, dan sosial pasien untuk memberikan intervensi yang tepat dan efektif. -
Article No. 7352 | 29 Nov 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan meriang, flu , batuk
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan gejala yang Anda sampaikan, yaitu pasien datang dengan keluhan meriang, flu, dan batuk, maka dapat diberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menurut standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- Penyebab: Produksi sekret yang berlebihan, edema, dan kelemahan otot pernapasan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Kriteria Hasil: Pasien dapat batuk efektif, ekspektorasi sekret lancar, dan tidak ada tanda-tanda obstruksi napas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas
- Intervensi: Mengatur posisi tidur, melakukan suction, memberikan oksigen, dan memfasilitasi batuk efektif.
2. Manajemen Batuk
- Intervensi: Mengajarkan teknik batuk efektif, memberikan obat-obatan, dan memantau efektivitas batuk.
Penjelasan singkat:
Pasien dengan keluhan meriang, flu, dan batuk kemungkinan besar mengalami bersihan jalan napas tidak efektif. Hal ini dapat disebabkan oleh produksi sekret yang berlebihan, edema, atau kelemahan otot pernapasan. Tujuan perawatan adalah untuk memfasilitasi bersihan jalan napas yang efektif, yaitu pasien dapat batuk efektif, ekspektorasi sekret lancar, dan tidak ada tanda-tanda obstruksi napas. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain mengatur posisi tidur, melakukan suction, memberikan oksigen, mengajarkan teknik batuk efektif, dan memantau efektivitas batuk. -
Article No. 7353 | 29 Nov 2024
Klinis : Seorang perempuan 40 tahun, dibawa ke IGD RS dengan keluhan sesak nafas setelah 1 jam sebelumnya mengonsumsi makanan laut. Gejala lain tampak bengkak di wajah dan lidah, dan ruam kemerahan di tubuh. Pasien tampak kebingungan dan mengeluh pusing. Pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah 85/55 mmHg, frekuensi nadi 115 kali/menit, laju nafas 28 kali/menit, dan saturasi oksigen 88%, akral dingin dan didapatkan wheezing. Sebutkan diagnosa ICD, SDKI, sebutkan juga SLKI, SIKI beserta kodenya.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis pasien ini adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: T78.0
- Deskripsi: Anafilaksis karena makanan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 95.12
- Deskripsi: Pemberian adrenalin/epinefrin
Penjelasan:
Pasien perempuan usia 40 tahun datang dengan keluhan sesak napas, bengkak di wajah dan lidah, serta ruam kemerahan di tubuh setelah mengonsumsi makanan laut. Gejala lain yang muncul adalah kebingungan dan pusing. Pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah rendah, nadi cepat, laju napas cepat, saturasi oksigen rendah, akral dingin, dan ditemukan wheezing.
Berdasarkan gejala dan tanda klinis yang ditemukan, diagnosis yang sesuai adalah anafilaksis karena makanan (T78.0). Anafilaksis merupakan reaksi alergi sistemik yang dapat mengancam jiwa, sehingga memerlukan penanganan segera, termasuk pemberian adrenalin/epinefrin (kode ICD-9-CM 95.12) sebagai terapi lini pertama.
Selain kode ICD-10 dan ICD-9-CM, diagnosis ini juga dapat diklasifikasikan dengan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Risiko Ketidakefektifan Pola Napas
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pola Napas Efektif
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen Jalan Napas -
Article No. 7354 | 29 Nov 2024
Klinis : DS: Ibu menyatakan bahwa anak keempat sering mengalami kekambuhan asma setelah mengonsumsi makanan pedas, debu dan udara dingin Anak keempat mengaku tetap mengonsumsi makanan pedas seperti seblak dll Anak keempat menolak menggunakan inhaler meskipun sudah disarankan oleh kakak dan anggota keluarga lainnya Ibu juga mengatakan bahwa anaknya sering tidak mematuhi jadwal kontrol ke dokter karena merasa sudah membaik. DO: • Terdapat ventilasi rumah yang terletak hanya di bagian depan, udara tampak pengap. • Terdapat bed tempat tidur di ruang tamu yang berdekatan dengan tumpukan baju bersih yang belum disimpan, dialasi dengan karpet. Tampak berdebu dan tidak digulung kembali saat tidak digunakan • Kebersihan rumah kurang terjaga, ditemukan beberapa barang yang tidak tersusun rapi sehingga meningkatkan potensi paparan debu • tidak ditemukan alat inhaler di rumah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, Diagnosa Keperawatan yang sesuai adalah:
1. Ketidakpatuhan berhubungan dengan kurangnya persepsi akan pentingnya pengobatan asma berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia).
Penjelasan:
- Pasien sering mengalami kekambuhan asma setelah mengonsumsi makanan pedas, debu, dan udara dingin, namun tetap mengonsumsi makanan pedas.
- Pasien menolak menggunakan inhaler meskipun disarankan oleh keluarga.
- Pasien sering tidak mematuhi jadwal kontrol ke dokter karena merasa sudah membaik.
2. Risiko paparan alergen berhubungan dengan lingkungan rumah yang kurang terjaga kebersihan dan ventilasi yang tidak memadai berdasarkan SDKI.
Penjelasan:
- Terdapat ventilasi hanya di bagian depan, udara tampak pengap.
- Terdapat bed tempat tidur di ruang tamu yang berdekatan dengan tumpukan baju bersih yang belum disimpan, dialasi dengan karpet, tampak berdebu dan tidak digulung kembali.
- Kebersihan rumah kurang terjaga, ditemukan beberapa barang yang tidak tersusun rapi sehingga meningkatkan potensi paparan debu.
- Tidak ditemukan alat inhaler di rumah.
Berdasarkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), luaran yang diharapkan untuk diagnosa ini adalah:
1. Kepatuhan minum obat
2. Kontrol gejala asma
3. Lingkungan yang bebas alergen
Sedangkan berdasarkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia), intervensi yang dapat dilakukan adalah:
1. Manajemen regimen terapeutik: Asma
2. Edukasi kesehatan: Asma
3. Kontrol lingkungan: Alergen -
Article No. 7355 | 29 Nov 2024
Klinis : hipertermi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi hipertermi.
Diagnosa Keperawatan:
Hipertermi
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh di atas 37,5°C (99,5°F) yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas atau penurunan kemampuan tubuh untuk membuang panas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Suhu tubuh dalam batas normal
2. Tidak terjadi komplikasi akibat hipertermi
3. Pasien dapat beraktivitas sesuai kemampuan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan suhu tubuh secara berkala
2. Pemberian cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan
3. Pengaturan suhu lingkungan yang nyaman
4. Pemberian obat penurun panas jika diperlukan
5. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai manajemen hipertermi
Sebagai perawat, saya akan memastikan pasien dengan hipertermi mendapatkan perawatan yang komprehensif sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Tujuan utamanya adalah untuk menurunkan suhu tubuh, mencegah komplikasi, dan memulihkan kondisi pasien secara optimal. -
Article No. 7356 | 29 Nov 2024
Klinis : DS: Ibu menyatakan bahwa anak keempat sering mengalami kekambuhan asma setelah mengonsumsi makanan pedas, debu dan udara dingin Anak keempat mengaku tetap mengonsumsi makanan pedas seperti seblak dll Anak keempat menolak menggunakan inhaler meskipun sudah disarankan oleh kakak dan anggota keluarga lainnya DO: • Terdapat ventilasi rumah yang terletak hanya di bagian depan, udara tampak pengap. • Terdapat bed tempat tidur di ruang tamu yang berdekatan dengan tumpukan baju bersih yang belum disimpan, dialasi dengan karpet. Tampak berdebu dan tidak digulung kembali saat tidak digunakan • Kebersihan rumah kurang terjaga, ditemukan beberapa barang yang tidak tersusun rapi sehingga meningkatkan potensi paparan debu • tidak ditemukan alat inhaler di rumah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subyektif (DS) dan data objektif (DO) yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan perburukan gejala asma akibat paparan faktor pencetus (makanan pedas, debu, dan udara dingin).
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keterbatasan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau dibutuhkan.
- Faktor berhubungan: Perburukan gejala penyakit kronik.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat beraktivitas tanpa mengalami perburukan gejala asma.
- Kriteria hasil: Pasien dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dengan stabil, tidak terjadi sesak napas, dan tidak mengalami serangan asma.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan:
a. Manajemen penyakit kronis: Membantu pasien dalam mengelola penyakit asma secara efektif, termasuk identifikasi dan penghindaran faktor pencetus.
b. Manajemen lingkungan: Meningkatkan kualitas lingkungan rumah untuk mengurangi paparan debu dan meningkatkan ventilasi.
c. Edukasi kesehatan: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penggunaan obat-obatan (inhaler) dan pentingnya menghindari faktor pencetus.
d. Konseling: Membantu pasien dan keluarga mengatasi permasalahan terkait kepatuhan terhadap penggunaan obat-obatan.
Dengan implementasi intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pasien dalam beraktivitas tanpa mengalami perburukan gejala asma.