Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9266 | 18 Dec 2024
Klinis : Seorang perempuan usia 40 tahun, dibawa ke IGD pukul 11.00 wib setelah mengalami luka bakar di sebuah pabrik makanan. Kondisi pasien tidak sadarkan diri, luka bakar mengenai area wajah, dada, punggung, terdengar bunyi nafas stridor, whezee, oedema pada wajah. TD: 100/70 mmHg, Nadi: 110x/menit, RR: 32 x/menit. BB 72 kg. Berapakah target urine output yang harus didapat pada kasus diatas? a. 28 mL/jam b. 100 mL/jam c. 72 mL/jam d. 85 mL/jam e. 250 mL/jam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan memperhatikan kondisi klinis pasien, saya memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan Obstruksi Jalan Nafas sekunder akibat Luka Bakar.
2. Resiko Perubahan Integritas Kulit berhubungan dengan Luka Bakar.
3. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan Kehilangan Cairan melalui Luka Bakar.
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Gangguan Pertukaran Gas: Ketidakmampuan untuk mengiringi atau mempertahankan oksigenasi atau eliminasi karbon dioksida di tingkat alveolar-kapiler.
- Resiko Perubahan Integritas Kulit: Rentan terhadap perubahan atau gangguan pada lapisan epidermis dan/atau dermis kulit.
- Kekurangan Volume Cairan: Kurangnya cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Pertukaran Gas Efektif: Pertukaran oksigen dan karbon dioksida yang memadai di tingkat alveolar-kapiler.
- Integritas Kulit Terpelihara: Struktur dan fungsi kulit yang utuh.
- Volume Cairan Adekuat: Jumlah cairan yang sesuai dengan kebutuhan tubuh.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Manajemen Jalan Nafas: Intervensi untuk memfasilitasi dan mempertahankan jalan nafas yang bersih dan terbuka.
- Perawatan Luka: Intervensi untuk memfasilitasi penyembuhan luka.
- Terapi Cairan: Intervensi untuk mempertahankan atau meningkatkan volume cairan tubuh.
Untuk target urine output pada kasus ini, berdasarkan data klinis yang diberikan, target urine output yang harus didapatkan adalah 85 mL/jam (opsi d). Hal ini sesuai dengan perkiraan kebutuhan cairan pada pasien dengan luka bakar, yaitu sekitar 2-4 mL/kgBB/jam. -
Article No. 9267 | 18 Dec 2024
Klinis : pasien suka keluyuran
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang suka keluyuran, sesuai dengan format yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Perilaku Menyimpang (00154)
Definisi: Perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma sosial, budaya, dan hukum yang berlaku.
Karakteristik Definisi:
1. Meninggalkan tempat tinggal tanpa sepengetahuan atau izin dari orang lain.
2. Menghabiskan waktu di luar rumah tanpa tujuan yang jelas.
3. Perilaku keluar rumah pada waktu yang tidak sesuai.
4. Melakukan aktivitas yang tidak pantas atau ilegal.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perilaku Terkontrol (1402)
Definisi: Kemampuan individu untuk mengatur atau mengarahkan perilakunya sendiri.
Indikator:
a. Mengenali perilaku menyimpang.
b. Menunjukkan perilaku yang sesuai dengan norma sosial.
c. Menghindari perilaku yang dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain.
d. Mematuhi aturan dan batasan yang telah disepakati.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Perilaku (4380)
Definisi: Intervensi untuk membantu individu mempelajari, menerapkan, dan mempertahankan perilaku yang diinginkan.
Aktivitas:
a. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang.
b. Kembangkan rencana intervensi untuk meningkatkan perilaku yang sesuai.
c. Libatkan pasien dalam pengembangan rencana intervensi.
d. Berikan umpan balik positif saat pasien menunjukkan perilaku yang sesuai.
e. Pantau efektivitas intervensi dan lakukan modifikasi jika diperlukan.
2. Terapi Perilaku (4360)
Definisi: Intervensi untuk membantu individu mengidentifikasi dan mengubah pola perilaku yang maladaptif.
Aktivitas:
a. Identifikasi perilaku menyimpang dan faktor-faktor penyebabnya.
b. Kembangkan strategi untuk menghentikan perilaku menyimpang.
c. Ajarkan teknik manajemen diri, seperti self-monitoring dan reinforcement positif.
d. Libatkan keluarga atau significant others dalam proses terapi.
e. Evaluasi kemajuan pasien dan lakukan modifikasi intervensi jika diperlukan.
3. Konseling (5240)
Definisi: Intervensi untuk membantu individu mengatasi masalah, membuat keputusan, dan mencapai tujuan pribadi.
Aktivitas:
a. Bina hubungan saling percaya dan empati dengan pasien.
b. Bantu pasien mengidentifikasi dan memahami penyebab perilaku menyimpang.
c. Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan, pikiran, dan kekhawatirannya.
d. Bantu pasien mengembangkan strategi untuk mengatasi perilaku menyimpang.
e. Pantau kemajuan pasien dan berikan umpan balik yang konstruktif.
Semoga informasi ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk pasien yang suka keluyuran. Jangan ragu untuk menanyakan lebih lanjut jika Anda membutuhkan penjelasan tambahan. -
Article No. 9268 | 18 Dec 2024
Klinis : pasien malas untuk mandi, bersih-bersih diri
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi pasien yang malas untuk mandi dan bersih-bersih diri.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang malas untuk mandi dan bersih-bersih diri adalah "Ketidakefektifan Perawatan Diri" (SDKI, 2017). Diagnosa ini didasarkan pada adanya gangguan atau hambatan yang dialami pasien dalam melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri, seperti mandi, berpakaian, toileting, dan grooming.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Perawatan Diri: Pasien dapat melakukan perawatan diri secara mandiri dengan bantuan minimal (SLKI, 2019).
2. Kebersihan Diri: Pasien dapat mempertahankan kebersihan diri pada tingkat yang memuaskan (SLKI, 2019).
3. Pengetahuan: Pasien menunjukkan pemahaman tentang pentingnya perawatan diri dan kebersihan diri yang adekuat (SLKI, 2019).
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan (SIKI, 2018):
1. Bantu Aktivitas Perawatan Diri
- Ajarkan dan dampingi pasien dalam melakukan aktivitas mandi, berpakaian, toileting, dan grooming.
- Berikan bantuan sesuai dengan kemampuan pasien, dengan tujuan untuk meningkatkan kemandirian pasien.
2. Edukasi Perawatan Diri dan Kebersihan Diri
- Berikan edukasi kepada pasien tentang pentingnya perawatan diri dan kebersihan diri yang adekuat.
- Jelaskan manfaat dan dampak dari perawatan diri yang buruk, serta strategi untuk meningkatkan motivasi pasien.
3. Monitor dan Evaluasi Perawatan Diri
- Pantau secara berkala kemampuan pasien dalam melakukan perawatan diri dan kebersihan diri.
- Evaluasi kemajuan pasien dan lakukan penyesuaian intervensi jika diperlukan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat meningkatkan kemandirian dalam perawatan diri, mempertahankan kebersihan diri yang baik, dan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya perawatan diri yang adekuat. -
Article No. 9269 | 18 Dec 2024
Klinis : Seorang remaja umur 19 tahun dibawa ke rumah sakit dengan keluhan sesak nafas selama 3 hari. Saat dijaki oleh perawat pasien mengatakan punya riwayat asma, pasien sering sesak nafas dan susah tidur. Sebutkan diagnosa ICD, SDKI, SLKI, SIKI, NANDA Beserta kodenya. Sebutkan pemeriksaan penunjang dan obat-obatan yang sesuai untuk pasien. Tolong beritahu saya cara memberikan nebulizer dan oksigenasi untuk pasien.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan kondisi pasien, maka dapat disimpulkan diagnosis dan tata laksana yang sesuai sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J45.9
- Deskripsi: Asma, tidak tergambarkan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.94
- Deskripsi: Pemberian oksigen
3. Diagnosis Keperawatan (NANDA, SDKI, SLKI, SIKI):
- NANDA: Pola napas tidak efektif (00032)
- SDKI: Bersihan jalan napas tidak efektif (10001)
- SLKI: Manajemen jalan napas (10007)
- SIKI: Oksigenasi (10012)
4. Pemeriksaan Penunjang:
- Pemeriksaan darah rutin
- Foto toraks
- Spirometri
5. Penatalaksanaan Farmakologis:
- Bronkodilator (salbutamol, ipratropium)
- Kortikosteroid (prednison, metilprednisolon)
6. Pemberian Nebulizer dan Oksigenasi:
- Nebulizer:
- Pasang masker nebulizer pada wajah pasien.
- Atur aliran oksigen pada 6-8 L/menit.
- Tunggu hingga seluruh obat habis terhirup oleh pasien.
- Oksigenasi:
- Pasang kanula nasal atau masker oksigen pada pasien.
- Atur laju aliran oksigen sesuai kebutuhan (biasanya 2-4 L/menit).
- Monitor saturasi oksigen dan respons pasien.
Penjelasan:
1. Diagnosis ICD-10 J45.9 (Asma, tidak tergambarkan) sesuai dengan keluhan sesak napas dan riwayat asma pada pasien.
2. Kode ICD-9-CM 93.94 (Pemberian oksigen) mencerminkan salah satu tindakan yang mungkin dilakukan untuk mengatasi sesak napas pasien.
3. Diagnosis keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien adalah Pola napas tidak efektif, Bersihan jalan napas tidak efektif, Manajemen jalan napas, dan Oksigenasi.
4. Pemeriksaan penunjang diperlukan untuk mengevaluasi kondisi pasien dan membantu dalam perencanaan perawatan.
5. Terapi farmakologis difokuskan pada penggunaan bronkodilator dan kortikosteroid untuk mengatasi gejala asma.
6. Pemberian nebulizer dan oksigenasi merupakan intervensi keperawatan yang penting untuk membantu pasien mengatasi sesak napas. -
Article No. 9270 | 18 Dec 2024
Klinis : Seorang remaja umur 19 tahun dibawa ke rumah sakit dengan keluhan sesak nafas selama 3 hari. Saat dijaki oleh perawat pasien mengatakan punya riwayat asma, pasien sering sesak nafas dan susah tidur. Sebutkan diagnosa ICD, SDKI, SLKI, SIKI, NANDA Beserta kodenya. Sebutkan pemeriksaan penunjang dan obat-obatan yang sesuai untuk pasien. Tolong beritahu saya cara memberikan nebulizer dan oksigenasi untuk pasien.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamu'alaikum, Selamat siang. Berikut saya sampaikan penjelasan terkait kondisi pasien dengan keluhan sesak nafas yang diderita oleh seorang remaja berusia 19 tahun:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif (SDKI: 00031)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan bersihan jalan nafas yang optimal.
- Faktor yang berhubungan: Adanya sekresi berlebihan, bronkokonstriksi.
2. Pola Napas Tidak Efektif (SDKI: 00032)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
- Faktor yang berhubungan: Adanya bronkokonstriksi, kelelahan otot pernapasan.
Diagnosa ICD-10:
J45 Asma
NANDA:
00031 Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
00032 Pola Napas Tidak Efektif
SLKI (Luaran yang Diharapkan):
1. Pemeliharaan Fungsi Pernapasan Membaik
2. Kenyamanan Pernapasan Membaik
SIKI (Intervensi Keperawatan):
1. Manajemen Jalan Nafas
- Monitor status pernapasan (frekuensi, kedalaman, irama, dan usaha napas)
- Auskultasi suara napas, identifikasi adanya suara napas tambahan
- Berikan posisi yang nyaman untuk memfasilitasi pernapasan
- Lakukan nebulizer dengan bronkodilator dan kortikosteroid
2. Manajemen Oksigenasi
- Monitor kadar oksigen darah (SpO2)
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan pasien, misal dengan kanul nasal atau masker
- Monitor tanda-tanda hipoksemia
Pemeriksaan Penunjang:
- Pemeriksaan Darah Rutin (Hb, Ht, Leukosit, dll)
- Tes Faal Paru (Spirometri)
- Foto Toraks
- Analisis Gas Darah
Pengobatan:
- Bronkodilator (Salbutamol, Ipratropium)
- Kortikosteroid Inhalasi (Budesonide, Fluticasone)
- Antihistamin (Cetirizine, Loratadine)
- Antibiotik (jika ada infeksi)
Tatalaksana Nebulizer:
1. Persiapkan alat nebulizer (nebulizer, selang, dan masker/mulut).
2. Masukkan obat bronkodilator atau kortikosteroid ke dalam nebulizer sesuai dosis.
3. Hidupkan nebulizer dan pastikan uap keluar dengan baik.
4. Minta pasien untuk bernapas dengan tenang dan dalam melalui mulut selama 5-10 menit.
5. Monitor respons pasien selama dan setelah pemberian nebulizer.
Tatalaksana Oksigenasi:
1. Tentukan kebutuhan oksigen pasien berdasarkan pemeriksaan SpO2.
2. Pilih alat oksigenasi yang sesuai, misal kanul nasal atau masker oksigen.
3. Atur laju aliran oksigen sesuai kebutuhan pasien.
4. Monitor tanda-tanda vital dan respons pasien selama pemberian oksigen.
5. Lakukan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penggunaan oksigen.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan.
Wassalamu'alaikum. -
Article No. 9271 | 18 Dec 2024
Klinis : pusing
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi pusing.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pusing berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah "Nyeri Kepala". Nyeri kepala merupakan kondisi dimana pasien mengeluhkan rasa tidak nyaman atau sakit pada kepala. Pusing adalah salah satu gejala umum yang sering muncul pada kondisi nyeri kepala.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Berdasarkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan untuk pasien dengan diagnosa nyeri kepala adalah:
1. Tingkat Nyeri: Pasien menunjukkan penurunan tingkat nyeri kepala yang dirasakan.
2. Kontrol Nyeri: Pasien mampu mengontrol atau mengendalikan rasa nyeri kepala yang dirasakan.
3. Kenyamanan: Pasien menunjukkan peningkatan kenyamanan secara umum.
4. Aktivitas Sehari-hari: Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih baik.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia), intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan pada pasien dengan diagnosa nyeri kepala adalah:
1. Manajemen Nyeri:
- Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, keparahan, faktor pencetus, dan faktor yang mempengaruhi).
- Memberikan intervensi farmakologis sesuai dengan instruksi dokter (misalnya pemberian analgesik).
- Mengajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis (misalnya relaksasi, kompres hangat/dingin, distraksi).
- Melakukan monitor efektivitas intervensi dan mengkaji respons pasien.
2. Manajemen Gejala:
- Mengkaji gejala-gejala yang menyertai nyeri kepala (seperti mual, muntah, fotofobia).
- Memberikan intervensi untuk mengatasi gejala yang menyertai (misalnya pemberian antiemetik, antivertigo).
- Memantau efektivitas intervensi dan mengkaji respons pasien.
3. Edukasi Kesehatan:
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyebab, gejala, dan penatalaksanaan nyeri kepala.
- Mengajarkan strategi pencegahan dan penanganan nyeri kepala di rumah.
- Mendorong pasien untuk mengikuti rencana pengobatan dan kontrol secara teratur.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dengan diagnosa nyeri kepala dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu penurunan tingkat nyeri, peningkatan kemampuan kontrol nyeri, peningkatan kenyamanan, dan peningkatan aktivitas sehari-hari. -
Article No. 9272 | 18 Dec 2024
Klinis : Seorang Perempuan berusia 20 tahun di rawat di IGD RS L karena karena mencoba untuk mengiris pergelangan tangannya dan tidak sadarkan diri. setelah kondisi stabil dapat diwawancara, perawat mendapatkan data bahwa klien merasa tidak kuat lagi melanjutkan hidup karena selalu gagal dalam mengikuti SNMPTN. klien merasa Bododoh dan menyusahkan orang tuanya yang sudah menaruh harapan besar untuk bisa sekolah di perguruan tinggi negeri seperti kedua kakaknya. setelah perawat meninggalkan ruangan klien Kembali melakukan percobaan bunuh diri dengan membenturkan kepalanya ke dinding.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: X69
- Deskripsi: Intoxication by and exposure to other and unspecified chemicals and noxious substances, intentional self-harm
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.65
- Deskripsi: Suturing of minor laceration of skin
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 X69 (Intoxication by and exposure to other and unspecified chemicals and noxious substances, intentional self-harm) sesuai karena pasien melakukan percobaan bunuh diri dengan mengiris pergelangan tangan dan membenturkan kepala ke dinding.
2. Kode ICD-9-CM 94.65 (Suturing of minor laceration of skin) dapat digunakan untuk mengkodekan tindakan medis yang dilakukan untuk menjahit luka di pergelangan tangan pasien setelah percobaan bunuh diri.
Dalam kasus ini, pasien merupakan seorang wanita berusia 20 tahun yang dirawat di IGD rumah sakit karena mencoba untuk mengiris pergelangan tangannya dan tidak sadarkan diri. Setelah kondisi pasien stabil, perawat mendapatkan informasi bahwa pasien merasa putus asa dan tidak kuat lagi melanjutkan hidup karena selalu gagal mengikuti SNMPTN dan merasa bodoh serta menyusahkan orang tuanya. Setelah perawat meninggalkan ruangan, pasien kembali mencoba bunuh diri dengan membenturkan kepalanya ke dinding. -
Article No. 9273 | 18 Dec 2024
Klinis : Seorang Perempuan berusia 20 tahun di rawat di IGD RS L karena karena mencoba untuk mengiris pergelangan tangannya dan tidak sadarkan diri. setelah kondisi stabil dapat diwawancara, perawat mendapatkan data bahwa klien merasa tidak kuat lagi melanjutkan hidup karena selalu gagal dalam mengikuti SNMPTN. klien merasa Bododoh dan menyusahkan orang tuanya yang sudah menaruh harapan besar untuk bisa sekolah di perguruan tinggi negeri seperti kedua kakaknya. setelah perawat meninggalkan ruangan klien Kembali melakukan percobaan bunuh diri dengan membenturkan kepalanya ke dinding.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi yang Anda sampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Bunuh Diri
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Bunuh Diri adalah keadaan di mana individu mengalami pikiran, niat, dan/atau perilaku untuk mengakhiri hidupnya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Klien mengungkapkan perasaan, pikiran, dan niat untuk bunuh diri.
2. Klien menunjukkan perilaku untuk bunuh diri.
3. Klien menunjukkan penerimaan terhadap dukungan untuk mengatasi risiko bunuh diri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Observasi tanda-tanda perilaku bunuh diri.
2. Memberikan lingkungan yang aman bagi klien.
3. Melibatkan keluarga dalam upaya pencegahan bunuh diri.
4. Memberikan konseling dan terapi kognitif-perilaku untuk mengatasi ide bunuh diri.
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan mental untuk evaluasi dan penanganan lebih lanjut.
Dengan kondisi klien yang mencoba bunuh diri akibat kegagalan akademik dan perasaan tidak mampu, perawat perlu melakukan intervensi segera untuk mencegah upaya bunuh diri lebih lanjut dan memberikan dukungan psikologis yang memadai. Kolaborasi dengan tim kesehatan mental juga diperlukan untuk penanganan yang komprehensif. -
Article No. 9274 | 18 Dec 2024
Klinis : Seorang Perempuan berusia 20 tahun di rawat di IGD RS L karena karena mencoba untuk mengiris pergelangan tangannya dan tidak sadarkan diri. setelah kondisi stabil dapat diwawancara, perawat mendapatkan data bahwa klien merasa tidak kuat lagi melanjutkan hidup karena selalu gagal dalam mengikuti SNMPTN. klien merasa Bododoh dan menyusahkan orang tuanya yang sudah menaruh harapan besar untuk bisa sekolah di perguruan tinggi negeri seperti kedua kakaknya. setelah perawat meninggalkan ruangan klien Kembali melakukan percobaan bunuh diri dengan membenturkan kepalanya ke dinding.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Resiko bunuh diri (SDKI: Resiko perilaku mencederai diri sendiri)
Definisi: Adanya kecenderungan untuk melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan kematian dengan sengaja sebagai akibat dari perubahan psikologis, sosial, dan biologis.
Karakteristik Definisi:
- Pernyataan ingin bunuh diri
- Perilaku beresiko tinggi (contoh: mencoba bunuh diri)
- Ekspresi putus asa
- Perasaan tidak berdaya
- Koping yang maladaptif
2. Gangguan Konsep Diri (SDKI: Gangguan Konsep Diri)
Definisi: Penilaian negatif individu terhadap dirinya sendiri.
Karakteristik Definisi:
- Harga diri rendah
- Evaluasi diri negatif
- Perasaan tidak berharga
- Pandangan diri negatif
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Keselamatan Diri: Klien dapat mengenali dan menghindari bahaya terhadap dirinya sendiri.
2. Harga Diri: Klien dapat menunjukkan penerimaan diri yang positif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Risiko Bunuh Diri
- Identifikasi faktor risiko bunuh diri
- Pantau tanda-tanda perilaku bunuh diri
- Berikan lingkungan aman dan dukungan emosional
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk intervensi komprehensif
2. Terapi Kognitif
- Identifikasi distorsi kognitif
- Bantu klien mengembangkan pemikiran realistis
- Dorong klien mengungkapkan perasaan dan pikirannya
- Latih strategi koping yang adaptif
Dalam kasus ini, klien mengalami resiko bunuh diri dan gangguan konsep diri yang disebabkan oleh perasaan tidak mampu dan rendah diri akibat kegagalan akademik. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen risiko bunuh diri dan terapi kognitif untuk membantu klien mengatasi masalah psikologisnya. -
Article No. 9275 | 18 Dec 2024
Klinis : Seorang Perempuan berusia 20 tahun di rawat di IGD RS L karena karena mencoba untuk mengiris pergelangan tangannya dan tidak sadarkan diri. setelah kondisi stabil dapat diwawancara, perawat mendapatkan data bahwa klien merasa tidak kuat lagi melanjutkan hidup karena selalu gagal dalam mengikuti SNMPTN. klien merasa Bododoh dan menyusahkan orang tuanya yang sudah menaruh harapan besar untuk bisa sekolah di perguruan tinggi negeri seperti kedua kakaknya. setelah perawat meninggalkan ruangan klien Kembali melakukan percobaan bunuh diri dengan membenturkan kepalanya ke dinding.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan pendekatan akademis dan sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Bunuh Diri
Definisi: Keadaan di mana individu memiliki niat dan rencana untuk menghilangkan nyawanya sendiri.
Faktor Terkait: Harga diri rendah, putus asa, depresi, kegagalan dalam mencapai tujuan.
2. Gangguan Proses Berpikir
Definisi: Gangguan dalam kemampuan individu untuk memproses informasi secara logis dan rasional.
Faktor Terkait: Distorsi kognitif, kesulitan dalam memecahkan masalah.
3. Resiko Trauma
Definisi: Keadaan di mana individu rentan mengalami cedera fisik akibat perilaku yang membahayakan diri sendiri.
Faktor Terkait: Percobaan bunuh diri, perilaku melukai diri sendiri.
Penjelasan SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
SDKI adalah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi dan merumuskan diagnosis keperawatan berdasarkan data yang dikumpulkan dari pasien. Diagnosa keperawatan yang telah diuraikan sebelumnya sesuai dengan SDKI.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
SLKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan hasil atau luaran yang diharapkan dari asuhan keperawatan yang diberikan. Contoh luaran yang dapat diterapkan pada kasus ini adalah:
- Pasien dapat menyatakan alasan untuk hidup.
- Pasien dapat mengidentifikasi sumber dukungan sosial.
- Pasien dapat menerapkan strategi koping yang adaptif.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
SIKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. Beberapa intervensi yang dapat diterapkan antara lain:
- Membina hubungan saling percaya dengan pasien.
- Mengkaji faktor risiko dan pencetus bunuh diri.
- Memberikan pendidikan kesehatan tentang depresi dan manajemen stres.
- Melibatkan keluarga dalam pemberian asuhan keperawatan.
- Menyediakan lingkungan yang aman dan mendukung pemulihan pasien.
Penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI yang komprehensif dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan berpusat pada pasien untuk mencegah dan mengelola risiko bunuh diri, gangguan proses berpikir, serta trauma pada pasien.