Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 7340 | 29 Nov 2024
Klinis : pasien hamil persalinan 38 minggu
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien hamil dengan usia kehamilan 38 minggu, diagnosa keperawatan yang sesuai dari Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Risiko Komplikasi Persalinan
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami komplikasi selama proses persalinan, yang dapat mengancam jiwa atau kesehatan ibu dan bayi.
Karakteristik Definisi:
- Usia kehamilan ≥37 minggu
- Riwayat komplikasi persalinan sebelumnya
- Adanya penyakit/kondisi yang menyertai kehamilan (misalnya hipertensi, diabetes, preeklamsia, dll.)
- Penyulit dalam proses persalinan (misalnya distosia, perdarahan, dll.)
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Persalinan Lancar
Definisi: Proses kelahiran bayi dan plasenta yang berlangsung normal tanpa komplikasi.
Kriteria Hasil:
- Tidak ada tanda-tanda komplikasi persalinan (perdarahan, distosia, ruptura uteri, dll.)
- Tanda-tanda vital ibu dalam batas normal
- Bayi lahir dalam kondisi sehat
- Plasenta lahir lengkap
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Risiko Persalinan
Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan untuk mengidentifikasi, meminimalkan, dan mencegah terjadinya komplikasi selama persalinan.
Aktivitas Keperawatan:
- Kaji faktor-faktor risiko komplikasi persalinan pada pasien (usia kehamilan, riwayat obstetri, penyakit penyerta, dll.)
- Lakukan pemantauan tanda-tanda vital ibu secara berkala
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai tanda-tanda bahaya persalinan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (bidan, dokter) untuk penanganan komplikasi yang mungkin terjadi
- Fasilitasi dan dukung pasien selama proses persalinan
- Pantau kemajuan persalinan dan lakukan intervensi sesuai kebutuhan
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Risiko Komplikasi Persalinan" dipilih karena pasien berada pada usia kehamilan 38 minggu, yang merupakan rentang usia kehamilan cukup bulan. Pada kondisi ini, pasien memiliki risiko komplikasi persalinan yang perlu diidentifikasi dan ditangani secara proaktif oleh perawat.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah "Persalinan Lancar", di mana proses kelahiran bayi dan plasenta berlangsung normal tanpa adanya komplikasi yang dapat mengancam ibu dan bayi. Kriteria hasil mencakup tanda-tanda vital ibu dalam batas normal, bayi lahir dalam kondisi sehat, dan plasenta lahir lengkap.
Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah "Manajemen Risiko Persalinan", yang meliputi serangkaian tindakan untuk mengidentifikasi, meminimalkan, dan mencegah terjadinya komplikasi selama proses persalinan. Aktivitas keperawatan mencakup pengkajian faktor risiko, pemantauan tanda-tanda vital, edukasi kepada pasien dan keluarga, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, serta memfasilitasi dan mendukung pasien selama proses persalinan.
Penanganan yang komprehensif dan proaktif terhadap risiko komplikasi persalinan diharapkan dapat mencapai luaran "Persalinan Lancar" dan memberikan hasil yang optimal bagi ibu dan bayi. -
Article No. 7341 | 29 Nov 2024
Klinis : penurunan kesadaran dan sesak nafas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi penurunan kesadaran dan sesak napas.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang bersih.
2. Gangguan Pertukaran Gas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida yang adekuat.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Diagnosa keperawatan di atas sesuai dengan SDKI, di mana SDKI merupakan standar diagnosis keperawatan yang digunakan oleh perawat di Indonesia. SDKI berisi definisi, penyebab, gejala dan tanda, serta faktor yang berhubungan dengan diagnosis keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI berisi standar luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. Untuk diagnosa "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" dan "Gangguan Pertukaran Gas", contoh luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan jalan napas yang bersih dan mampu bernapas dengan baik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI merupakan standar intervensi keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat. Contoh intervensi untuk diagnosa "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" adalah suction, pemberian bronkodilator, dan fisioterapi dada. Sedangkan untuk "Gangguan Pertukaran Gas" dapat dilakukan intervensi seperti pemberian oksigen, manajemen ventilasi, dan manajemen kelelahan.
Secara umum, SDKI, SLKI, dan SIKI merupakan standar yang dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk menjaga kualitas dan keseragaman praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 7342 | 29 Nov 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 67 tahun dibawa ke UGD dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri sejak 3 jam yang lalu. Pasien mengatakan saat beraktifitas nyerinya meningkat dan saat digunakan untuk istirahat nyerinya tidak berkurang.Tanda-tanda vital diperoleh TD 100/ 52 mmHg, frekuensi nadi 123 x/menit, frekuensi napas 28 x/menit dan terpasang O2 via nasal kanul 2 lpm.Apakah pemeriksaan penunjang yang diperlukan?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang digambarkan dalam istilah-istilah tersebut.
Tanda dan Gejala:
- Pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri sejak 3 jam yang lalu
- Nyeri meningkat saat beraktivitas dan tidak berkurang saat istirahat
- Tanda-tanda vital menunjukkan TD 100/52 mmHg, nadi 123 x/menit, RR 28 x/menit
Pemeriksaan Penunjang yang Diperlukan:
- Foto Toraks
- Elektrokardiogram (EKG)
- Pemeriksaan Enzim Jantung (Troponin, CK-MB)
- Pemeriksaan Laboratorium (Darah Rutin, Profil Lipid, dll.)
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Kontrol Nyeri
- Pasien dapat mengenali faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Pasien dapat menggunakan teknik non-farmakologi untuk mengurangi nyeri
- Pasien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri hingga level yang dapat ditoleransi
2. Stabilitas Hemodinamik
- Pasien dapat mempertahankan tanda-tanda vital dalam batas normal
- Pasien dapat mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
- Kaji karakteristik nyeri (lokasi, kualitas, durasi, frekuensi, intensitas)
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik yang sesuai
- Ajarkan teknik non-farmakologi untuk mengurangi nyeri (relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin)
- Pantau efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri
2. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala (TD, nadi, RR, suhu)
- Identifikasi tren perubahan tanda-tanda vital
- Kolaborasi dengan dokter untuk intervensi yang sesuai jika terjadi perubahan tanda-tanda vital
3. Manajemen Perfusi Jaringan
- Pantau status perfusi jaringan (capillary refill, pengisian kapiler, akral hangat)
- Kolaborasi dengan dokter untuk intervensi yang sesuai jika terjadi perubahan perfusi jaringan
- Ajarkan pasien dan keluarga untuk memantau tanda-tanda perubahan perfusi jaringan
Penjelasan rinci dan terperinci:
Diagnosa keperawatan Nyeri Akut didasarkan pada gejala yang dilaporkan oleh pasien, yaitu nyeri dada sebelah kiri yang meningkat saat beraktivitas dan tidak berkurang saat istirahat. Tanda-tanda vital pasien juga menunjukkan adanya perubahan, seperti TD rendah, nadi cepat, dan napas cepat, yang dapat mengindikasikan adanya kondisi kardiovaskular yang mendasari keluhan nyeri dada.
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah foto toraks, EKG, pemeriksaan enzim jantung, dan pemeriksaan laboratorium. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab nyeri dada, apakah terkait dengan kondisi kardiovaskular (misalnya infark miokard, angina, dll.) atau penyebab lainnya.
Luaran/Output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah kontrol nyeri yang baik, di mana pasien dapat mengenali faktor-faktor yang memperberat dan memperingan nyeri, serta dapat menggunakan teknik non-farmakologi untuk mengurangi nyeri. Selain itu, diharapkan juga stabilitas hemodinamik, di mana tanda-tanda vital pasien dapat dipertahankan dalam batas normal dan perfusi jaringan yang adekuat.
Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup manajemen nyeri, pemantauan tanda-tanda vital, dan manajemen perfusi jaringan. Perawat harus melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik, dan mengajarkan teknik non-farmakologi untuk mengurangi nyeri. Selain itu, perawat juga harus secara rutin memantau tanda-tanda vital dan status perfusi jaringan, serta berkolaborasi dengan dokter untuk intervensi yang sesuai jika terjadi perubahan.
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai kontrol nyeri dan stabilitas hemodinamik yang optimal, sehingga dapat mendukung proses pemulihan dan diagnosis lebih lanjut. -
Article No. 7343 | 29 Nov 2024
Klinis : Nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Nyeri Akut:
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Definisi (SDKI):
Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah tersebut (International Association for the Study of Pain).
Faktor yang Berhubungan (SDKI):
- Cedera fisik
- Penyakit
- Prosedur pembedahan
- Agen farmakologi
- Agen biologis
Gejala dan Tanda (SLKI):
- Keluhan nyeri
- Ekspresi wajah mengernyit
- Perilaku protektif
- Peningkatan tanda vital
- Gangguan tidur
Tujuan Keperawatan (SIKI):
- Pasien melaporkan nyeri terkontrol
- Pasien mampu menggunakan teknik manajemen nyeri
- Pasien menunjukkan penurunan tanda-tanda nyeri
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Pengkajian nyeri
- Manajemen nyeri farmakologis
- Manajemen nyeri non-farmakologis
- Edukasi manajemen nyeri
Singkatnya, Nyeri Akut merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Diagnosa ini didasarkan pada gejala dan tanda yang teridentifikasi melalui pengkajian, dengan tujuan untuk mengendalikan nyeri dan meningkatkan kemampuan pasien dalam mengelola nyerinya. -
Article No. 7344 | 29 Nov 2024
Klinis : Nyeri akut
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang Anda minta mengenai kode ICD-10 dan ICD-9-CM terkait kondisi Nyeri Akut.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R52
- Deskripsi: Nyeri, tidak terspesifikasi
Penjelasan:
Kode ICD-10 R52 digunakan untuk mengklasifikasikan nyeri yang tidak terspesifikasi atau nyeri yang tidak dapat dikategorikan ke dalam subtipe nyeri lainnya. Ini mencakup kondisi umum seperti nyeri akut, nyeri kronis, atau nyeri tanpa penyebab yang jelas.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode prosedur ICD-9-CM yang spesifik untuk nyeri akut.
Penjelasan:
Nyeri akut umumnya tidak memerlukan intervensi prosedural khusus, tetapi lebih terkait dengan penatalaksanaan medikamentosa atau terapi non-farmakologis. Oleh karena itu, tidak ada kode prosedur ICD-9-CM yang secara langsung terkait dengan kondisi nyeri akut. Tindakan yang mungkin dilakukan dapat berupa pemberian analgesik, terapi fisik, atau intervensi lain yang ditujukan untuk mengatasi atau mengurangi gejala nyeri akut. -
Article No. 7345 | 29 Nov 2024
Klinis : Nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Nyeri Akut.
Diagnosis Keperawatan:
Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti itu.
- Karakteristik Definisi: Terdapat keluhan nyeri, perubahan tanda-tanda vital, perubahan ekspresi wajah, perubahan perilaku, dan respon psikologis.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran Keperawatan: Klien melaporkan nyeri terkontrol, klien menunjukkan perilaku yang efektif untuk mengatasi nyeri, dan klien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen nyeri, meliputi pengkajian nyeri, pemberian analgesik, terapi non-farmakologis, dan evaluasi efektivitas intervensi.
Sebagai seorang pakar keperawatan, saya dapat memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai diagnosis keperawatan, luaran keperawatan, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi Nyeri Akut. Jangan ragu untuk mengajukan pertanyaan lebih lanjut jika Anda membutuhkan informasi tambahan. -
Article No. 7346 | 29 Nov 2024
Klinis : Nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Definisi:
Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti kerusakan tersebut. Nyeri akut adalah nyeri yang timbul secara tiba-tiba dan diharapkan berlangsung dalam waktu yang singkat.
Faktor Risiko:
1. Agen cedera biologis (misalnya, trauma, infeksi, inflamasi)
2. Agen cedera kimiawi (misalnya, bahan iritan)
3. Agen cedera fisik (misalnya, sumber panas/dingin)
4. Prosedur pembedahan/tindakan invasif
Karakteristik Mayor:
1. Laporan pasien tentang pengalaman nyeri
2. Ekspresi wajah yang menunjukkan nyeri
3. Perubahan tanda-tanda vital
4. Perilaku yang menunjukkan nyeri (misalnya, menggerakkan/menjaga bagian tubuh yang nyeri)
Rencana Keperawatan:
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, dan faktor yang memperberat/memperingan)
2. Berikan intervensi farmakologis sesuai dengan rekomendasi tenaga kesehatan
3. Berikan intervensi non-farmakologis (misalnya, distraksi, relaksasi, kompres hangat/dingin)
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk menangani nyeri secara optimal
5. Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan modifikasi jika diperlukan -
Article No. 7347 | 29 Nov 2024
Klinis : Gangguan jalan napas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan hormat, sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi gangguan jalan napas.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pola Napas Tidak Efektif
Definisi:
Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola pernapasan yang memadai untuk mendukung kebutuhan oksigen.
Faktor Terkait:
- Sekresi jalan napas yang berlebihan
- Penurunan otot pernapasan
- Obstruksi jalan napas
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Pola Napas Tidak Efektif adalah diagnosa keperawatan yang termasuk dalam domain Aktivitas/Istirahat, kelas Pergerakan dan Koordinasi. Diagnosa ini memiliki kode ND 00031.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Beberapa luaran keperawatan yang sesuai dengan diagnosa ini adalah:
- Pola Napas Efektif (KL 00084)
- Pertukaran Gas (KL 00077)
- Ventilasi Spontan (KL 00089)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan untuk mengatasi diagnosa ini antara lain:
- Manajemen Jalan Napas (IP 00069)
- Manajemen Oksigen (IP 00070)
- Manajemen Pernapasan (IP 00071)
Kesimpulan:
Gangguan Pola Napas Tidak Efektif adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan ketidakmampuan pasien untuk mempertahankan pola pernapasan yang memadai. Standar asuhan keperawatan Indonesia (SDKI, SLKI, SIKI) memberikan panduan yang jelas dalam menentukan luaran dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengatasi kondisi ini. -
Article No. 7348 | 29 Nov 2024
Klinis : Nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi Nyeri Akut, sesuai dengan format yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi Nyeri Akut adalah "Nyeri Akut" (00132). Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut. Nyeri akut memiliki onset yang tiba-tiba atau lambat, intensitas ringan hingga berat, dan berlangsung dalam waktu yang singkat (kurang dari 3 bulan).
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah mendapatkan asuhan keperawatan, pasien diharapkan dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Kontrol Nyeri (1605): Tingkat kemampuan pasien untuk mengontrol rasa nyeri yang dialami.
- Indikator:
- Tingkat nyeri yang dapat dikendalikan
- Frekuensi penggunaan terapi analgesik
- Efektivitas strategi penanganan nyeri
2. Kenyamanan: Fisik (2008): Tingkat kepuasan pasien terhadap kenyamanan fisik.
- Indikator:
- Tingkat kenyamanan fisik yang dirasakan
- Kemampuan beraktivitas sehari-hari
- Ekspresi wajah dan postur tubuh yang menunjukkan kenyamanan
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan:
1. Manajemen Nyeri (1400):
- Pengkajian nyeri: Mengkaji karakteristik nyeri, faktor penyebab, dan faktor yang memengaruhi nyeri.
- Pemberian analgesik: Memberikan analgesik sesuai dengan resep untuk mengurangi nyeri.
- Teknik non-farmakologis: Mengajarkan dan memfasilitasi penggunaan teknik non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, atau terapi musik, untuk mengurangi nyeri.
- Evaluasi efektivitas: Mengevaluasi efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri.
2. Peningkatan Kenyamanan: Fisik (6040):
- Pengkajian kenyamanan: Mengkaji tingkat kenyamanan fisik pasien dan faktor-faktor yang memengaruhinya.
- Manajemen lingkungan: Mengatur lingkungan yang mendukung kenyamanan fisik pasien, seperti suhu, pencahayaan, dan kebisingan.
- Aktivitas/Istirahat: Menjaga keseimbangan antara aktivitas dan istirahat pasien untuk meningkatkan kenyamanan.
- Edukasi: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang strategi peningkatan kenyamanan fisik.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai kontrol nyeri yang optimal dan peningkatan kenyamanan fisik, sesuai dengan luaran yang diharapkan. Hal ini akan membantu pasien dalam pemulihan dan meningkatkan kualitas hidupnya. -
Article No. 7349 | 29 Nov 2024
Klinis : Seorang perempuan 40 tahun, dibawa ke IGD RS dengan keluhan sesak nafas setelah 1 jam sebelumnya mengonsumsi makanan laut. Gejala lain tampak bengkak di wajah dan lidah, dan ruam kemerahan di tubuh. Pasien tampak kebingungan dan mengeluh pusing. Pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah 85/55 mmHg, frekuensi nadi 115 kali/menit, laju nafas 28 kali/menit, dan saturasi oksigen 88%, akral dingin dan didapatkan wheezing. Sebutkan diagnosa ICD, SDKI, sebutkan juga SLKI, SIKI beserta kodenya.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: T78.0
- Deskripsi: Anafilaksis akibat reaksi alergi terhadap makanan
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 99.22
- Deskripsi: Pemberian epinefrin (adrenalin)
Penjelasan:
Berdasarkan gambaran kasus yang diberikan, pasien menunjukkan gejala anafilaksis setelah mengonsumsi makanan laut. Anafilaksis merupakan reaksi alergi sistemik yang dapat mengancam jiwa dan memerlukan penanganan segera. Kode ICD-10 yang sesuai adalah T78.0 (Anafilaksis akibat reaksi alergi terhadap makanan).
Tindakan medis yang dilakukan kemungkinan adalah pemberian epinefrin (adrenalin) sebagai lini pertama penanganan anafilaksis, yang memiliki kode ICD-9-CM 99.22 (Pemberian epinefrin (adrenalin)).
Selain itu, Diagnosis Keperawatan (SDKI) yang sesuai antara lain:
- Risiko Syok
- Gangguan Pertukaran Gas
- Kecemasan
Rencana Keperawatan (SLKI) yang dapat digunakan antara lain:
- Manajemen Syok
- Peningkatan Jalan Napas
- Manajemen Kecemasan
Intervensi Keperawatan (SIKI) yang dapat diberikan antara lain:
- Pemantauan Hemodinamik
- Pemberian Oksigen
- Terapi Relaksasi