Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 7397 | 30 Nov 2024
Klinis : :pasien mengatakan perut membesar sejak seminggu yang lalu karena penumpukan cairan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda paparkan, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Edema (NANDA-I)
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Edema didefinisikan sebagai akumulasi cairan yang berlebihan dalam ruang interstisial dan/atau rongga tubuh. Kondisi ini ditandai dengan pembengkakan, bertambahnya berat badan, dan peningkatan volume cairan tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari pasien dengan edema adalah:
1. Tanda-tanda vital dalam batas normal
2. Berat badan stabil
3. Tidak ada pembengkakan pada ekstremitas
4. Tidak ada sesak napas
5. Pasien dapat mengenali tanda dan gejala edema
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi edema meliputi:
1. Pemantauan tanda-tanda vital dan berat badan
2. Pembatasan asupan cairan sesuai indikasi
3. Pemberian diuretik sesuai instruksi medis
4. Elevasi ekstremitas untuk memfasilitasi drainase cairan
5. Edukasi pasien dan keluarga mengenai edema dan manajemennya
Dalam kasus ini, pasien mengeluhkan perut yang membesar akibat penumpukan cairan, sehingga diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Edema. Penatalaksanaan keperawatan harus ditujukan untuk mengatasi akumulasi cairan yang berlebihan dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 7398 | 30 Nov 2024
Klinis : PERILAKU KEKERASAN
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi perilaku kekerasan.
Diagnosa Keperawatan:
Perilaku Kekerasan
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
Perilaku Kekerasan didefinisikan sebagai "Respon maladaptif yang ditandai dengan tindakan atau ancaman tindakan yang membahayakan diri sendiri, orang lain, atau lingkungan".
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan perilaku kekerasan adalah klien menunjukkan kontrol terhadap perilaku kekerasan, yaitu klien mampu mengidentifikasi pemicu perilaku kekerasan, menggunakan strategi pengelolaan stres yang efektif, dan tidak melakukan tindakan yang membahayakan diri sendiri, orang lain, atau lingkungan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani perilaku kekerasan antara lain:
a. Manajemen Marah: Membantu klien mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan marah secara tepat.
b. Terapi Aktivitas Kelompok: Melibatkan klien dalam kegiatan kelompok untuk meningkatkan kemampuan sosialisasi dan pengendalian diri.
c. Terapi Realitas: Membantu klien memahami dan menerima realita serta mengembangkan rencana untuk mencapai tujuan yang realistis.
d. Terapi Kognitif: Mengidentifikasi dan mengubah pola pikir negatif yang memengaruhi perilaku kekerasan.
Dengan menerapkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstruktur untuk menangani kondisi perilaku kekerasan pada klien. -
Article No. 7399 | 30 Nov 2024
Klinis : hb 8,4 perempuan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang pakar keperawatan, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, yaitu hb 8,4 pada seorang perempuan, maka diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan berhubungan dengan penurunan volume cairan akibat anemia.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan dapat tercapai luaran/output sebagai berikut:
1. Keseimbangan Volume Cairan: Tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada edema, turgor kulit baik, dan tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
2. Status Nutrisi: Kadar hemoglobin (Hb) meningkat mencapai nilai normal sesuai dengan usia dan jenis kelamin.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, diperlukan intervensi keperawatan sebagai berikut:
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital:
- Memantau tanda-tanda vital secara teratur, seperti tekanan darah, nadi, suhu, dan laju pernapasan.
- Memantau intake dan output cairan untuk memastikan keseimbangan cairan yang adekuat.
2. Pemberian Suplemen Nutrien:
- Memberikan suplemen besi (Fe) sesuai rekomendasi dokter untuk meningkatkan kadar hemoglobin.
- Memastikan asupan nutrisi yang adekuat, termasuk protein, vitamin, dan mineral.
3. Edukasi dan Konseling:
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai anemia, pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan, dan manajemen gizi yang tepat.
- Memberikan konseling untuk mendukung motivasi pasien dalam mencapai tujuan perawatan.
4. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain:
- Berkolaborasi dengan dokter dan ahli gizi untuk mengevaluasi dan mengoptimalkan pengobatan serta asupan nutrisi pasien.
Penjelasan Rinci dan Terperinci:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
- Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan berhubungan dengan penurunan volume cairan akibat anemia.
- Anemia dapat menyebabkan penurunan volume darah sehingga berisiko menimbulkan ketidakseimbangan volume cairan.
- Pemantauan tanda-tanda vital dan keseimbangan cairan menjadi penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
- Keseimbangan Volume Cairan: Tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada edema, turgor kulit baik, dan tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
- Memastikan pasien dalam kondisi hidrasi yang adekuat dan tidak terjadi komplikasi akibat ketidakseimbangan volume cairan.
- Status Nutrisi: Kadar hemoglobin (Hb) meningkat mencapai nilai normal sesuai dengan usia dan jenis kelamin.
- Meningkatkan kadar hemoglobin untuk mengatasi anemia dan memperbaiki status nutrisi pasien.
3. Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
- Pemantauan Tanda-Tanda Vital:
- Memantau tanda-tanda vital secara teratur untuk mendeteksi adanya perubahan atau komplikasi.
- Memantau intake dan output cairan untuk menjaga keseimbangan cairan yang adekuat.
- Pemberian Suplemen Nutrien:
- Memberikan suplemen besi (Fe) sesuai rekomendasi dokter untuk meningkatkan kadar hemoglobin.
- Memastikan asupan nutrisi yang adekuat, termasuk protein, vitamin, dan mineral, untuk mendukung perbaikan kondisi.
- Edukasi dan Konseling:
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai anemia, pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan, dan manajemen gizi yang tepat.
- Memberikan konseling untuk mendukung motivasi pasien dalam mencapai tujuan perawatan.
- Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain:
- Berkolaborasi dengan dokter dan ahli gizi untuk mengevaluasi dan mengoptimalkan pengobatan serta asupan nutrisi pasien.
Dalam rangka memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, pemantauan yang ketat, pemberian suplemen nutrisi, edukasi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sangat penting untuk mencapai luaran yang diharapkan dan memulihkan kondisi pasien. -
Article No. 7400 | 30 Nov 2024
Klinis : Tn. A, 57 tahun, dirawat di RS dengan keluhan berak hitam dan muntah darah dengan kecurigaan hemofilia. BAB hitam sejak 13 hari sebelum masuk rumah sakit dengan konsistensi lengket dan bau khas, dengan volume 3-4 gelas perhari. Muntah darah kehitaman seperti kopi dan sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, frekuensi 3-4 kali dan volume seperempat gelas tiap kali muntah. Disertai nyeri ulu hati yang telah lama diderita sebelum timbul keluhan BAB hitam. Nyeri ulu hati dirasakan panas tidak menjalar ke bagian tubuh yang lainnya. Penderita kadang-kadang mengeluh mual. Badan terasa lemah sejak sakit, sehingga penderita terganggu aktifitas sehari-harinya. Aktifitas sehar-hari pasien dibantu oleh keluarga dan perawat. Riwayat sakit sebelumnya, penderita telah dirawat selama 13 hari di rumah sakit dan telah menerima transfusi darah sebanyak 15 kantung. Terdapat riwayat minum obat-obatan anti nyeri karena keluhan nyeri sendi lutut.Pasien pernah mengalami perdarahan yang hebat setelah cabut gigi, saat itu penderita dirawat di RS. Penderita sering mengalami perdarahan sejak usia 5 tahun terutama setelah terbentur atau terjatuh. Tidak ada riwayat penyakit kuning sebelumnya. Penderita tidak mengkonsumsi alkohol atau jamu. Riwayat penyakit keluarga, saudara kandung laki-laki penderita mengalami keluhan perdarahan yang sama dan telah meninggal dunia saat usia anak-anak.Pada pemeriksaan fisik penderita tampak lemah dengan kesadaran compos mentis, tekanan darah 100/70 mmHg, HR 120 kali/menit lemah, respirasi 28 kali/menit, nafas cepat dan dangkal dan suhu 36,70 C. Mata tampak anemis, cekung dan tidak ada ikterus. Bibir tampak pucat, dan kering, pada lidah tidak didapatkan atropi papil. Inspeksi thorak tidak didapatkan spider nevi. Batas-batas jantung normal, auskultasi: bunyi jantung pertama dan kedua teratur, tidak ada suara tambahan. Pemeriksaan paru normal, auskultasi: suara nafas vesicular dan tidak didapatkan suara nafas tambahan. Pemeriksaan abdomen tidak ditemukan distensi abdomen asites dan caput medusa. Bising usus normal. Hati dan limpa tidak membesar, timpani. Tidak dijumpai adanya defence muscular dan nyeri tekan epigastrial. Ekstremitas teraba hangat, odema pada kedua tungkai inferior, turgor kulit > 2 detik. Tampak hematom pada lengan atas kiri dengan diameter 5 cm. Pemeriksaan rectal toucher didapatkan tonus sphincter ani normal, mucosa licin, tidak ada massa dan terdapat melena. Pemeriksaan penunjang laboratorium darah lengkap menunjukkan leukosit 10,9 K/uL (normal: 4,5-11 K/uL), hemoglobin 7,7 gr/dl (normal: 13.5-18.0 gr/dl), hematokrit 14,3 % (normal: 40-54%), MCV 82,4 fl (normal: 80-94 fl), MCH 28,7 pg (normal: 27- 32 pg), trombosit 66 K/ul (normal: 150-440 K/uL). Hasil pemeriksaan faal hemostasis: waktu perdarahan: 2,0 menit (normal: 1-3 menit), waktu pembekuan: 14,0 menit (normal: 5-15 menit), waktu protrombin (PT) : 21 detik (normal: 12-18 detik), APTT : 96 detik (normal: 22.6-35 detik). AST 27 mg/dl (normal: 14-50mg/dl), ALT 33 mg/dl (normal: 11-64 mg/dl), bilirubin total 0,6 mg/dl (normal :0,0-1,0 mg/dl), bilirubin direk 0,1 mg/dl (normal: 0,0-0,3 mg/dl), cholesterol 26 mg/dl (normal: 110-200 mg/dl), albumin 0,8 mg/dl (normal 4.0-5.7 mg/dl). Pemeriksaan faktor VIII dan IX tidak dikerjakan karena tidak ada fasilitas pemeriksaan.Pasien dirawat dengan observasi hematemesis melena ec suspek ulkus peptikum dengan kondisi anemia ec perdarahan akut dan observasi trombositopeni, suspek hemofilia. Terapi : • Kreosipitat 15 unit • Tranfusi PRC sampai dengan kadar Hb > 10 g/dl • Traneksamat 3 x 500 mg (IV) • Ranitidin 2 x 200 mg (IV) • Antasida 3 x 10 ml (PO) • Sukralfat 3 x 10 ml (PO)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perdarahan Berat berhubungan dengan gangguan fungsi pembekuan darah (hemofilia) ditandai dengan adanya riwayat perdarahan setelah tindakan medis, perdarahan spontan pada sendi atau otot, dan pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan perpanjangan waktu perdarahan dan pembekuan.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan penurunan asupan nutrisi akibat mual, muntah, dan anoreksia, yang ditandai dengan penurunan berat badan, kadar albumin rendah, dan kelelahan.
3. Gangguan Aktivitas Mobilitas berhubungan dengan penurunan energi dan kekuatan akibat anemia, yang ditandai dengan keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi dan merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan tanda dan gejala yang muncul pada pasien. Dalam kasus ini, terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi Tn. A.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk merumuskan luaran atau outcome yang diharapkan dari asuhan keperawatan yang diberikan. Contoh luaran yang dapat ditetapkan untuk kasus ini adalah: Risiko Perdarahan Berat terkendali, Keseimbangan Nutrisi Tercapai, dan Mobilitas Fisik Membaik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk merumuskan intervensi keperawatan yang akan dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. Intervensi yang dapat diberikan untuk kasus ini antara lain: Pemantauan Tanda-Tanda Vital, Pemberian Komponen Darah, Manajemen Mual dan Muntah, Edukasi Gizi, dan Bantuan Aktivitas Sehari-hari. -
Article No. 7401 | 30 Nov 2024
Klinis : Tn. A, 57 tahun, dirawat di RS dengan keluhan berak hitam dan muntah darah dengan kecurigaan hemofilia. BAB hitam sejak 13 hari sebelum masuk rumah sakit dengan konsistensi lengket dan bau khas, dengan volume 3-4 gelas perhari. Muntah darah kehitaman seperti kopi dan sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, frekuensi 3-4 kali dan volume seperempat gelas tiap kali muntah. Disertai nyeri ulu hati yang telah lama diderita sebelum timbul keluhan BAB hitam. Nyeri ulu hati dirasakan panas tidak menjalar ke bagian tubuh yang lainnya. Penderita kadang-kadang mengeluh mual. Badan terasa lemah sejak sakit, sehingga penderita terganggu aktifitas sehari-harinya. Aktifitas sehar-hari pasien dibantu oleh keluarga dan perawat. Riwayat sakit sebelumnya, penderita telah dirawat selama 13 hari di rumah sakit dan telah menerima transfusi darah sebanyak 15 kantung. Terdapat riwayat minum obat-obatan anti nyeri karena keluhan nyeri sendi lutut.Pasien pernah mengalami perdarahan yang hebat setelah cabut gigi, saat itu penderita dirawat di RS. Penderita sering mengalami perdarahan sejak usia 5 tahun terutama setelah terbentur atau terjatuh. Tidak ada riwayat penyakit kuning sebelumnya. Penderita tidak mengkonsumsi alkohol atau jamu. Riwayat penyakit keluarga, saudara kandung laki-laki penderita mengalami keluhan perdarahan yang sama dan telah meninggal dunia saat usia anak-anak.Pada pemeriksaan fisik penderita tampak lemah dengan kesadaran compos mentis, tekanan darah 100/70 mmHg, HR 120 kali/menit lemah, respirasi 28 kali/menit, nafas cepat dan dangkal dan suhu 36,70 C. Mata tampak anemis, cekung dan tidak ada ikterus. Bibir tampak pucat, dan kering, pada lidah tidak didapatkan atropi papil. Inspeksi thorak tidak didapatkan spider nevi. Batas-batas jantung normal, auskultasi: bunyi jantung pertama dan kedua teratur, tidak ada suara tambahan. Pemeriksaan paru normal, auskultasi: suara nafas vesicular dan tidak didapatkan suara nafas tambahan. Pemeriksaan abdomen tidak ditemukan distensi abdomen asites dan caput medusa. Bising usus normal. Hati dan limpa tidak membesar, timpani. Tidak dijumpai adanya defence muscular dan nyeri tekan epigastrial. Ekstremitas teraba hangat, odema pada kedua tungkai inferior, turgor kulit > 2 detik. Tampak hematom pada lengan atas kiri dengan diameter 5 cm. Pemeriksaan rectal toucher didapatkan tonus sphincter ani normal, mucosa licin, tidak ada massa dan terdapat melena. Pemeriksaan penunjang laboratorium darah lengkap menunjukkan leukosit 10,9 K/uL (normal: 4,5-11 K/uL), hemoglobin 7,7 gr/dl (normal: 13.5-18.0 gr/dl), hematokrit 14,3 % (normal: 40-54%), MCV 82,4 fl (normal: 80-94 fl), MCH 28,7 pg (normal: 27- 32 pg), trombosit 66 K/ul (normal: 150-440 K/uL). Hasil pemeriksaan faal hemostasis: waktu perdarahan: 2,0 menit (normal: 1-3 menit), waktu pembekuan: 14,0 menit (normal: 5-15 menit), waktu protrombin (PT) : 21 detik (normal: 12-18 detik), APTT : 96 detik (normal: 22.6-35 detik). AST 27 mg/dl (normal: 14-50mg/dl), ALT 33 mg/dl (normal: 11-64 mg/dl), bilirubin total 0,6 mg/dl (normal :0,0-1,0 mg/dl), bilirubin direk 0,1 mg/dl (normal: 0,0-0,3 mg/dl), cholesterol 26 mg/dl (normal: 110-200 mg/dl), albumin 0,8 mg/dl (normal 4.0-5.7 mg/dl). Pemeriksaan faktor VIII dan IX tidak dikerjakan karena tidak ada fasilitas pemeriksaan.Pasien dirawat dengan observasi hematemesis melena ec suspek ulkus peptikum dengan kondisi anemia ec perdarahan akut dan observasi trombositopeni, suspek hemofilia. Terapi : • Kreosipitat 15 unit • Tranfusi PRC sampai dengan kadar Hb > 10 g/dl • Traneksamat 3 x 500 mg (IV) • Ranitidin 2 x 200 mg (IV) • Antasida 3 x 10 ml (PO) • Sukralfat 3 x 10 ml (PO)
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, sesuai dengan informasi yang Anda berikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K92.0
- Deskripsi: Hematemesis (muntah darah)
2. Kode ICD-10:
- Kode: K92.1
- Deskripsi: Melena (berak hitam)
3. Kode ICD-10:
- Kode: D66
- Deskripsi: Defisiensi kongenital faktor VIII
Pada kasus ini, tidak ada tindakan medis yang dilakukan yang memerlukan kode ICD-9-CM. Tindakan yang diberikan adalah:
- Pemberian cryo-precipitat untuk mengatasi defisiensi faktor VIII (hemofilia)
- Transfusi PRC untuk mengatasi anemia akibat perdarahan
- Pemberian traneksamat, ranitidin, antasida, dan sukralfat untuk mengatasi kondisi saluran cerna
Secara keseluruhan, pasien ini didiagnosis dengan hematemesis, melena, dan dicurigai memiliki kondisi hemofilia (defisiensi faktor VIII) yang menyebabkan perdarahan saluran cerna. Penatalaksanaan utama adalah terapi suportif dengan pemberian produk darah, antifibrinolitik, dan obat-obatan untuk mengatasi masalah saluran cerna. -
Article No. 7402 | 30 Nov 2024
Klinis : Tn. A, 57 tahun, dirawat di RS dengan keluhan berak hitam dan muntah darah dengan kecurigaan hemofilia. BAB hitam sejak 13 hari sebelum masuk rumah sakit dengan konsistensi lengket dan bau khas, dengan volume 3-4 gelas perhari. Muntah darah kehitaman seperti kopi dan sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, frekuensi 3-4 kali dan volume seperempat gelas tiap kali muntah. Disertai nyeri ulu hati yang telah lama diderita sebelum timbul keluhan BAB hitam. Nyeri ulu hati dirasakan panas tidak menjalar ke bagian tubuh yang lainnya. Penderita kadang-kadang mengeluh mual. Badan terasa lemah sejak sakit, sehingga penderita terganggu aktifitas sehari-harinya. Aktifitas sehar-hari pasien dibantu oleh keluarga dan perawat. Riwayat sakit sebelumnya, penderita telah dirawat selama 13 hari di rumah sakit dan telah menerima transfusi darah sebanyak 15 kantung. Terdapat riwayat minum obat-obatan anti nyeri karena keluhan nyeri sendi lutut.Pasien pernah mengalami perdarahan yang hebat setelah cabut gigi, saat itu penderita dirawat di RS. Penderita sering mengalami perdarahan sejak usia 5 tahun terutama setelah terbentur atau terjatuh. Tidak ada riwayat penyakit kuning sebelumnya. Penderita tidak mengkonsumsi alkohol atau jamu. Riwayat penyakit keluarga, saudara kandung laki-laki penderita mengalami keluhan perdarahan yang sama dan telah meninggal dunia saat usia anak-anak.Pada pemeriksaan fisik penderita tampak lemah dengan kesadaran compos mentis, tekanan darah 100/70 mmHg, HR 120 kali/menit lemah, respirasi 28 kali/menit, nafas cepat dan dangkal dan suhu 36,70 C. Mata tampak anemis, cekung dan tidak ada ikterus. Bibir tampak pucat, dan kering, pada lidah tidak didapatkan atropi papil. Inspeksi thorak tidak didapatkan spider nevi. Batas-batas jantung normal, auskultasi: bunyi jantung pertama dan kedua teratur, tidak ada suara tambahan. Pemeriksaan paru normal, auskultasi: suara nafas vesicular dan tidak didapatkan suara nafas tambahan. Pemeriksaan abdomen tidak ditemukan distensi abdomen asites dan caput medusa. Bising usus normal. Hati dan limpa tidak membesar, timpani. Tidak dijumpai adanya defence muscular dan nyeri tekan epigastrial. Ekstremitas teraba hangat, odema pada kedua tungkai inferior, turgor kulit > 2 detik. Tampak hematom pada lengan atas kiri dengan diameter 5 cm. Pemeriksaan rectal toucher didapatkan tonus sphincter ani normal, mucosa licin, tidak ada massa dan terdapat melena. Pemeriksaan penunjang laboratorium darah lengkap menunjukkan leukosit 10,9 K/uL (normal: 4,5-11 K/uL), hemoglobin 7,7 gr/dl (normal: 13.5-18.0 gr/dl), hematokrit 14,3 % (normal: 40-54%), MCV 82,4 fl (normal: 80-94 fl), MCH 28,7 pg (normal: 27- 32 pg), trombosit 66 K/ul (normal: 150-440 K/uL). Hasil pemeriksaan faal hemostasis: waktu perdarahan: 2,0 menit (normal: 1-3 menit), waktu pembekuan: 14,0 menit (normal: 5-15 menit), waktu protrombin (PT) : 21 detik (normal: 12-18 detik), APTT : 96 detik (normal: 22.6-35 detik). AST 27 mg/dl (normal: 14-50mg/dl), ALT 33 mg/dl (normal: 11-64 mg/dl), bilirubin total 0,6 mg/dl (normal :0,0-1,0 mg/dl), bilirubin direk 0,1 mg/dl (normal: 0,0-0,3 mg/dl), cholesterol 26 mg/dl (normal: 110-200 mg/dl), albumin 0,8 mg/dl (normal 4.0-5.7 mg/dl). Pemeriksaan faktor VIII dan IX tidak dikerjakan karena tidak ada fasilitas pemeriksaan.Pasien dirawat dengan observasi hematemesis melena ec suspek ulkus peptikum dengan kondisi anemia ec perdarahan akut dan observasi trombositopeni, suspek hemofilia. Terapi : • Kreosipitat 15 unit • Tranfusi PRC sampai dengan kadar Hb > 10 g/dl • Traneksamat 3 x 500 mg (IV) • Ranitidin 2 x 200 mg (IV) • Antasida 3 x 10 ml (PO) • Sukralfat 3 x 10 ml (PO)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi Tn. A berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Perdarahan akut (Acute Bleeding)
Definisi: Kehilangan darah secara tiba-tiba dalam jumlah yang cukup banyak, dapat mengancam jiwa.
Penyebab: Gangguan sistem pembekuan darah, trauma, tukak pencernaan.
Tanda dan gejala: Hematemesis, melena, hematuria, perdarahan dari tempat luka, hematom, pusing, lemah, takikardia, hipotensi.
2. Intoleransi aktivitas (Activity Intolerance)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan oksigen.
Penyebab: Anemia, keletihan, malnutrisi, gangguan kardiovaskular.
Tanda dan gejala: Lemah, lesu, mudah lelah, penurunan kekuatan dan daya tahan.
3. Risiko infeksi (Risk for Infection)
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang mungkin dapat membahayakan kesehatan.
Penyebab: Prosedur invasif, malnutrisi, anemia.
Tanda dan gejala: Demam, takikardia, takipnea.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Perdarahan akut (Acute Bleeding)
- Tidak terjadi perdarahan ulang
- Tidak terjadi komplikasi akibat perdarahan
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Tingkat kecemasan menurun
2. Intoleransi aktivitas (Activity Intolerance)
- Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
- Tidak terjadi kelelahan yang berlebihan
- Tanda-tanda vital stabil saat beraktivitas
3. Risiko infeksi (Risk for Infection)
- Tidak terjadi infeksi
- Tanda-tanda infeksi tidak muncul
- Hasil pemeriksaan laboratorium dalam rentang normal
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Perdarahan akut (Acute Bleeding)
- Monitor tanda-tanda vital secara rutin
- Berikan oksigen sesuai indikasi
- Siapkan akses intravena dan lakukan rehidrasi cairan
- Berikan produk darah sesuai indikasi (kriosipitat, PRC)
- Berikan terapi antikoagulan (traneksamat)
- Kolaborasi pemberian obat-obatan antasida dan sukralfat
- Pantau intake dan output cairan, lakukan perawatan kulit dan mukosa
2. Intoleransi aktivitas (Activity Intolerance)
- Kaji tingkat kelelahan dan intoleransi aktivitas pasien
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai toleransi
- Anjurkan istirahat yang cukup
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemenuhan nutrisi
- Berikan edukasi mengenai aktivitas yang dapat dilakukan
3. Risiko infeksi (Risk for Infection)
- Monitor tanda-tanda infeksi secara rutin
- Pertahankan teknik aseptik saat perawatan luka atau prosedur invasif
- Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi
- Dorong pasien untuk menjaga kebersihan diri
- Berikan edukasi mengenai pencegahan infeksi
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 7403 | 30 Nov 2024
Klinis : pasien merasa sesak, terdapat rochi dan wheezing
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci terkait kondisi pasien yang Anda deskripsikan:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI
Diagnosis keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang merasa sesak, terdapat rochi dan wheezing adalah:
Diagnosis Keperawatan: Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan normal yang menyebabkan ketidakadekuatan ventilasi.
Karakteristik Definisi:
- Perubahan frekuensi napas
- Perubahan irama napas
- Penggunaan otot bantu pernapasan
- Bunyi napas tambahan (mis. wheezing, rochi)
- Dyspnea
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan untuk pasien dengan diagnosa Pola Napas Tidak Efektif adalah:
Luaran Utama:
- Pola Napas: Setelah dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan pola napas pasien menjadi efektif, dengan frekuensi, irama, dan kedalaman napas yang normal, serta tidak ditemukan bunyi napas tambahan seperti wheezing atau rochi.
Luaran Tambahan:
- Pertukaran Gas: Setelah dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan pertukaran gas pasien membaik, ditandai dengan peningkatan saturasi oksigen dan penurunan kadar karbondioksida dalam darah.
- Status Pernapasan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan status pernapasan pasien membaik, dengan adanya perbaikan pada tanda-tanda vital pernapasan seperti frekuensi napas, kedalaman napas, dan penggunaan otot bantu pernapasan.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran pada pasien dengan diagnosa Pola Napas Tidak Efektif adalah:
1. Manajemen Jalan Napas
- Posisikan pasien dengan posisi semi-fowler atau fowler untuk memaksimalkan ekspansi dada
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan pasien
- Auskultasi suara napas dan identifikasi bunyi tambahan
- Lakukan suction jika diperlukan untuk membebaskan jalan napas
2. Terapi Oksigen
- Berikan terapi oksigen sesuai kondisi pasien
- Monitor saturasi oksigen dan nilai gas darah
- Sesuaikan aliran oksigen berdasarkan respons pasien
3. Manajemen Bronkodilator
- Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian bronkodilator (misalnya nebulizer, inhaler)
- Monitor efektivitas bronkodilator dalam membuka jalan napas
- Evaluasi respons pasien terhadap pemberian bronkodilator
4. Edukasi Manajemen Napas
- Ajarkan teknik pernapasan dalam (deep breathing) dan latihan batuk efektif
- Anjurkan pasien untuk melakukan latihan pernapasan secara rutin
- Evaluasi kemampuan pasien dalam melakukan teknik pernapasan yang benar
Penerapan intervensi-intervensi keperawatan ini diharapkan dapat membantu mencapai tujuan luaran yang diharapkan, yaitu perbaikan pola napas, pertukaran gas, dan status pernapasan pasien. -
Article No. 7404 | 30 Nov 2024
Klinis : pasien merasa sesak, terdapat rochi dan wheezing
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu pasien merasa sesak, terdapat rochi dan wheezing, maka diagnosis keperawatan yang sesuai berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah:
1. Pola Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
- Gejala dan tanda: Sesak napas, penggunaan otot bantu napas yang berlebihan, wheezing, rochi.
Berdasarkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), luaran yang dapat ditetapkan untuk diagnosis ini adalah:
- Pola Napas
- Pertukaran Gas
- Status Pernapasan
Sementara itu, berdasarkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia), intervensi yang dapat dilakukan antara lain:
- Pengaturan Posisi
- Manajemen Jalan Napas
- Terapi Oksigen
- Manajemen Bronkodilator
- Edukasi Kesehatan
Secara singkat, diagnosis keperawatan Pola Napas Tidak Efektif menggambarkan kondisi pasien yang tidak mampu mempertahankan ventilasi yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan oksigen, yang ditandai dengan gejala sesak napas, penggunaan otot bantu napas yang berlebihan, wheezing, dan rochi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan berfokus pada pengaturan posisi, manajemen jalan napas, pemberian oksigen, penggunaan bronkodilator, serta edukasi kesehatan. -
Article No. 7405 | 30 Nov 2024
Klinis : pasien merasa sesak, terdapat rochi dan wheezing dan batuk berdahak terdapat sekret
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat mempertahankan jalan napas yang terbuka dan bebas dari sekret.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif antara lain:
1. Pemantauan status pernapasan
2. Manajemen jalan napas
3. Manajemen sekret
4. Fisioterapi dada
5. Edukasi manajemen jalan napas
Dengan penanganan yang komprehensif sesuai standar SDKI - SLKI - SIKI, diharapkan pasien dapat mempertahankan jalan napas yang terbuka dan bebas dari sekret, sehingga dapat mengatasi kondisi sesak napas, ronki, wheezing, dan batuk berdahak yang dialami.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda memahami diagnosa dan penanganan keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. Saya akan berusaha menjawab dengan baik. -
Article No. 7406 | 30 Nov 2024
Klinis : demam sejak senin pagi jam 03.00 . demam naik turun
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu demam sejak Senin pagi pukul 03.00 dengan demam naik turun, maka berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas normal, yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk mengatur suhu.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Suhu tubuh kembali normal
2. Tidak terjadi komplikasi akibat hipertermia
3. Klien dapat beradaptasi dengan perubahan suhu tubuh
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Monitor suhu tubuh secara berkala
2. Upayakan lingkungan yang nyaman dan sejuk
3. Berikan cairan yang cukup
4. Berikan obat penurun demam jika perlu
5. Edukasi klien dan keluarga tentang hipertermia dan penanganannya
Tone: Akademis
Persona: Pakar, Perawat
Dalam penjelasan ini, saya berusaha memberikan informasi yang objektif dan ilmiah berdasarkan standar PPNI. Sebagai seorang pakar dan perawat, saya menyampaikan diagnosis dan pengelolaan hipertermia sesuai dengan panduan praktik yang berlaku.