Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 7431 | 30 Nov 2024
Klinis : Ny.E, 35 tahun dirawat di rumah sakit fatmawati, sejak 1 minggu yang lalu dengan diagnosa medis thypoid. Dari hasil pengkajian didapatkan data kesadaran kompos mentis, TD=130/90mmHg, suhu 36,5 c˚, RR=20x/ menit. Klien mengeluh lemas seperti tidak bertenaga, pusing. Klien juga mengatakan belum mencuci rambut sejak di rawat. Mandi dilakukan setiap dua kali sehari dengan cara dilap tanpa menggunakan sabun dengan di bantu keluarga. Klien mempunyai pemahaman dan keyakinan bahwa selama sakit tidak boleh mandi dan cuci rambut. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan data rambut klien kotor, lengket dan berminyak, berketombe. Kebutuhan aktivitas sehari – hari dibantu seluruhnya oleh anggota keluarga dan perawat. Nafsu makan klien kurang baik dimana klien hanya mampu menghabiskan makanan 2-3 sendok makan setiap kali makan , makanan terasa pahit di lidah.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A01.0
- Deskripsi: Demam tifoid
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada kode prosedur ICD-9-CM yang spesifik disebutkan dalam kasus ini. Berdasarkan informasi yang diberikan, klien menerima perawatan suportif, seperti pemberian cairan, nutrisi, dan mandi dengan bantuan keluarga dan perawat.
Penjelasan:
- Kode ICD-10 A01.0 merujuk pada diagnosis demam tifoid, yang sesuai dengan informasi yang diberikan tentang kondisi klien.
- Tidak ada tindakan medis spesifik yang disebutkan dalam kasus ini, sehingga tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang perlu ditampilkan. Klien menerima perawatan suportif, termasuk mandi dengan bantuan keluarga dan perawat, serta konsumsi makanan yang terbatas karena penurunan nafsu makan. -
Article No. 7432 | 30 Nov 2024
Klinis : Ny.E, 35 tahun dirawat di rumah sakit fatmawati, sejak 1 minggu yang lalu dengan diagnosa medis thypoid. Dari hasil pengkajian didapatkan data kesadaran kompos mentis, TD=130/90mmHg, suhu 36,5 c˚, RR=20x/ menit. Klien mengeluh lemas seperti tidak bertenaga, pusing. Klien juga mengatakan belum mencuci rambut sejak di rawat. Mandi dilakukan setiap dua kali sehari dengan cara dilap tanpa menggunakan sabun dengan di bantu keluarga. Klien mempunyai pemahaman dan keyakinan bahwa selama sakit tidak boleh mandi dan cuci rambut. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan data rambut klien kotor, lengket dan berminyak, berketombe. Kebutuhan aktivitas sehari – hari dibantu seluruhnya oleh anggota keluarga dan perawat. Nafsu makan klien kurang baik dimana klien hanya mampu menghabiskan makanan 2-3 sendok makan setiap kali makan , makanan terasa pahit di lidah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan untuk Ny. E, 35 tahun yang dirawat di Rumah Sakit Fatmawati dengan diagnosa medis typhoid, dapat diidentifikasi beberapa diagnosa keperawatan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Ketidakefektifan perawatan diri (SDKI)
b. Risiko infeksi (SDKI)
c. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh (SDKI)
2. Penjelasan singkat:
a. Ketidakefektifan perawatan diri (SDKI):
- Definisi: Kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri yang diperlukan dan diinginkan secara mandiri.
- Tanda dan gejala: Rambut kotor, lengket, dan berminyak, berketombe; Mandi dibantu keluarga dan perawat.
- Faktor yang berhubungan: Persepsi negatif terhadap perawatan diri, kurang pengetahuan, keterbatasan fisik.
b. Risiko infeksi (SDKI):
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
- Faktor risiko: Kebersihan diri yang buruk, perubahan atau kerusakan pada sistem kekebalan tubuh.
- Risiko yang mungkin terjadi: Infeksi kulit, infeksi saluran kemih, atau komplikasi lain.
c. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh (SDKI):
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Tanda dan gejala: Nafsu makan kurang baik, hanya mampu menghabiskan 2-3 sendok makan setiap kali makan, makanan terasa pahit.
- Faktor yang berhubungan: Faktor fisiologis (mual, muntah, stomatitis), faktor psikologis (depresi), faktor lingkungan (makan dibantu).
Tujuan utama dari intervensi keperawatan untuk kondisi ini adalah membantu Ny. E mencapai kebersihan diri yang optimal, mencegah infeksi, dan memenuhi kebutuhan nutrisi yang adekuat selama perawatan. -
Article No. 7433 | 30 Nov 2024
Klinis : Ny.E, 35 tahun dirawat di rumah sakit fatmawati, sejak 1 minggu yang lalu dengan diagnosa medis thypoid. Dari hasil pengkajian didapatkan data kesadaran kompos mentis, TD=130/90mmHg, suhu 36,5 c˚, RR=20x/ menit. Klien mengeluh lemas seperti tidak bertenaga, pusing. Klien juga mengatakan belum mencuci rambut sejak di rawat. Mandi dilakukan setiap dua kali sehari dengan cara dilap tanpa menggunakan sabun dengan di bantu keluarga. Klien mempunyai pemahaman dan keyakinan bahwa selama sakit tidak boleh mandi dan cuci rambut. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan data rambut klien kotor, lengket dan berminyak, berketombe. Kebutuhan aktivitas sehari – hari dibantu seluruhnya oleh anggota keluarga dan perawat. Nafsu makan klien kurang baik dimana klien hanya mampu menghabiskan makanan 2-3 sendok makan setiap kali makan , makanan terasa pahit di lidah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi Ny. E yang dideskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan penurunan kemampuan fisik dan psikologis, ditandai dengan ketidakmampuan mandi dan mencuci rambut secara mandiri.
Penjelasan singkat:
- SDKI: Defisit Perawatan Diri adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
- SLKI: Setelah dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan klien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah membantu klien dalam perawatan diri, memberikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya perawatan diri, dan meningkatkan motivasi klien untuk melakukan perawatan diri secara mandiri.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, ditandai dengan penurunan asupan makan dan makanan terasa pahit di lidah.
Penjelasan singkat:
- SDKI: Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah ketidakcukupan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Setelah dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan klien dapat mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah mengevaluasi status nutrisi, memantau asupan nutrisi, dan memberikan dukungan nutrisi sesuai kebutuhan klien.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, ditandai dengan klien mengeluh lemas seperti tidak bertenaga.
Penjelasan singkat:
- SDKI: Intoleransi Aktivitas adalah keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau dibutuhkan.
- SLKI: Setelah dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan klien dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah memantau tanda-tanda vital, memberikan asuhan keperawatan yang mendukung pemulihan, dan meningkatkan aktivitas secara bertahap sesuai kemampuan klien.
Demikian diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi Ny. E. Semoga informasi ini bermanfaat. -
Article No. 7434 | 30 Nov 2024
Klinis : Ny.E, 35 tahun dirawat di rumah sakit fatmawati, sejak 1 minggu yang lalu dengan diagnosa medis thypoid. Dari hasil pengkajian didapatkan data kesadaran kompos mentis, TD=130/90mmHg, suhu 36,5 c˚, RR=20x/ menit. Klien mengeluh lemas seperti tidak bertenaga, pusing. Klien juga mengatakan belum mencuci rambut sejak di rawat. Mandi dilakukan setiap dua kali sehari dengan cara dilap tanpa menggunakan sabun dengan di bantu keluarga. Klien mempunyai pemahaman dan keyakinan bahwa selama sakit tidak boleh mandi dan cuci rambut. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan data rambut klien kotor, lengket dan berminyak, berketombe. Kebutuhan aktivitas sehari – hari dibantu seluruhnya oleh anggota keluarga dan perawat. Nafsu makan klien kurang baik dimana klien hanya mampu menghabiskan makanan 2-3 sendok makan setiap kali makan , makanan terasa pahit di lidah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Ny. E yang anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Kebersihan Diri (SDKI)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kebersihan diri secara mandiri.
Faktor yang berhubungan: Keterbatasan fisik, Kurangnya pemahaman, Keyakinan yang salah.
2. Gangguan Pola Makan (SDKI)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengonsumsi makanan dalam jumlah dan jenis yang diperlukan untuk mempertahankan kesehatan.
Faktor yang berhubungan: Perubahan sensori, Penyakit.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan diagnosa keperawatan berdasarkan penilaian klinis perawat.
- Terdiri dari definisi, faktor yang berhubungan, dan karakteristik utama dari setiap diagnosis keperawatan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
- Terdiri dari definisi, kriteria hasil, dan target pencapaian luaran.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosa keperawatan.
- Terdiri dari definisi, aktivitas, dan rasional dari setiap intervensi keperawatan.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah organisasi profesi yang bertanggung jawab dalam pengembangan dan penerapan standar-standar tersebut di Indonesia. -
Article No. 7435 | 30 Nov 2024
Klinis : 1. ketidakstabilan kadar glukosa darah 2. Penurunan curah jantung 3. Pola nafas tidak efektif buatkan berhubungan dengan, dengan data berikut Pasien mengalami penurunan kesadaran, pasien tampak demam, mukosa mulut kering, retraksi dada (-). pasien terlihat terpasang ETT, Ventilator (On Verit Mode SIMV), CVC (Central Venous Catheter) Triple Lumen di Jugularis Dextra. Dengan tanda-tanda vital : td 160/80, denyut nadi radial 95 kali/menit, denyut nadi karotis 105 kali/menit, CRT >2, suhu 40, RR 25, spo2 90%, GDS : 474.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan analisis yang rinci berdasarkan kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
- Berhubungan dengan: Peningkatan kadar glukosa darah yang signifikan (474 mg/dL)
- Data pendukung: Pasien mengalami penurunan kesadaran, mukosa mulut kering, dan tanda-tanda vital yang tidak stabil.
2. Penurunan Curah Jantung
- Berhubungan dengan: Gangguan perfusi jaringan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi (160/80 mmHg), denyut nadi karotis yang cepat (105 kali/menit), dan capillary refill time yang memanjang (>2 detik).
- Data pendukung: Pasien tampak demam dan terpasang berbagai alat bantu hidup (ETT, Ventilator, CVC).
3. Pola Nafas Tidak Efektif
- Berhubungan dengan: Gangguan ventilasi yang ditandai dengan frekuensi napas yang meningkat (25 kali/menit) dan saturasi oksigen yang rendah (90%).
- Data pendukung: Pasien tampak terpasang ETT dan Ventilator, serta retraksi dada tidak terlihat (-).
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Stabilitas Kadar Glukosa Darah
- Kriteria Hasil: Kadar glukosa darah pasien berada dalam rentang normal (70-180 mg/dL), tidak terjadi komplikasi akibat hiperglikemia.
2. Peningkatan Curah Jantung
- Kriteria Hasil: Tekanan darah pasien membaik (mendekati normal), denyut nadi normal, dan perfusi jaringan adekuat (capillary refill time <2 detik).
3. Perbaikan Pola Napas
- Kriteria Hasil: Frekuensi napas pasien normal (12-20 kali/menit), saturasi oksigen dalam batas normal (>95%), dan tidak ada tanda-tanda distres pernapasan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Stabilitas Kadar Glukosa Darah
- Pemantauan kadar glukosa darah secara berkala
- Pemberian insulin sesuai protokol untuk mencapai target glikemik
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi kadar glukosa darah
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen diabetes
2. Peningkatan Curah Jantung
- Pemantauan tanda-tanda vital secara ketat
- Pemberian cairan intravena sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan vasoaktif jika perlu
- Manajemen suhu tubuh untuk mengatasi demam
3. Perbaikan Pola Napas
- Pemantauan status respirasi pasien secara berkala
- Optimalisasi pengaturan ventilator dan pemberian oksigen
- Fisioterapi dada dan suction untuk memobilisasi sekret
- Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi dan penyesuaian mode ventilasi jika diperlukan
Penjelasan tersebut mencakup diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI) untuk menangani kondisi pasien yang Anda sampaikan. Saya berharap uraian ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. -
Article No. 7436 | 30 Nov 2024
Klinis : anak muntah dan bab cair sejak tadi pagi, pasien muntah setiap minum, bab cair 5x, berwarna kuning kehijauan. anak tampak lebih rewel.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
Diare Akut
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Pengeluaran tinja yang tidak normal, cair, dan meningkat frekuensinya.
Penyebab: Infeksi virus, bakteri, atau parasit; malabsorpsi; efek samping obat-obatan; stres.
Gejala: Frekuensi buang air besar meningkat, konsistensi tinja cair, volume tinja meningkat, warna tinja berubah.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Tujuan Keperawatan: Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, mencegah komplikasi, dan memulihkan pola eliminasi normal.
Kriteria Hasil: Pasien menunjukkan tanda-tanda dehidrasi minimal, frekuensi dan konsistensi buang air besar normal, dan tidak terjadi komplikasi.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan:
a. Monitoring tanda-tanda vital, intake-output cairan, dan status hidrasi.
b. Pemberian cairan, elektrolit, dan obat-obatan sesuai indikasi.
c. Edukasi tentang diet, menjaga kebersihan, dan tanda-tanda komplikasi.
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan medis.
Dalam kasus ini, pasien mengalami diare akut yang ditandai dengan gejala muntah, frekuensi buang air besar yang meningkat, dan perubahan warna tinja. Tujuan utama perawatan adalah menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, serta memulihkan pola eliminasi normal. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan status hidrasi, pemberian cairan dan elektrolit, edukasi pasien dan keluarga, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain. -
Article No. 7437 | 30 Nov 2024
Klinis : Kasus II : NW Studi Kasus Komprehensif: Gagal Nafas Kompleks pada Ny. Retno Widiastuti Latar Belakang Klinis yang Mendalam Riwayat Pasien Ny. Retno Widiastuti, 64 tahun, seorang guru bahasa Indonesia yang pensiun 2 tahun lalu, adalah sosok perempuan dengan perjalanan penyakit kompleks yang menggambarkan tantangan sistemik dalam gagal napas kronik. Profil Penyakit Dasar Riwayat PPOK berat selama 15 tahun Hipertensi dekompensata Diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi mikrovaskuler Riwayat merokok berat (>40 pack years) Obesitas derajat I (IMT 32) Episode Kritis: Perjalanan Menuju Gagal Napas Total Kronologi Klinis Detil Pada tanggal 17 November 2024, pukul 03.45 dini hari, Ny. Retno mengalami perburukan fungsi respirasi yang dramatis: Gejala Awal Peningkatan produksi sputum kental Batuk produktif dengan warna hijau kekuningan Sesak napas progresif Penurunan saturasi oksigen mendadak Kondisi Masuk IGD Kesadaran: Somnolen (GCS 13) Frekuensi Napas: 42x/menit (takipnea berat) Saturasi O2: 65% (tanpa oksigen tambahan) Penggunaan otot bantu napas (cuping hidung, retraksi intercostal) Pemeriksaan Penunjang Komprehensif Analisa Gas Darah (AGD) pH: 7,25 (asidosis respiratorik) PaO2: 48 mmHg PaCO2: 68 mmHg HCO3: 26 mEq/L Base Excess: -2 Foto Toraks High-Resolution Destruksi parenkim paru difus Bullae multipel Hiperinflasi bilateral Penurunan vaskularisasi paru Gambaran bronkiekasis Pemeriksaan Laboratorium Lengkap Leukosit: 16.500/mm³ (leukositosis) Prokalsitonin: 0,8 ng/mL Kultur sputum: Pseudomonas aeruginosa multiresisten HbA1c: 8,2% Ureum/Kreatinin: Gangguan ringan fungsi ginjal Intervensi Ventilator Mekanik Advance Strategi Ventilasi Mode: Volume Control dengan Pressure Support Tidal Volume: 6 ml/kgBB (sesuai protokol lung protective) Frekuensi: 14-16x/menit PEEP: 10 cmH2O FiO2: 70% Parameter Khusus Tekanan Inspirasi Puncak: 28 cmH2O Rasio I:E: 1:3 Trigger Sensitifitas: -2 Inspiratory Time: 0,8 detik
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan latar belakang kasus Ny. Retno Widiastuti yang mengalami gagal napas kompleks, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai, luaran yang diharapkan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan gangguan mekanik paru, kelelahan otot pernapasan, dan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
2. Perfusi Jaringan Tidak Efektif berhubungan dengan gangguan pertukaran gas, vasokonstriksi perifer, dan gangguan fungsi kardiovaskular.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelelahan, dispnea, dan penurunan kekuatan otot.
4. Risiko Infeksi berhubungan dengan penyakit paru obstruktif kronik, diabetes melitus, dan prosedur invasif.
5. Manajemen Kesehatan Tidak Efektif berhubungan dengan ketidakmampuan mengenali tanda-tanda gejala perburukan, kurangnya pengetahuan tentang pengelolaan penyakit, dan ketidakpatuhan terhadap pengobatan.
Luaran yang Diharapkan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif: Pasien memperlihatkan pola napas yang normal dengan frekuensi, kedalaman, dan irama yang sesuai.
2. Perfusi Jaringan Adekuat: Pasien menunjukkan tanda-tanda perfusi jaringan yang baik seperti akral hangat, pengisian kapiler <3 detik, dan saturasi oksigen yang memadai.
3. Toleransi Aktivitas Meningkat: Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan tingkat kelelahan minimal.
4. Bebas Infeksi: Pasien tidak mengalami tanda-tanda infeksi seperti peningkatan suhu tubuh, produksi sputum yang berlebihan, dan hasil kultur mikroorganisme negatif.
5. Manajemen Kesehatan Efektif: Pasien dan keluarga mampu mengenali tanda-tanda gejala perburukan, mematuhi regimen pengobatan, dan menerapkan perilaku hidup sehat.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Lakukan suction sputum jika diperlukan
- Berikan oksigen tambahan dan sesuaikan setingan ventilator mekanik
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk nutrisi yang adekuat
2. Manajemen Perfusi
- Pantau tanda-tanda vital dan respons hemodinamik
- Berikan cairan intravena dan obat-obatan vasopressor sesuai indikasi
- Kolaborasi dengan tim medis untuk mengoreksi gangguan elektrolit
3. Manajemen Aktivitas
- Lakukan mobilisasi dini dan latihan fisik bertahap
- Ajarkan teknik-teknik konservasi energi dan perencanaan aktivitas
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program rehabilitasi
4. Pencegahan Infeksi
- Lakukan pencucian tangan dan teknik aseptik saat perawatan
- Berikan antibiotik sesuai hasil kultur dan uji kepekaan
- Kolaborasi dengan ahli penyakit dalam untuk manajemen infeksi
5. Edukasi Kesehatan
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang penyakit, pengobatan, dan perawatan diri
- Dorong partisipasi aktif pasien dalam perawatan
- Kolaborasi dengan tim multidisiplin untuk koordinasi perawatan
Dalam asuhan keperawatan komprehensif pada kasus Ny. Retno Widiastuti, perawat perlu menerapkan intervensi yang berfokus pada stabilisasi kondisi pernapasan, perfusi jaringan, manajemen aktivitas, pencegahan infeksi, serta edukasi kesehatan yang melibatkan pasien dan keluarga. Kolaborasi dengan tim medis lainnya juga sangat penting untuk mencapai luaran yang diharapkan dan memaksimalkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 7438 | 30 Nov 2024
Klinis : 1. ketidakstabilan kadar glukosa darah 2. Penurunan curah jantung 3. Pola nafas tidak efektif buatkan berhubungan dengan, dengan data berikut Pasien mengalami penurunan kesadaran, pasien tampak demam, mukosa mulut kering, retraksi dada (-). pasien terlihat terpasang ETT, Ventilator (On Verit Mode SIMV), CVC (Central Venous Catheter) Triple Lumen di Jugularis Dextra. Dengan tanda-tanda vital : td 160/80, denyut nadi radial 95 kali/menit, denyut nadi karotis 105 kali/menit, CRT >2, suhu 40, RR 25, spo2 90%, GDS : 474. DAN HASIL LAB pH: 7.40 PCO₂ (T): 21.4 mmHg PO₂ (T): 78.6 mmHg HCO₃ (act): 12.5 mmol/L Hb: 13.3 g/dL Hematokrit: 39% Aseton: 5.1 mmol/L
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien:
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah
Berhubungan dengan: Perubahan keseimbangan insulin-glukosa yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang tinggi (474 mg/dL)
2. Penurunan curah jantung
Berhubungan dengan: Penurunan perfusi jaringan yang ditandai dengan tanda vital yang tidak stabil (TD 160/80 mmHg, denyut nadi radial 95 kali/menit, denyut nadi karotis 105 kali/menit, CRT >2)
3. Pola napas tidak efektif
Berhubungan dengan: Gangguan pertukaran gas yang ditandai dengan SpO2 rendah (90%), retraksi dada (-), dan parameter gas darah (pH 7.40, PCO2 21.4 mmHg, PO2 78.6 mmHg, HCO3 12.5 mmol/L)
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah
- Kadar glukosa darah dalam rentang normal
- Tidak terjadi komplikasi akibat hiperglikemia
2. Penurunan curah jantung
- Tanda vital dalam batas normal
- Perfusi jaringan adekuat
3. Pola napas tidak efektif
- Pola napas efektif
- Pertukaran gas normal
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah
- Monitoring kadar glukosa darah secara rutin
- Pemberian insulin sesuai dengan protocol
- Edukasi tentang manajemen diabetes
2. Penurunan curah jantung
- Monitoring tanda vital secara ketat
- Pemberian cairan intravena sesuai kebutuhan
- Manajemen nyeri dan kecemasan
3. Pola napas tidak efektif
- Monitoring oksigenasi (SpO2, gas darah)
- Pengaturan ventilator sesuai kebutuhan
- Suction sekret jika diperlukan
- Posisi semi fowler untuk memfasilitasi ventilasi
Penjelasan rinci:
Pasien mengalami penurunan kesadaran, demam, mukosa kering, dan terpasang peralatan medis seperti ETT, ventilator, dan CVC. Kondisi ini mengindikasikan adanya ketidakstabilan kadar glukosa darah, penurunan curah jantung, dan pola napas tidak efektif. Tujuan luaran keperawatan adalah untuk menstabilkan kadar glukosa darah, meningkatkan curah jantung, dan memfasilitasi pola napas yang efektif. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pemantauan yang ketat, pemberian terapi sesuai kebutuhan, serta edukasi kepada pasien dan keluarga. Semua tindakan dilakukan dengan pendekatan komprehensif dan holistik untuk memastikan hasil yang optimal bagi pasien. -
Article No. 7439 | 30 Nov 2024
Klinis : anak muntah dan bab cair sejak pasien mengeluh muntah terus menerus sampai tidak terhitung setelah habis ashar. keluhan disertai BAB cair 1xtadi pagi, pasien muntah setiap minum, bab cair 5x, berwarna kuning kehijauan. anak tampak lebih rewel.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dengan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Diare akut
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Diare akut adalah pengeluaran feses yang encer atau cair dalam jumlah yang lebih banyak dari normal, yang berlangsung kurang dari 14 hari.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien akan menunjukkan pengeluaran feses yang normal, tidak ada tanda-tanda dehidrasi, dan tidak ada komplikasi.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat diberikan meliputi manajemen cairan dan elektrolit, pemberian diet yang sesuai, serta edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penanganan diare akut.
Sebagai perawat, saya akan melakukan pengkajian yang lebih mendalam untuk memastikan diagnosa dan mengidentifikasi penyebab dari diare akut yang dialami oleh anak tersebut. Selanjutnya, saya akan menyusun rencana keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi masalah kesehatan anak tersebut dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. -
Article No. 7440 | 30 Nov 2024
Klinis : anak muntah dan bab cair sejak pasien mengeluh muntah terus menerus sampai tidak terhitung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu anak yang mengalami muntah dan diare yang persisten, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Defisit Volume Cairan (SDKI)
Penjelasan: Kondisi di mana terdapat ketidakseimbangan antara intake dan output cairan yang menyebabkan penurunan volume cairan dalam tubuh.
2. Risiko Dehidrasi (SDKI)
Penjelasan: Kondisi di mana terdapat peningkatan risiko kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan, yang dapat menyebabkan dehidrasi.
3. Diare (SDKI)
Penjelasan: Kondisi di mana terdapat peningkatan frekuensi, volume, dan/atau keenceran eliminasi feses yang tidak dapat dikendalikan.
4. Mual (SDKI)
Penjelasan: Kondisi di mana terdapat pengalaman subjektif tidak nyaman yang mendorong untuk muntah.
Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Cairan
Tujuan: Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Aktivitas: Mengkaji status cairan, memantau intake dan output cairan, memberikan cairan intravena, dan mengganti cairan dan elektrolit yang hilang.
2. Manajemen Diare
Tujuan: Mengendalikan frekuensi dan volume diare.
Aktivitas: Mengkaji karakteristik diare, mengidentifikasi penyebab, memberikan obat antidiare, dan mengatur diet.
3. Manajemen Mual dan Muntah
Tujuan: Mengurangi gejala mual dan muntah.
Aktivitas: Mengkaji penyebab mual dan muntah, memberikan anti-emetik, dan mengatur diet.
4. Edukasi Kesehatan
Tujuan: Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pasien/keluarga dalam perawatan.
Aktivitas: Memberikan informasi terkait penyebab, pencegahan, dan penanganan diare dan dehidrasi.
Hasil yang Diharapkan (SIKI):
1. Keseimbangan Cairan Terpenuhi
2. Tidak Terjadi Dehidrasi
3. Diare Terkendali
4. Tidak Terjadi Mual dan Muntah
5. Pasien/Keluarga Memahami Perawatan yang Diperlukan
Harapan saya, penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan dan intervensi yang sesuai untuk kondisi anak yang mengalami muntah dan diare persisten. Jangan ragu untuk bertanya lebih lanjut jika memerlukan penjelasan tambahan.