Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9442 | 20 Dec 2024
Klinis : Gangguan mood berhubungan dengan kehilangan ingatan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta, dengan nada akademis dan persona sebagai seorang perawat yang ahli.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "Gangguan mood berhubungan dengan kehilangan ingatan":
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah "Gangguan Proses Pikir". Gangguan Proses Pikir didefinisikan sebagai perubahan dalam persepsi, pemikiran, dan perilaku yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berfungsi secara efektif. Dalam kasus ini, kehilangan ingatan yang dialami oleh pasien dapat menyebabkan perubahan dalam proses pikirnya, yang kemudian berdampak pada suasana hati (mood) pasien.
Faktor yang berhubungan dengan diagnosa ini adalah faktor psikologis, yaitu kehilangan ingatan yang dialami oleh pasien. Kehilangan ingatan dapat mengganggu kemampuan pasien dalam memproses informasi dan mengatur emosinya, sehingga mempengaruhi suasana hatinya.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien dapat menunjukkan:
a. Perbaikan mood: Pasien dapat menunjukkan suasana hati yang lebih stabil dan positif.
b. Peningkatan kemampuan kognitif: Pasien dapat menunjukkan peningkatan dalam kemampuan memproses informasi, mengingat, dan membuat keputusan.
c. Peningkatan kemampuan untuk beradaptasi: Pasien dapat menunjukkan kemampuan yang lebih baik dalam beradaptasi dengan perubahan yang terjadi akibat kehilangan ingatan.
d. Peningkatan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari: Pasien dapat menunjukkan peningkatan dalam kemampuan untuk terlibat dalam aktivitas sehari-hari secara mandiri.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SLKI) pada kasus "Gangguan mood berhubungan dengan kehilangan ingatan" adalah:
a. Terapi Realitas: Membantu pasien untuk memahami realitas saat ini dan menerima perubahan yang terjadi akibat kehilangan ingatan.
b. Stimulasi Kognitif: Melakukan aktivitas yang merangsang dan melatih kemampuan kognitif pasien, seperti permainan teka-teki, membaca, atau menceritakan pengalaman.
c. Manajemen Lingkungan: Menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan mendukung pasien dalam beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.
d. Konseling Psikologis: Memberikan dukungan emosional dan bantuan dalam mengatasi perasaan, pikiran, dan perilaku yang terkait dengan kehilangan ingatan.
e. Edukasi Pasien dan Keluarga: Memberikan informasi dan pemahaman kepada pasien dan keluarga tentang kondisi pasien, serta cara-cara untuk mendukung pasien dalam proses pemulihan.
Setiap intervensi keperawatan yang diberikan harus dilakukan secara komprehensif dan berkesinambungan, dengan tujuan untuk membantu pasien mencapai perbaikan mood, peningkatan kemampuan kognitif, peningkatan kemampuan beradaptasi, dan peningkatan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari, sesuai dengan luaran yang diharapkan. -
Article No. 9443 | 20 Dec 2024
Klinis : Gangguan orientasi berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi gangguan orientasi berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif, dengan pendekatan akademis dan perspektif seorang perawat profesional.
1. Diagnosis Keperawatan SDKI:
Diagnosis Keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Gangguan Orientasi" (SDKI, 2017). Gangguan orientasi didefinisikan sebagai "Ketidakmampuan untuk mengenali diri, waktu, tempat, atau orang di sekitar dengan benar". Kondisi ini berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti usia lanjut, penyakit neurologis, atau trauma.
2. Luaran/Outcome yang Diharapkan (SLKI):
a. Orientasi Membaik: Pasien dapat mengenali diri, waktu, tempat, dan orang di sekitarnya dengan baik.
b. Kemampuan Kognitif Membaik: Pasien menunjukkan peningkatan dalam fungsi kognitif, seperti daya ingat, atensi, dan pemahaman.
c. Keselamatan Terjaga: Pasien tidak mengalami cedera atau kejadian yang membahayakan dirinya sendiri akibat gangguan orientasi.
d. Peran dan Fungsi Membaik: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan peran sosial dengan lebih baik.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
a. Pemantauan Fungsi Kognitif: Melakukan penilaian dan pemantauan berkala terhadap fungsi kognitif pasien, seperti orientasi, memori, bahasa, dan kemampuan berpikir.
b. Stimulasi Orientasi: Memberikan stimulasi orientasi dengan memperkenalkan diri, menginformasikan waktu, tempat, dan situasi saat ini secara jelas dan berulang.
c. Manajemen Lingkungan: Menyediakan lingkungan yang aman dan mendukung orientasi, seperti menyediakan penanda visual, jadwal aktivitas, dan meminimalkan distraksi.
d. Terapi Reminisens: Melakukan intervensi terapeutik dengan memanfaatkan kenangan masa lalu pasien untuk meningkatkan orientasi dan fungsi kognitif.
e. Edukasi Keluarga: Memberikan edukasi kepada keluarga mengenai gangguan orientasi, strategi penanganan, dan peran keluarga dalam mendukung pemulihan pasien.
f. Kolaborasi Interprofesional: Berkolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti dokter, terapis okupasi, atau psikolog, untuk mengevaluasi dan mengelola gangguan orientasi secara komprehensif.
Melalui pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dengan gangguan orientasi berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu memperoleh peningkatan orientasi, kemampuan kognitif, keselamatan, serta peran dan fungsi yang lebih baik. -
Article No. 9444 | 20 Dec 2024
Klinis : Seorang perempuan usia 34 tahun di rawat di bangsal jiwa dengan keluhan mengurung diri selama 3 hari dirumah, setelah dikaji oleh perawat pasien mengatakan takut dan cemas jika keluar rumah karena sering di ejek oleh tetangganya kalau dia adalah wanita murahan. Sebutkan diagnosa ICD, SDKI, SLKI, NANDA, sebutkan pula pemeriksaan penunjang dan obat-obatan yang sesuai untuk pasien. Dan beritahu saya teori tentang kecemasan dan tingkatannya.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan menjelaskan kode ICD-10 untuk diagnosis, kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis, diagnosa SDKI, SLKI, NANDA, pemeriksaan penunjang, obat-obatan, serta teori tentang kecemasan dan tingkatannya untuk kasus yang Anda berikan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: F40.1
- Deskripsi: Agoraphobia
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.39
- Deskripsi: Terapi perilaku kognitif
3. Diagnosa:
- SDKI: Kecemasan
- SLKI: Isolasi sosial
- NANDA: Kecemasan
4. Pemeriksaan Penunjang:
- Pemeriksaan psikologis untuk mengevaluasi tingkat kecemasan dan gejala psikologis lainnya.
- Pemeriksaan laboratorium darah untuk mengecek kondisi kesehatan umum.
5. Obat-obatan:
- Anxiolytik, seperti benzodiazepine, untuk mengurangi gejala kecemasan jangka pendek.
- Antidepresan, seperti selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI), untuk mengatasi kecemasan jangka panjang.
6. Teori Kecemasan dan Tingkatannya:
- Kecemasan merupakan respons emosional terhadap ancaman yang dirasakan, baik ancaman nyata maupun ancaman yang dibayangkan.
- Tingkatan kecemasan:
a. Kecemasan ringan: Individu masih dapat berfungsi secara normal.
b. Kecemasan sedang: Individu mengalami penurunan fokus dan perhatian.
c. Kecemasan berat: Individu mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari.
d. Panik: Individu mengalami disorganisasi kepribadian dan tidak dapat berfungsi.
Dalam kasus ini, pasien mengalami agoraphobia, yaitu ketakutan atau kecemasan yang berlebihan terhadap situasi atau tempat yang sulit untuk dihindari, seperti keluar rumah. Pasien merasa cemas dan takut ketika harus berinteraksi dengan orang lain di luar rumah karena adanya ejekan dari tetangga. Pendekatan terapi perilaku kognitif dapat membantu pasien mengatasi kecemasan dan mengembalikan kemampuan beraktivitas secara normal. -
Article No. 9445 | 20 Dec 2024
Klinis : Seorang perempuan usia 34 tahun di rawat di bangsal jiwa dengan keluhan mengurung diri selama 3 hari dirumah, setelah dikaji oleh perawat pasien mengatakan takut dan cemas jika keluar rumah karena sering di ejek oleh tetangganya kalau dia adalah wanita murahan. Sebutkan diagnosa ICD, SDKI, SLKI, NANDA, sebutkan pula pemeriksaan penunjang dan obat-obatan yang sesuai untuk pasien. Dan beritahu saya teori tentang kecemasan dan tingkatannya.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Diagnosa SDKI: Kecemasan
- Definisi: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman, bahaya, atau perubahan yang tidak dikenal.
- Karakteristik Definisi:
- Gejala fisiologis: Gelisah, tegang, jantung berdebar, nafas pendek.
- Gejala perilaku: Menarik diri, menghindari situasi, mudah terkejut.
- Gejala kognitif: Khawatir, takut, sulit berkonsentrasi.
2. Diagnosa ICD: F41.1 Gangguan Kecemasan Generalisasi
- Deskripsi: Kecemasan dan kegelisahan yang menetap, tidak terbatas pada situasi tertentu, dan menyebabkan gangguan signifikan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau area penting lainnya dalam kehidupan.
Pemeriksaan Penunjang:
- Pemeriksaan psikologis, seperti wawancara, observasi perilaku, dan tes psikologi untuk mengevaluasi tingkat kecemasan.
- Pemeriksaan laboratorium, seperti pemeriksaan hormon kortisol, untuk mengetahui perubahan fisiologis yang terkait dengan kecemasan.
Obat-obatan:
- Antidepresan, seperti SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor) atau SNRI (Serotonin-Norepinephrine Reuptake Inhibitor).
- Anxiolitik, seperti benzodiazepin, untuk mengurangi gejala kecemasan jangka pendek.
- Terapi psikologis, seperti terapi kognitif-perilaku, untuk membantu mengatasi penyebab dan pemicu kecemasan.
Teori Kecemasan dan Tingkatannya:
Kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan kekhawatiran bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Terdapat empat tingkatan kecemasan, yaitu:
1. Kecemasan Ringan: Individu masih dapat berfungsi dengan baik, dapat memfokuskan perhatian, dan dapat menyelesaikan masalah.
2. Kecemasan Sedang: Individu dapat berfokus pada hal yang penting saja, dan tidak dapat berfokus pada hal lain.
3. Kecemasan Berat: Individu sangat sulit berfokus pada hal lain selain yang menjadi sumber kecemasannya, dan sulit untuk menyelesaikan masalah.
4. Panik: Individu mengalami kekacauan, ketakutan yang luar biasa, dan kehilangan kendali.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kecemasan Terkontrol
- Definisi: Individu mampu mengendalikan perasaan cemas atau khawatir yang dirasakan.
- Kriteria Hasil:
- Individu dapat mengidentifikasi penyebab kecemasan.
- Individu dapat menerapkan strategi koping yang efektif untuk mengatasi kecemasan.
- Individu menunjukkan tanda-tanda fisiologis terkendali (denyut jantung, tekanan darah, napas).
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Kecemasan
- Definisi: Tindakan membantu individu untuk mengenali, mengurangi, dan mengelola ketegangan, kekhawatiran, dan perasaan takut yang dirasakan.
- Aktivitas Keperawatan:
- Identifikasi penyebab dan tanda-tanda kecemasan pada pasien.
- Berikan informasi yang akurat tentang kondisi, prognosis, dan rencana perawatan.
- Ajarkan teknik relaksasi, seperti napas dalam, visualisasi, atau distraksi.
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan dan penguatan positif.
- Kolaborasi dengan profesional kesehatan mental jika diperlukan.
Penjelasan Rinci:
Seorang perempuan berusia 34 tahun dirawat di bangsal jiwa dengan keluhan mengurung diri selama 3 hari di rumah. Berdasarkan data yang diperoleh, pasien mengatakan takut dan cemas jika keluar rumah karena sering diejek oleh tetangganya bahwa dia adalah wanita murahan. Dari kondisi tersebut, dapat ditegakkan diagnosa keperawatan SDKI yaitu Kecemasan.
Kecemasan didefinisikan sebagai respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman, bahaya, atau perubahan yang tidak dikenal. Pada kondisi ini, pasien mengalami gejala fisiologis (gelisah, tegang, jantung berdebar, nafas pendek), gejala perilaku (menarik diri, menghindari situasi, mudah terkejut), dan gejala kognitif (khawatir, takut, sulit berkonsentrasi).
Diagnosa ICD yang sesuai adalah F41.1 Gangguan Kecemasan Generalisasi, yang menggambarkan kecemasan dan kegelisahan yang menetap, tidak terbatas pada situasi tertentu, dan menyebabkan gangguan signifikan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau area penting lainnya dalam kehidupan.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan psikologis, seperti wawancara, observasi perilaku, dan tes psikologi, untuk mengevaluasi tingkat kecemasan. Selain itu, dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium, seperti pemeriksaan hormon kortisol, untuk mengetahui perubahan fisiologis yang terkait dengan kecemasan.
Obat-obatan yang dapat diberikan adalah antidepresan (SSRI atau SNRI), anxiolitik (benzodiazepin) untuk mengurangi gejala kecemasan jangka pendek, serta terapi psikologis, seperti terapi kognitif-perilaku, untuk membantu mengatasi penyebab dan pemicu kecemasan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) adalah Kecemasan Terkontrol, di mana pasien mampu mengendalikan perasaan cemas atau khawatir yang dirasakan. Kriteria hasil mencakup pasien dapat mengidentifikasi penyebab kecemasan, menerapkan strategi koping yang efektif, dan menunjukkan tanda-tanda fisiologis terkendali.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) adalah Manajemen Kecemasan, yang merupakan tindakan membantu individu untuk mengenali, mengurangi, dan mengelola ketegangan, kekhawatiran, dan perasaan takut yang dirasakan. Aktivitas keperawatan mencakup identifikasi penyebab dan tanda-tanda kecemasan, memberikan informasi yang akurat, mengajarkan teknik relaksasi, melibatkan keluarga, dan berkolaborasi dengan profesional kesehatan mental jika diperlukan. -
Article No. 9446 | 20 Dec 2024
Klinis : defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: E86.0
- Deskripsi: Defisit volume cairan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.04
- Deskripsi: Transfusi darah total
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 E86.0 (Defisit volume cairan) digunakan untuk menggambarkan kondisi defisit volume cairan, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk perdarahan. Kondisi ini ditandai dengan penurunan volume cairan dalam tubuh yang dapat mengakibatkan hipovolemia dan ketidakseimbangan elektrolit.
2. Kode ICD-9-CM 99.04 (Transfusi darah total) dapat digunakan untuk prosedur atau tindakan medis yang dilakukan untuk mengatasi defisit volume cairan akibat perdarahan. Transfusi darah total merupakan pemberian sejumlah darah lengkap (eritrosit, leukosit, trombosit, dan plasma) untuk menggantikan volume darah yang hilang dan memulihkan status volume cairan pasien.
Dalam praktik klinis, pemilihan kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang tepat sangat penting untuk dokumentasi yang akurat, penagihan yang sesuai, dan analisis epidemiologi yang andal. Penentuan kode yang tepat membantu memastikan perawatan yang sesuai dan pembayaran yang benar bagi pasien. -
Article No. 9447 | 20 Dec 2024
Klinis : defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari standar SDKI-SLKI-SIKI untuk kondisi defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
Diagnosa Keperawatan:
Defisit Volume Cairan berhubungan dengan Perdarahan
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Defisit Volume Cairan: Pengurangan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular.
- Penyebab yang berhubungan: Perdarahan, yakni kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan melalui perdarahan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien akan mempertahankan volume cairan yang adekuat.
- Kriteria hasil: Tanda-tanda vital stabil, intake dan output cairan seimbang, turgor kulit baik, dan tidak ada tanda-tanda hipovolemia.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
a. Monitor status cairan: Identifikasi tanda-tanda hipovolemia, ukur intake dan output cairan, serta pantau tanda-tanda vital.
b. Terapi cairan: Berikan cairan IV sesuai kebutuhan untuk mengganti volume cairan yang hilang akibat perdarahan.
c. Kontrol perdarahan: Identifikasi sumber perdarahan dan lakukan tindakan hemostasis yang sesuai.
d. Edukasi pasien dan keluarga: Jelaskan pentingnya menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit serta tanda-tanda komplikasi.
Persona: Sebagai perawat, saya memahami bahwa defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan merupakan kondisi yang membutuhkan penanganan segera. Dengan berpedoman pada standar SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, saya akan berusaha memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk memulihkan keseimbangan cairan dan elektrolit pasien, serta mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. -
Article No. 9448 | 20 Dec 2024
Klinis : defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan:
Diagnosa Keperawatan:
Defisit Volume Cairan berhubungan dengan Perdarahan
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Defisit Volume Cairan: Penurunan volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
- Faktor Berhubungan: Perdarahan, yaitu kehilangan cairan tubuh yang berlebihan melalui saluran tubuh.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien akan menunjukkan volume cairan yang adekuat dengan tanda-tanda vital yang stabil.
- Kriteria Hasil: Tanda-tanda vital dalam batas normal, intake dan output cairan seimbang, tidak ada tanda-tanda dehydrasi.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan status cairan, manajemen cairan, pemberian cairan/elektrolit intravena, pencegahan perdarahan, dan perawatan luka.
- Tujuan Intervensi: Mengembalikan volume cairan yang adekuat, mencegah terjadinya komplikasi, dan mempercepat proses penyembuhan.
Sebagai seorang perawat ahli, saya akan melakukan assessment komprehensif, menetapkan diagnosa keperawatan, merencanakan intervensi yang sesuai, dan memantau serta mengevaluasi hasil untuk memastikan pemulihan pasien dengan defisit volume cairan akibat perdarahan. -
Article No. 9449 | 20 Dec 2024
Klinis : intervensi defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
Diagnosa Keperawatan:
Defisit Volume Cairan berhubungan dengan Perdarahan
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Defisit Volume Cairan: Kondisi di mana individu mengalami pengurangan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
- Penyebabnya dapat berupa perdarahan, kehilangan cairan melalui saluran cerna, kulit, atau sistem perkemihan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tujuan Keperawatan: Klien menunjukkan peningkatan volume cairan sesuai kebutuhan.
- Kriteria Hasil: Tanda-tanda vital dalam batas normal, intake-output seimbang, turgor kulit baik, membran mukosa lembab.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
a. Pantau tanda-tanda vital secara teratur.
b. Pantau intake dan output cairan.
c. Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan.
d. Berikan nutrisi yang adekuat.
e. Observasi tanda-tanda perdarahan dan komplikasi lainnya.
f. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penatalaksanaan defisit volume cairan.
Sebagai perawat, saya akan melaksanakan intervensi keperawatan tersebut secara komprehensif untuk membantu memulihkan kondisi klien dan memastikan volume cairan yang adekuat. Saya akan bekerja sama dengan tim kesehatan lain untuk mencapai tujuan keperawatan yang diharapkan. -
Article No. 9450 | 20 Dec 2024
Klinis : nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi nyeri akut.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Definisi:
Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut, dengan onset mendadak atau lambat dan intensitas ringan hingga berat, yang berlangsung dalam jangka waktu kurang dari 3 bulan.
SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
1. Karakteristik Utama:
- Melaporkan pengalaman nyeri
- Ekspresi wajah menunjukkan nyeri
- Perilaku protektif
2. Faktor Berhubungan:
- Agen pencedera biologis
- Agen pencedera kimiawi
- Agen pencedera fisik
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Luaran yang diharapkan:
- Nyeri terkontrol
- Fungsi fisiologis terpelihara
- Kualitas hidup terpelihara
2. Kriteria Hasil:
- Pasien melaporkan nyeri terkontrol
- Tanda-tanda vital dalam rentang normal
- Pasien dapat beraktivitas sesuai kemampuan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Intervensi Keperawatan:
- Manajemen Nyeri
- Terapi Farmakologis
- Terapi Non-Farmakologis
2. Aktivitas Keperawatan:
- Mengkaji intensitas, karakteristik, dan lokasi nyeri
- Memberikan analgesik sesuai resep
- Mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi
Dengan pengelolaan keperawatan yang komprehensif berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan pasien dengan nyeri akut dapat memperoleh pengurangan nyeri, pemeliharaan fungsi fisiologis, dan peningkatan kualitas hidup. -
Article No. 9451 | 20 Dec 2024
Klinis : perfusi perifer
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Gangguan Perfusi Perifer
Penjelasan:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Gangguan Perfusi Perifer dapat didefinisikan sebagai "Penurunan sirkulasi darah ke bagian-bagian tubuh perifer". Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, atau cedera.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) untuk Gangguan Perfusi Perifer mencakup:
1. Sirkulasi perifer yang memadai
2. Pemulihan fungsi jaringan perifer
3. Penurunan risiko kerusakan jaringan
Sementara itu, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) untuk Gangguan Perfusi Perifer meliputi:
1. Pemantauan tanda-tanda vital dan perfusi perifer
2. Manajemen aktivitas dan istirahat
3. Manajemen nyeri
4. Terapi oksigen, jika diperlukan
5. Perawatan luka, jika ada
Sebagai perawat, saya akan melakukan penilaian komprehensif terhadap pasien dengan Gangguan Perfusi Perifer, termasuk riwayat medis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Selanjutnya, saya akan mengembangkan rencana asuhan keperawatan yang berpusat pada pasien, dengan tujuan meningkatkan sirkulasi perifer, mempromosikan pemulihan fungsi jaringan, dan mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut.