Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 7668 | 02 Dec 2024
Klinis : buat intervensi nyeri melahirkan termasuk observasi, kolaborasi, edukasi, mandiri, dan pendidikan kesehatan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat standar SDKI, SLKI, SIKI, serta intervensi keperawatan untuk kondisi nyeri melahirkan.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Persalinan (Pain related to Labor)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kontraksi uterus, dilatasi serviks, dan regangan vagina selama proses persalinan.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri persalinan ditandai dengan adanya keluhan nyeri, ekspresi wajah meringis, dan respon perilaku nyeri seperti mengerang atau menangis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan adalah penurunan intensitas nyeri, peningkatan kemampuan mengatasi nyeri, dan kepuasan pasien terhadap penanganan nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan untuk mengatasi nyeri persalinan meliputi:
1. Observasi:
- Identifikasi tanda-tanda vital
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, dan kualitas nyeri
- Monitoring respons pasien terhadap intervensi
2. Kolaborasi:
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, bidan) untuk penanganan farmakologis nyeri
3. Edukasi:
- Jelaskan penyebab dan proses terjadinya nyeri persalinan
- Ajarkan teknik relaksasi, breathing exercise, dan distraksi untuk mengurangi nyeri
4. Mandiri:
- Berikan kenyamanan fisik (posisi, kompres hangat/dingin)
- Aplikasikan teknik non-farmakologis (pijatan, aromaterapi)
- Berikan dukungan emosional dan spiritual
5. Pendidikan Kesehatan:
- Edukasi mengenai penanganan nyeri persalinan yang efektif
- Informasikan pentingnya kolaborasi dengan tenaga kesehatan
Dengan pendekatan SDKI-SLKI-SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang holistik dan berpusat pada pasien untuk mengatasi nyeri persalinan secara komprehensif. -
Article No. 7669 | 02 Dec 2024
Klinis : Pasien Susah buang air kecil sejak tadi malam. Mual dan muntah tak ada. Demam tidk ada Riwayat HNP. Riwayat jatuh ada sudah lama Riwayat HT dan DM tidak ada BAB biasa BAK lancar KU sedang/Compos mentis VAS 5/10 TD 164/105mmhg N: 104 P: 23/1 S: 36.5C Sp02% 99 0n Room Air Anemis--ikterik Thorax BP vesikuler, Rhonki-wheezing- Abdomen: Supel, peristaltik kesan biasa, NT ada supra pubis. Buli2x terasa fullblast Ekstremitas: Akral hangat, edema A RETENSI urine Pasang kateter Perencanaan IVFD RL 28 tpm inj, ketorolac 1A inj. Ranitidin 1A
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, serta rencana keperawatan yang sesuai dengan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
Retensi Urin
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Retensi Urin: Kemampuan kandung kemih untuk mengosongkan urin secara tidak efektif.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Eliminasi Urin Lancar: Kemampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara efektif dan teratur.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kateterisasi Vesika Urinaria: Tindakan memasukkan kateter ke dalam kandung kemih untuk mengosongkan urin.
- Manajemen Cairan: Pengaturan masukan dan pengeluaran cairan untuk mempertahankan keseimbangan cairan.
- Manajemen Nyeri: Pengurangan atau penghilangan rasa nyeri yang dialami pasien.
Rencana Keperawatan:
1. Pasang Kateter Urin untuk mengosongkan kandung kemih dan mengatasi retensi urin.
2. Berikan cairan intravena (IVFD RL 28 tpm) untuk menjaga keseimbangan cairan.
3. Berikan injeksi ketorolac untuk mengurangi nyeri.
4. Berikan injeksi ranitidin untuk mengatasi mual.
5. Lakukan pemantauan tanda-tanda vital secara berkala.
6. Berikan edukasi dan dukungan emosional kepada pasien.
Dengan tindakan-tindakan tersebut, diharapkan dapat mengatasi masalah retensi urin pada pasien dan mencapai luaran keperawatan yang diharapkan, yaitu eliminasi urin yang lancar. -
Article No. 7670 | 02 Dec 2024
Klinis : buat intervensi resiko cedera pada janin termasuk observasi, kolaborasi, edukasi, mandiri, dan pendidikan kesehatan dengan detail dan lengkap
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Risiko Cedera pada Janin
Definisi: Keadaan di mana bayi/janin berisiko mengalami kerusakan fisik atau fungsional yang disebabkan oleh faktor internal atau eksternal.
Faktor Terkait:
1. Kondisi kesehatan ibu (kondisi medis, infeksi, penyalahgunaan zat)
2. Komplikasi kehamilan (perdarahan, preeklampsia, diabetes gestasional)
3. Trauma/cedera fisik pada ibu
4. Paparan bahan kimia/radiasi
5. Aktivitas fisik yang berlebihan
Karakteristik Defining:
1. Ibu dengan riwayat komplikasi kehamilan sebelumnya
2. Ibu dengan kondisi medis yang berisiko (diabetes, hipertensi, infeksi)
3. Ibu dengan gaya hidup berisiko (merokok, mengonsumsi alkohol, penyalahgunaan narkoba)
4. Ibu yang terpapar bahan kimia atau radiasi
5. Ibu yang mengalami trauma/cedera fisik selama kehamilan
Intervensi Keperawatan:
1. Observasi
a. Monitor tanda-tanda vital ibu
b. Monitor pergerakan dan denyut jantung janin
c. Pantau tanda-tanda komplikasi kehamilan (perdarahan, kontraksi uterus, dll.)
d. Awasi respons ibu terhadap trauma/cedera fisik
2. Kolaborasi
a. Koordinasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, bidan, ahli gizi) untuk penanganan komprehensif
b. Kolaborasi dalam pemantauan dan pengobatan kondisi medis ibu
c. Kolaborasi dalam memantau dan mengevaluasi efek paparan bahan kimia/radiasi
3. Edukasi
a. Edukasi kepada ibu dan keluarga tentang risiko cedera pada janin
b. Ajarkan ibu untuk mengenali tanda-tanda komplikasi kehamilan
c. Beri edukasi tentang gaya hidup sehat selama kehamilan
d. Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres
4. Mandiri
a. Kaji faktor risiko cedera pada janin
b. Buat rencana asuhan keperawatan yang komprehensif
c. Monitor dan evaluasi efektivitas intervensi yang dilakukan
d. Dokumentasi asuhan keperawatan secara lengkap
5. Pendidikan Kesehatan
a. Edukasi kepada ibu dan keluarga tentang pencegahan cedera pada janin
b. Beri informasi tentang tanda-tanda bahaya selama kehamilan
c. Promosikan gaya hidup sehat selama kehamilan
d. Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres untuk mengurangi risiko
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Kondisi kesehatan ibu dan janin stabil
2. Tidak terjadi komplikasi kehamilan
3. Ibu dan keluarga mampu mengenali tanda-tanda bahaya
4. Ibu menerapkan gaya hidup sehat selama kehamilan
5. Ibu dapat mengelola stres dengan efektif
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Pemantauan Kesehatan Ibu dan Janin
2. Pengelolaan Komplikasi Kehamilan
3. Edukasi Kesehatan Ibu Hamil
4. Manajemen Stres Ibu Hamil
5. Kolaborasi Interprofesional Asuhan Kehamilan
Penjelasan Rinci:
Diagnosa keperawatan "Risiko Cedera pada Janin" menggambarkan keadaan di mana bayi/janin berisiko mengalami kerusakan fisik atau fungsional yang disebabkan oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup observasi, kolaborasi, edukasi, tindakan mandiri, dan pendidikan kesehatan. Tujuannya adalah untuk memantau kesehatan ibu dan janin, mengelola komplikasi kehamilan, memberikan edukasi kesehatan, membantu ibu mengelola stres, serta berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan asuhan kehamilan yang komprehensif. Luaran yang diharapkan adalah stabilnya kondisi kesehatan ibu dan janin, tidak terjadi komplikasi kehamilan, kemampuan ibu dan keluarga dalam mengenali tanda bahaya, penerapan gaya hidup sehat, serta kemampuan ibu dalam mengelola stres secara efektif. -
Article No. 7671 | 02 Dec 2024
Klinis : buat intervensi resiko cedera pada janin termasuk observasi, kolaborasi, edukasi, mandiri, dan pendidikan kesehatan dengan detail dan lengkap
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari SDKI-SLKI-SIKI standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Risiko Cedera pada Janin.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Cedera pada Janin
Definisi:
Risiko Cedera pada Janin adalah keadaan di mana janin berada dalam bahaya potensial mengalami kerusakan fisik atau psikologis akibat kondisi ibu atau lingkungan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Penyebab risiko cedera pada janin dapat meliputi kelainan bawaan, infeksi, trauma, paparan zat berbahaya, atau kondisi patologis pada ibu.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan pada risiko cedera pada janin adalah tidak terjadi cedera pada janin, kondisi janin stabil, dan ibu dapat mengidentifikasi faktor risiko dan cara mencegah cedera pada janin.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan untuk risiko cedera pada janin meliputi:
1. Observasi:
- Identifikasi faktor risiko cedera pada janin
- Pantau tanda-tanda vital ibu dan kondisi janin
- Evaluasi perkembangan janin secara berkala
2. Kolaborasi:
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, bidan) untuk penanganan komplikasi
- Koordinasikan perawatan dengan tim kesehatan yang terlibat
3. Edukasi:
- Ajarkan ibu mengenai faktor risiko cedera pada janin
- Instruksikan ibu untuk menghindari paparan zat berbahaya
- Beri informasi tentang perawatan yang tepat selama kehamilan
4. Mandiri:
- Berikan dukungan emosional dan psikologis kepada ibu
- Fasilitasi ibu untuk melakukan perawatan diri yang tepat
- Monitoring perkembangan janin secara berkelanjutan
5. Pendidikan Kesehatan:
- Edukasi ibu tentang nutrisi yang sesuai selama kehamilan
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres
- Beri informasi tentang tanda-tanda bahaya kehamilan dan kapan harus segera meminta bantuan medis
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera pada janin dan memastikan kehamilan ibu berlangsung dengan aman. -
Article No. 7672 | 02 Dec 2024
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.sebutkan diagnosa ICD dan SDKI beserta kodenya
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: B05.9
- Deskripsi: Campak, tanpa komplikasi
Penjelasan:
- Kode ICD-10 B05.9 menunjukkan diagnosis Campak tanpa komplikasi, yang sesuai dengan gejala-gejala yang dialami pasien seperti demam tinggi, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, dan batuk kering.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: -
- Deskripsi: Tidak ada tindakan medis spesifik yang tercantum dalam kode ICD-9-CM untuk kasus ini. Penanganan utama akan berupa perawatan simtomatik dan pengelolaan gejala-gejala yang muncul.
Penjelasan:
- Pada kasus ini, tidak ada tindakan medis spesifik yang memerlukan kode ICD-9-CM. Penanganan utama akan fokus pada manajemen gejala-gejala seperti pemberian cairan, antipiretik, dan istirahat yang cukup.
Berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
- Diagnosis: Risiko infeksi
- Kode: 00004
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
Penjelasan:
- Pasien anak usia 5 tahun memiliki risiko infeksi campak yang dapat membahayakan kesehatannya. Oleh karena itu, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Risiko infeksi dengan kode 00004 berdasarkan SDKI. -
Article No. 7673 | 02 Dec 2024
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.sebutkan diagnosa ICD dan SDKI beserta kodenya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien anak perempuan usia 5 tahun dengan kemungkinan diagnosis campak.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko infeksi berhubungan dengan sistem imun yang lemah akibat penyakit. Kode: [00004]
Pasien anak perempuan usia 5 tahun ini mengalami demam tinggi, ruam merah di kulit, dan bintik Koplik di mukosa mulut, yang merupakan gejala khas penyakit campak. Kondisi ini menunjukkan adanya risiko infeksi yang perlu diidentifikasi dan diatasi melalui asuhan keperawatan.
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis penyakit. Kode: [00132]
Pasien mengalami gejala-gejala yang dapat menyebabkan nyeri, seperti demam tinggi dan ruam merah di kulit. Nyeri akut perlu dikelola untuk meminimalkan dampak negatif pada kondisi pasien.
3. Gangguan pola napas berhubungan dengan infeksi saluran pernapasan. Kode: [00030]
Pasien mengalami gejala batuk kering, yang dapat mengganggu pola napas dan harus diatasi melalui intervensi keperawatan yang tepat.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Kontrol Risiko Infeksi
- Pasien dan keluarga dapat mengidentifikasi faktor risiko infeksi.
- Pasien dan keluarga dapat melakukan tindakan pencegahan infeksi yang tepat.
- Tidak terjadi komplikasi infeksi selama perawatan.
2. Kontrol Nyeri
- Pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri.
- Pasien dapat menunjukkan perilaku yang menandakan nyeri terkontrol.
- Pasien dapat beristirahat dengan cukup.
3. Pola Napas Efektif
- Pasien dapat menunjukkan pola napas yang normal.
- Pasien dapat melakukan batuk efektif.
- Tidak terjadi komplikasi pernapasan selama perawatan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Risiko Infeksi
- Kaji faktor risiko infeksi pada pasien.
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai pencegahan infeksi.
- Monitor tanda-tanda infeksi dan lakukan tindakan pencegahan sesuai indikasi.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penatalaksanaan infeksi.
2. Manajemen Nyeri
- Kaji nyeri pasien secara komprehensif.
- Berikan terapi analgesik sesuai indikasi.
- Terapkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
- Pantau efektivitas intervensi nyeri dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
3. Manajemen Jalan Napas
- Kaji pola napas dan identifikasi potensi gangguan.
- Ajarkan teknik batuk efektif dan pengaturan napas.
- Berikan oksigen atau alat bantu pernapasan sesuai indikasi.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penatalaksanaan gangguan pernapasan.
Secara keseluruhan, asuhan keperawatan yang komprehensif dan tepat sasaran diperlukan untuk mengelola kondisi pasien anak perempuan usia 5 tahun dengan kemungkinan diagnosis campak, sehingga dapat mencapai luaran yang diharapkan dan meminimalkan komplikasi yang mungkin terjadi. -
Article No. 7674 | 02 Dec 2024
Klinis : intervensi asfiksia (observasi, kolaborasi, mandiri, edukasi, pendidikan kesehatan, terapeutik)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci untuk kondisi intervensi asfiksia:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
a. Diagnosa Keperawatan Utama: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas terbuka.
- Penyebab: Adanya obstruksi jalan napas, kelelahan otot pernapasan, dan ketidakmampuan untuk batuk/bersin secara efektif.
- Gejala & Tanda: Napas dangkal, takipnea, sianosis, penggunaan otot bantu pernapasan, dan suara napas abnormal.
b. Diagnosa Keperawatan Tambahan:
- Gangguan Pertukaran Gas
- Intoleransi Aktivitas
- Risiko Perfusi Jaringan Tidak Efektif
2. Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
a. Bersihan Jalan Napas Membaik
- Kriteria hasil: Pasien dapat batuk secara efektif, irama napas normal, tidak ada suara napas abnormal, dan SaO2 dalam batas normal.
b. Pertukaran Gas Membaik
- Kriteria hasil: Pasien memiliki nilai PaO2, PaCO2, dan SaO2 dalam batas normal.
c. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Kriteria hasil: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan.
d. Perfusi Jaringan Membaik
- Kriteria hasil: Tidak ada tanda-tanda gangguan perfusi jaringan (sianosis, akral dingin, dll).
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
a. Observasi:
- Monitor tanda-tanda vital (RR, HR, SpO2, dll)
- Monitor kualitas dan pola napas
- Monitor adanya sianosis, retraksi, atau penggunaan otot bantu pernapasan
- Monitor status mental dan tingkat kesadaran
b. Kolaborasi:
- Kolaborasi dengan dokter untuk pengobatan medis (oksigen, bronkodilator, dll)
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
c. Mandiri:
- Posisikan pasien dengan posisi semi-fowler atau fowler untuk memfasilitasi pernapasan
- Berikan latihan pernapasan dan batuk efektif
- Lakukan suction jika diperlukan untuk membersihkan jalan napas
- Lakukan mobilisasi dini untuk mencegah komplikasi
d. Edukasi dan Pendidikan Kesehatan:
- Edukasi pasien dan keluarga tentang penyebab, pencegahan, dan penatalaksanaan asfiksia
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan
e. Terapeutik:
- Berikan oksigen sesuai indikasi
- Lakukan intervensi untuk membuka jalan napas (suction, repositioning, dll)
- Berikan bronkodilator dan mukolitik jika diperlukan
Dengan intervensi yang komprehensif mencakup observasi, kolaborasi, tindakan mandiri, edukasi, dan intervensi terapeutik, diharapkan dapat mencapai luaran yang diinginkan yaitu perbaikan bersihan jalan napas, pertukaran gas, toleransi aktivitas, dan perfusi jaringan. -
Article No. 7675 | 02 Dec 2024
Klinis : intervensi asfiksia (observasi, kolaborasi, mandiri, edukasi, pendidikan kesehatan, terapeutik)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI untuk kondisi intervensi asfiksia berdasarkan standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan obstruksi jalan napas.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mempertahankan pernapasan yang memadai untuk mendukung kebutuhan hidup.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah klien dapat mempertahankan pola napas yang efektif, ditandai dengan frekuensi napas dalam rentang normal, irama napas teratur, dan oksigenasi yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan untuk mengatasi Pola Napas Tidak Efektif pada kondisi asfiksia meliputi:
1. Observasi: Kaji tanda-tanda vital, pola napas, dan status oksigenasi klien.
2. Kolaborasi: Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi oksigen, obat-obatan, dan tindakan medis lainnya.
3. Mandiri: Lakukan tindakan mandiri perawatan untuk mempertahankan patensi jalan napas, seperti suction, posisi semi-fowler, dan pemberian oksigen.
4. Edukasi: Berikan edukasi kepada klien/keluarga mengenai pentingnya mempertahankan pola napas yang efektif dan teknik-teknik yang dapat dilakukan.
5. Pendidikan Kesehatan: Lakukan pendidikan kesehatan terkait faktor-faktor yang dapat menyebabkan asfiksia dan pencegahannya.
6. Terapeutik: Lakukan intervensi terapeutik untuk mengatasi obstruksi jalan napas, seperti pemberian bronkodilator, mukolitik, atau tindakan medis lainnya.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif berdasarkan SDKI-SLKI-SIKI, diharapkan dapat membantu klien mencapai luaran yang diharapkan, yaitu mempertahankan pola napas yang efektif. -
Article No. 7676 | 02 Dec 2024
Klinis : intervensi asfiksia (observasi, kolaborasi, mandiri, edukasi, pendidikan kesehatan, terapeutik)
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi "intervensi asfiksia (observasi, kolaborasi, mandiri, edukasi, pendidikan kesehatan, terapeutik)" dapat dikodekan sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R09.0
- Deskripsi: Asfiksi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.90
- Deskripsi: Perawatan observasional, tidak dikategorikan di tempat lain
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R09.0 (Asfiksi) digunakan untuk mengkodekan kondisi asfiksia, yang merupakan kegagalan dalam pertukaran gas, seperti hipoksia, hipoksemia, atau hiperkapnia, yang dapat mengakibatkan kerusakan organ.
2. Kode ICD-9-CM 93.90 (Perawatan observasional, tidak dikategorikan di tempat lain) dapat digunakan untuk mengkodekan tindakan observasi, kolaborasi, edukasi, dan intervensi terapeutik yang dilakukan dalam menangani kondisi asfiksia. Tindakan ini dapat mencakup pemantauan pasien, koordinasi perawatan dengan tenaga kesehatan lain, edukasi pasien dan keluarga, serta intervensi terapeutik yang sesuai.
Dalam praktik klinis, kode-kode ini dapat digunakan oleh dokter, perekam medis, dan tenaga kesehatan lain untuk mendokumentasikan diagnosis dan tindakan yang dilakukan dalam penanganan kasus asfiksia. -
Article No. 7677 | 02 Dec 2024
Klinis : 1. ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d Perubahan keseimbangan insulin/glukosa. 2. Penurunan curah jantung b.d Penurunan perfusi jaringan. 3. Pola nafas tidak efektif b.d Gangguan pertukaran gas. Pasien mengalami penurunan kesadaran, pasien tampak demam, mukosa mulut kering, retraksi dada (-). pasien terlihat terpasang ETT, Ventilator (On Verit Mode SIMV), CVC (Central Venous Catheter) Triple Lumen di Jugularis Dextra. Dengan tanda-tanda vital : td 160/80, denyut nadi radial 95 kali/menit, denyut nadi karotis 105 kali/menit, CRT >2, suhu 40C, PERNAPASAN 25 kali/menit, spo2 90%, DENGAN HASIL LAB : GDS : 474. HB 13,3 HT 39 PH 7,40 pCO2 21,4 pO2 78,6 HCO3 12,5 ASETON 5,1 BUATKAN IMPLEMENTASI DAN RESPOT TERHADAP 3 DIGNOSA ITU DAN KONDISI PASIEN ITU
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, implementasi, dan respons terhadap kondisi pasien tersebut.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI: Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah b.d Perubahan Keseimbangan Insulin/Glukosa
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
- Kadar glukosa darah dalam rentang normal
- Tidak ada tanda-tanda komplikasi akibat ketidakstabilan kadar glukosa darah
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Pantau kadar glukosa darah secara berkala
- Berikan insulin sesuai dengan protokol pengobatan
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penyesuaian terapi insulin
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai pengelolaan diabetes
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk perencanaan diet yang sesuai
2. Diagnosa Keperawatan SDKI: Penurunan Curah Jantung b.d Penurunan Perfusi Jaringan
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
- Curah jantung dalam rentang normal
- Perfusi jaringan yang adekuat
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Monitor tanda-tanda vital secara berkala
- Kaji status hemodinamik pasien (TD, nadi, CRT)
- Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi cairan atau vasoaktif yang tepat
- Posisikan pasien dengan tepat untuk memfasilitasi perfusi
- Monitor intake dan output cairan
3. Diagnosa Keperawatan SDKI: Pola Nafas Tidak Efektif b.d Gangguan Pertukaran Gas
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
- Pola nafas efektif
- Pertukaran gas yang adekuat
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Monitor status respirasi pasien (frekuensi, irama, kedalaman)
- Pantau parameter ventilator dan lakukan penyesuaian sesuai kebutuhan
- Berikan terapi oksigen sesuai indikasi
- Auskultasi bunyi napas dan identifikasi adanya kelainan
- Lakukan suction saluran napas jika diperlukan
- Posisikan pasien untuk memfasilitasi ventilasi yang efektif
- Kolaborasi dengan tim medis untuk mengoptimalkan terapi ventilasi
Berdasarkan kondisi pasien yang Anda uraikan, pasien mengalami penurunan kesadaran, demam, mukosa kering, serta hasil laboratorium yang menunjukkan ketidakstabilan kadar glukosa darah, asidosis metabolik, dan gangguan keseimbangan elektrolit. Hal ini mengindikasikan bahwa pasien sedang mengalami keadaan kritis akibat komplikasi diabetes yang tidak terkontrol.
Implementasi yang perlu dilakukan adalah:
1. Segera stabilisasi kondisi pasien dengan pemberian terapi cairan, insulin, dan elektrolit sesuai kebutuhan.
2. Pantau secara ketat tanda-tanda vital, kadar glukosa darah, dan parameter laboratorium untuk memonitor perkembangan kondisi pasien.
3. Berikan terapi oksigen dan ventilasi mekanik untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat.
4. Lakukan perawatan luka dan tindakan keperawatan lainnya untuk mencegah komplikasi.
5. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pengelolaan diabetes dan pencegahan komplikasi.
Respons yang diharapkan setelah implementasi asuhan keperawatan adalah:
1. Stabilnya kadar glukosa darah dalam rentang normal.
2. Peningkatan curah jantung dan perfusi jaringan yang adekuat.
3. Perbaikan pola nafas dan pertukaran gas yang efektif.
4. Penurunan tanda-tanda infeksi dan komplikasi.
5. Peningkatan kesadaran dan kondisi umum pasien.