Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 7648 | 02 Dec 2024
Klinis : Ny. A, seorang wanita berusia 20 tahun, seorang ibu rumah tangga, datang ke rumah sakit dengan keluhan utama nyeri pada abdomen yang hilang timbul, diiringi dengan kontraksi yang semakin intens. Ia mengalami nyeri dengan skala 7, terutama saat kontraksi berlangsung, dan mengeluh cemas karena bayi yang belum juga lahir meskipun sudah memasuki usia kehamilan 42 minggu. Kehamilan ini adalah kehamilan pertama (G1P0A0) dengan usia kehamilan dihitung berdasarkan HPHT pada 6 November 2018 dan HPL pada 19 September 2019. Setelah dilakukan pemeriksaan, ketuban diketahui telah pecah pada pukul 16.00 WIB, dan keluarnya cairan lendir dari pervagina semakin memperburuk kecemasan yang dialaminya dan khawatir mengalami kegagalan pada proses persalinan ini. Pada pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital ibu menunjukkan tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 90x/menit, respirasi 20x/menit, dan suhu 37,5°C. Pemeriksaan kepala menunjukkan kulit kepala bersih tanpa ketombe, luka, atau benjolan, dan kepala terlihat simetris. Wajah Ny. A bersih, kulit normal tanpa bercak kemerahan, konjungtiva berwarna merah muda, dan sklera putih bersih, serta wajahnya simetris. Bibirnya berwarna pink dan lembab. Saat ini, Ny. A sudah mulai mengeluarkan ASI. Pemeriksaan abdomen menunjukkan adanya hiperpigmentasi dengan linea nigra yang tampak menghitam, dan striae terlihat di sekitar pinggul, panggul, serta payudaranya. Pada pemeriksaan genitalia, kebersihan area genital cukup terjaga karena Ny. A mengganti pakaian dalamnya dua kali sehari dan membersihkan area vagina menggunakan sabun daun sirih saat mengalami keputihan. Ia juga melaporkan pengeluaran cairan lendir dari vagina selama sekitar dua hari. Pemeriksaan obstetri menunjukkan bahwa denyut jantung janin (DJJ) terdeteksi 165x/menit. Kontraksi uterus terjadi dengan frekuensi 4 kali dalam 10 menit, masing-masing durasi kontraksi selama 30 detik. Pemeriksaan dalam menunjukkan pembukaan serviks sudah mencapai 8 cm dan kepala janin teraba sudah cukup rendah. Namun, ibu masih merasa cemas dan nyeri hebat selama kontraksi berlangsung, yang mengindikasikan adanya peningkatan kecemasan dan rasa takut terhadap proses persalinan. Dalam hal status nutrisi, berat badan (BB) Ny. A sebelum hamil adalah 44 kg, dan selama kehamilan naik menjadi 54 kg. Dengan tinggi badan 153 cm, BMI-nya sebelum hamil adalah 18,8 kg/m² (kategori normal), dan setelah hamil naik menjadi 23,1 kg/m² (masih dalam rentang normal). Perkiraan berat janin (BBJ) adalah 3400 gram, sesuai dengan berat bayi yang lahir. Pemeriksaan penunjang menunjukkan bahwa Ny. A melakukan tes kehamilan menggunakan testpack, namun tidak melakukan pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb). Ny. A juga mengalami pecah ketuban, dan pemeriksaan USG dilakukan setiap dua bulan sekali selama masa kehamilan. Mengingat kondisi ibu yang tampak kelelahan dan adanya risiko distres janin dilakukan tindakan episiotomi untuk mempercepat proses persalinan dan mengurangi kemungkinan trauma pada perineum. Pada pukul 16.50 WIB, bayi perempuan lahir dengan berat 3400 gram, panjang 52 cm, dan skor APGAR 5-6 dengan warna kulit abnormal (kebiruan), dan frekuensi napas 75x/menit. Bayi tidak langsung menangis, sianosis dan memerlukan intervensi untuk merangsang pernapasan. Setelah kelahiran, kondisi ibu dan bayi mulai stabil. Ibu diberi penanganan untuk mengurangi rasa nyeri pasca episiotomi, serta bayi dimonitor untuk memastikan kondisi kesehatannya dalam keadaan baik. Setelah beberapa hari pasca melahirkan ibu mengalami demam dengan suhu 38,5°C, tampak pada perineum membengkak dan jahitan terbuka disertai keluarnya cairan berbau busuk.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, serta intervensi terkait kondisi Ny. A:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus selama persalinan
2. Kecemasan berhubungan dengan proses persalinan
3. Risiko infeksi berhubungan dengan pecah ketuban dan komplikasi episiotomi
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus selama persalinan
- SDKI: Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- SLKI: Pengelolaan Nyeri adalah tindakan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri.
- SIKI: Manajemen Nyeri, Farmakologis, Nonfarmakologis
2. Kecemasan berhubungan dengan proses persalinan
- SDKI: Kecemasan adalah respon emosional dan psikologis terhadap sumber atau penyebab yang tidak jelas dan mempengaruhi perilaku.
- SLKI: Manajemen Kecemasan adalah tindakan yang dilakukan untuk mengendalikan dan mengurangi kecemasan.
- SIKI: Manajemen Kecemasan, Terapi Kognitif, Terapi Relaksasi
3. Risiko infeksi berhubungan dengan pecah ketuban dan komplikasi episiotomi
- SDKI: Risiko Infeksi adalah rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang mungkin dapat membahayakan kesehatan.
- SLKI: Pencegahan Infeksi adalah upaya untuk mencegah atau mengurangi resiko infeksi.
- SIKI: Perawatan Luka, Pemberian Antibiotik, Edukasi Perawatan Diri
Intervensi Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus selama persalinan:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Berikan teknik nonfarmakologis seperti distraksi, relaksasi, dan pijat
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pemberian analgesik sesuai indikasi
2. Kecemasan berhubungan dengan proses persalinan:
- Lakukan pengkajian kecemasan secara mendalam
- Berikan dukungan emosional dan informasi yang akurat tentang proses persalinan
- Ajarkan teknik relaksasi dan visualisasi positif
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pemberian terapi psikologis jika diperlukan
3. Risiko infeksi berhubungan dengan pecah ketuban dan komplikasi episiotomi:
- Lakukan perawatan luka episiotomi secara benar dan higienis
- Pantau tanda-tanda infeksi pada luka episiotomi dan perineum
- Berikan antibiotik sesuai indikasi dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan
- Edukasi ibu tentang perawatan luka dan kebersihan diri -
Article No. 7649 | 02 Dec 2024
Klinis : Seorang pasien mengeluh muntah2,diare,baab cair serta lemas da. Sakit kepala
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci untuk kondisi yang Anda deskripsikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang mengeluh muntah-muntah, diare, buang air besar cair, serta lemas dan sakit kepala adalah "Risiko Dehidrasi" (00028). Ini didasarkan pada gejala yang dialami pasien, yaitu kehilangan cairan dan elektrolit melalui muntah dan diare yang dapat menyebabkan dehidrasi. Risiko Dehidrasi didefinisikan sebagai peningkatan risiko kehilangan cairan intravaskular, intraseluler, dan/atau ekstraseluler yang dapat membahayakan kesehatan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan luaran/output yang dapat dicapai adalah:
1. Keseimbangan Cairan: Tanda-tanda vital stabil (TD, nadi, suhu, RR), membran mukosa lembab, turgor kulit baik, produksi urin adekuat.
2. Pengelolaan Tanda dan Gejala: Frekuensi muntah dan diare menurun, tidak ada tanda-tanda dehidrasi, rasa haus dan sakit kepala berkurang.
3. Pengendalian Gejala: Pasien dapat memantau dan melaporkan tanda-tanda dehidrasi, serta dapat mengidentifikasi faktor yang memicu dan memperburuk kondisinya.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
1. Pemantauan Cairan:
- Pantau intake dan output cairan pasien
- Pantau tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu, RR) secara rutin
- Pantau tanda-tanda dehidrasi (membran mukosa, turgor kulit, produksi urin)
2. Manajemen Cairan:
- Berikan cairan intravena jika pasien tidak dapat minum atau menerima cairan oral
- Berikan cairan oral (oralit, air putih) secara bertahap untuk mengganti cairan yang hilang
- Berikan elektrolit (Na, K, Cl) sesuai kebutuhan pasien
3. Manajemen Gejala:
- Berikan antiemetik (ondansetron) untuk mengurangi frekuensi muntah
- Berikan antidiare (loperamide) untuk mengendalikan diare
- Berikan analgetik (paracetamol) untuk mengatasi sakit kepala
4. Edukasi Pasien dan Keluarga:
- Edukasi tentang pentingnya intake cairan yang adekuat
- Edukasi tentang faktor pemicu dan pencegahan muntah, diare, serta dehidrasi
- Edukasi tentang tanda-tanda dehidrasi dan kapan harus segera meminta bantuan petugas kesehatan
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat mencapai luaran yang diharapkan dan membantu pasien mengatasi kondisi dehidrasi yang dialaminya. -
Article No. 7650 | 02 Dec 2024
Klinis : intervensi asfiksia apa
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi asfiksia.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi asfiksia:
Diagnosa keperawatan yang paling sesuai untuk kondisi asfiksia adalah "Pola Napas Tidak Efektif". Kondisi asfiksia ditandai dengan adanya gangguan pertukaran gas yang mengakibatkan penurunan suplai oksigen ke jaringan. Hal ini mengakibatkan pola napas menjadi tidak efektif, dengan karakteristik seperti kekurangan oksigen, kelebihan karbondioksida, pernapasan dangkal, atau pernapasan cepat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan luaran yang dapat dicapai adalah:
1. Pola Napas Efektif
Indikator luaran ini meliputi:
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- Irama napas teratur
- Kedalaman napas dalam rentang normal
- Tidak ada tanda-tanda distres pernapasan (misalnya retraksi, penggunaan otot tambahan, napas cuping hidung)
2. Pertukaran Gas Adekuat
Indikator luaran ini meliputi:
- Kadar oksigen darah dalam rentang normal
- Kadar karbondioksida darah dalam rentang normal
- Tidak ada tanda-tanda hipoksemia (misalnya sianosis, perubahan warna kulit)
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, diperlukan intervensi keperawatan yang komprehensif, antara lain:
1. Pemantauan Pernapasan
- Observasi frekuensi, irama, dan kedalaman napas
- Pemantauan tanda-tanda distres pernapasan
- Pemantauan kadar oksigen dan karbondioksida darah
2. Manajemen Oksigenasi
- Pemberian oksigen sesuai kebutuhan
- Pengaturan posisi pasien untuk memfasilitasi ventilasi
- Penggunaan alat bantu pernapasan jika diperlukan (misalnya ventilator, CPAP)
3. Manajemen Cairan dan Elektrolit
- Pengaturan intake dan output cairan
- Pemantauan dan koreksi gangguan elektrolit (misalnya hipokalemia, asidosis)
4. Edukasi dan Dukungan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang kondisi asfiksia
- Dukungan psikologis dan emosional bagi pasien dan keluarga
Penjelasan rinci untuk setiap poin di atas:
Diagnosa Keperawatan SDKI "Pola Napas Tidak Efektif" menggambarkan kondisi asfiksia, di mana terjadi gangguan pada pola napas yang mengakibatkan pertukaran gas tidak berjalan optimal. Diagnosa ini mencakup karakteristik klinis yang terkait dengan asfiksia, seperti kekurangan oksigen, kelebihan karbondioksida, dan perubahan kedalaman serta irama napas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) adalah Pola Napas Efektif dan Pertukaran Gas Adekuat. Pola Napas Efektif dicirikan dengan frekuensi, irama, dan kedalaman napas yang normal, serta tidak adanya tanda-tanda distres pernapasan. Pertukaran Gas Adekuat ditandai dengan kadar oksigen dan karbondioksida darah yang berada dalam rentang normal, serta tidak ada tanda-tanda hipoksemia.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) mencakup pemantauan pernapasan, manajemen oksigenasi, manajemen cairan dan elektrolit, serta edukasi dan dukungan. Pemantauan pernapasan bertujuan untuk mendeteksi perubahan pola napas dan tanda-tanda distres. Manajemen oksigenasi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan memfasilitasi ventilasi. Manajemen cairan dan elektrolit penting untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit yang dapat mempengaruhi fungsi pernapasan. Edukasi dan dukungan bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga serta memberikan dukungan psikologis dan emosional.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan luaran yang diharapkan, yaitu Pola Napas Efektif dan Pertukaran Gas Adekuat, dapat dicapai sehingga kondisi asfiksia dapat diatasi secara optimal. -
Article No. 7651 | 02 Dec 2024
Klinis : Asfiksia berhubungan dengan kekurangan kekurangan kadar oksigen ditandai dengan sianosis, buat intervensi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci untuk kondisi asfiksia yang Anda sampaikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi asfiksia adalah "Pola Napas Tidak Efektif" berhubungan dengan kekurangan kadar oksigen ditandai dengan sianosis. Pola napas tidak efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien akan menunjukkan pola napas yang efektif yang ditandai dengan frekuensi napas dalam rentang normal (12-20 kali/menit), irama napas teratur, dan tidak ada tanda-tanda sianosis.
2. Pasien akan menunjukkan oksigenasi yang adekuat yang ditandai dengan nilai saturasi oksigen (SpO2) dalam rentang normal (>95%).
3. Pasien akan menunjukkan tidak ada tanda-tanda distres pernapasan, seperti penggunaan otot bantu pernapasan yang berlebihan, retraksi dinding dada, dan suara napas yang abnormal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pantau tanda-tanda vital, termasuk frekuensi napas, irama napas, dan nilai saturasi oksigen (SpO2) secara berkala.
2. Berikan oksigen sesuai dengan kebutuhan pasien, misalnya melalui kanula nasal, masker oksigen, atau ventilasi mekanis jika diperlukan.
3. Posisikan pasien dengan posisi semi-Fowler atau Fowler untuk memfasilitasi ventilasi yang lebih efektif.
4. Lakukan suction jalan napas, jika diperlukan, untuk membebaskan jalan napas dari sekret atau benda asing.
5. Anjurkan pasien untuk melakukan latihan pernapasan yang tepat, seperti pernapasan diafragma atau teknik relaksasi, untuk meningkatkan pola napas yang efektif.
6. Kolaborasi dengan tim medis lainnya, seperti dokter dan fisioterapis, untuk mengevaluasi dan menentukan intervensi tambahan yang diperlukan, misalnya penggunaan ventilasi mekanis atau pemberian obat-obatan.
7. Lakukan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya mempertahankan pola napas yang efektif dan mengidentifikasi tanda-tanda distres pernapasan.
8. Pantau dan catat respon pasien terhadap intervensi yang diberikan, serta lakukan penyesuaian intervensi jika diperlukan.
Dengan menerapkan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang komprehensif, perawat dapat membantu pasien dengan asfiksia untuk mempertahankan pola napas yang efektif dan oksigenasi yang adekuat, sehingga dapat mencegah komplikasi yang lebih lanjut dan meningkatkan outcome pasien. -
Article No. 7652 | 02 Dec 2024
Klinis : Asfiksia berhubungan dengan kekurangan kekurangan kadar oksigen ditandai dengan sianosis, buat intervensi
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah informasi yang Anda minta:
1. Kode ICD-10:
- Kode: P20.9
- Deskripsi: Asfiksia intrauterina, tidak dispesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.90
- Deskripsi: Pemberian oksigen, tidak dispesifikasi
Penjelasan:
Asfiksia adalah kondisi di mana bayi mengalami kekurangan pasokan oksigen sebelum, selama, atau segera setelah kelahiran, yang dapat ditandai dengan sianosis (kebiruan) dan penurunan detak jantung. Kode ICD-10 P20.9 digunakan untuk mengklasifikasikan asfiksia intrauterina yang tidak dispesifikasi.
Intervensi yang dapat dilakukan untuk menangani kondisi ini adalah pemberian oksigen, yang tercakup dalam kode ICD-9-CM 93.90. Tujuan utama pemberian oksigen adalah untuk meningkatkan pasokan oksigen ke jaringan tubuh dan mencegah komplikasi lebih lanjut akibat hipoksia (kekurangan oksigen).
Intervensi lain yang mungkin dapat dilakukan adalah:
- Resusitasi bayi dengan ventilasi mekanis atau ventilasi dengan tekanan positif
- Pemberian obat-obatan seperti kortikosteroid atau surfaktan untuk meningkatkan fungsi paru-paru
- Pemonitoran tanda-tanda vital dan status oksigenasi secara ketat
- Perawatan suportif lainnya sesuai dengan kebutuhan bayi
Penatalaksanaan yang tepat dan segera sangat penting untuk mencegah komplikasi yang lebih serius, seperti kerusakan otak, organ vital, atau bahkan kematian pada bayi. -
Article No. 7653 | 02 Dec 2024
Klinis : Asfiksia berhubungan dengan kekurangan kekurangan kadar oksigen ditandai dengan sianosis, buat intervensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya adalah perawat profesional dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Untuk kondisi asfiksia yang Anda sampaikan, berikut adalah analisis diagnosa keperawatan dan intervensi terkait sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI:
Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan kekurangan kadar oksigen, ditandai dengan sianosis.
Penjelasan:
Pola Napas Tidak Efektif merupakan diagnosa keperawatan yang menggambarkan ketidakmampuan pasien untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat, yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan oksigen dan karbon dioksida dalam darah. Dalam kasus asfiksia, kondisi ini terjadi akibat kekurangan kadar oksigen, yang ditandai dengan gejala sianosis (pewarnaan biru pada kulit dan membran mukosa).
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Pertahankan jalan napas yang paten
- Lakukan suction bila diperlukan
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
2. Manajemen Ventilasi
- Pantau status pernapasan dan oksigenasi
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat
- Lakukan tindakan ventilasi mekanik jika diperlukan
3. Manajemen Perubahan Tanda Vital
- Monitor tanda-tanda vital secara berkala
- Identifikasi perubahan tanda vital yang terjadi
4. Edukasi Pasien dan Keluarga
- Jelaskan kondisi asfiksia dan pentingnya oksigenasi yang adekuat
- Anjurkan keluarga untuk mendukung proses pemulihan
Implementasi dari intervensi-intervensi ini bertujuan untuk mempertahankan jalan napas, memastikan ventilasi yang adekuat, memonitor tanda vital, serta memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga. Hal ini diharapkan dapat membantu mengatasi kondisi asfiksia dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Demikian penjelasan singkat dari saya terkait diagnosa keperawatan dan intervensi untuk kondisi asfiksia. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. -
Article No. 7654 | 02 Dec 2024
Klinis : manajemen nyeri
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan komprehensif untuk kondisi manajemen nyeri:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi manajemen nyeri adalah "Nyeri akut". Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut. Nyeri akut memiliki onset tiba-tiba, intensitas bervariasi, dan lamanya terbatas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri.
2. Pasien dapat mendemonstrasikan penggunaan teknik manajemen nyeri yang efektif.
3. Pasien dapat beristirahat dan tidur dengan baik.
4. Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari sesuai dengan toleransinya.
5. Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan fungsi fisik.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk karakteristik, lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor pencetus nyeri.
2. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya dokter, farmasis) untuk menentukan terapi farmakologis yang sesuai, seperti analgesik, antiinflamasi, atau obat-obatan lainnya.
3. Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, terapi panas/dingin, distraksi, dan visualisasi.
4. Dorong pasien untuk mempraktikkan teknik manajemen nyeri yang telah diajarkan.
5. Monitor efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
6. Berikan dukungan emosional dan spiritual kepada pasien untuk meningkatkan kemampuan koping.
7. Libatkan keluarga/significant others dalam proses manajemen nyeri pasien.
8. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk memastikan kontinuitas dan koordinasi perawatan.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Nyeri akut" dipilih karena pasien mengalami pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kondisi tertentu. Luaran yang diharapkan mencakup aspek fisik, psikologis, dan fungsional, dengan tujuan utama mengurangi nyeri, meningkatkan kemampuan koping, dan mempertahankan/meningkatkan fungsi pasien. Intervensi keperawatan yang diberikan meliputi pengkajian komprehensif, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, pengajaran teknik manajemen nyeri, monitoring, dukungan emosional, dan koordinasi perawatan. Hal ini bertujuan untuk mengelola nyeri secara holistik dan membantu pasien mencapai hasil yang diharapkan. -
Article No. 7655 | 02 Dec 2024
Klinis : Asfiksia berhubungan dengan kekurangan kekurangan kadar oksigen ditandai dengan sianosis pada bayi yang baru lahir, buat intervensi termasuk observasi, kolaborasi, edukasi, mandiri, dan pendidikan kesehatan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta terkait kondisi Asfiksia pada bayi yang baru lahir.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Penurunan Perfusi Jaringan Paru berhubungan dengan Kekurangan Kadar Oksigen". Diagnosa ini dipilih karena tanda-tanda yang muncul, yaitu sianosis, mengindikasikan terjadinya penurunan oksigenasi dan perfusi di jaringan paru-paru pada bayi baru lahir.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Observasi:
- Pantau tanda-tanda vital bayi (frekuensi pernapasan, nadi, dan suhu tubuh)
- Pantau warna kulit, bibir, dan membran mukosa untuk mendeteksi sianosis
- Pantau pergerakan dada dan penggunaan otot bantu pernapasan
- Pantau saturasi oksigen menggunakan pulse oximetry
2. Kolaborasi:
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, bidan, ahli neonatologi) untuk menentukan tindakan medis yang diperlukan
- Kolaborasi untuk pemberian oksigen, intubasi, atau ventilasi mekanis sesuai kebutuhan bayi
3. Edukasi:
- Edukasi kepada orang tua/keluarga mengenai kondisi asfiksia, penyebab, dan penatalaksanaannya
- Edukasi tentang pentingnya pemantauan tanda-tanda vital dan perubahan kondisi bayi
4. Mandiri:
- Lakukan stimulasi taktil dan visual untuk mempromosikan pernapasan bayi
- Pertahankan suhu lingkungan yang optimal untuk mencegah kehilangan panas
- Berikan perawatan lanjutan sesuai dengan kebutuhan bayi
5. Pendidikan Kesehatan:
- Edukasi kepada orang tua/keluarga tentang perawatan bayi dengan asfiksia di rumah
- Berikan informasi tentang tanda-tanda bahaya dan kapan harus kembali ke fasilitas kesehatan
- Edukasi tentang pentingnya pemantauan perkembangan dan pertumbuhan bayi
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Perfusi Jaringan Paru Membaik, dengan kriteria hasil:
- Saturasi oksigen dalam batas normal
- Warna kulit, bibir, dan membran mukosa membaik
- Tidak ada retraksi dinding dada atau penggunaan otot bantu pernapasan
2. Kemampuan Bernapas Membaik, dengan kriteria hasil:
- Frekuensi pernapasan dalam batas normal
- Tidak ada sianosis
- Tidak ada tanda-tanda kegagalan pernapasan
3. Pengetahuan Keluarga tentang Perawatan Bayi Asfiksia Meningkat, dengan kriteria hasil:
- Keluarga dapat menjelaskan kembali penyebab, tanda-tanda, dan penatalaksanaan asfiksia
- Keluarga dapat menjelaskan kapan harus kembali ke fasilitas kesehatan
- Keluarga dapat menunjukkan perawatan mandiri yang dapat dilakukan di rumah
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, mulai dari observasi, kolaborasi, edukasi, tindakan mandiri, dan pendidikan kesehatan, diharapkan bayi dapat memulihkan perfusi jaringan paru, kemampuan bernapas, serta keluarga dapat memahami dan melakukan perawatan yang tepat untuk bayi dengan asfiksia. -
Article No. 7656 | 02 Dec 2024
Klinis : Asfiksia berhubungan dengan kekurangan kekurangan kadar oksigen ditandai dengan sianosis pada bayi yang baru lahir, buat intervensi termasuk observasi, kolaborasi, edukasi, mandiri, dan pendidikan kesehatan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan kekurangan kadar oksigen, ditandai dengan sianosis pada bayi baru lahir.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Pola Napas Tidak Efektif adalah kondisi di mana individu mengalami ketidakmampuan untuk memulai atau mempertahankan pola napas yang memberikan ventilasi adekuat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Tujuan yang diharapkan adalah bayi dapat mempertahankan pola napas yang efektif, ditandai dengan tidak adanya sianosis, frekuensi pernapasan normal, dan tidak terjadi retraksi dinding dada.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
Observasi:
- Pantau tanda-tanda vital bayi secara berkala
- Amati warna kulit, bibir, dan mukosa untuk mendeteksi adanya sianosis
- Pantau frekuensi dan kedalaman pernapasan bayi
Kolaborasi:
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, bidan) untuk penanganan asfiksia
- Berikan oksigen sesuai instruksi tenaga kesehatan
Edukasi:
- Edukasi kepada orangtua tentang tanda-tanda asfiksia dan penanganannya
- Ajarkan orangtua cara memantau pernapasan dan warna kulit bayi
Mandiri:
- Berikan posisi yang nyaman untuk memfasilitasi ventilasi
- Lakukan stimulasi taktil untuk merangsang pernapasan bayi
- Lakukan suction untuk membersihkan jalan napas bayi jika perlu
Pendidikan Kesehatan:
- Edukasi kepada orangtua tentang pentingnya pemeriksaan antenatal dan perawatan selama kehamilan
- Anjurkan orangtua untuk segera membawa bayi ke fasilitas kesehatan jika terjadi tanda-tanda asfiksia. -
Article No. 7657 | 02 Dec 2024
Klinis : Asfiksia berhubungan dengan kekurangan kekurangan kadar oksigen ditandai dengan sianosis pada bayi yang baru lahir, buat intervensi termasuk observasi, kolaborasi, edukasi, mandiri, dan pendidikan kesehatan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: P20.0
- Deskripsi: Asfiksia intrauterina
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.90
- Deskripsi: Pemantauan fetal, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
Kondisi yang dideskripsikan mengarah pada asfiksia pada bayi baru lahir, yang dapat disebabkan oleh kekurangan oksigen selama masa kehamilan atau persalinan. Kode ICD-10 P20.0 digunakan untuk menggambarkan asfiksia intrauterina, yaitu keadaan dimana janin mengalami kekurangan oksigen sebelum lahir.
Dalam penanganan kondisi ini, intervensi yang dilakukan dapat meliputi:
1. Observasi: Pemantauan kondisi bayi baru lahir secara ketat, termasuk pengukuran tanda-tanda vital, warna kulit, dan pola pernapasan.
2. Kolaborasi: Kolaborasi antara dokter, bidan, dan tim medis lainnya dalam mengelola perawatan bayi.
3. Edukasi: Edukasi kepada orang tua mengenai penyebab, tanda-tanda, dan perawatan asfiksia pada bayi baru lahir.
4. Mandiri: Tindakan-tindakan mandiri yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan, seperti resusitasi bayi, pemberian oksigen, dan stabilisasi kondisi bayi.
5. Pendidikan Kesehatan: Pemberian informasi dan edukasi kepada keluarga mengenai pencegahan dan penanganan asfiksia pada bayi baru lahir.
Kode ICD-9-CM 93.90 (Pemantauan fetal, tidak diklasifikasikan di tempat lain) dapat digunakan untuk mengkodekan tindakan pemantauan kondisi fetal selama kehamilan dan persalinan, termasuk pemantauan denyut jantung janin, kontraksi uterus, dan tanda-tanda distres fetal lainnya.