Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 7638 | 02 Dec 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci untuk diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang paten.
Gejala dan Tanda: Batuk berdahak, suara napas bronkial, sesak napas.
2. Hipertermia
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal.
Gejala dan Tanda: Demam.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Asupan nutrisi tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Gejala dan Tanda: Kehilangan nafsu makan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Membaik
- Tidak ada obstruksi jalan napas
- Frekuensi dan kedalaman napas dalam rentang normal
- Tidak ada ronki atau wheezing
2. Suhu Tubuh Membaik
- Suhu tubuh dalam rentang normal
- Tidak ada gejala dan tanda peningkatan suhu tubuh
3. Asupan Nutrisi Membaik
- Berat badan dalam rentang normal
- Tidak ada keluhan kehilangan nafsu makan
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Kaji status pernapasan (frekuensi, kedalaman, irama, dan suara napas)
- Berikan posisi semi-fowler untuk memfasilitasi ekspansi dada
- Ajarkan teknik batuk efektif dan ekspektorasi
- Berikan nebulizer dengan bronkodilator atau mukolitik sesuai indikasi
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan sesuai kondisi pasien
2. Hipertermia
- Lakukan pemantauan suhu tubuh secara berkala
- Berikan kompres hangat untuk menurunkan suhu tubuh
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antipiretik sesuai indikasi
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Kaji status nutrisi pasien (asupan makanan, berat badan, dll.)
- Konsultasikan dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi yang adekuat
- Berikan makanan bergizi dan sesuai dengan preferensi pasien
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian suplemen nutrisi jika diperlukan
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien pria, usia 45 tahun, dengan diagnosis awal tuberkulosis paru. Saya harap penjelasan ini bermanfaat bagi Anda. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 7639 | 02 Dec 2024
Klinis : Ny. A, seorang wanita berusia 20 tahun, melahirkan anak pertama kemudian Setelah beberapa hari pasca melahirkan ibu mengalami demam dengan suhu 38,5°C, tampak pada perineum membengkak dan jahitan terbuka disertai keluarnya cairan berbau busuk.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi yang dialami oleh Ny. A, yaitu demam dengan suhu 38,5°C, tampak pada perineum membengkak dan jahitan terbuka disertai keluarnya cairan berbau busuk setelah beberapa hari pasca melahirkan anak pertama, maka diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Resiko Infeksi Nifas
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan, yang dapat terjadi pada periode setelah melahirkan.
Penyebab:
- Adanya luka/robekan pada perineum yang tidak tertutup dengan baik
- Keluarnya cairan berbau busuk dari luka
- Peningkatan suhu tubuh (demam)
2. Gangguan Integritas Kulit
Definisi: Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
Penyebab:
- Adanya luka/robekan pada perineum dengan jahitan yang terbuka
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Resiko Infeksi Nifas:
a. Suhu tubuh dalam batas normal
b. Tidak ada tanda-tanda infeksi (tidak ada kemerahan, pembengkakan, dan cairan berbau busuk)
c. Tidak ada komplikasi infeksi
2. Gangguan Integritas Kulit:
a. Luka/robekan pada perineum tertutup dengan baik
b. Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka
c. Proses penyembuhan luka berjalan dengan baik
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Resiko Infeksi Nifas:
a. Pemantauan tanda-tanda vital, terutama suhu tubuh
b. Perawatan luka perineum secara aseptik
c. Pemberian antibiotik sesuai indikasi
d. Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang tanda-tanda infeksi dan pentingnya kebersihan diri
e. Kolaborasi dengan dokter untuk pemantauan kondisi pasien dan pemberian terapi yang tepat
2. Gangguan Integritas Kulit:
a. Perawatan luka perineum secara aseptik
b. Aplikasi salep/obat-obatan sesuai indikasi untuk mempercepat penyembuhan luka
c. Penjahitan ulang luka jika diperlukan
d. Pemantauan perkembangan luka
e. Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang perawatan luka dan menjaga kebersihan diri
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Resiko Infeksi Nifas" dan "Gangguan Integritas Kulit" dipilih karena kondisi pasien menunjukkan adanya tanda-tanda infeksi, seperti demam, pembengkakan, dan keluarnya cairan berbau busuk dari luka perineum. Hal ini mengindikasikan adanya risiko infeksi nifas yang perlu diatasi segera. Selain itu, adanya robekan pada perineum yang tidak tertutup dengan baik juga dapat mengganggu integritas kulit dan memperlambat proses penyembuhan.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah tercapainya kondisi yang aman dan sehat bagi pasien, yaitu suhu tubuh normal, tidak ada tanda-tanda infeksi, luka perineum tertutup dengan baik, dan proses penyembuhan luka berjalan dengan lancar. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pemantauan kondisi pasien, perawatan luka yang tepat, pemberian obat-obatan sesuai indikasi, dan edukasi kepada pasien serta keluarga untuk menjaga kebersihan dan memantau perkembangan luka. -
Article No. 7640 | 02 Dec 2024
Klinis : Ny. A, seorang wanita berusia 20 tahun melahirkan anak pertama, Setelah beberapa hari pasca melahirkan ibu mengalami demam dengan suhu 38,5°C, tampak pada perineum membengkak dan jahitan terbuka disertai keluarnya cairan berbau busuk.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi yang Anda gambarkan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk Ny. A:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Purulent Terkait Prosedur Pembedahan
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
Faktor Risiko: Prosedur pembedahan, ketidakadekuatan sistem pertahanan tubuh, malnutrisi, dan paparan mikro-organisme patogen.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tidak Terjadi Infeksi
2. Tidak Terjadi Komplikasi Infeksi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Perawatan Luka Bedah
2. Manajemen Demam
3. Manajemen Infeksi
Penjelasan Singkat:
Ny. A mengalami beberapa tanda dan gejala yang menunjukkan adanya risiko infeksi purulent terkait dengan prosedur pembedahan (episiotomi) saat melahirkan, seperti demam, perineum yang membengkak, dan keluarnya cairan berbau busuk dari luka. Perawat harus segera melakukan intervensi untuk mencegah terjadinya infeksi lebih lanjut, seperti perawatan luka bedah, manajemen demam, dan manajemen infeksi. Tujuannya adalah mencegah terjadinya komplikasi infeksi dan memastikan luka Ny. A dapat sembuh dengan baik. -
Article No. 7641 | 02 Dec 2024
Klinis : Ny. A, seorang wanita berusia 20 tahun melahirkan anak pertama, Setelah beberapa hari pasca melahirkan ibu mengalami demam dengan suhu 38,5°C, tampak pada perineum membengkak dan jahitan terbuka disertai keluarnya cairan berbau busuk.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi Ny. A adalah:
1. Risiko Infeksi
Ny. A mengalami demam dengan suhu 38,5°C, tampak pada perineum membengkak, dan jahitan terbuka disertai keluarnya cairan berbau busuk, yang merupakan tanda-tanda infeksi pada luka perineum pasca melahirkan.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tidak Terjadi Infeksi
a. Kriteria hasil:
- Tanda-tanda infeksi (demam, bengkak, keluarnya cairan berbau busuk) berkurang atau hilang.
- Kultur/pemeriksaan laboratorium menunjukkan hasil negatif untuk infeksi.
- Pasien melaporkan tidak ada keluhan terkait infeksi.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Infeksi
a. Kaji tanda dan gejala infeksi (demam, pembengkakan, erythema, dan cairan berbau busuk)
b. Monitor suhu tubuh secara rutin
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian antibiotik dan tindakan lainnya
d. Lakukan perawatan luka perineum secara aseptik
e. Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
2. Manajemen Demam
a. Monitor suhu tubuh secara rutin
b. Berikan obat penurun demam sesuai dengan resep
c. Anjurkan istirahat yang cukup
d. Anjurkan pasien untuk minum air putih yang cukup
3. Edukasi Kesehatan
a. Jelaskan tanda dan gejala infeksi serta pentingnya segera melaporkan kepada tenaga kesehatan
b. Ajarkan teknik perawatan luka perineum yang benar
c. Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
Penjelasan Rinci:
Diagnosa keperawatan "Risiko Infeksi" dipilih karena Ny. A menunjukkan tanda-tanda infeksi pada luka perineum pasca melahirkan, yaitu demam, pembengkakan, dan keluarnya cairan berbau busuk. Intervensi keperawatan yang dilakukan bertujuan untuk mencegah dan mengelola infeksi, mengendalikan demam, serta memberikan edukasi kesehatan kepada pasien agar dapat merawat dirinya dengan baik dan mencegah terjadinya komplikasi.
Luaran yang diharapkan adalah tidak terjadi infeksi, yang ditandai dengan berkurangnya atau hilangnya tanda-tanda infeksi, hasil kultur/pemeriksaan laboratorium yang negatif, serta tidak adanya keluhan terkait infeksi dari pasien. Intervensi keperawatan yang dilakukan meliputi manajemen infeksi, manajemen demam, dan edukasi kesehatan yang komprehensif untuk membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 7642 | 02 Dec 2024
Klinis : Ny. A, seorang wanita berusia 20 tahun melahirkan anak pertama, Setelah beberapa hari pasca melahirkan ibu mengalami demam dengan suhu 38,5°C, tampak pada perineum membengkak dan jahitan terbuka disertai keluarnya cairan berbau busuk dan adanya resiko ruptur
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi yang dialami oleh Ny. A.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Infeksi Nifas
Definisi: Proses patologis yang disebabkan oleh mikroorganisme yang menginfeksi organ reproduksi wanita selama masa nifas.
Karakteristik Utama:
- Demam (suhu ≥38,5°C)
- Perineum membengkak
- Jahitan terbuka
- Keluarnya cairan berbau busuk
2. Risiko Ruptur
Definisi: Rentan terhadap kerusakan atau terpisahnya jaringan yang telah disatukan.
Faktor Risiko:
- Jahitan terbuka pada perineum
- Lokasi pembedahan atau insisi
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Infeksi Nifas
- Suhu tubuh dalam batas normal
- Tidak ada pembengkakan pada perineum
- Jahitan perineum tertutup dengan baik
- Tidak ada keluarnya cairan berbau busuk
2. Risiko Ruptur
- Tidak terjadi kerusakan atau terpisahnya jahitan pada perineum
- Proses penyembuhan luka perineum berjalan dengan baik
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Infeksi Nifas
a. Kaji tanda dan gejala infeksi nifas secara komprehensif
b. Pantau tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernapasan, tekanan darah) secara rutin
c. Berikan terapi antibiotik sesuai instruksi dokter
d. Ajarkan kebersihan diri dan perawatan perineum yang benar
e. Dorong konsumsi makanan dan cairan yang cukup
f. Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan lebih lanjut jika terjadi komplikasi
2. Risiko Ruptur
a. Kaji kondisi jahitan perineum secara berkala
b. Pertahankan perineum tetap bersih dan kering
c. Anjurkan istirahat yang cukup dan hindari aktivitas berat
d. Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan luka perineum
e. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai perawatan perineum yang benar
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan yang sesuai, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi Ny. A dengan pendekatan yang akademis dan dari sudut pandang seorang perawat ahli. Semoga informasi ini bermanfaat. -
Article No. 7643 | 02 Dec 2024
Klinis : Ny. A, seorang wanita berusia 20 tahun, seorang ibu rumah tangga, datang ke rumah sakit dengan keluhan utama nyeri pada abdomen yang hilang timbul, diiringi dengan kontraksi yang semakin intens. Ia mengalami nyeri dengan skala 7, terutama saat kontraksi berlangsung, dan mengeluh cemas karena bayi yang belum juga lahir meskipun sudah memasuki usia kehamilan 42 minggu. Kehamilan ini adalah kehamilan pertama (G1P0A0) dengan usia kehamilan dihitung berdasarkan HPHT pada 6 November 2018 dan HPL pada 19 September 2019. Setelah dilakukan pemeriksaan, ketuban diketahui telah pecah pada pukul 16.00 WIB, dan keluarnya cairan lendir dari pervagina semakin memperburuk kecemasan yang dialaminya dan khawatir mengalami kegagalan pada proses persalinan ini. Pada pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital ibu menunjukkan tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 90x/menit, respirasi 20x/menit, dan suhu 37,5°C. Pemeriksaan kepala menunjukkan kulit kepala bersih tanpa ketombe, luka, atau benjolan, dan kepala terlihat simetris. Wajah Ny. A bersih, kulit normal tanpa bercak kemerahan, konjungtiva berwarna merah muda, dan sklera putih bersih, serta wajahnya simetris. Bibirnya berwarna pink dan lembab. Saat ini, Ny. A sudah mulai mengeluarkan ASI. Pemeriksaan abdomen menunjukkan adanya hiperpigmentasi dengan linea nigra yang tampak menghitam, dan striae terlihat di sekitar pinggul, panggul, serta payudaranya. Pada pemeriksaan genitalia, kebersihan area genital cukup terjaga karena Ny. A mengganti pakaian dalamnya dua kali sehari dan membersihkan area vagina menggunakan sabun daun sirih saat mengalami keputihan. Ia juga melaporkan pengeluaran cairan lendir dari vagina selama sekitar dua hari. Pemeriksaan obstetri menunjukkan bahwa denyut jantung janin (DJJ) terdeteksi 165x/menit. Kontraksi uterus terjadi dengan frekuensi 4 kali dalam 10 menit, masing-masing durasi kontraksi selama 30 detik. Pemeriksaan dalam menunjukkan pembukaan serviks sudah mencapai 8 cm dan kepala janin teraba sudah cukup rendah. Namun, ibu masih merasa cemas dan nyeri hebat selama kontraksi berlangsung, yang mengindikasikan adanya peningkatan kecemasan dan rasa takut terhadap proses persalinan. Dalam hal status nutrisi, berat badan (BB) Ny. A sebelum hamil adalah 44 kg, dan selama kehamilan naik menjadi 54 kg. Dengan tinggi badan 153 cm, BMI-nya sebelum hamil adalah 18,8 kg/m² (kategori normal), dan setelah hamil naik menjadi 23,1 kg/m² (masih dalam rentang normal). Perkiraan berat janin (BBJ) adalah 3400 gram, sesuai dengan berat bayi yang lahir. Pemeriksaan penunjang menunjukkan bahwa Ny. A melakukan tes kehamilan menggunakan testpack, namun tidak melakukan pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb). Ny. A juga mengalami pecah ketuban, dan pemeriksaan USG dilakukan setiap dua bulan sekali selama masa kehamilan. Mengingat kondisi ibu yang tampak kelelahan dan adanya risiko distres janin dilakukan tindakan episiotomi untuk mempercepat proses persalinan dan mengurangi kemungkinan trauma pada perineum. Pada pukul 16.50 WIB, bayi perempuan lahir dengan berat 3400 gram, panjang 52 cm, dan skor APGAR 5-6 dengan warna kulit abnormal (kebiruan), dan frekuensi napas 75x/menit. Bayi tidak langsung menangis, sianosis dan memerlukan intervensi untuk merangsang pernapasan. Setelah kelahiran, kondisi ibu dan bayi mulai stabil. Ibu diberi penanganan untuk mengurangi rasa nyeri pasca episiotomi, serta bayi dimonitor untuk memastikan kondisi kesehatannya dalam keadaan baik. Setelah beberapa hari pasca melahirkan ibu mengalami demam dengan suhu 38,5°C, tampak pada perineum membengkak dan jahitan terbuka disertai keluarnya cairan berbau busuk.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Fetal
- Definisi: Keadaan di mana terdapat risiko penurunan pengiriman oksigen dan nutrisi ke janin, yang dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin.
- Faktor Risiko: Pecah ketuban dini, kehamilan postterm, kontraksi uterus abnormal.
2. Kecemasan
- Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya atau stressor.
- Faktor Terkait: Pengalaman persalinan yang buruk, kurang pengetahuan tentang proses persalinan.
3. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Faktor Terkait: Kontraksi uterus, episiotomi.
4. Risiko Infeksi
- Definisi: Keadaan di mana terdapat risiko masuknya agen patogen ke dalam tubuh yang dapat menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan.
- Faktor Risiko: Pecah ketuban, episiotomi, perawatan luka tidak adekuat.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Perfusi Jaringan Fetal
- Kriteria Hasil: Denyut jantung janin dalam rentang normal, tidak ada tanda-tanda gawat janin.
- Indikator: Denyut jantung janin 120-160 kali/menit, tidak ada pola denyut jantung janin non-reassuring.
2. Tingkat Kecemasan
- Kriteria Hasil: Kecemasan ibu berkurang, ibu dapat beradaptasi dengan proses persalinan.
- Indikator: Ibu dapat mengungkapkan perasaan cemas, ibu dapat mengenali dan mengatasi kecemasan.
3. Kontrol Nyeri
- Kriteria Hasil: Nyeri berkurang, ibu dapat beradaptasi dengan nyeri persalinan.
- Indikator: Ibu dapat mengungkapkan nyeri, ibu dapat mengenali dan mengatasi nyeri.
4. Bebas Infeksi
- Kriteria Hasil: Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka episiotomi dan area perineum.
- Indikator: Luka episiotomi tampak bersih, tidak ada erythema, edema, atau drainage.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Fetal:
- Pemantauan Kesejahteraan Janin
- Manajemen Kontraksi Uterus
- Manajemen Kehamilan Postterm
2. Kecemasan:
- Manajemen Kecemasan
- Dukungan Emosional
- Pendidikan Kesehatan
3. Nyeri Akut:
- Manajemen Nyeri
- Terapi Relaksasi
- Kolaborasi Pemberian Analgesik
4. Risiko Infeksi:
- Perawatan Luka
- Manajemen Infeksi
- Kolaborasi Pemberian Antibiotik
Implementasi dari intervensi-intervensi ini akan membantu mencapai luaran yang diharapkan dan mengatasi masalah kesehatan yang dialami oleh Ny. A. -
Article No. 7644 | 02 Dec 2024
Klinis : Ny. A, seorang wanita berusia 20 tahun, seorang ibu rumah tangga, datang ke rumah sakit dengan keluhan utama nyeri pada abdomen yang hilang timbul, diiringi dengan kontraksi yang semakin intens. Ia mengalami nyeri dengan skala 7, terutama saat kontraksi berlangsung, dan mengeluh cemas karena bayi yang belum juga lahir meskipun sudah memasuki usia kehamilan 42 minggu. Kehamilan ini adalah kehamilan pertama (G1P0A0) dengan usia kehamilan dihitung berdasarkan HPHT pada 6 November 2018 dan HPL pada 19 September 2019. Setelah dilakukan pemeriksaan, ketuban diketahui telah pecah pada pukul 16.00 WIB, dan keluarnya cairan lendir dari pervagina semakin memperburuk kecemasan yang dialaminya dan khawatir mengalami kegagalan pada proses persalinan ini. Pada pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital ibu menunjukkan tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 90x/menit, respirasi 20x/menit, dan suhu 37,5°C. Pemeriksaan kepala menunjukkan kulit kepala bersih tanpa ketombe, luka, atau benjolan, dan kepala terlihat simetris. Wajah Ny. A bersih, kulit normal tanpa bercak kemerahan, konjungtiva berwarna merah muda, dan sklera putih bersih, serta wajahnya simetris. Bibirnya berwarna pink dan lembab. Saat ini, Ny. A sudah mulai mengeluarkan ASI. Pemeriksaan abdomen menunjukkan adanya hiperpigmentasi dengan linea nigra yang tampak menghitam, dan striae terlihat di sekitar pinggul, panggul, serta payudaranya. Pada pemeriksaan genitalia, kebersihan area genital cukup terjaga karena Ny. A mengganti pakaian dalamnya dua kali sehari dan membersihkan area vagina menggunakan sabun daun sirih saat mengalami keputihan. Ia juga melaporkan pengeluaran cairan lendir dari vagina selama sekitar dua hari. Pemeriksaan obstetri menunjukkan bahwa denyut jantung janin (DJJ) terdeteksi 165x/menit. Kontraksi uterus terjadi dengan frekuensi 4 kali dalam 10 menit, masing-masing durasi kontraksi selama 30 detik. Pemeriksaan dalam menunjukkan pembukaan serviks sudah mencapai 8 cm dan kepala janin teraba sudah cukup rendah. Namun, ibu masih merasa cemas dan nyeri hebat selama kontraksi berlangsung, yang mengindikasikan adanya peningkatan kecemasan dan rasa takut terhadap proses persalinan. Dalam hal status nutrisi, berat badan (BB) Ny. A sebelum hamil adalah 44 kg, dan selama kehamilan naik menjadi 54 kg. Dengan tinggi badan 153 cm, BMI-nya sebelum hamil adalah 18,8 kg/m² (kategori normal), dan setelah hamil naik menjadi 23,1 kg/m² (masih dalam rentang normal). Perkiraan berat janin (BBJ) adalah 3400 gram, sesuai dengan berat bayi yang lahir. Pemeriksaan penunjang menunjukkan bahwa Ny. A melakukan tes kehamilan menggunakan testpack, namun tidak melakukan pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb). Ny. A juga mengalami pecah ketuban, dan pemeriksaan USG dilakukan setiap dua bulan sekali selama masa kehamilan. Mengingat kondisi ibu yang tampak kelelahan dan adanya risiko distres janin dilakukan tindakan episiotomi untuk mempercepat proses persalinan dan mengurangi kemungkinan trauma pada perineum. Pada pukul 16.50 WIB, bayi perempuan lahir dengan berat 3400 gram, panjang 52 cm, dan skor APGAR 5-6 dengan warna kulit abnormal (kebiruan), dan frekuensi napas 75x/menit. Bayi tidak langsung menangis, sianosis dan memerlukan intervensi untuk merangsang pernapasan. Setelah kelahiran, kondisi ibu dan bayi mulai stabil. Ibu diberi penanganan untuk mengurangi rasa nyeri pasca episiotomi, serta bayi dimonitor untuk memastikan kondisi kesehatannya dalam keadaan baik. Setelah beberapa hari pasca melahirkan ibu mengalami demam dengan suhu 38,5°C, tampak pada perineum membengkak dan jahitan terbuka disertai keluarnya cairan berbau busuk.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi Ny. A:
1. Diagnosa Keperawatan (SDKI):
a. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
Faktor Yang Berhubungan: Agen pencedera fisik (kontraksi uterus yang intens).
Gejala dan Tanda: Nyeri abdomen skala 7 terutama saat kontraksi.
b. Kecemasan
Definisi: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman yang belum jelas dan tidak spesifik.
Faktor Yang Berhubungan: Krisis situasional (proses persalinan yang belum berhasil).
Gejala dan Tanda: Cemas karena bayi belum lahir meskipun usia kehamilan 42 minggu.
c. Risiko Infeksi
Definisi: Berisiko mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan.
Faktor Yang Berhubungan: Pecahnya ketuban, pengeluaran cairan lendir dari vagina, dan luka episiotomi.
2. Rencana Keperawatan (SLKI):
a. Manajemen Nyeri
Kriteria Hasil: Nyeri berkurang atau terkontrol.
Intervensi: Kolaborasi pemberian analgesik, kompres hangat/dingin, teknik distraksi.
b. Manajemen Kecemasan
Kriteria Hasil: Kecemasan berkurang.
Intervensi: Diskusi tentang proses persalinan, terapi relaksasi, dukungan emosional.
c. Pencegahan Infeksi
Kriteria Hasil: Tidak terjadi infeksi.
Intervensi: Perawatan luka episiotomi, monitor tanda infeksi, kolaborasi pemberian antibiotik.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
a. Manajemen Nyeri
- Identifikasi lokasi, karakteristik, dan derajat nyeri.
- Kolaborasi pemberian analgesik yang sesuai.
- Anjurkan penggunaan kompres hangat/dingin untuk mengurangi nyeri.
- Ajarkan teknik distraksi untuk mengatasi nyeri.
b. Manajemen Kecemasan
- Identifikasi faktor penyebab kecemasan.
- Diskusikan proses persalinan dan kemajuan kondisi ibu dan bayi.
- Ajarkan teknik relaksasi untuk menurunkan kecemasan.
- Berikan dukungan emosional dan motivasi selama proses persalinan.
c. Perawatan Luka Episiotomi
- Observasi tanda-tanda infeksi pada luka episiotomi.
- Lakukan perawatan luka episiotomi secara aseptik.
- Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
- Ajarkan teknik perawatan luka episiotomi kepada pasien.
Penerapan rencana keperawatan ini diharapkan dapat membantu mengatasi masalah yang dialami Ny. A secara komprehensif, baik dari segi penanganan nyeri, kecemasan, maupun pencegahan infeksi. -
Article No. 7645 | 02 Dec 2024
Klinis : Ny. A, seorang wanita berusia 20 tahun, seorang ibu rumah tangga, datang ke rumah sakit dengan keluhan utama nyeri pada abdomen yang hilang timbul, diiringi dengan kontraksi yang semakin intens. Ia mengalami nyeri dengan skala 7, terutama saat kontraksi berlangsung, dan mengeluh cemas karena bayi yang belum juga lahir meskipun sudah memasuki usia kehamilan 42 minggu. Kehamilan ini adalah kehamilan pertama (G1P0A0) dengan usia kehamilan dihitung berdasarkan HPHT pada 6 November 2018 dan HPL pada 19 September 2019. Setelah dilakukan pemeriksaan, ketuban diketahui telah pecah pada pukul 16.00 WIB, dan keluarnya cairan lendir dari pervagina semakin memperburuk kecemasan yang dialaminya dan khawatir mengalami kegagalan pada proses persalinan ini. Pada pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital ibu menunjukkan tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 90x/menit, respirasi 20x/menit, dan suhu 37,5°C. Pemeriksaan kepala menunjukkan kulit kepala bersih tanpa ketombe, luka, atau benjolan, dan kepala terlihat simetris. Wajah Ny. A bersih, kulit normal tanpa bercak kemerahan, konjungtiva berwarna merah muda, dan sklera putih bersih, serta wajahnya simetris. Bibirnya berwarna pink dan lembab. Saat ini, Ny. A sudah mulai mengeluarkan ASI. Pemeriksaan abdomen menunjukkan adanya hiperpigmentasi dengan linea nigra yang tampak menghitam, dan striae terlihat di sekitar pinggul, panggul, serta payudaranya. Pada pemeriksaan genitalia, kebersihan area genital cukup terjaga karena Ny. A mengganti pakaian dalamnya dua kali sehari dan membersihkan area vagina menggunakan sabun daun sirih saat mengalami keputihan. Ia juga melaporkan pengeluaran cairan lendir dari vagina selama sekitar dua hari. Pemeriksaan obstetri menunjukkan bahwa denyut jantung janin (DJJ) terdeteksi 165x/menit. Kontraksi uterus terjadi dengan frekuensi 4 kali dalam 10 menit, masing-masing durasi kontraksi selama 30 detik. Pemeriksaan dalam menunjukkan pembukaan serviks sudah mencapai 8 cm dan kepala janin teraba sudah cukup rendah. Namun, ibu masih merasa cemas dan nyeri hebat selama kontraksi berlangsung, yang mengindikasikan adanya peningkatan kecemasan dan rasa takut terhadap proses persalinan. Dalam hal status nutrisi, berat badan (BB) Ny. A sebelum hamil adalah 44 kg, dan selama kehamilan naik menjadi 54 kg. Dengan tinggi badan 153 cm, BMI-nya sebelum hamil adalah 18,8 kg/m² (kategori normal), dan setelah hamil naik menjadi 23,1 kg/m² (masih dalam rentang normal). Perkiraan berat janin (BBJ) adalah 3400 gram, sesuai dengan berat bayi yang lahir. Pemeriksaan penunjang menunjukkan bahwa Ny. A melakukan tes kehamilan menggunakan testpack, namun tidak melakukan pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb). Ny. A juga mengalami pecah ketuban, dan pemeriksaan USG dilakukan setiap dua bulan sekali selama masa kehamilan. Mengingat kondisi ibu yang tampak kelelahan dan adanya risiko distres janin dilakukan tindakan episiotomi untuk mempercepat proses persalinan dan mengurangi kemungkinan trauma pada perineum. Pada pukul 16.50 WIB, bayi perempuan lahir dengan berat 3400 gram, panjang 52 cm, dan skor APGAR 5-6 dengan warna kulit abnormal (kebiruan), dan frekuensi napas 75x/menit. Bayi tidak langsung menangis, sianosis dan memerlukan intervensi untuk merangsang pernapasan. Setelah kelahiran, kondisi ibu dan bayi mulai stabil. Ibu diberi penanganan untuk mengurangi rasa nyeri pasca episiotomi, serta bayi dimonitor untuk memastikan kondisi kesehatannya dalam keadaan baik. Setelah beberapa hari pasca melahirkan ibu mengalami demam dengan suhu 38,5°C, tampak pada perineum membengkak dan jahitan terbuka disertai keluarnya cairan berbau busuk.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan memperhatikan kondisi Ny. A yang dipaparkan, berikut kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: O47.1
- Deskripsi: Kontraksi palsu pada usia kehamilan 37 minggu atau lebih
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 72.1
- Deskripsi: Episiotomi
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 O47.1 (Kontraksi palsu pada usia kehamilan 37 minggu atau lebih) sesuai dengan kondisi Ny. A yang mengalami kontraksi uterus yang semakin intens, meskipun usia kehamilan sudah mencapai 42 minggu. Hal ini mengindikasikan adanya kontraksi palsu (false labor) pada usia kehamilan lanjut.
2. Kode ICD-9-CM 72.1 (Episiotomi) sesuai dengan tindakan yang dilakukan untuk mempercepat proses persalinan dan mengurangi kemungkinan trauma pada perineum. Episiotomi dilakukan karena adanya indikasi distres janin dan kelelahan ibu.
Selanjutnya, berdasarkan kondisi Ny. A pasca melahirkan yang mengalami demam, pembengkakan dan infeksi pada luka episiotomi, dapat diberikan diagnosis tambahan sebagai berikut:
3. Kode ICD-10:
- Kode: O86.0
- Deskripsi: Infeksi pada luka episiotomi atau laserasi vagina dan perineum pasca persalinan
Penjelasan:
Kode ICD-10 O86.0 (Infeksi pada luka episiotomi atau laserasi vagina dan perineum pasca persalinan) sesuai dengan kondisi Ny. A yang mengalami demam, pembengkakan, dan keluarnya cairan berbau busuk pada area perineum, yang mengindikasikan adanya infeksi pada luka episiotomi. -
Article No. 7646 | 02 Dec 2024
Klinis : Ny. A, seorang wanita berusia 20 tahun, seorang ibu rumah tangga, datang ke rumah sakit dengan keluhan utama nyeri pada abdomen yang hilang timbul, diiringi dengan kontraksi yang semakin intens. Ia mengalami nyeri dengan skala 7, terutama saat kontraksi berlangsung, dan mengeluh cemas karena bayi yang belum juga lahir meskipun sudah memasuki usia kehamilan 42 minggu. Kehamilan ini adalah kehamilan pertama (G1P0A0) dengan usia kehamilan dihitung berdasarkan HPHT pada 6 November 2018 dan HPL pada 19 September 2019. Setelah dilakukan pemeriksaan, ketuban diketahui telah pecah pada pukul 16.00 WIB, dan keluarnya cairan lendir dari pervagina semakin memperburuk kecemasan yang dialaminya dan khawatir mengalami kegagalan pada proses persalinan ini. Pada pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital ibu menunjukkan tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 90x/menit, respirasi 20x/menit, dan suhu 37,5°C. Pemeriksaan kepala menunjukkan kulit kepala bersih tanpa ketombe, luka, atau benjolan, dan kepala terlihat simetris. Wajah Ny. A bersih, kulit normal tanpa bercak kemerahan, konjungtiva berwarna merah muda, dan sklera putih bersih, serta wajahnya simetris. Bibirnya berwarna pink dan lembab. Saat ini, Ny. A sudah mulai mengeluarkan ASI. Pemeriksaan abdomen menunjukkan adanya hiperpigmentasi dengan linea nigra yang tampak menghitam, dan striae terlihat di sekitar pinggul, panggul, serta payudaranya. Pada pemeriksaan genitalia, kebersihan area genital cukup terjaga karena Ny. A mengganti pakaian dalamnya dua kali sehari dan membersihkan area vagina menggunakan sabun daun sirih saat mengalami keputihan. Ia juga melaporkan pengeluaran cairan lendir dari vagina selama sekitar dua hari. Pemeriksaan obstetri menunjukkan bahwa denyut jantung janin (DJJ) terdeteksi 165x/menit. Kontraksi uterus terjadi dengan frekuensi 4 kali dalam 10 menit, masing-masing durasi kontraksi selama 30 detik. Pemeriksaan dalam menunjukkan pembukaan serviks sudah mencapai 8 cm dan kepala janin teraba sudah cukup rendah. Namun, ibu masih merasa cemas dan nyeri hebat selama kontraksi berlangsung, yang mengindikasikan adanya peningkatan kecemasan dan rasa takut terhadap proses persalinan. Dalam hal status nutrisi, berat badan (BB) Ny. A sebelum hamil adalah 44 kg, dan selama kehamilan naik menjadi 54 kg. Dengan tinggi badan 153 cm, BMI-nya sebelum hamil adalah 18,8 kg/m² (kategori normal), dan setelah hamil naik menjadi 23,1 kg/m² (masih dalam rentang normal). Perkiraan berat janin (BBJ) adalah 3400 gram, sesuai dengan berat bayi yang lahir. Pemeriksaan penunjang menunjukkan bahwa Ny. A melakukan tes kehamilan menggunakan testpack, namun tidak melakukan pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb). Ny. A juga mengalami pecah ketuban, dan pemeriksaan USG dilakukan setiap dua bulan sekali selama masa kehamilan. Mengingat kondisi ibu yang tampak kelelahan dan adanya risiko distres janin dilakukan tindakan episiotomi untuk mempercepat proses persalinan dan mengurangi kemungkinan trauma pada perineum. Pada pukul 16.50 WIB, bayi perempuan lahir dengan berat 3400 gram, panjang 52 cm, dan skor APGAR 5-6 dengan warna kulit abnormal (kebiruan), dan frekuensi napas 75x/menit. Bayi tidak langsung menangis, sianosis dan memerlukan intervensi untuk merangsang pernapasan. Setelah kelahiran, kondisi ibu dan bayi mulai stabil. Ibu diberi penanganan untuk mengurangi rasa nyeri pasca episiotomi, serta bayi dimonitor untuk memastikan kondisi kesehatannya dalam keadaan baik. Setelah beberapa hari pasca melahirkan ibu mengalami demam dengan suhu 38,5°C, tampak pada perineum membengkak dan jahitan terbuka disertai keluarnya cairan berbau busuk.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Ny. A sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus selama proses persalinan.
2. Cemas berhubungan dengan kegagalan proses persalinan dan kondisi janin.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan pecahnya ketuban dan trauma episiotomi.
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus selama proses persalinan:
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Pengendalian Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
Ny. A mengalami nyeri akut pada abdomen dengan skala 7, terutama saat kontraksi berlangsung. Nyeri ini berhubungan dengan kontraksi uterus yang semakin intens selama proses persalinan.
2. Cemas berhubungan dengan kegagalan proses persalinan dan kondisi janin:
- SDKI: Kecemasan
- SLKI: Pengendalian Kecemasan
- SIKI: Manajemen Kecemasan
Ny. A mengalami kecemasan yang semakin meningkat karena bayi belum juga lahir meskipun sudah memasuki usia kehamilan 42 minggu, serta kekhawatiran terhadap kemungkinan kegagalan dalam proses persalinan.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan pecahnya ketuban dan trauma episiotomi:
- SDKI: Risiko Infeksi
- SLKI: Pencegahan Infeksi
- SIKI: Manajemen Infeksi
Ny. A mengalami pecah ketuban sejak pukul 16.00 WIB, serta dilakukan tindakan episiotomi untuk mempercepat proses persalinan, yang dapat meningkatkan risiko infeksi. Hal ini terlihat dari adanya demam, pembengkakan, dan jahitan terbuka pada perineum setelah beberapa hari pasca melahirkan.
Dalam menentukan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, saya telah mempertimbangkan kondisi Ny. A secara menyeluruh, termasuk gejala yang dialami, faktor risiko, dan komplikasi yang mungkin terjadi. Penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari PPNI bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas tinggi bagi Ny. A. -
Article No. 7647 | 02 Dec 2024
Klinis : Ny. A, seorang wanita berusia 20 tahun, seorang ibu rumah tangga, datang ke rumah sakit dengan keluhan utama nyeri pada abdomen yang hilang timbul, diiringi dengan kontraksi yang semakin intens. Ia mengalami nyeri dengan skala 7, terutama saat kontraksi berlangsung, dan mengeluh cemas karena bayi yang belum juga lahir meskipun sudah memasuki usia kehamilan 42 minggu. Kehamilan ini adalah kehamilan pertama (G1P0A0) dengan usia kehamilan dihitung berdasarkan HPHT pada 6 November 2018 dan HPL pada 19 September 2019. Setelah dilakukan pemeriksaan, ketuban diketahui telah pecah pada pukul 16.00 WIB, dan keluarnya cairan lendir dari pervagina semakin memperburuk kecemasan yang dialaminya dan khawatir mengalami kegagalan pada proses persalinan ini. Pada pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital ibu menunjukkan tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 90x/menit, respirasi 20x/menit, dan suhu 37,5°C. Pemeriksaan kepala menunjukkan kulit kepala bersih tanpa ketombe, luka, atau benjolan, dan kepala terlihat simetris. Wajah Ny. A bersih, kulit normal tanpa bercak kemerahan, konjungtiva berwarna merah muda, dan sklera putih bersih, serta wajahnya simetris. Bibirnya berwarna pink dan lembab. Saat ini, Ny. A sudah mulai mengeluarkan ASI. Pemeriksaan abdomen menunjukkan adanya hiperpigmentasi dengan linea nigra yang tampak menghitam, dan striae terlihat di sekitar pinggul, panggul, serta payudaranya. Pada pemeriksaan genitalia, kebersihan area genital cukup terjaga karena Ny. A mengganti pakaian dalamnya dua kali sehari dan membersihkan area vagina menggunakan sabun daun sirih saat mengalami keputihan. Ia juga melaporkan pengeluaran cairan lendir dari vagina selama sekitar dua hari. Pemeriksaan obstetri menunjukkan bahwa denyut jantung janin (DJJ) terdeteksi 165x/menit. Kontraksi uterus terjadi dengan frekuensi 4 kali dalam 10 menit, masing-masing durasi kontraksi selama 30 detik. Pemeriksaan dalam menunjukkan pembukaan serviks sudah mencapai 8 cm dan kepala janin teraba sudah cukup rendah. Namun, ibu masih merasa cemas dan nyeri hebat selama kontraksi berlangsung, yang mengindikasikan adanya peningkatan kecemasan dan rasa takut terhadap proses persalinan. Dalam hal status nutrisi, berat badan (BB) Ny. A sebelum hamil adalah 44 kg, dan selama kehamilan naik menjadi 54 kg. Dengan tinggi badan 153 cm, BMI-nya sebelum hamil adalah 18,8 kg/m² (kategori normal), dan setelah hamil naik menjadi 23,1 kg/m² (masih dalam rentang normal). Perkiraan berat janin (BBJ) adalah 3400 gram, sesuai dengan berat bayi yang lahir. Pemeriksaan penunjang menunjukkan bahwa Ny. A melakukan tes kehamilan menggunakan testpack, namun tidak melakukan pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb). Ny. A juga mengalami pecah ketuban, dan pemeriksaan USG dilakukan setiap dua bulan sekali selama masa kehamilan. Mengingat kondisi ibu yang tampak kelelahan dan adanya risiko distres janin dilakukan tindakan episiotomi untuk mempercepat proses persalinan dan mengurangi kemungkinan trauma pada perineum. Pada pukul 16.50 WIB, bayi perempuan lahir dengan berat 3400 gram, panjang 52 cm, dan skor APGAR 5-6 dengan warna kulit abnormal (kebiruan), dan frekuensi napas 75x/menit. Bayi tidak langsung menangis, sianosis dan memerlukan intervensi untuk merangsang pernapasan. Setelah kelahiran, kondisi ibu dan bayi mulai stabil. Ibu diberi penanganan untuk mengurangi rasa nyeri pasca episiotomi, serta bayi dimonitor untuk memastikan kondisi kesehatannya dalam keadaan baik. Setelah beberapa hari pasca melahirkan ibu mengalami demam dengan suhu 38,5°C, tampak pada perineum membengkak dan jahitan terbuka disertai keluarnya cairan berbau busuk.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Penyebab: Proses persalinan, episiotomi
2. Kecemasan
- Definisi: Respon emosional dan psikologis terhadap sumber ancaman yang tidak jelas atau tidak diketahui.
- Penyebab: Ketidakpastian proses persalinan, komplikasi yang mungkin terjadi.
3. Risiko Infeksi
- Definisi: Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
- Penyebab: Pecahnya selaput ketuban, episiotomi, pembengkakan pada perineum.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Akut:
- Tujuan: Pasien melaporkan nyeri berkurang menjadi skala 3 atau kurang.
- Kriteria Hasil:
1) Pasien melaporkan nyeri berkurang.
2) Pasien mendemonstrasikan perilaku untuk mengurangi nyeri.
3) Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
2. Kecemasan:
- Tujuan: Pasien melaporkan level kecemasan berkurang menjadi ringan atau tidak ada.
- Kriteria Hasil:
1) Pasien melaporkan level kecemasan berkurang.
2) Pasien mendemonstrasikan perilaku tenang.
3) Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
3. Risiko Infeksi:
- Tujuan: Tidak terjadi infeksi pada pasien.
- Kriteria Hasil:
1) Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
2) Hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.
3) Pasien menunjukkan proses penyembuhan yang baik.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Nyeri Akut:
- Manajemen Nyeri
- Terapi Relaksasi
- Terapi Komplementer
2. Kecemasan:
- Terapi Suportif
- Terapi Relaksasi
- Edukasi Kesehatan
3. Risiko Infeksi:
- Perawatan Luka
- Perawatan Perineum
- Pemberian Antibiotik
- Pemantauan Tanda-Tanda Infeksi
Penjelasan rinci dan terperinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, disebabkan oleh proses persalinan dan episiotomi.
2. Kecemasan: Respon emosional dan psikologis terhadap sumber ancaman yang tidak jelas atau tidak diketahui, disebabkan oleh ketidakpastian proses persalinan dan kemungkinan komplikasi yang terjadi.
3. Risiko Infeksi: Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan, disebabkan oleh pecahnya selaput ketuban, episiotomi, dan pembengkakan pada perineum.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Akut: Pasien melaporkan nyeri berkurang menjadi skala 3 atau kurang, dengan kriteria hasil pasien melaporkan nyeri berkurang, mendemonstrasikan perilaku untuk mengurangi nyeri, dan menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
2. Kecemasan: Pasien melaporkan level kecemasan berkurang menjadi ringan atau tidak ada, dengan kriteria hasil pasien melaporkan level kecemasan berkurang, mendemonstrasikan perilaku tenang, dan menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
3. Risiko Infeksi: Tidak terjadi infeksi pada pasien, dengan kriteria hasil pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi, hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal, dan menunjukkan proses penyembuhan yang baik.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Nyeri Akut: Manajemen Nyeri, Terapi Relaksasi, Terapi Komplementer.
2. Kecemasan: Terapi Suportif, Terapi Relaksasi, Edukasi Kesehatan.
3. Risiko Infeksi: Perawatan Luka, Perawatan Perineum, Pemberian Antibiotik, Pemantauan Tanda-Tanda Infeksi.
Semua intervensi keperawatan ini bertujuan untuk memenuhi luaran/output yang diharapkan dan mengatasi masalah kesehatan yang dialami oleh Ny. A selama dan setelah proses persalinan.