Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 7625 | 02 Dec 2024
Klinis : epilepsi pada anak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Cedera (R. Cedera)
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Cedera didefinisikan sebagai kerentanan individu untuk mengalami luka fisik akibat interaksi dengan lingkungan sekitar.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan pada pasien dengan Risiko Cedera adalah:
1. Bebas dari cedera fisik.
2. Mampu mengidentifikasi faktor risiko cedera.
3. Mampu mengatasi faktor risiko cedera.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Risiko Cedera pada pasien dengan epilepsi pada anak antara lain:
1. Manajemen lingkungan: Mengidentifikasi dan menghilangkan potensi bahaya di lingkungan sekitar pasien.
2. Pencegahan Cedera: Menyediakan alat bantu/proteksi untuk mencegah cedera saat terjadi serangan epilepsi.
3. Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai manajemen epilepsi dan pencegahan cedera.
4. Pemantauan Tanda Vital: Memantau tanda-tanda vital pasien selama dan setelah serangan epilepsi.
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain: Berkolaborasi dengan dokter dan tim kesehatan lain untuk mengelola pengobatan dan perawatan pasien.
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi faktor risiko cedera, menyediakan intervensi keperawatan yang tepat, dan memastikan pasien terhindar dari cedera selama serangan epilepsi. Tujuan utama adalah memaksimalkan keselamatan dan kesejahteraan pasien. -
Article No. 7626 | 02 Dec 2024
Klinis : epilepsi pada anak
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis epilepsi pada anak, serta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang mungkin dilakukan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: G40 - Epilepsi
- Deskripsi: Epilepsi adalah gangguan neurologis kronis yang ditandai dengan episode berulang dari aktivitas listrik abnormal di otak, yang dapat menyebabkan kejang, kehilangan kesadaran, dan gejala lainnya.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.14 - Elektroensefalografi (EEG)
- Deskripsi: Prosedur EEG digunakan untuk mendeteksi dan menganalisis aktivitas listrik otak, yang dapat membantu dalam diagnosa dan manajemen epilepsi pada anak-anak. Tindakan ini dapat dilakukan untuk membantu mengidentifikasi tipe dan lokasi kejang, serta memantau respons terhadap pengobatan.
Selain itu, beberapa prosedur atau tindakan medis lain yang mungkin dilakukan dalam tatalaksana epilepsi pada anak-anak antara lain:
- 03.91 - Pencitraan magnetik resonansi (MRI) otak, untuk mengevaluasi adanya kelainan struktural otak yang dapat menjadi penyebab epilepsi.
- 01.59 - Biopsi otak, yang dapat dilakukan jika hasil pencitraan menunjukkan adanya lesi atau kelainan struktural.
- 01.16 - Kraniotomi, prosedur pembedahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi epilepsi fokal yang tidak responsif terhadap pengobatan.
- 99.25 - Pemberian obat anti-epilepsi, merupakan terapi farmakologis utama dalam penanganan epilepsi pada anak-anak.
Penegakan diagnosis dan tatalaksana epilepsi pada anak-anak memerlukan evaluasi komprehensif oleh dokter spesialis anak dan saraf (neurologi) untuk menentukan tipe epilepsi, penyebab, dan pengobatan yang paling sesuai. -
Article No. 7627 | 02 Dec 2024
Klinis : tindakan katerisasi jantung anak
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum. Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan analisa yang rinci terkait dengan kondisi pasien anak yang menjalani tindakan kateterisasi jantung.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Risiko Komplikasi Kardiovaskular Berhubungan Dengan Tindakan Kateterisasi Jantung
- Definisi: Adanya risiko terjadinya komplikasi pada sistem kardiovaskular, seperti perdarahan, infeksi, atau kerusakan pembuluh darah, sebagai akibat dari tindakan kateterisasi jantung.
2. Ketidakstabilan Hemodinamik Berhubungan Dengan Tindakan Kateterisasi Jantung
- Definisi: Adanya risiko terjadinya perubahan yang tidak stabil pada parameter hemodinamik, seperti tekanan darah, denyut jantung, dan oksigenasi, sebagai akibat dari tindakan kateterisasi jantung.
3. Nyeri Akut Berhubungan Dengan Tindakan Kateterisasi Jantung
- Definisi: Adanya pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang dirasakan oleh pasien sebagai dampak dari tindakan kateterisasi jantung.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Komplikasi Kardiovaskular Berhubungan Dengan Tindakan Kateterisasi Jantung
- Tidak Terjadi Komplikasi Kardiovaskular
- Definisi: Pasien tidak mengalami komplikasi kardiovaskular, seperti perdarahan, infeksi, atau kerusakan pembuluh darah, selama dan setelah tindakan kateterisasi jantung.
2. Ketidakstabilan Hemodinamik Berhubungan Dengan Tindakan Kateterisasi Jantung
- Stabilitas Hemodinamik
- Definisi: Pasien menunjukkan stabilitas parameter hemodinamik, seperti tekanan darah, denyut jantung, dan oksigenasi, selama dan setelah tindakan kateterisasi jantung.
3. Nyeri Akut Berhubungan Dengan Tindakan Kateterisasi Jantung
- Kontrol Nyeri
- Definisi: Pasien dapat mengontrol rasa nyeri yang dialami selama dan setelah tindakan kateterisasi jantung.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Komplikasi Kardiovaskular Berhubungan Dengan Tindakan Kateterisasi Jantung
- Pemantauan Tanda-tanda Vital
- Pemantauan Perdarahan
- Pemberian Antikoagulan
- Perawatan Akses Vaskular
- Edukasi Pasien dan Keluarga
2. Ketidakstabilan Hemodinamik Berhubungan Dengan Tindakan Kateterisasi Jantung
- Pemantauan Hemodinamik
- Pemberian Cairan Intravena
- Pemberian Obat-obatan Kardiovaskular
- Dukungan Oksigen
- Edukasi Pasien dan Keluarga
3. Nyeri Akut Berhubungan Dengan Tindakan Kateterisasi Jantung
- Pengkajian Nyeri
- Pemberian Analgesik
- Distraksi dan Relaksasi
- Aplikasi Terapi Dingin
- Edukasi Pasien dan Keluarga
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien anak yang menjalani tindakan kateterisasi jantung, perawat perlu memperhatikan kondisi pasien secara komprehensif, melakukan pemantauan yang ketat, serta memberikan intervensi yang tepat untuk mencegah komplikasi, menjaga stabilitas hemodinamik, dan mengelola nyeri yang dialami oleh pasien. Kolaborasi yang erat dengan tim medis lainnya juga sangat penting untuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan pasien. -
Article No. 7628 | 02 Dec 2024
Klinis : buatkan pathway pola napas tidak efektif pentebab gangguan kejang
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut: pola napas tidak efektif penyebab gangguan kejang
Diagnosis Keperawatan yang tepat berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) untuk kondisi pola napas tidak efektif penyebab gangguan kejang adalah "Pola Napas Tidak Efektif". Definisi dari diagnosis ini adalah "Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat".
Pola Napas Tidak Efektif dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah gangguan kejang. Gangguan kejang dapat menyebabkan kontraksi otot-otot pernapasan yang tidak terkendali, sehingga mengakibatkan pola napas yang tidak efektif.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), yaitu:
1. Pola Napas Efektif
- Pasien menunjukkan frekuensi napas dalam rentang normal (12-20 kali/menit)
- Pasien menunjukkan kedalaman napas yang adekuat
- Pasien menunjukkan irama napas yang teratur
2. Terbebas dari Komplikasi
- Pasien tidak mengalami komplikasi, seperti hipoksemia, atelektasis, atau pneumonia
3. Pengetahuan Tentang Manajemen Penyakit
- Pasien dan keluarga memahami penyebab, tanda, gejala, dan pengelolaan pola napas tidak efektif yang disebabkan oleh gangguan kejang
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang perlu dilakukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Memantau status pernapasan pasien
- Memberikan oksigen sesuai kebutuhan
- Mengajarkan teknik pernapasan yang efektif
2. Manajemen Kejang
- Memantau tanda dan gejala kejang
- Memberikan obat antikonvulsan sesuai instruksi medis
- Menciptakan lingkungan yang aman untuk pasien saat kejang
3. Edukasi Kesehatan
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyebab, tanda, gejala, dan pengelolaan pola napas tidak efektif akibat gangguan kejang
- Mengajarkan teknik manajemen diri untuk mencegah atau mengatasi kejang
4. Manajemen Kenyamanan
- Memposisikan pasien dengan tepat untuk memfasilitasi pernapasan yang efektif
- Memberikan intervensi non-farmakologis untuk mengurangi kecemasan dan stres yang dapat memicu kejang
Dengan implementasi intervensi keperawatan yang komprehensif dan terpadu, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu pola napas yang efektif, bebas dari komplikasi, dan memiliki pengetahuan yang baik tentang manajemen penyakit. -
Article No. 7629 | 02 Dec 2024
Klinis : pasien mengeluh sesak napas, batuk, iritasi kulit dan mata merah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pola Napas Berhubungan dengan Iritasi Bronkus
Penjelasan:
Menurut SDKI, gangguan pola napas berhubungan dengan iritasi bronkus ditandai dengan adanya sensasi sesak napas, batuk, dan kesulitan dalam mengeluarkan secret. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi saluran pernapasan, alergi, atau paparan iritan.
2. Risiko Gangguan Integritas Kulit Berhubungan dengan Iritasi Kulit
Penjelasan:
Berdasarkan SDKI, risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi kulit ditandai dengan adanya perubahan warna, tekstur, dan keutuhan kulit. Kondisi ini dapat disebabkan oleh paparan bahan kimia, alergi, atau infeksi.
3. Risiko Gangguan Penglihatan Berhubungan dengan Iritasi Mata
Penjelasan:
Menurut SDKI, risiko gangguan penglihatan berhubungan dengan iritasi mata ditandai dengan adanya rasa mata merah, perih, dan nyeri. Kondisi ini dapat disebabkan oleh paparan bahan kimia, infeksi, atau alergi.
Dalam menangani kondisi ini, perawat dapat mengacu pada SLKI dan SIKI untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 7630 | 02 Dec 2024
Klinis : Seorang lansia sudah 13 tahun tinggal dipanti jompo. Berdasarkan pengkajian : klien tampak sering menyendiri, menangis, dan saat diajak bicara tidak mau menatap lawan bicaranya. Klien mengatakan ia merasa keluarganya sudah tidak peduli dengannya dan ia merasa dirinya sudah tidak berguna lagi. Berdasarkan kasus diatas, apakah diagnosis keperawatan yang tepat ?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan nada akademis dan persona sebagai perawat profesional, berikut adalah diagnosis keperawatan yang sesuai dengan kasus yang Anda deskripsikan:
Diagnosis Keperawatan: Gangguan Proses Interaksi Sosial
Definisi (SDKI): Ketidakmampuan untuk membentuk, mempertahankan, dan memperbaiki hubungan interpersonal yang memuaskan.
Karakteristik Definisi (SDKI):
1. Menarik diri dari interaksi sosial
2. Menolak atau menghindari kontak dengan orang lain
3. Mengungkapkan perasaan negatif terhadap orang lain
4. Mengalami kesulitan dalam memulai atau mempertahankan percakapan
Penyebab (SLKI):
1. Perubahan peran dan status dalam masyarakat
2. Kehilangan koneksi sosial
3. Hambatan dalam berkomunikasi
4. Ketidakmampuan beradaptasi dengan perubahan
Intervensi (SIKI):
1. Fasilitasi Interaksi Sosial
2. Terapi Reminisens
3. Terapi Sosialisasi
4. Peningkatan Komunikasi
Dengan diagnosis keperawatan Gangguan Proses Interaksi Sosial, perawat dapat memberikan intervensi yang sesuai untuk membantu klien lansia meningkatkan kemampuan berinteraksi sosial, mengatasi perasaan kesepian dan tidak berguna, serta meningkatkan koneksi dengan keluarga dan lingkungan sosialnya. -
Article No. 7631 | 02 Dec 2024
Klinis : Seorang lansia sudah 13 tahun tinggal dipanti jompo. Berdasarkan pengkajian : klien tampak sering menyendiri, menangis, dan saat diajak bicara tidak mau menatap lawan bicaranya. Klien mengatakan ia merasa keluarganya sudah tidak peduli dengannya dan ia merasa dirinya sudah tidak berguna lagi. Berdasarkan kasus diatas, apakah diagnosis keperawatan yang tepat ?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut:
Berdasarkan gejala dan keluhan yang dialami oleh klien, yaitu sering menyendiri, menangis, tidak mau menatap lawan bicara, serta merasa dirinya tidak berguna lagi, maka diagnosis keperawatan yang tepat adalah:
a. Isolasi Sosial
Diagnosis ini sesuai karena klien menunjukkan perilaku menarik diri dari interaksi sosial dan enggan bersosialisasi dengan orang-orang di sekitarnya.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Interaksi Sosial: Klien dapat berinteraksi dengan orang lain secara efektif.
b. Harga Diri: Klien dapat mempertahankan harga dirinya.
c. Koping: Klien dapat menggunakan koping yang efektif untuk mengatasi masalah.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Peningkatan Interaksi Sosial
- Mendorong klien untuk terlibat dalam kegiatan sosial di panti jompo.
- Memfasilitasi interaksi klien dengan penghuni panti lainnya.
- Melibatkan keluarga klien dalam kegiatan di panti jompo.
- Mengajarkan keterampilan komunikasi dan berinteraksi secara efektif.
b. Peningkatan Harga Diri
- Mendiskusikan persepsi klien tentang dirinya dan membantu mengidentifikasi kekuatan serta potensi yang dimiliki.
- Memberikan umpan balik positif tentang kemampuan dan kontribusi klien.
- Melibatkan klien dalam pengambilan keputusan terkait perawatannya.
- Memfasilitasi klien untuk melakukan aktivitas yang dapat meningkatkan kepercayaan diri.
c. Manajemen Koping
- Mengidentifikasi strategi koping yang telah digunakan klien dan membantu mengembangkan koping yang lebih efektif.
- Mengajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres.
- Mendiskusikan dukungan sosial yang tersedia dan membantu klien untuk memanfaatkannya.
- Memberikan konseling dan dukungan emosional untuk membantu klien menghadapi masalahnya.
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan klien dapat meningkatkan interaksi sosialnya, mempertahankan harga dirinya, dan menggunakan koping yang efektif untuk mengatasi masalah yang dihadapinya. Hal ini akan membantu klien untuk beradaptasi dengan kondisi dan lingkungan barunya, serta meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraannya. -
Article No. 7632 | 02 Dec 2024
Klinis : Seorang lansia sudah 13 tahun tinggal dipanti jompo. Berdasarkan pengkajian : klien tampak sering menyendiri, menangis, dan saat diajak bicara tidak mau menatap lawan bicaranya. Klien mengatakan ia merasa keluarganya sudah tidak peduli dengannya dan ia merasa dirinya sudah tidak berguna lagi. Berdasarkan kasus diatas, apakah diagnosis keperawatan yang tepat ?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kasus yang diberikan, diagnosis keperawatan yang tepat untuk klien adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F32.0
- Deskripsi: Gangguan depresi ringan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.39
- Deskripsi: Psikoterapi lainnya
Penjelasan:
Kasus ini menggambarkan seorang lansia yang tinggal di panti jompo selama 13 tahun dan menunjukkan gejala depresi ringan, seperti sering menyendiri, menangis, dan tidak mau menatap lawan bicaranya. Klien juga menyatakan bahwa ia merasa keluarganya tidak peduli lagi dan merasa dirinya tidak berguna lagi.
Berdasarkan gejala yang ditunjukkan, diagnosis keperawatan yang tepat adalah Gangguan depresi ringan (F32.0). Kode ICD-10 ini sesuai dengan kriteria diagnostik untuk depresi ringan, yang mencakup perubahan suasana hati, minat, dan aktivitas, serta adanya perasaan tidak berdaya, tidak berguna, dan putus asa.
Terkait dengan prosedur atau tindakan medis, kode ICD-9-CM yang sesuai adalah Psikoterapi lainnya (94.39). Tindakan ini dapat meliputi intervensi psikologis, seperti konseling, terapi kognitif-perilaku, atau terapi kelompok, untuk membantu klien mengatasi gejala depresi dan meningkatkan kualitas hidup.
Penanganan yang komprehensif, termasuk terapi psikologis dan dukungan sosial, dapat membantu klien mengatasi gejala depresi dan meningkatkan kesejahteraan emosionalnya. -
Article No. 7633 | 02 Dec 2024
Klinis : Seorang lansia sudah 13 tahun tinggal dipanti jompo. Berdasarkan pengkajian : klien tampak sering menyendiri, menangis, dan saat diajak bicara tidak mau menatap lawan bicaranya. Klien mengatakan ia merasa keluarganya sudah tidak peduli dengannya dan ia merasa dirinya sudah tidak berguna lagi. Berdasarkan kasus diatas, apakah diagnosis keperawatan yang tepat ?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kasus yang diberikan, diagnosis keperawatan yang paling tepat adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F33.1
- Deskripsi: Gangguan depresi rekuren, episode saat ini berat tanpa gejala psikotik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 90.29
- Deskripsi: Terapi psikologis, lain-lain
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, klien menunjukkan gejala-gejala depresi yang meliputi sering menyendiri, menangis, dan enggan bertatap mata saat diajak bicara. Klien juga mengeluhkan perasaan bahwa keluarganya tidak lagi peduli dan merasa dirinya tidak berguna. Hal ini mengarah pada diagnosis gangguan depresi rekuren, episode saat ini berat tanpa gejala psikotik (kode ICD-10 F33.1).
Kode ICD-9-CM prosedur 90.29 (terapi psikologis, lain-lain) dapat diberikan untuk menggambarkan intervensi keperawatan yang sesuai, seperti terapi suportif, konseling, dan intervensi lain yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis klien.
Dalam penatalaksanaan kasus ini, penting untuk mempertimbangkan faktor-faktor seperti latar belakang klien, riwayat medis, dan dukungan sosial yang tersedia. Selain itu, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti psikiater atau psikolog, dapat membantu dalam memberikan pendekatan yang komprehensif untuk menangani kondisi depresi pada klien. -
Article No. 7634 | 02 Dec 2024
Klinis : Seorang lansia sudah 13 tahun tinggal dipanti jompo. Berdasarkan pengkajian : klien tampak sering menyendiri, menangis, dan saat diajak bicara tidak mau menatap lawan bicaranya. Klien mengatakan ia merasa keluarganya sudah tidak peduli dengannya dan ia merasa dirinya sudah tidak berguna lagi. Berdasarkan kasus diatas, apakah diagnosis keperawatan yang tepat ?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya dapat memberikan analisis diagnosis keperawatan yang sesuai dengan kasus yang Anda paparkan, dengan mengacu pada standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosis Keperawatan:
Risiko Depresi (SDKI)
Definisi:
Rentang respon psikologis individu terhadap stresor yang ditandai dengan perubahan suasana hati, kehilangan minat atau kesenangan, dan gangguan fungsi sehari-hari.
Karakteristik Definisi:
- Sering menyendiri
- Sering menangis
- Tidak mau menatap lawan bicara
- Merasa keluarga tidak peduli
- Merasa tidak berguna
Faktor Risiko:
- Isolasi sosial
- Perubahan peran
- Kehilangan
Rencana Keperawatan (SLKI):
- Identifikasi penyebab dan faktor risiko depresi
- Fasilitasi interaksi sosial
- Berikan dukungan emosional
- Kolaborasi dengan psikolog/psikiater untuk penanganan lebih lanjut
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Terapi reminiscence
- Terapi okupasi
- Manajemen depresi
- Pengaturan lingkungan
Dengan pendekatan komprehensif dan kolaboratif, diharapkan dapat membantu klien lansia mengatasi risiko depresi yang dialaminya dan meningkatkan kualitas hidup di panti jompo.